Anda di halaman 1dari 47

MAKALAH FARMASETIK

SEDIAAN FARMASI

“ PULVIS, PULVERES, PILULAE, KAPSUL, TABLET“

Oleh :

Nurmala Purwanti

Luqman Nurhakim

Yuliani

Tuti Srimulyani

Sri Lestari

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS AL GHIFARI

BANDUNG

2016
KATA PENGANTAR

Asallamualikum Wr. Wb

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Faramsetik.

Makalah ini berisi tentang sediaan farmasi meliputi pulvis, pulveres, pilulae,
tablet atau kaplet, dan kapsul yang barkaitan dengan Mata Kuliah Farmasetik. Kami
berharap makalah ini dapat memberi manfaat bagi orang banyak.

Kami menyadari bahwa makalah ini banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami
siap menerima dan membangun kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini.

Bandung, Agustus 2016

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 3
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 3
1.2 Indentifikasi Masalah .......................................................................................... 4
BAB II PEMBAHSASAN ........................................................................................... 5
2.1 PULVIS ............................................................................................................... 5
2.1.1 Jenis – jenis Pulvis ........................................................................................ 6
2.1.2 Cara Pembuatan dan Perlakuan Khusus ....................................................... 6
2.2 PULVERES ....................................................................................................... 11
2.3 . PILULAE ........................................................................................................ 12
2.4 CAPSULAE ...................................................................................................... 22
BAB III KESIMPULAN ........................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 46

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Farmasetik adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat-obatan


menjadi bentuk tertentu hingga siap digunakan sebagai obat.

Obat didefinisikan sebagai suatu zat yang dimaksudkan utnuk dipakai dalam
diagnosis,mengurangi rasa sakit, mengobati atau mencegah peyakit pada manusia atau
hewan. Salah satu kualitas obat yang mengherankan ialah mempunyai beraneka ragam
kerja dan efek pada tubuh.

Dalam penggunaanya, obat mempunyai berbagai macam bentuk. Semua bentuk


obat mempunyai karakteristik dan tujuan tersendiri. Sediaan-sediaan yang telah
beredar saat ini umumnya dibredakan atas sediaan padat, sediaan cair, dan sediaan semi
padat. mempunyai tujuan atau maksud tertentu dalam penggunaanny sehingga dapat
mempermudah dalam penggunaan sediaan tersebut. Setiap produk atau sediaan farmasi
memiliki formulasi yang unik tersendiri. Disamping ramuan teraupetik yang aktif,
formulasi ini pun masih mengandung sejumlah unsur-unsur nonteraupetik. Unsur –
unsur ini pada umumnya dihubungkan sebagai bahan tambahan farmasetik, bahan
pembantu atau bahan yang dibutuhkan, dan melalui pemakaiannya, suatu formulasi
akan menimbulkan komposisi yang unik dan penampilan fisiknya yang khas, termasuk
kedalam bahan – bahan tambahan ini pengisi, pengental, pembawa, surfaktan, zat
penstabil, pengikat pada pil, zat pengawet, zat pemberi rasa, zat pewarna dan zat
pemanis.

3
1.2 Indentifikasi Masalah

1. Menjelaskan macam – macam sediaan farmasi?


2. Menjelaskan cara pembuatan dari masing – masing sediaan farmasi ?
3. Bagaimana perlakuan khusus untuk zat yang khusus dalam sediaan farmasi?
4. Contoh resep dari sediaan farmasi?

4
BAB II
PEMBAHSASAN

2.1 PULVIS

Pulvis (serbuk) adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang
dihaluskan. Serbuk oral dapat diserahkan dalam bentuk terbagi (pulveres) atau tidak
terbagi (pulvis).

Menurut Farmakpoe Indonesia IV, serbuk adalah campuran kering bahan obat
atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakain oral atau untuk pemakaian
luar. Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang diserbukkan.

Serbuk mungkin juga merupakan bagian halus dari sediaa, himpunan suatu
produk yang kasar atau suatu produk dengan ukuran partikel menengah. Serbuk dapat
dibuat dari bahan tumbuh-tumbuhan yang dikeringkan secara alamiah atau merupakan
campuran dua atau lebih unsur kimia murni yang dibuat serbuk dalam suatu
perbandingan tertentu. Serbuk dapat mengandung sejumlah kecil cairan yang
disebarkan secara merata pada campuran bahan padat atau mungkin juga keseluruhan
serbuk terdiri dari bahan padat yang kering.

Beberapa serbuk disiapkan untuk pemakaian dalam (internal), lainnya untuk


pemakaian luar (eksternal). Beberapa serbuk diberikan pada pasien oleh ahli farmasi
dalam jumlah besar dan ada juga yang dibagi dalam bagian-bagian terbungkus, pada
dasarnya tergantung pada dosis atau potensi dari serbuk tersebut..

5
2.1.1 Jenis – jenis Pulvis

A. Pulvis Adspersorius (serbuk tabur)


Adalah serbuk ringan, bebas dari butiran kasar dan dimaksudka untuk obat luar.
Umumnya dikemas dalam wadah yang bagian atasnya berlubang halus untuk
memudahkan penggunaan pada kulit
B. Pulvis Dentrifricius (serbuk gosok gigi)
Serbuk gigi, biasanya menggunakan carmin sebagai pewarna yang dilarutkan
terlebih dahulu dalam chloroform / etanol 90%
C. Pulvis Sternutatorius (serbuk bersin)
Adalah serbuk bersin yang penggunaannya dihisap melalui hidung, sehingga
serbuk tersebut harus halus sekali
D. Pulvis Effervescent
Merupakan serbuk biasa yang sebelum ditelan dilarutkan terlebih dahulu dalam
air dingin atau air hangat dan dari proses pelarutan ini akan mengeluarkan
gas CO2. kemudian membentuk larutan yang pada umumnya jernih. Serbuk ini
merupakan campuran antara senyawa asam dengan senyawa basa.

2.1.2 Cara Pembuatan dan Perlakuan Khusus

 Serbuk diracik dengan cara mencampur bahan obat satu persatu, sedikit demi
sedikit.
 bahan obat yang jumlahnya sedikit
 diayak dengan pengayak mess 60 dan dicampur lagi
 Jika serbuk tersebut mengandung lemak maka harus di ayak dengan
pengayak mess 44
 Jika jumlah obat < 50 mg atau jumlah tersebut tidak dapat ditimbang, harus
dilakukan pengenceran menggunakan zat tambahan yang cocok.
6
 Obat serbuk kasar terutama simplisia nabati digerus terlabih dahulu sampai
derajat halus sesuai yang tertera pada pengayak dan derajat halus serbuk,
kemudian dikeringkan pada suhu tidak lebih dari 50 0C
 Obat berupa cairan seperti tingtur dan ekstrak cair diuapkan pelarutnya
hingga hampir kering lalu diserbukan dengan zat tambahan yang cocok.
 Obat dengan bermasa lembek sperti ekstrak kental, dilarutkan dengan pelarut
yang sesuai secukupnya dan diserbukan dengan zat tambahan yang cocok
 Jika serbuk obat mengandung bagian yang mudah menguap, dikeringkan
dengan pertolongan kapur tohor atau bahan pengering lain yang cocok,
kecuali dinyatakan lain yang dimaksud serbuk adalah untuk pemakaian
dalam.
 Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat terbuat dari bahan kaca susu atau
bahan lain yang cocok.

7
Serbuk oabat-obatan dari bahan tumbuh-tumbuhan atau hewan ditetapkan
dengan nomor sebagai berikut:

 Very Coarse powder (serbuk sangat kasar atau nomor 8), semua partikel
serbuk dapat melewato lubang ayakan nomor 8 dan tidak lebih dari 20%
melewati lubnag ayakan No.60.
 Coarse powder (serbuk kasar atau nomor 20), semua partikel serbuk dapat
melewati lubang ayakan nomor 20 dan tidak lebih dari 40% yang melewati
lubang ayakan nomor 60.
 Moderately coarse powder (serbuk cukup kasar atau nomor 40), semua
partikel serbuk dapat melewati lubang ayakan nomor 40 dan tidak lebih dari
40% melewati lubang ayakan nomor 80.
 Fine powder (serbuk halus atau nomor 60), semua partikel serbuk dapat
melewati lubang ayakan nomor 60 dan tidak lebih dari 40% melewati lubang
ayakan nomor 100.

