Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi dalam bahasa Yunani disebut farmakon yang berarti medika atau
obat. Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur, meracik
formulasi obat, identifikasi, kombinasi, analisis dan standarisasi/pembakuan obat
serta pengobatan, termasuk pula sifat-sifat obat dan distribusinya serta
penggunaannya yang aman, sedangkan ilmu resep adalah ilmu yang mempelajari
tentang cara penyediaan obat-obatan menjadi bentuk tertentu (meracik) hingga
siap digunakan sebagai obat (Susanti, 2016). Dalam dunia farmasi kita
mempelajari berbagai macam materi salah satunya yaitu farmasetika.
Farmasetika adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat
meliputi pengumpulan, pengenalan, pengawetan, dan pembakuan bahan obat-
obatan; seni peracikan obat, serta pembuatan sediaan farmasi menjadi bentuk
tertentu hingga siap digunakan sebagai obat, serta perkembangan obat yang
meliputi ilmu dan teknologi pembuatan obat dalam bentuk sediaan yang dapat
digunakan dan diberikan kepada pasien (Syamsuni, 2006). Dalam mempelajari
tentang farmasetika maka kita juga mempelajari istilah yang dikenal dengan obat.
Obat dapat didefinisikan sebagai suatu zat yang dimaksudkan untuk dipakai
dalam diagnosis, mengurangi rasa sakit, mengobati atau mencegah penyakit pada
manusia atau hewan (Ansel, 2008). Salah satu bentuk sediaan obat adalah serbuk.
Serbuk (pulvis) adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang
dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. Karena
mempunyai luas permukaan yang luas, serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih
larut dari pada bentuk sediaan yang dipadatkan. Anak-anak dan orang dewasa
yang sukar menelan kapsul atau tablet lebih mudah menggunakan obat dalam
bentuk serbuk. Biasanya serbuk oral dapat dicampur dengan air minum. Serbuk
oral dapat diserahkan dalam bentuk terbagi (pulveres) atau tidak terbagi (pulvis).
Serbuk tabur (pulvis adspersorius) adalah serbuk ringan untuk penggunaan
topikal dan dapat dikemas dalam wadah yang bagian atasnya berlubang halus
untuk memudahkan penggunaan pada kulit. Biasanya serbuk tabur harus melewati

1
ayakan dengan derajat halus 100 mesh, agar tidak menimbulkan iritasi
kulit (Chang, 2005).
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dilakukanlah praktikum
serbuk tabur untuk mengetahui cara pembuatan serbuk tabur beserta bahan-bahan
yang digunakan didalamnya. Pembuatan sediaan serbuk sangat penting untuk
dapat diterapkan pada pelayanan kefarmasian khususnya di apotek, puskesmas
maupun rumah sakit.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa itu sediaan serbuk tabur.
2. Untuk memahami lebih detail langkah pembuatan serbuk tabur.
1.3 Manfaat Praktikum
Adapun tujuan praktikum sebagai berikut:
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui apa itu sediaan serbuk tabur.
2. Agar mahasiswa lebih memahami langkah pembuatan serbuk tabur.
1.4