8
 Very fine powder (serbuk sangat halus atau nomor 80), semua partikel
serbuk dapat melewati lubang ayakan nomor 80 dan tidak ada limitasi bagi
yang lebih halus.

Kehalusan serbuk untuk bahan kimia ditentukan sebagai berikut :

 Serbuk kasar (nomor 20), semua partikel serbuk dapat melewati ayakan
nomor 20 dan tidak lebih dari 60% yang melewati ayakan nomor 40
 Serbuk cukup kasar (nomor 40), semua partikel serbuk dapat melewati
ayakan nomor 40 dan tidak lebih dari 60% melewati ayakan nomor 60
 Serbuk halus (nomor 80), semua partikel serbuk dapat melewati ayakan
nomor 80 dan tidak ada limitasi bagi yang lebih halus
 Serbuk sangat halus (nomor 120), semua partikel serbuk melewati ayakan
nomor 120 dan tidak ada limitasi bagi yang lebih halus.

Penentuan ukuran partikel dan percobaan pembagian serbuk dapat


dikerjakan dengan pengayakan; yaitu melewati serbuk dengan goncangan
mekanis menembus suatu susunan ayakan yang diketahui ukurannya dan
berurutan dari ukuran yang besar ke ukuran yang lebih kecil, serta penentuan
bagian serbuk yang melewati atau tertahan pada masing-masing ayakan.

2.1.3 Contoh Resep


R/ acid salycil 1%
Adeps lanae 2 gram
ZNO 3 gram
Talk ad 10 gram
m.f. pulvis adspersorius
S. Ue
Pro : Ny. Sri

9
2.1.4 Pengerjaan
A. Prinsip
1) Acid salycil harus ditetesi ethanol 95% 1-2 tetes terlebih dahulu
2) Adeps lanae ditetesi dengan aceton lalu dikeringkan dengan sebagian
talkum
3) ZNO di ayak terlebih dahulu dengan mess 100
4) Perhitungan ditambahkan 10%
5) Menggunakan pengayak no 44
B. Perhitungan bahan
1) Acid salycil = 1% X 10 gr = 1 gr + 10% =1,1 gram
2) Adeps Lanae = 2 gr + 10% = 2,2 gr
3) ZNO = 3 gr + 10% = 3,3 gr
4) Talk = 10 gr + 10% = 11 gr – (1,1 + 2,2 + 3,3 ) = 4,4gr
C. Cara Pembuatan
1) Menyetarakan timbangan
2) Menimbang semua bahan
3) Mengayak ZNO dengan mess 100 lalu timbang sebanyak 3,3 gram
sisihkan
4) Masukan acid salycil tetesi dengan ethanol 95% gerus sampai larut
lalu keringkan dengan sebgaian talk gerus sampai kering, sisihkan
5) Masukan adeps lanae tetesi aceton gerus sampai larut lalu keringkan
dengan sebagian talk gerus sampai kering, lalu masukan point no 4
gerus sampai homogen.
6) Tambahakan point no 3 gerus sampai homogen
7) Tambahkan sisa talk gerus sampai homogen
8) Ayak dengan pengayak no 44 lalu timbang sebanyak 10 gram

10
2.2 PULVERES

Pulveres atau serbuk bagi dalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih
kurang sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali
minum.

Untuk serbuk bagi yang mengandung bahan mudah meleleh atau atsiri harus
dibungkus dengan kertas perkamen atau kertas yang mengandung lilin kemudian
dilapisi dengan kertas logam. Diracik menurut cara yang diatas.

Keseragaman bobot

• Timbang isi dari 20 bungkus satu persatu

• Campur isi ke 20 bungkus tadi dan timbang sekaligus, hitung bobot isi rata-
rata

• Penyimpangan antara penimbangannya tidak lebih dari 15% tiap dua


bungkus dan tidak lebih dari 10% tiap 18 bungkus

• Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

2.2.1 Contoh resep


R/ Codein Hcl 0,5
Extract. Hyoscyami 1
sacch.lactis 0,3
m.fpulvis. No.XII
S.t.d.d.p1
Pro: Tn. Ahmad
Alamat : jl. Kopo

11
2.2.2 Pengerjaan
A. Prinsip
Extract. Hyoscyami dikerjakan pada lumpang panas lalau tetesi dengan
ethanol 70%
B. Cara Pembuatan
1) Menyetarakan timbangan
2) Menimbang semua bahan
3) Masukan extract. Hyoscyami dalam mortir atau lumpang panas lalau
tetesi dengan ethanol 70% secukupnya gerus sampai larut lalu
keringkan dengan sebagian saccharum lacits gerus sampai homogen
4) Tambahkan codein Hcl gerus sampai homogen
5) Tambahkan sisa saccharum lactis gerus sampai homogen
6) Timbang bagi dua sama berat lalu masing – masing bagian dibagi
enam sama banyak dalam perkamen. Lalu kemas.

2.3 . PILULAE

Pil adalah suatu sediaan berupa massa bulat mengandung satu atau lebih bahan obat.

Zat tambahan sebagai berikut :

 Zat pengisi : akar manis atau bahan lain yang cocok


Sebaiknya pengisi yang dipilih Radix Liquiritiae terutama pada pil-pil yang
jumlah zatnya sedikit. Jika ada Succus Liquiritiae sebagai zat pengikat,
banyaknya Radix Liquiritiae sekurang-kurangnya dua kali dari Succus
Liquiritiae. Radix Liquiritiae merupakan suatu zat pengisi yang baik sekali,
lebih baik daripada serbuk tumbuh-tumbuhan manapun, karena Radix
Liquiritiae memberikan memberikan suatu massa pil yang kenyal, yang jika
dibuat dengan sejumlah zat pengikat yang tepat akan mudah pecah di lambung.

12
 Zat pengikat : sari akar manis, gom akasia, tragakan, campuran bahan tersebut
atau bahan lain yang cocok
Perlu diingat zat pengikat adalah bahan-bahan yang bersifat lengket bila terkena
air).
Biasanya dipakai Succus Liquiritiae dan jumlahnya pada umumnya 2 g untuk
60 pil. Jumlah ini selalu cukup untuk jumlah zat aktif yang sedikit, tetapi untuk
jumlah zat aktif yang besar, dibutuhkan jumlah Succus Liquiritiae yang lebih
banyak tergantung dari sifat obat yang dibuat massa pil. Pada pembuatan massa
pil, kedalam campuran obat Radix Liquiritiae dan Succus Liquiritiae harus
ditambahkan suatu cairan supaya dapat diperoleh suatu massa yang homogen
yang dapat dikepal. Biasanya dipakai air tetapi lebih tepat jika dipakai Aqua
Glyserinata yaitu suatu campuran yang sama banyak antara air dan gliserol.
Pada waktu massa pil mongering, yang tertinggal hanya gliserol sehingga
didapat suatu pil kering.
Untuk mencegah lengketnya massa pil pada alat pembuat pil, pada waktu
menggulung dan memotongnya maka massa pil-pil ditutupi dengan zat
penabur, umumnya dipakai lycopodium.
 Zat pembasah : air, gliserol, sirop, madu, campuran bahan tersebut atau bahan
lain yang cocok
Digunakan untuk membasahi massa agar dapat dibentuk
 Zat penabur : Digunakan untuk mencegah sediaan pil yang satu dengan lain
tidak melekat (likopodium atau talk atau bahan lain yang cocok)
 Zat penyalut : perak, balsam tolu, keratin, siriak, kolodium, salol, gelatin, gula
atau bahan lain yang cocok
ditambahkan untuk tujuan tertentu. macam-acam tujuan penyalutan:
1. untuk menutup rasa dan bau yang tidak enak dari zat aktifnya.
2. Mencegah perubahan/teroksidasinya zat aktif oleh udara.

13
3. Supaya pil tidak pecah dilambung, karena zat aktif dapat mengiritasi
lambung atau zat aktif rusak oleh asam lambung
(FI Ed III, 1979 : 23)
Pada penyimpanan bentuknya harus tetap, tetapi tidak begitu keras sehingga
tidak dapat hancur dalam saluran pencernaan

Sesuai dengan cara penyimpanan tablet dengan memperhatikan sifat zat


tambahan yang digunakan. Yaitu: Dalam wadah tertutup rapat, sebaiknya berisi zat
pengering ,di tempat sejuk. Sejuk ialah suhu antara 8 dan 15 derajat. kecuali dinyatakan
lain dapat disimpan dalam lemari pendingin.

Pil salut enteric dapat disalut secara khusus sehingga tidak hancur dalam lambung
tetapi hancur dalam usus halus

Ada 6 tipe bahan obat yang diberikan secara enterik :


1. Bahan obat yang di pakai terus-menerus tetapi merangsang selaput lendir
hidung. Misalnya asam salisilat dan digitalis.
2. Bahan obat yang menghalagi pencernaan karena dengan pepsib membetuk
senyawa yang tidak larut. Misanya argentum nitrat.
3. bahan yang ter urai oleh asam lambung . Misalnya antibiotik golongan
penisilin.
4. Bahan obat yang dalam keadaan sepeka mungkin di usus. Misalnya antiseptik,
santonin.
5. Bahan obat yang mengakibatkan mabuk dan muntah-muntah .Misalnya emetin
dan sulfonanama.
6. Bahan obat yang dikehendaki lambat bereaksi.Misanya antihistamin.

14
2.3.1 Keseragaman Bobot

Keseragaman bobot timbang 20 pil satu persatu, hitung bobot rata-rata,


penyimpangan terbesar yang diperbolehkan terhadap bobot rata-rata sebagai
berikut
untuk bobot rata-rata pil Penyimpangan rata-rata
18 pil 2 pil
100mg sampai 250 mg 10% 20%
250 mg sampai 500 mg 7,5% 15%
Memenuhi waktu hancur seperti tertera pada compresi yaitu dalam
air 36– 38derajat pil selama 15 menit untuk pil tidak bersalut dan 60 menit
untuk pil yang bersalut.

2.3.2 Peraturan Pil

Peraturan-peraturan umum pada pembuatan pil-pil. ( Van Duin, 1947 )

1. Bobot pil-pil: antara 100 -150 mg, rata-rata 120mg.


2. Zat pengisi: untuk pil yang jumlah obatnya sedikit, hendaklah memakai radix
sekurang-kurangnya dua kali sebanyak succus ( 2 : 1 ), Jika bahan
berkhasiatnya cukup banyak kita bisa pakai pulvis pro pilulae yaitu campuran
sama banyak radix dan succus ( 1 : 1 )
3. Zat pengikat : jika mungkin kita memakai succus liqiuiritiae dan pada
umumnya 2 g untuk 60 pil.
4. Pada pembuatan pil harus ditambahkan suatu airan supaya dengan
pengempalan diperoleh suatu masa yang homogen dan cukup baik untuk
dikerjakan selanjutnya. . untuk ini dipakai Aqua gliserinata.
5. menyelesaikan masa pil; setelah pembuatan masa pil, maka jika perlu masa itu
dibagi bagi dalam beberapa bagian dan siap digulung dan dipotong, kemudian

15
pada akhirnya pil-pil dibulatkan pada alat pembulat dengan penabur
licopodium.
2.3.3 Tahap Peracikan PIL
A. Pembuatan massa Pil
 Tentukan bobot Bahan Obat untuk 1 pil.
 Tentukan macam dan jumlah bahan tambahan yang dibutuhkan sesuai
dengan jumlah dan sifat bahan obat.
 Campur Bahan Obat + pengisi + bahan pengikat + bahan pemecah
sesuai aturan.
 Tambahkan bahan pembasah sedikit -sedikit ke dalam camp
digilas kuat ad massa pil yg baik (elastis, tidak lengket di mortir,
dan tidak pecah digulung).
B. Pemotongan Pil
 Massa pildibentuk silinder yg panjangnya sesuai jumlah
yang akan dibuat sebelumnya pemotong diberi alat penabur dulu
C. Pembuatan Pil
 Potongan massa pil dipindahkan ke alat pembulat pil yg sudah diberi
bahan penabur, selanjutnya dibulatkan.
 Masukkan pil ke wadah melalui lubang yang ada dan dihitung
jumlahnya.
D. Penyalutan Pil
Tujuan:
 Melindungi Bahan Obat dari pengaruh lingkungan (salut selaput)
garam-garam ferrodisalut tolubalsem.
 Menutupi rasa bahan yg tak enak (salut gula) kloramfenikol,
strychnin.
 Memperbaiki penampilan pil (salut selaput)
 Lakukan penyalutan sesuai dengan jenis bahan penyalut yang digunakan
16
2.3.4 Prinsip Pembuatan Berdasarkan Macam Bahan Obat
1) Pil yang mengandung obat berupa serbuk (padat).
Pil yang mengandung zat berkhasiat yang bersifat oksidator digunakan Adeps
Lanae atau Vaselinum sebagai zat pengikat dan Bolus Alba 100 mg tiap pil
sebagai zat pengisi. Pengunaan Adeps atau Vaselinum adalah kira-kira 1/6 berat
zat padatnya. Caranya menambahkan sedikit-demi sedikit digerus dan ditekan.
2) Pil yang mengandung obat berupa ekstrak kental.
Ekstrak kental direndam dengan Spiritus dilutus atau cairan lain yang
digunakan sebagai ekstrak dan dicampur dengan Liquiritiae Radix. Apabila
jumlahnya sedikit diperlukan Succus Liquiritiae sebagai tambahan zat pengikat
1 g untuk 30 pil. Apabila jumlah ekstrak kental besar yaitu 1,5 g lebih,
kebutuhan Succus Liquiritiae dapat dikurangi, bahkan tidak diperlukan Succus
Liquiritiae tapi cukup dibuat dengan Liquiritiae Radix saja,misalnya Valerianae
Extractum dan Secalis Cornuti Extractum spissum.
3) Pil dengan bahan khusus
I. Pil-pil yang mengandung senyawa Hydrargyrum : dibuat dengan
menggerus hydrargyrum, dengan sama berat Liquiritiae Radix dan air,
setelah tidak terlihat butir hydrargyum maka masa ditambah Liquiritiae
Radix dan Succus Liquiritiae secukupnyasampai mendapat masa pil yang
cocok. Bila jumlah Hydrargyrum kecil maka dapat ditambahkanSuccus
dan Liquiritiae Radix dalam perbandingan 1 : 2.
II. Pil yang mengandung Ferrosi Carbonas dan Ferrosi Iodium:Formula dapat
dilihat di Farmakope Belanda edisi V, untuk pil Ferrosi Carbonas setiap
pil mengandung50 mg dan formula untuk pembuatan 300 pil jadi seluruh
formula mengandung 15 g FerrosiCarbonas. Dibuat dengan mereaksikan
Ferrosis Sulfas dengan Natrii Bicarbonas di atas tangas air.Sebagai
pereduksi adalah Mel dan sebagai zat pembasah gliserin dan air sampai

17
berat tertentu. Hal ini dimaksudkan agar reaksi pembentukan Ferrosis
Carbonas berjalan sempurna yaitu gas CO2 yang terjadi hilang.
III. Pil-pil yang mengandung garam-garam yang dapat menyerap air: Seperti
Natrii Iodium sering terjadi penggumpalan hingga sulit dibuat masa pil
yang baik. Untuk mencegahnya maka perlu diberi air secukupnya biar
larutan setelah itu baru dibuat masa pil.
IV. Pil-pil dengan zat-zat higroskopik Seperti: Kalii Bromidum, Kalii
Iodidum dan Natrii Salicylas supaya digerus halus dan didalam
mortar yang panas. Untuk pil yang mengandung zat yang higroskopis
sebagai zat pembasah janganmenggunakan Aqua Glycerinata..
V. Pil-pil yang mengandung senyawa yang sangat Higroskopis:Digunakan
sebagai larutan seperti Calcii Bromidum, Calcii Chloridum, Kalii Acetas.
Jika didalam resep tertulis garamnya maka yang diambil sebagai
larutannya yang sebanding :
 Solutio Kalii Acetatis mengandung 3% Kalii Acetas.
 Solutio Calcii Bromidi mengandung 25% Calcii Bromidum.
 Solutio Calcii Chloridi mengandung 25% Calcii Chloridum.
 Solutio Ferri Chloridi mengandung 75% Ferri Chloridum.