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Farmasetika
Farmasetika merupakan ilmu yang mempelajari tentang penyediaan obat
yang mencakup pengumpulan, pengenalan, pengawetan, dan pembekuan bahan
obat-obatan, peracikan obat dan pembuatan sediaan farmasi hingga menjadi
bentuk tertentu dan siap disajikan untuk digunakan sebagai obat serta
perkembangan obat yang meliputi ilmu dan teknologi pembuatan obat dalam
bentuk sediaan yang siap diberikan kepada pasien (Nardina, dkk, 2021).
2.1.2 Resep
Resep adalah suatu permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi atau dokter
hewan kepada apoteker untuk membuatkan obat dalam bentuk sediaan tertentu
dan menyerahkannya kepada pasien. Resep merupakan perwujudan akhir dari
kompetensi, pengetahuan dan keahlian dokter dalam menerapkan
pengetahuannya dalam bidang farmakologi dan terapi. Resep juga perwujudan
hubungan profesi antara dokter, apoteker, dan pasien. Penulisan resep harus
ditulis dengan jelas, lengkap, dan memenuhi peraturan perundangan serta
kaidah yang berlaku sehingga mudah dibaca oleh apoteker. Resep yang ditulis
dengan tidak jelas akan menimbulkan terjadinya kesalahan saat peracikan atau
penyiapan obat dan penggunaan obat yang diresepkan (Nardina, dkk, 2021).
2.1.3 Obat
Obat adalah suatu bahan/paduan bahan bahan yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangkan,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau
kelainan badania dan rohaniah pada manusia atau hewan, memperelok bahan
atau bagian badan manusia (Murtini, 2016).
2.1.4 Serbuk
Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang
dihaluskan untuk pemakaian oral atau dalam atau untuk pemakaian luar.
Bentuk serbuk mempunyai luas permukaan yang lebih luas sehingga lebih

3
mudah larut dan lebih mudah terdispersi daripada bentuk sediaan padat lainnya
(seperti kapsul, tablet, pil) (Syamsuni, 2006).
Menurut Farmakope Indonesia edisi III (1979), serbuk adalah campuran
homogen dua atau lebih obat yang diserbukan. Menurut Farmakope edisi IV
(1995), serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang
dihaluskan dan ditujukan untuk pemakaian luar. Serbuk dapat dibedakan
menjadi 2 jenis yaitu:
1. Serbuk terbagi (Pulveres)
Serbuk yang dibagi dalam bobot yang kurang lebih sama dibungkus
dengan kertas perkamen atau pengemas lain yang cocok untuk sekali
minum.
2. Serbuk tak terbagi (Pulvis)
Serbuk yang tidak terbagi dalam jumlah banyak. Jika dalam suatu serbuk
dinyatakan suatu cara pemakaian dalam takaran sendok teh atau sendok
lain, maka selalu sesendok rata serbuk.
2.1.5 Keuntungan dan Kerugian Serbuk
Menurut Syamsuni (2006), keuntungan bentuk serbuk, antara lain:
1. Serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih larut daripada sediaan yang
dipadatkan.
2. Anak-anak atau orang tua yang sukar menelan kapsul atau tablet lebih
mudah menggunakan obat dalam bentuk serbuk
3. Masalah stabilitas yang sering dihadapi dalam sediaan cair tidak
ditemukan dalam sediaan serbuk.
4. Obat yang tidak stabil dalam suspensi atau larutan air dapat dibuat dalam
bentuk serbuk.
5. Obat yang volumenya terlalu besar untuk dibuat tablet atau kapsul dapat
dibuat dalam bentuk serbuk.
6. Dokter lebih leluasa dalam memilih dosis yang sesuai dengan keadaan
penderita.

4
Menurut Syamsuni (2006), kerugian bentuk serbuk, antara lain:
1. Tidak tertutupnya rasa dan bau yang tidak enak (pahit, sepet, lengket di
lidah, amis).
2. Terkadang menjadi lembap atau basah pada penyimpanan.
2.1.6 Syarat Serbuk
Sediaan pulveres yang baik harus memenuhi beberapa syarat yaitu
homogen, kering, memiliki derajat kehalusan tertentu, dan keseragaman
kandungan (Rahayu dan Yusrizal, 2019).
Menurut Syamsuni (2007), sediaan serbuk terbagi (pulveres) yang baik
harus memenuhi syarat yaitu:
1. Homogen
2. Kering
3. Mempunyai derajat kehalusan tertentu
4. Serta harus memenuhi persyaratan meliputi keseragaman bobot dan
keseragaman kandungan atau dosis
2.1.7 Derajat Kehalusan
Menurut Depkes RI (1989), pengayak dibuat dari kawat logam atau
bahan lain yang cocok dengan penampang melintang yang sama diseluruh
bagian. Jenis pengayak dinyatakan dengan nomor yang menunjukkan jumlah
lubang tiap cm dihitung searah dengan panjang kawat.
Derajat halus serbuk dinyatakan dengan nomor pengayak. Jika derajat
halus suatu serbuk dinyatakan dengan 1 nomor, dimaksudkan bahwa semua
serbuk dapat melalui pengayak dengan nomor tersebut. Jika derajat halus suatu
serbuk dinyatakan dengan 2 nomor, dimaksudkan bahwa semua serbuk dapat
dapat melalui pengayak dengan nomor terendah dan tidak lebih dari
40% melalui pengayak dengan nomor tertinggi.
Untuk penetapan keseragaman derajat halus serbuk obat dan bahan kimia,
cara yang boleh dilakukan dengan menggunakan pengayak baku yang
memenuhi persyaratan. Hindari penggoyangan lebih lama, yang akan
menyebabkan peningkatan derajat halus serbuk selama penetapan.