Lrytan tersebut setelah ditimbang diuapkan sampai sisa airnya kira-kira


tinggal kurang dari 1 g untuk 30 pil. Harus diingat jangan menguapkan
Larutan Ferri Chloridum karena garam Ferrinya akan terurai..

VI. Pil-pil yang mengandung senyawa Codeinum base dengan garam


Ammonium atau Ichtammolum :Karena Codeinum base terhitung mudah
larut dalam air dan merupakan base lebih kuat dari garamAmmonium,
maka akan bereaksi dan timbul gas NH3 yang bebas serta membuat pil
jadi pecah.

18
VII. Pil-pil yang dapat pecah karena zat-zat yang terkandung dapat bereaksi
hingga menimbulkan gas yang memecah pil. Supaya tidak terjadi jangan
menggunakan zat pembasah air yaitu dengan menggunakan zat pengikat
yang lain.
 Pil yang mengandung Ferrosi Carbonas dengan Acidum Citricum
akan menimbulkan gas CO2.
 Pil yang mengandung Meditrenum akan timbul gas CO2 karena
terjadi reaksi antara Iodochloroxychinolin Sulfonas dengan Natrii
Bicarbonas.
 Pil yang mengandung Ferrum Reductum atau pulveratum dengan
asam seperti Acidum Cutricumakan bereaksi dan timbul gas H2 yang
akan memecah pil.
VIII. Pil-pil yang mengandung Hydrargyri Cloridum:Akan menghilangkan
selaput lendir dari lambung dan usus maka perlu Hydrargyri Chloridum
dalamkeadaan yang halus. Untuk itu perlu penambahan Natrii Chloridum
untuk memudahkanHydrargryi Chloridum larut dalam air. Penambahan
Natrii Chloridum adalah setengah beratSublimat dan dilarutkan dulu
dengan air sama berat.
IX. Pil-pil yang mengandung Diphantoinum Natrium:Jangan menggunakan
Liquiritiae Radix tetapi menggunakan Succus Liquiritiae 1 bagian dan
Amyilum 3 bagian dan sebagai zat pembasah digunakan Sirupus
Simplex. Hal ini untuk menjaga agar pil lekashancur dalam lambung.
X. Pil-pil yang mengandung Quinini Sulfas:Ada dua macam yaitu yang
berwarna colkat dan berwarna putih.
XI. Pil-pil yang mengandung zat pengikat yang bereaksi dengan asam
:Seperti Gentianae Extractum, Succus Liquiritiae dan Liquiritiae
Extractum. Bahan tersebut akan bereaksidengan Ferrum reductum,
Ferrum pulveratum yang menimbulkan gas H2 serta menyebabkan pil

19
menjadi menggelembung dan pecah. Bahan tersebut akan bereaksi pula
dengan Natrii Bicarbonas, Ferrosi Carbonas yang menimbulkan gas CO2
serta menyebabkan pil menjadi menggelembung dan pecah. Maka itu
Succus Liquiritiae, Liquiritiae Extractum dan Gentianae Extractum harus
dinetralkan dulu dengan MgO 50 mg tiap gram Ekstrak dan Succus.
XII. Pil-pil yang mengandung Ekstrak kering :
 Aloe Extractum Aquosum siccum, Rhamni Frangulae Extractum
Aquosum siccum, Rhamni Phursianae Extractum siccum, Rhei
Extractum dapat dibuat pil cukup dangan Liquiritiae Radix dan zat
pembasahAqua Glyserinata.
 Chinchonae Extractum siccum dan Colae Extractum siccum
memerlukan Succus Liquiritiae sebagai zat pengikat untuk dapat
dibuat masa pil.
 Pil dengan ekstrak kering supaya dibuat keras jangan lembek agar
tidak berubah bentuk

20
2.3.5 Contoh Resep
R/ Aminophyllin 0,05
Coffein 0,05
M f. Pil dtd No. LX
S.b dd II Pil
Pro : Ny. Herni

2.3.6 Pengerjaan
A. Perhitungan Bahan
 Berat / bobot 1 pil = 120 mg
 Perhitungan bobot 60 pil : 120 mg x 60 = 7200 mg
 Aminophyllin : 50 mg x 60 = 3000 mg
 Coffein : 50 mg x 60 = 3000 mg
 Sisa masa/bobot 1200 mg
 Zat tambahan karena jumlah bahan obatnya sudah besar maka dipakai
pulvis pro pilulae yaitu perbandingan radix dan succus sama banyak
(1:1).
 Radix Liq : x 1200 mg = 600 mg
 Succus liq : x 1200 mg = 600 mg
 Aqua Gliserinata qs ad terbentuk masa yang elastis.

B. Cara Pembuatan
1. Timbang Aminophyllin, gerus halus untuk mengecilkan ukuran partikel
zat
2. timbang Coffein, gerus halus.
3. timbang radix liq, gerus halus campur dengan bahan obat secara lege
artis, aduk ad homogen.
4. timbang succus liq campur dengan bahan lain aduk ad homogen.
21
5. diberi Aqua Glicerinata tetes demi tetes ad terbentuk masa yang elastis,
caranya dengan lebih ditekan penggerusan/pencampurannya supaya
masa pil lebih bagus.
6. setelah masa jadi elastis angkat dari mortir, panjangkan pada Pillen
Plank ( alat papan pemanjang dan pemotong pil ), hitung lubang pil yang
dikehendaki panjangkan sesuai yang dikehendaki. Potong masa dengan
memperhatikan mata pisau pemotongnya apakah sudah pas pisau atas
bawahnya. Pada proses ii bisa dibantu agar tidak lengket alat dan masa
yaitu dengan penambahan zat penabur yaitu talcum.
7. setelah masa pil dipotong maka potongan-potongan tersebut dibulatkan
dengan menggunakan Pillen Roller ( Alat Pembulat Pil ).
8. setelah masa dibulatkan, maka jadilah pil sempurna, yaitu bulat, putih
zat penabur rata dan tidak terlalu tebal, tidak lembek dan ukuran pil
kurang lebih sama ( jika tidak sama ukurannya berarti pengaruh ke dosis
obat yang diminum ), tinggal dihitung apakah jumlah pil sesuai dengan
yang dikehendaki.
9. masukkan pot, beri etiket putih
10. signa “ Dua kali sehari dua pil “ beri label tidak boleh diulang tanpa
resep dokter.

2.4 CAPSULAE

Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus cangkang kapsul keras atau
lunak. Cangkang kapsul dibuat dari gelatin dengan atau tanpa zat
tambahan. (Farmakope III, 1979)

Ukuran kapsul menunjukkan ukuran volume dari kapsul dan dikenal 8 macam
ukuran, yaitu 000, 00, 0, 1, 2, 3, 4, 5. Ukuran 000 adalah ukuran kapsul untuk hewan,
sedangkan untuk pasien ukuran terbesar adalah 00.
22
2.4.1 Macam-macam kapsul
1. Capsulae Gelatinosae Operculatae (kapsul keras)
Kapsul keras terdiri dari cangkang dan tutup. Cangkang kapsul keras
terbuat dari gelatin, gula, dan air, dan merupakan cangkang kapsul yang
bening tak berwarna dan tak terasa. Kapsul harus disimpan di wadah yang
berisi zat pengering.
2. Soft Capsule (kapsul lunak)
Merupakan kapsul yang tertutup dan berisi obat yang pembuatan dan
pengisian obatnya dilakukan dengan alat khusus. Cangkang kapsul lunak
dibuat dari gelatin ditambah gliserin atau alcohol polihidris, seperti sorbitol
untuk melunakkan gelatinnya. Kapsul lunak diperlukan untuk wadah obat
cair atau cairan obat seperti minyak levertran.
2.4.2 Komponen kapsul

1. Zat aktif obat

2. Cangkang kapsul

3. Zat tambahan

a. Bahan pengisi contohnya laktosa. Sedangkan untuk obat yang


cenderung mencair diberi bahan pengisi magnesium karbonat, kaolin
atau magnesium oksida atau silikon dioksida.

b. Bahan pelicin (magnesium stearat)

b. Surfaktan/zat pembasah

23
2.4.3 Syarat Kapsul

Kapsul harus memenuhi syarat sebagai berikut :

1. Keseragaman bobot (bervariasi antara 7,5 % - 20 %)


 Cara untuk kapsul yang berisi obat kering
Timbang 20 kapsul, timbang lagi satu persatu, keluarkan isi semua isi
kapsul, timbang seluruh bagian cangkang kapsul. Hitung bobot isi
kapsul dan bobot rata – rata tiap kapsul. Perbedaan dalam persen bobot
isi tiap kapsul terhadap bobot rata – rata tiap isi kapsul tidak boleh
lebih dari yang ditetapkan kolom A dan untuk setiap 2 kapsul tidak
lebih dari yang ditetapkan kolom B.
Perbedaan bobot isi kapsul
dalam %
Bobot rata-rata isi kapsul
A B

120 mg atau lebih ± 10% ± 20%

Lebih dari 120 mg ± 7,5% ± 15%

 Cara untuk kapsul yang berisi bahan obat cair atau pasta.
Timbang 10 kapsul, timbang lagi kapsul satu persatu, keluarkan isi
semua kapsul, cuci cangkang kapsul dengan eter p. Buang cairan
cucian, biarkan hingga tidak berbau eter, timbang seluruh bagian
cangkang kapsul. Hitung bobot isi kapsul dan bobot rata – rata tiap isi
kapsul. Perbedaan dalam persen bobot isi tiap kapsul terhadap bobot
rata – rata tiap isi kapsul tidak lebih dari 7,5%
2. Keseragaman isi zat yang berkhasiat
3. Waktu hancur, yaitu tdak boleh lebih dari 15 menit
4. Disimpan dalam wadah yang tertutup rapat.

24
2.4.4 Keungtungan dan kerugian sediaan Kapsul
A. Keuntungan untuk sediaan kapsul :
1. Bentuk menarik dan praktis
2. Tidak berasa sehingga bisa menutupi rasa dan bau obat yang kurang enak
3. Mudah ditelan dan cepat hancur/larut di dalam perut
4. Dokter dapat memberikan resep dengan kombinasi dari bermacam-macam
bahan obat dan dengan dosis yang berbeda menurut kebutuhan pasien
5. Kapsul dapat diisi dengan cepat, tidak memerlukan bahan penolong.
B. Kerugian bentuk sediaan kapsul :

1. Tidak bisa digunakan untuk zat yang mudah menguap

2. Tidak bisa digunakan untuk zat yang higroskopis

3. Tidak bisa untuk zat yang dapat bereaksi dengan cangkang kapsul

4. Balita umumnya tidak dapat menelan kapsul

5. Tidak dapat dibagi-bagi

6. Harus lebih hati-hati dalam penyimpanan.

2.4.5 Cara Pengisian Kapsul


Ada 3 macam cara pengisian kapsul yaitu dengan tangan, dengan alat bukan
mesin dan dengan alat mesin.
1. Dengan Tangan
Merupakan cara yang paling sederhana yakni dengan tangan, tanpa
bantuan alat lain. Cara ini sering dikerjakan di apotik untuk melayani
resep dokter. Pada pengisian dengan cara ini sebaiknya digunakan sarung
tangan untuk mencegah alergi yang mungkin timbul karena petugas tidak
tahan terhadap obat tersebut. Untuk memasukkan obat dapat dilakukan

25
dengan cara serbuk dibagi sesuai dengan jumlah kapsul yang diminta lalu
tiap bagian serbuk dimasukkan kedalam badan kapsul dan ditutup.
2. Dengan Alat Bukan Mesin
Alat yang dimaksud disini adalah alat yang menggunakan tangan
manusia. Dengan menggunakan alat ini akan didapatkan kapsul yang
lebih seragam dan pengerjaannya dapat lebih cepat sebab sekali cetak
dapat dihasilkan berpuluh-puluh kapsul. Alat ini terdiri dari dua bagian
yaitu bagian yang tetap dan bagian yang bergerak.
Caranya :
 Kapsul dibuka dan badan kapsul dimasukkan kedalam lubang dari
bagian alat yang tidak bergerak.
 Serbuk yang akan dimasukkan kedalam kapsul dimasukkan
/ditaburkan pada permukaan kemudian diratakan dengan kertas
film.
 Kapsul ditutup dengan cara merapatkan/menggerakkan bagian
yang bergerak. Dengan cara demikian semua kapsul akan tertutup.
3. Dengan Mesin
Untuk menghemat tenaga dalam rangka memproduksi kapsul secara
besar-besaran dan untuk menjaga keseragaman dari kapsul tersebut, perlu
dipergunakan alat yang serba otomatis mulai dari membuka, mengisi
sampai dengan menutup kapsul. Dengan cara ini dapat diproduksi kapsul
dengan jumlah besar dan memerlukan tenaga sedikit serta
keseragamannya lebih terjamin.
2.4.6 Pengisian cairan ke dalam kapsul keras :
1. Zat-zat setengah cair atau cairan kental
Misalnya ekstrak-ekstrak kental dalam jumlah kecil dapat dikapsul sebagai
serbuk sesudah dikeringkan dengan bahan-bahan inert, tetapi kalau
jumlahnya banyak yang jika dikeringkan membutuhkan terlalu banyak

26
bahan inert, maka dapat dibuat seperti massa pil dan dipotong-potong
sebanyak yang diperlukan baru dimasukkan ke dalam cangkang keras dan
direkat.
2. Cairan-cairan
Untuk cairan seperti minyak-minyak lemak dan cairan lain yang tidak
melarutkan gelatinnya dapat langsung dimasukkan dengan pipet yang telah
ditara. Sesudah itu tutup kapsul harus ditutup (diseal) supaya cairan yang
ada di dalamnya tidak bocor atau keluar. Untuk cairan-cairan seperti
minyak menguap, kreosot, atau alcohol yang akan bereaksi dengan minyak
lemak sampai kadarnya di bawah 40% sebelum dimasukkan ke dalam
kapsul, kapsul diletakkan dalam posisi berdiri pada sebuah kotak,
kemudian cairan diteteskan dengan pipet yang sudah ditara dengan tegak
lurus, setelah iu ditutup.
2.4.7 Factor-faktor yang merusak cangkang kapsul
1. Mengandung zat-zat yang mudah mencair (higroskopis)
Zat ini tidak hanya menghisap lembab udara tetapi juga akan menyerap air
dari kapsulnya sendiri sehingga menjadi rapuh dan mudah pecah.
Penambahan lactose/amylum akan menghambat proses ini. Contoh: kapsul
yang mengandung KI, NaI, NaNo2, dsb.
2. Mengandung campuran eutecticum
Zat yang dicampur akan memilih titik lebur lebih rendah daripada titik
lebur semula sehingga menyebabkan kapsul rusak/lembek. Contohnya
kapsul yang mengandung asetosal dengan hexamine atau champor dengan
menthol. Hal ini dapat dihambat dengan mencampur masing-masing
dengan bahan inert lalu keduanya dicampur.
3. Mengandung minyak menguap, kreosot, atau alcohol

27
4. Penyimpanan yang salah
 Di tempat lembab, cangkang menjadi lunak dan lengket serta sukar
dibuka karena kapsul tersebut menghisap air dari udara yang lembab
tersebut
 Di tempat terlalu kering, kapsul akan kehilangan air sehingga menjadi
rapuh dan mudah pecah.
2.4.8 Penyimpanan Kapsul
Mengingat sifat kapsul tersebut sebaiknya kapsul disimpan :
1. Dalam ruang yang tidak terlalu lembab atau dingin kering
2. Dalam botol gelas tertutup rapat dan diberi silica (pengering)
3. Dalam wadah plastic yang diberi pengering
4. Dalam blister (strip alufoil). (Anonim, 2007)
2.4.9 Contoh Resep

R/ Acetaminophen 0,400

Luminal 0,050

Saccharum laktis 0,050

Mf da in caps dtd no. XII

s.t.d.d. I caps p.c.