5
Untuk serbuk sangat kasar, kasar dan setengah kasar, masukkan 25-100
gram serbuk uji pada pengayak baku yang sesuai yang mempunyai panci
penampung dan tutup yang sesuai. Goyang pengayak dengan arah putaran
horizontal dan ketukkan secara vertikal pada permukaan keras selama tidak
kurang dari 20 menit atau sampai pengayakan praktis sempurna. Timbang
seksama jumlah yang tertinggal pada pengayak dan dalam panci penampung.
Untuk serbuk halus atau sangat halus, lakukan penetapan seperti pada
serbuk kasar kecuali contoh tidak lebih dari 25 gram dan pengayak yang
digunakan digoyang selama tidak kurang 30 menit atau sampai pengayakan
praktis sempurna.
2.1.8 Serbuk Tabur
Serbuk tabur (pulvis adspersorius) adalah serbuk ringan untuk
penggunaan topikal dan dapat dikemas dalam wadah yang bagian atasnya
berlubang halus untuk memudahkan penggunaan pada kulit. Biasanya serbuk
tabur harus melewati ayakan dengan derajat halus 100 mesh, agar tidak
menimbulkan iritasi kulit (Chang, 2005).
Pulvis adspersorius adalah serbuk ringan, bebas dari butiran kasar dan
dimaksudkan untuk obat luar. Umumnya dikemas dalam wadah yang bagian
atasnya berlubang halus untuk memudahkan penggunaan pada kulit
(Kemendikbud, 2014).
2.1.9 Metode Pembuatan Serbuk
Menurut Syamsuni (2006), metode pembuatan serbuk adalah sebagai
berikut:
1. Trituration, mencampurkan bahan obat dalam mortir dengan stamper.
2. Spatulation, mencampur bahan obat langsung diatas kertas.
3. Sifting, cara mencampurkan bahan obat dalam suatu ayakan tertutup.
4. Tumbling, cara mencampurkan bahan obat dalam tempat tertutup yang
dilengkapi dengan bola logam sebagai penggiling kemudian digoyang-
goyangkan.

6
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Asam Salisilat (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : ACIDUM SALICYLICUM
Nama lain : Asam salisilat
Rumus struktur :

Rumus molekul : C7 H6 O3
Berat molekul : 138,12 g/mol
Pemerian : Hablur ringan tidak berwarna atau sebuk berwarna
putih hampir tidak berbau, rasa agak manis, dan
tajam.
Kelarutan : Larut dalam 550 bagian air dan 4 bagian etanol
(95%) P, Mudah larut dalam kloroform p, dan eter p,
larut dalam, amonium serat p, dinatrium
hidrogensusfat p, kalium sitrat p, dan natrium sistrat
p
Kegunaan : Sebagai zat aktif, sebagai bahan dasar sintesa metil
salisilat
Khasiat : Keratolikum, menghilangkan lapisan keratin dalam
kulit (kutil), antifungi, obat jamur, membantu
mengatasi jerawat pada wajah, mengurangi ruam
kemerahan pada kulit dan mencerahkan wajah.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
2.2.2 Alkohol (Dirjen pom, 1979)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama resmi : Alkohol, methanol, etanol, isopropil alkohol