Pro : Yanuar (15 th)

2.4.10 Pengerjaan
A. Penimbangan Bahan
 Acetaminophen = 100 mg × 12 = 4800 mg = 4,8 g
 Luminal = 50 mg × 12 = 600 mg

28
 Saccharum laktis = 50mg X 12 = 600 mg
 Orientasi cangkang kapsul = 4800 mg + 600 mg + 600 mg = 6000 mg : 12
= 450mg
Menggunakan cangkang kapsul no 0
B. Perhitungan dosis

Luminal : DM 300 mg/600 mg

Penyesuaian dosis

1 × p = n/20 × DM

= 15/20 × 300 mg

= 225 mg

1 hari = n/20 × DM

= 15/20 × 600

= 450 mg

Zat dalam resep = 1 kapsul = 20 mg

% 1X = 50 : 225 X 100% = 22,22 % < 100%

% 1h = 50 X 3 : 450 X 100% = 33,33 % < 100%

*Resep boleh dibuat

C. Cara Kerja
1. Ditimbang semua bahan
2. Dimasukan sebaian Saccharum laktis gerus untuk menutupi pori-pori
mortir
3. tambahkan luminal, digerus sampai halus

29
4. tambahkan acetaminophen digerus sampai homogeny
5. Dibagi campuran seperti membagi pulveres dalam bagian yang
dikehendaki
6. Dimasukkan dalam cangkang kapsul, ditutup, dan dibersihkan cangkang
kapsul dengan lap yang bersih dan kering
7. Dimasukkan dalam wadah dan diberi etiket yang sesuai.
8. Diletakkan ke dalam wadah dan diberi etiket yang sesuai.

2.5 TABLET
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kompa cetak, dalam bentuk
tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung
satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang
digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat
pelicin, zat pembasah atau zat lain yang cocok.
Tablet bersalut adalah tablet yang disalut dengan zat penyalut yang cocok untuk
maksud dan tujuan tertentu.
Tablet bersalut gula disingkat tablet salut gula adalah tablet yang disalut dengan
larutan gula atau zat lain yang cocok dengan atau tanpa penambahan zat warna.
Tablet bersalut kempa adalah tablet yang disalut secara kempa cetak dengan massa
granulat yang terdiri dari laktosa, kalsium fosfat atau zat lain yang cocok.
Tablet bersalut selaput adalah tablet yang disalut dengan lapisan yang dimuat
dengan cara pengendapan zat penyalut dari pelarut yang cocok. Lapisan selaput
umumnya tidak lebih dari 10% berat tablet.
Tablet bersalut enterik adalah tablet yang disalut dengan zat penyalut yang relatif
tidak larut dalam asam lambung, tetapi larut dan hancur dalam lingkungan basausus
halus.

30
Syarat Tablet kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan
tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet.
Keseragaman bobot tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman
bobot yang ditetapkan sebagai berikut : Timbang 20 tablet, hitung bobot rata – rata
tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing
– masing bobotnya menyimpang dari bobot rata – ratanya lebih besar dari harga
yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang
dari bobot rata – ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B. Jika tidak
mencukupi 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet; tidak satu tablet pun yang
bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata – rata yang ditetapkan kolom A
dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata –
rata yang ditetapkan kolom B.

Penyimpangan bobot Penyimpangan bobot


Bobot Rata – rata rata – rata dalam % rata – rata dalam %
A B
25 mg atau kurang 15 % 30 %
26 mg sampai dengan 150 mg 10% 20%
151 mg sampai dengan 300 mg 7,5 % 15%
Lebih dari 300 mg 5% 10%

2.5.1 Sifat – sifat Tablet


Dengan metode pembuatan tablet yang manapun, tablet yang dihasilkan harus
mempunyai sifat-sifat yang baik, yaitu :
1. Cukup kuat dan resisten terhadap gesekan selama proses pembuatan,
pengemasan, transportasi dan sewaktu di tangan konsumen. Sifat ini diuji
dengan uji kekerasan dan uji friabilitas.
2. Zat aktif dalam tablet harus dapat hancur dan larut dalam tubuh. Sifat ini
dilihat dari uji waktu hancur dan uji disolusi.
31
3. Tablet harus mempunyai keseragaman bobot dan keseragaman kandungan
(untuk zat aktif kurang dari 50 ml). Parameter ini diuji dengan variasi bobot
dan uji keseragaman kandungan.
4. Tablet berpenampilan baik dan mempunyai karakteristik warna, bentuk dan
tanda lain yang menunjukkan identitas produk.
5. Tablet harus menunjukkan stabilitas fisik dan kimia serta efikasi yang
konsisiten
2.5.2 KOMPONEN TABLET
A. ZAT AKTIF
Kebanyakan zat aktif tidak dapat dikempa langsung menjadi tablet karena
tidak punya daya ikat yang cukup yang perlu untuk membuat suatu tablet,
disamping itu tidak semua zat aktif mempunyai sifat alir yang baik.
Zat aktif dalam pembuatan tablet dapat dibagi dua :
1. Zat aktif yang tidak larut, dimaksudkan untuk memberikan efek local
pada saluran cerna, misalnya adsorben untuk tukak lambung (Norit)
2. Zat aktif yang larut, dimaksudkan untuk membarikan efek sistemik
setelah terdisolusi dalam cairan salura cerna kemudian diabsorbsi,
terhadap zat aktif yang harus diperhatikan formulasinya, desain, bentuk
dan manufaktur untuk menghasilkan tablet yang diinginkan. Sifat
kelarutannya merupakan dasar untuk memformulasi dan mendesain
produk yang efektif.
B. ZAT TAMBAHAN
Eksipien atau zat tambahan adalah zat inert yang tidak aktif secara
farmakologi berfungsi sebagai zat pembantu dalam formulasi tablet untuk
membentuk tablet dan untuk mempermudah teknik pembuatan tablet. Dalam
pemilihan bahan tambahan untuk pembuatan tablet harus diperhatikan sifat
fisika dan sifat kimianya, begitu juga dengan stabilitas dan zat tambahan
yang digunakan. Bahan tambahan tablet antara lain adalah :

32
1. Zat pengisi, zat inert secara farmakologi yang dapat ditambahkan dalam
sebuah formulasi tablet untuk penyesuian bobot dan ukuran tablet sesuai
dengan yang ditetapkan, jika jumlah bahan aktif kecil, juga untuk
mempermudah pembuatan tablet walaupun pengisi adalah zat yang inert
secara farmakologi, zat tersebut masih dapat mempengaruhi sifat fisika,
kimia dan biofarmasi dari sedian tablet. Contoh, interaksi basa atau
garam – garam amin dengan laktosa dan alkali basa yang menyebabkan
terjadinya perubahan warna coklat sampai hitam. Laktosa tidak
bercampur dengan asam askorbat dan salisilamide. Penggunaan dari
pengisi tergantung dari volume atau berat tablet yang diingan. Bahan
pengisi yang sering digunakan: laktosa USP, lactose anhydrous, spray
dried lactose. Amylim : maydis, oryzae, meranthae, solany, mannitol,
sukrosa dan lain- lain.
2. Bahan pengikat, adalah zat inert secara farmakologi yang ditambahkan
kedalam formulasi tablet untuk meningkatkan kohesifitas antara
partikel–partikel serbuk dalam masa tablet yang diperlukan untuk
pembentukkan granul dan kemudian untuk pembentukan massa menjadi
kompak dan padat yang disebut tablet, pengikat dapat dibagi dua :
a. Pengikat kering (binder), pengikat kering ditambahkan kedalam
massa kering. Contoh, bahan kering yang sering digunakan:
 Acasia 2 – 5 %
 Derivat selulosa 1 – 5 %
 Sukrosa 2 – 25 %
b. Pengikat Basah ( Adhesive), ditambahkan dalam bentuk larutan
atau suspensi, contoh pengikat basah yang sering digunakan:
 Derivat selulosa 1 – 5 %
 Gelatin 1 – 5 %
 Pasta amylum 1 – 5 %

33
 Natrium Alginat 2 – 5 %
3. Bahan penghancur, zat inert secar farmakologi yang ditambahkan pada
massa untuk membantu mempercepat waktu hancur tablet dalam saluran
cerna, zat disintegran dapat ditambahkan sebagai fasa dalam yang
disebut sebagai fasa dalam yang disebut sebagai bahan internal dan
sebagai fasa luar yang disebut bahan eksternal. Mekanisme kerja dari
bahan penghancur adalah :
 jika kontak degan air akan mengembang sehingga volume tablet
membesar dan akhirnya pecah,contoh : golongan selulosa.
 Memecah ikatan partikel tablet sehingga akan pecah.
 Membentuk kapiler,contoh : golongan amilum dan selulosa
 Membentuk gas : asam sitrat dan bikarbonat
 Membentuk lelehan, contoh : oleum cacao
 Penghancur akan melarut, contohnya : PEG
 Ditambahkan dengan cara bersama bahan aktif, contohnya :
penghancur dalam memecah granul menjadi partikel.
 Bersama dengan pelincir, penghancur luar untuk memecah tablet
menjadi granul.
4. Bahan pemanis dan pewangi ( penambah rasa atau aroma)
Zat inert secara faarmakologi yang ditambahkan kedalam formulasi
tablet dalam jumlah kecil yang bertujuaan memperbaiki rasa atau bau
tablet, zat pemanis biasanya adalah gula buatan yang ditambahkan
kedalam formula tablet effervescent. Cara penambahanya dapat
ditambahkan dalam bentuk granul semprot kering atau sebagai minyak
atsiri. Biasanya ditambahkan terakhir bersama – sama fasa luar. Zat
pengaroma kering lebih mudah ditangani dari pada minyak atsirinya.
Penggunaan penambah aroma atau rasa umumnya berpasangan

34
misalnya aroma jeruk dan rasa asam, dan sekaligus ditambahkan
warna kuning.
5. Bahan penyerap ( Adsorben )
Adsorben adalah zat inert secara farmakologi yang ditambahkan
kedalam formulasi tablet yang bertujuan mengadsorpsi cairan yang
ada atau yang akan terjadi dalam massa tablet. Bahan penyerap banyak
digunakan dalam jumlah yang sesuai dengan berapa banyak
kandungan cairan dalam bahan yang akan dikurangi pengaruh
cairanya. Penambahan adsorben dapat ditambahkan sebagai fasa luar.
Jika akan terjadi campuran yang menyebabkan cairan, maka sebaiknya
ditambahkan adsorben fasa luar dan fasa dalam. Contohnya adsorben
: golongan silika gel seperti aerosil, kaolin, veegum, dan lain-lain.

2.5.3 Syarat Zat Tambahan

Zat tambahan atau eksipiens harus memenuhi persayaratan di bawah (menurut


Farmakope Indonesia) :

1. Tidak boleh berbahaya dalam jumlah yang digunakan


2. Tidak melebihi jumlah minimum yang diperlukan untuk memberikan efek
yang diharapkan.
3. Tidak mengurangi ketersediaan hayati
4. Tidak mengurangi efek terapi
5. Tidak mengurangi keamanan sediaan
6. Tidak boleh menggangu dalam pengujian dan penetapan kadar.

35
2.5.4 Metode Pembuatan Tablet
Sebelum dibuat tablet maka dibuat granul terlebih dahulu, metode untuk
pembuatan tablet sama dengan metoda pembuatan granul yang merupakan
bagian untuk pembuatan tablet.
A. Metode granulasi basah 1 :
1. jika bahan mempunyai sifat granul yang baik
2. jika bahan sukar dicampur menjadi granul yang baik
3. jika bahan tahan panas
4. jika bahan tahan cairan
Tahap granulasi basah basah 1 ;
1. Penimbangan, zat aktif dan zat tambahan
2. Penghalusan, haluskan zat aktif dan zat tambahan masing – masing
3. Pencampuran padat
4. Pembuatan larutan pengikat.
5. Pembuatan masa granul dengan penambahan massa padat kedalam
larutan pengikat
6. Massa lembab tadi dihaluskan melalui pengayak mesh 6 – 12.
7. Granul basah dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 40 – 60
8. Granul yang telah dikeringkan digranulasi lagi dengan melalui
pengayak mesh 14 – 20 dalam mesin granulation uji inproces control
9. Menyiapkan massa kempa dengan mencampir granul dengan
mencampur granul dengan fasa luar / Lubrikasi
10. Pengempaan
B. Metode granulasi basah 2 :
1. Jika granul mempunyai sifat alir yang tidak baik
2. jika bahan sukar dicampur menjadi granul yang baik
3. jika bahan tidak tahan panas dan tidak tahan cairan

36
Tahap granulasi basah 2 :
1. Penimbangan zat aktif dan zat tambahan
2. Haluskan zat aktif dan zat tambahan masing – masing ( miling )
3. Pencampuran zat padat
4. Penambahan cairan pengikat
5. Granulasi denga mesh 6 – 12
6. Pengeringan tidak mnggunakan lemari penjang
7. Granulasi dengan menggunakan mesh 14 – 20
8. Menyiapkan massa kempa dengan mencampur granul dengan fasa luar
| Lubrikasi
9. Pengempaan
C. Metoda granulasi kering :
1. Jika bahan tidak tahan panas
2. Jika bahan tidak tahan cairan
3. Jika bahan mempunyai sifat granul yang tidak baik
Tahapan granulasi kering
1. Penimbangan zat aktif dan zat tambahan
2. Haluskan zat aktif dan zat tambahan
3. Campur semua zat aktif dan zat tambahan ( Pencampuran 1)
4. Kempa
5. Granulasi mesh 14 – 20
6. Siapkan massa kempa dengan mencampur dengan fasa luar
(pencampuran 2)
7. Pengempaan
D. Metoda cetak langsung
1. Penimbangan zat aktif dan zat tambahan ( mixing )
2. Haluskan zat aktuif dan zat tambahan

37
3. Campurkan zat aktif dan zat tambahan
4. Pengempaan
2.5.5 Masalah dalam Pembuatan Tablet
Masalah-masalah yang sering muncul dalam pembuatan tablet :
1. Capping dan lamination yaitu tablet terpisah sebagian atau seluruhya atas
dan bawah. Penyebabnya adalah terlalu banyak tekanan saat pencetakan,
udara yang terperangkap saat granulasi, granulasi terlalu kering, terlalu
banyak fines dan pemasangan punch dan die yang tidak pas.
2. Sticking, picking dan filming yaitu tablet lengket di permukaan punch dan
dinding die sehingga menyebabkan tablet gumpil dan bersisi kasar.
Penyebabnya pengeringan kurang/terlalu lembab, lubrikan kurang, terdapat
komponen bertitik leleh rendah seperti asam stearat dan PEG, permukaan
punch dan die kotor dan kasar.
3. Chipping dan Cracking yaitu pecahnya tablet disebabkan karena alat dan
tablet retak di bagian atas karena tekanan yang besar.
4. Binding yaitu kesulitan mengeluarkan tablet karena lubrikan yang tidak
cukup.
5. Mottling yaitu distribusi zat warna yang tidak homogen. Penyebabnya
adalah migrasi zat warna yang tidak seragam.
2.5.6 Evaluasi Tablet
Evaluasi tablet dilakukan untuk mengetahui apakah tablet yang dihasilkan telah
memenuhi kriteria atau belum. Diperlukan beberapa pengujian, diantaranya
adalah :
1. Uji Penampilan
Tablet diamati secara visual meliputi : warna (homogenitas), bentuk (bundar,
permukaan rata/cembung), cetakan (garis patah, tanda, logo, pabrik), dll.
2. Uji Keseragaman Ukuran

38
Kecuali dinyatakan lain diameter tablet tidak boleh lebih dari 3x dan tidak
kurang dari 11/3 tebal tablet. Uji diameter dan ketebalan tablet ini dilakukan
terhadap 20 tablet.
3. Uji keseragaman Bobot
Uji ini dilakukan terhadap 20 tablet dengan cara menimbang satu persatu.
Persyaratan Farmakope Indonesia :
Bobot rata-rata (mg) Deviasi maksimum (%)
2 tablet (A) 1 tablet (B)
2 mg atau kurang 15 30
25-150 mg 10 20
151-300 mg 7,5 15
> 300 mg 5 10
Persyaratan : tidak boleh 2 tablet yang bobot rata-ratanya menyimpang dari
bobot rata-rata tablet lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A dan
tidak satupun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata kolom B.
4. Uji kekerasan tablet dapat didefinisikan sebagai uji kekuatan tablet yang
mencerminkan kekuatan tablet secara keseluruhan, yang diukur dengan
memberi tekanan terhadap diameter tablet. Tablet harus mempunyai
kekuatan dan kekerasan tertentu serta dapat bertahan dari berbagai
goncangan mekanik pada saat pembuatan, pengepakan dan transportasi. Alat
yang biasa digunakan adalah hardness tester. Kekerasan adalah parameter
yang menggambarkan ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik
seperti goncangan, kikisan dan terjadi keretakan talet selama pembungkusan,
pengangkutan dan pemakaian. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari
tekanan pengempaan
Alat yang dapat digunakan untuk mengukur kekerasan tablet
diantaranya Monsanto tester, Pfizer tester, dan Strong cobb hardness
tester. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah tekanan