7
Rumus struktur :

Rumus molekul : C2H6O


Berat molekul : 46,07 g/mol
Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna. Bau
khas rasa panas mudah terbakar dan memberikan
nyala biru
Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan
semua pelarut organik.
Kegunaan : Alkohol 70% digunakan sebagai pembersih alat
praktikum
Khasiat : Sebagai desinfektan serta digunakan sebagai pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, jauh dari api.
2.2.3 Menthol (Dirjen POM,1995)
Nama resmi : MENTHOLUM
Nama lain : Mentol
Rumus molekul : C10H20O
Berat molekul : 156,30 g/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Serbuk hablur berbentuk jarum prisma, tidak


bewarna, bau tajam seperti minyak permen, rasa
panas dan aromatik diikuti rasa dingin
Kelarutan : Sukar larut dalam air, sangat mudah larut dalam
etanol (95%) P dalam kloroform dan dalam eter,
mudah larut dalam paraffin cair dan dalam minyak
atsiri
Kegunaan : Sebagai anti iritan dan pengaroma

8
Khasiat : Memberikan efek dingin lalu hangat untuk
melemaskan otot-otot tubuh dan mengurangi
peradangan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
2.2.3 Talkum (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : TALKUM
Nama lain : Talk
Rumus struktur :

Rumus molekul : H8Mg3 (SiO3)4


Berat molekul : 379,265 g/mol
Pemerian : Serbuk hablur, sangat halus, licin, mudah melekat
pada kulit bebas dari butiran, warna putih atau
serbuk hablur kelabu
Kelarutan : Tidak larut dalam hampir semua pelarut
Kegunaan : Sebagai pelincir
Khasiat : Antifungi (antijamur)
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

9
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum Farmasetika Dasar untuk percobaan serbuk bagi, dilaksanakan
pada hari Senin, 03 Oktober 2022 pukul 07.00-10.00 WITA. Pelaksanaan
praktikum bertempat di Laboratorium Teknologi Farmasi, Jurusan Farmasi,
Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum serbuk bagi yaitu, lumpang
dan alu, spatula, dan sudip.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum serbuk tabur yaitu, alkohol
70%, Asam salisilat, etiket biru, kertas perkamen, Menthol, Talkum, dan tisu.
3.3 Prosedur Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dibersihkan alat dengan menggunakan alkohol 70 %.
3. Disiapkan wadah untuk masing-masing wadah
4. Ditimbang masing-masing bahan sesuai pada perhitungan
5. Digerus menthol samapai halus
6. Ditambahkan talkum sebanyak 14,4 gram ke dalam menthol lalu gerus
hingga homogen
7. Digerus asam salisilat sebanyak 0,6 gram dan ditambahkan 3 tetes alkohol
70% kemudian gerus hingga homogen
8. Dicampurkan asam salisilat sebanyak 0,6 gram dengan campuran menthol
0,6 gram dan talkum 14,4 gram pada fase pertama
9. Diayak ketiga bahan tersebut.

10
10. Ditambahkan sisa talkum 14,4 gram lalu ayak bersamaan.
11. Dimasukkan bahan-bahan yang sudah terayak halus ke dalam wadah dan
diberi etiket biru.

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
3
4
5
6

Gambar 4.1
Sediaan Serbuk Tabur

4.2 Perhitungan bahan


2
Asam Salisilat = x 30 = 0,6 gram
100
2
Menthol = x 30 = 0,6 gram
100
Talkum = 30 – (0,6 + 0,6)
= 30 – 1,2
= 28,8 g (dibagi 2)
= 14,4 gram
4.3 Pembahasan
Menurut Dirjen POM (1979), serbuk tabur adalah serbuk ringan untuk
penggunaan topikal dan dapat dikemas dalam wadah yang bagian atasnya
berlubang halus untuk memudahkan penggunaan pada kulit. Biasanya serbuk
tabur pada kulit. Biasanya serbuk tabur harus melewati ayakan dengan derajat
halus 100 mesh, agar tidak menimbulkan iritasi kulit.