39
kompresi dan sifat bahan yang dikempa. Kekerasan ini dipakai sebagai
ukuran dari tekanan pengempaan. Semakin besar tekanan yang diberikan
saat penabletan akan meningkatkan kekerasan tablet. Pada umumnya tablet
yang keras memiliki waktu hancur yang lama (lebih sukar hancur) dan
disolusi yang rendah, namun tidak selamanya demikian. Pada umumnya
tablet yang baik dinyatakan mempunyai kekerasan antara 4-10 kg. Namun
hal ini tidak mutlak, artinya kekerasan tablet dapat lebih kecil dari 4 atau
lebih tinggi dari 8 kg. Kekerasan tablet kurang dari 4 kg masih dapat diterima
dengan syarat kerapuhannya tidak melebihi batas yang diterapkan. Tetapi
biasanya tablet yang tidak keras akan memiliki kerapuhan yang tinggi dan
lebih sulit penanganannya pada saat pengemasan, dan transportasi.
Kekerasan tablet lebih besar dari 10 kg masih dapat diterima, jika masih
memenuhi persyaratan waktu hancur/disintegrasi dan disolusi yang
dipersyaratkan. Uji kekerasandilakukan dengan mengambil masing-masing
10 tablet dari tiap batch, yang kemudian diukur kekerasannya dengan alat
pengukur kekerasan tablet. Persyaratan untuk tablet lepas terkendali non
swellable adalah 10-20 kg/cm2

5. Uji Friabilitas
Dilakukan dengan alat Friabilator menggunakan 20 tablet. Parameter yang
diuji adalah kerapuhan tablet terhadap gesekan atau bantingan selama 4
menit. Tablet yang baik mempunyai friabilitas < 1%. Nilai friabilitas
diperoleh dengan menggunakan rumus :
f = friabilitas
a = bobot tablet sebelum diuji
b = bobot tablet setelah diuji

40
6. Uji Waktu Hancur
Uji waktu hancur menggunakan alat disintegrator tester menggunakan 6
tablet. Persyaratan dalam Farmakope Indonesia jilid 3 : kecuali dinyatakan
lain semua tablet harus hancur tidak lebih dari 15 menit (untuk tablet tidak
bersalut) dan tidak lebih dari dari 60 menit untuk tablet salut gula atau tablet
salut selaput.

2.5.7 Formulasi Tablet


A. Formulasi
1. Zat aktif : Antalgin
2. Pengikat : Avicel pH 102
3. Penghancur dalam : Amylum kering / Amprotab
4. Pengisi : Laktosa
5. Penghancur luar : Amylum kering
6. Lubrikan : Mg stearate
7. Glidan : Talkum
Formulasi
Dibuat tablet Antalgin dengan bobot 700 mg/tablet
R/ Antalgin 500 mg
Amprotab 5% Fase Dalam = 92% x 700mg
Avicel pH 102 5% = 644 mg
Laktosa qs
Mg Stearat 1%
Talc 2% Fase Luar = 8%
Amprotab 5%

41
B. Bahan Dan Alat
1. Bahan :
 Antalgin
 Avicel pH 102
 Amylum kering / Amprotab
 Laktosa
 Talk
 Mg stearate
 Aquades
2. Alat :
 Beaker glass - Alat uji friabilitas
 Baskom plastic - Kantong plastik
 Sendok - Alat Moisture Balance
 Ayakan - Mesin pencetak tablet
 Timbangan analitik – Oven
 Gelas ukur – Penggaris
 Alat uji waktu hancur disintegrator – Corong

C. Tahapan pembuatan granul dan tablet metode granulasi basah


 Penimbangan
 Penghalusan
 Pencampuran fase padat
 Penambahan cairan pengikat
 Granulasi (Mesh 16)
 Pengeringan
 Granulasi (Mesh 18)

42
 Pencampuran/ lubrikasi
 Pengempaan / pencetakan

D. Cara Pembuatan dan perhitungan tablet dengan Metode Granulasi basah


1. Perhitungan
 Antalgin 500 mg
 Amprotab = 5% x 700mg = 35 mg
 Avicel pH 102 = 5% x 700mg = 35 mg
 Laktosa = 570 mg – 644 mg = 74 mg

Fase dalam (FD):

Antalgin = 500 mg x 250 tablet = 125 g

Amprotab = 35 mg x 250 tablet = 8,75 g

Avicel pH 102 = 35 mg x 250 tablet = 18,5 g

Laktosa = 74 mg x 250 tablet = 18,5 g

Fase luar (FL)

Mg Stearat = 0,5% x 700mg x 250 tablet = 875 mg

Talc = 1% x 700mg x 250 tablet = 1750 mg

E. Metode Pembuatan :
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Apabila perlu digerus, maka
gerus terlebih dahulu sebelum ditimbang.
2. Timbang semua bahan yang akan digunakan.
3. Campurkan seluruh fase dalam (antalgin, avicel pH 102, amylum kering, dan
laktosa) kecuali lubrikan (mg stearat dan talc) dalam kantong plastik yang
sesuai selama ± 5 – 10 menit (M1)
43
4. Masukkan lubrikan FD ke dalam M1. aduk hingga homogen selama ± 2–5
menit
5. Kempa massa M1 dengan mesin sluging atau mesin cetak tablet. Pada proses
ini slug tidak dapat dibentuk sama sekali sehingga dengan anjuran dosen
kami berubah proses dari granulasi kering menjadi granulasi basah.
6. Seluruh M1 lalu ditampung ke dalam baskom. Ke dalam campuran M1, kami
memasukkan seluruh FL ke dalam M1 lalu mengaduknya hingga homogen
(M2).
7. Ke dalam M2 dipercikkan aquadest qs sampai terbentuk massa yang dapat
dikepal dan dipatahkan.
8. Oven granul pada suhu 40o – 60o C selama 1 hari 1 malam. Lalu keesokan
harinya campuran dikeluarkan dari oven.
9. Ayak massa tersebut dengan ayakan 18 mesh hingga terbentuk granul.
10. Cetak granul hingga terbentuk tablet.
11. Lakukan Evaluasi bterhadap tablet.

44
BAB III
KESIMPULAN

 Dalam penggunaannya, obat mempunyai berbagai macam bentuk. Semua


bentuk obat mempunyai karakteristik dan tujuan tersendiri. Sediaan-sediaan
yang telah beredar saat ini umumnya dibredakan atas sediaan padat, sediaan
cair, dan sediaan semi padat. mempunyai tujuan atau maksud tertentu dalam
penggunaanny sehingga dapat mempermudah dalam penggunaan sediaan
tersebut
 Pulvis (serbuk) adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang
dihaluskan. Serbuk oral dapat diserahkan dalam bentuk terbagi (pulveres) atau
tidak terbagi (pulvis).
 Pulveres atau serbuk bagi dalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih
kurang sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk
sekali minum.
 Pil adalah suatu sediaan berupa massa bulat mengandung satu atau lebih bahan
obat.
 Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus cangkang kapsul keras atau
lunak. Cangkang kapsul dibuat dari gelatin dengan atau tanpa zat
tambahan. (Farmakope III, 1979)
 Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kompa cetak, dalam bentuk
tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung,
mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat
tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang,
zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau zat lain yang cocok.

45
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. (1997). ILMU MERACIK OBAT. GADJAH MADA UNIVERSITY PRESS.

FARMAKOPE INDONESIA. (1979). DEPARTEMEN KESEHATAN INDONESIA.

Parrot EL 1971 Pharmaceutical Technology Fundamental pharmaceuticsThird


Edition

Burges Publishing Company USA

Rowe R C Paul J S and Paul J W 2009 Hand Book of Pharmaceutical Excipients


6th USA: Pharmaceutical Press and American Pharmaceutical Association

46

Anda mungkin juga menyukai