12
Adapun tujuan praktikum kali ini yaitu, untuk mengetahui apa itu sediaan
serbuk tabur, dan untuk memahami lebih detail langkah pembuatan serbuk tabur.
Adapun alat yang digunakan pada praktikum serbuk tabur yaitu, lap halus, lap
kasar, lumpang dan alu, sudip. Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum
serbuk tabur yaitu, alkohol 70%, asam salisilat, menthol, talkum, kertas perkamen,
wadah obat, dan tisu.
Langkah pertama yang dilakukan menyiapkan alat dan bahan. Bersihkan alat
dengan menggunakan alkohol 70%. Karena penggunaan alkohol 70% bersifat
antiseptik untuk benda mati. Menurut Pratiwi (2008), alkohol 70 % dapat
mempercepat proses pembersihan alat dari mikroorganisme. Alkohol mempunyai
aktivitas sebagai antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri, dan
alkohol juga merupakan antiseptik dan desinfektan.
Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah menimbang asam salisilat 0,6
gram, menthol 0,6 gram, dan talkum 28,8 gram, menggunakan neraca analitik
yang akan digunakan dalam sediaan serbuk tabur. Menurut Febrian (2020),
Penggunaan neraca analitik karena neraca analisis pengukurannya akurat dan
lebih detail. Neraca analitik sering digunakan dalam laboratorium karena memiliki
tinggkat ketelitian yan tinggi mencapai 4 digit yaitu 0,0001 gram dan dilengkapi
pelindung kaca untuk menghindari pengaruh udara yang masuk.
Dimasukkan menthol 0,6 gram dan setengah jumlah talkum 14,4 gram ke
dalam lumpang kemudian gerus hingga homogen. Selanjutnya digerus asam
salisilat sebanyak 0,6 gram ke dalam lumpang dan tetesi 2-3 tetes alkohol.
Menurut Kuraesin (2004), asam salisilat sangat ringan dan mudah berterbangan
yang akan menyebabkan rangsangan terhadap selaput lendir hidung dan mata
hingga akan bersin sehingga dalam hal ini, asam salisilat harus ditetesi dengan
alkohol.
Kemudian digerus sampai homogen. Penggerusan dilakukan dengan searah
jarum jam. Penggerusan searah jarum jam dilakukan agar semua bahan tercampur
dengan rata. Penggerusan dilakukan untuk mencegah rasa kasar dari bahan yang
padat dan kasar dari sediaan serbuk tabur dan mengecilkan ukuran bahan.

13
Pembuatan bahan sediaan serbuk tabur ini menggunakan penggerusan searah
jarum jam yang bertujuan untuk mengecilkan ukuran bahan (Suwarni, 2010).
Kemudian campuran menthol dan talkum dimasukkan ke dalam lumpang dan
ditambahkan asam salisilat lalu digerus lagi secara bersamaan. Setelah campuran
asam salisilat, menthol, dan talkum tercampur rata kemudian diayak
menggunakan ayakan mesh agar tidak menumbulkan iritasi kulit (Nanda, 2013).
Ayakan dengan nomor mesh paling kecil memiliki lubang ayakan yang
terbesar, berarti ukuran partikel yang melewatinya juga berukuran besar,
begitupun sebaliknya. Partikel obat yang akan diayak diletakkan pada ayakan
teratas dengan nomor mesh kecil. Partikel dengan ukuran lebih kecil dari lebar
lubang ayakan akan berjatuhan melewatinya. Sedangkan partikel yang tinggal
pada ayakan berukuran lebih besar dan kasar (Hardani, dkk, 2022).
Setelah pengayakan pada tahap pertama ditambahkan lagi sisa talkum
sebanyak 14,4 gram ke dalam ayakan mesh lalu diayak kembali hingga homogen.
Dimasukkan campuran keempat bahan tadi kedalam wadah serbuk tabur yang
sudah disediakan dan membuat etiket biru dari serbuk tabur tersebut agar
penggunaannya jelas. Penggunaan etiket biru ini dilakukan untuk menunjukkan
bahwa sediaan tersebut untuk penggunaan luar. Etiket biru digunakan dan
ditujukan untuk penggunaan obat luar (Dirjen POM, 1995).
Etiket atau label obat (penandaan obat) adalah penandaan yang diberikan oleh
fasilitas pelayanan kesehatan yang biasanya ditempel di depan obat atau alat
kesehatan yang berguna untuk memberikan informasi penggunaan kepada para
pemakai obat atau alat kesehatan tersebut (Kristanta, 2007).
Adapun kemungkinan kesalahan yang terjadi karena kurang tepat dalam
melakukan pengayakan terhadap bahan obat dimana bahan obat masih menempel
pada ayakan akibatnya pada jumlah akhir bahan obat kurang dari yang ditentukan.
Dan juga pada saat menuang hasil ayakan banyak bahan obat yang jatuh atau
berterbangan. Itulah faktor-faktor yang menyebabkan hasil dari praktikum kurang
sesuai dengan apa yang diharapkan.

14
4.4 Resep dan Nama Latin
Dr. Ani
SIP: 020/152/SIP-TU/V/2014
Praktek: Jl. Teuku Umar No.8
Telpon (0411) 359608
R/ Asam Salisilat 2%
Menthol 2%
Talkum ad 30 g
m.f Pulv
s.u.e
Pro : Aprili (9 tahun)
Alamat : Jl. Jeruk

4.4.1 Narasi Resep


a. Narasi Latin
Recipe Asam salisilat 2%, Menthol 2 %, Talkum ad 30 g, misce fac pulvis,
signa usus externus. Pro Aprili (9 tahun).
b. Narasi Indonesia
Ambillah Asam salisilat 2%, Menthol 2%, Talkum 30 g, campur dan buatlah
serbuk tabur, tandai pemakaian luar. Untuk Aprili (9 tahun).
4.4.2 Narasi Resep Perkata
Singkatan Nama Latin Arti
ad ad Sampai
m.f Misce fac Campur dan buatkan
Pro Pro Untuk
Pulv Pulvis Serbuk tabur
R Recipe Ambillah
S Signa Tandai
u.e Usus Externus Untuk obat luar

15
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan sediaan serbuk bagi adalah:
1. Serbuk tabur (pulvis adspersorius) adalah serbuk ringan untuk penggunaan
topikal dan dapat dikemas dalam wadah yang bagian atasnya berlubang
halus untuk memudahkan penggunaan pada kulit.
2. Cara pembuatan serbuk tabur dimulai dari menyediakan alat dan bahan yang
sudah dibersihkan menggunakan alkohol 70%, lalu mulai menimbang asam
salisilat, menthol, dan talkum menggunakan neraca analitik. Kemudian
masukkan ketiga bahan tersebut menthol gerus hingga homogen. Setelah
campuran asam salisilat, menthol, dan talkum tercampur rata kemudian
diayak menggunakan ayakan mesh. Serbuk yang sudah diayak halus
kemudian dimasukkan ke dalam wadah serbuk tabur yang sudah disediakan
dan diberi etiket biru.
5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk asisten
Untuk asisten, sebaiknya lebih memantau praktikan dalam melaksanakan
praktikum agar praktikan lebih memahami percobaan yang telah dilakukan.
5.2.2 Saran untuk laboratorium
Untuk laboratorium, sebaiknya untuk fasilitas alat dan bahan praktikum
dilengkapi, agar hasil percobaan yang dihasilkan juga maksimal. Selain itu,
ruangan laboratorium diperluas dan ditambah dengan pendingin ruangan.
5.2.3 Saran untuk jurusan
Untuk jurusan, sebaiknya bertindak langsung dalam perbaikan dan
peninjauan laboratorium.

16

Anda mungkin juga menyukai