Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur, meracik
formulasi obat, identifikasi, kombinasi, analisis dan standarisasi atau pembakuan obat
pengobatan, termasuk pula sifat-sifat obat dan distribusinya serta penggunaannya
yang aman. Salah satu ilmu yang dipelajari dalam farmasi adalah farmasetika dasar.
Farmasetika adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat-
obatan menjadi bentuk tertentu hingga siap digunakan sebagai obat. Bentuk sediaan
obat terdiri dari serbuk, kapsul, tablet, pil.
Pada praktikum kali ini kami meracik obat dalam bentuk Serbuk. Karena ada
beberapa pasien yang tidak bisa minum atau menelan obat dalam bentuk tablet
maupun kapsul. Dengan ini, maka obat tablet digerus dan dijadikan serbuk.
Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang diserbukkan,
karena mempunyai luas permukaan yang luas, serbuk lebih mudah terdispersi dan
lebih larut dari pada bentuk sediaan yang dipadatkan (Dirjen POM, 1979).
Dalam ilmu farmasi, sediaan serbuk dapat diartikan sebagai campuran
homogen dua atau lebih bahan obat yang telah di haluskan, dan ditujukan untuk
pemakaian luar. Penggunaan obat dalam bentuk serbuk sangat dibutuhkan oleh
masyarakat terutama bagi anak-anak maupun orang dewasa yang susah atau
sulitmeminum obat baik dalam bentuk tablet, pil, ataupun kapsul.
Serbuk bagi adalah serbuk yang dibagi dalam bobot kurang lebih sama,
dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum. Untuk
serbuk bagi yang mengandung bahan yang mudah meleleh atau atsiri harus dibungkus
oleh kertas.
Pulvis adalah serbuk yang tidak terbagi-bagi dan dapat digolongkan menjadi
beberapa jenis, antara lain yaitu pulvis adspersorius (serbuk tabur / bedak) yang
merupakan serbuk ringan untuk penggunaan topikal, dapat dikemas dalam wadah
yang bagian atasnya berlubang halus untuk memudahkan penggunaan pada kulit.

1
umumnya serbuk tabur harus melewati ayakan dengan derajat halus 100 mesh agar
tidak menimbulkan iritasi pada bagian yang peka (Syamsuni, 2006).
Pulveres atau serbuk bagi adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih
kurang sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali
minum. Untuk serbuk bagi yang mengandung bahan yang mudah meleleh atau atsiri
harus dibungkus dengan kertas perkamen atau kertas yang mengandung lilin,
kemudian dilapisi dengan kertas logam (Dirjen POM, 1979).
Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukanlah praktikum serbuk bagi untuk
mengetahui tentang cara pembuatan serbuk bagi beserta bahan-bahan yang digunakan
didalamnya. Pembuatan sediaan serbuk sangat penting diketahui untuk dapat
diterapkan pada pelayanan kefarmasian khususnya di apotek, puskesmas maupun
rumah sakit.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang sediaan serbuk bagi
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang penggerusan
1.2.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi tentang serbuk bagi
2. Mahasiswa dapat mengetahui tentang penggerusan

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Pengertian serbuk
Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang diserbukkan.
Serbuk diracik dengan cara mencampur bahan obat satu persatu, sedikit demi sedikit,
dan dimulai dari bahan obat yang jumlahnya sedikit, kemudian diayak, biasanya
menggunakan pengayak nomor 60 dan dicampur lagi. Jika serbuk mengandung
lemak, harus diayak dengan pengayak nomor 44 (Dirjen POM, 1979).
Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan,
ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. Karena mempunyai luas
permukaan, serbuk lebih mudah terdispersi atau lebih larut daripada bentuk sediaan
yang dipadatkan. Anak-anak atau orang dewasa yang sukar menelan kapsul atau
tablet yang mudah menggunakan obat dalam bentuk serbuk (Dirjen POM, 1995).
Bentuk serbuk mempunyai luas permukaan yang lebih luas sehingga lebih
mudah larut dan lebih mudah terdispersi dari pada bentuk sediaan obat lainnya seperti
kapsul, tablet, pil. Obat yang terlalu besar volumenya untuk dibuat tablet atau kapsul
dalam ukuran yang lazim, dapat dibuat dalam bentuk serbuk (Syamsuni, 2006).
Adapun keuntungan menggunakan serbuk ialah sebagai campuran bahan obat sesuai
kebutuhan, dosis lebih cepat dan lebih stabil dari pada cairan, serta memberikan
disolusi yang lebih cepat. Namun serbuk juga memiliki kerugian yaitu kurang baik
untuk bahan obat yang mudah rusak atau terurai dengan adanya kelembapan, bahan
obat yang pahit akan sukar tertutupi rasanya serta peracikannya cukup lama (Howard
C. Ansel, 1989).
2.1.2 Macam - Macam Sediaan Serbuk
Menurut Farmakope Indonesia edisi III serbuk adalah capuran homogen dua
atau lebih obat yang diserbukan. Menurut Farmakope edisi IV serbuk adalah

3
campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan dan ditujukan untuk
pemakaian luar.

Serbuk dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu (Elmitra, 2017) :


1. Serbuk terbagi (Pulveres)
Serbuk bagi ( pulveres ) Pulveres adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang
lebih kurang sama, dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas
yang lain yang cocok.
2. Serbuk tak terbagi (Pulvis)
Serbuk tidak terbagi ( pulvis ) Pulvis adalah serbuk yang dibagi atau ditakar
sesuaikeinginan pasien, digunakan untuk pemakaian luar atau dalam.
Serbuk tak terbagi dapat dibedakan menjadi 4 macam antara lain (Elmitra, 2017) :
1. Serbuk gigi (Pulvis Dentrifricius)
Serbuk gigi umumnya mengandung karmin sebagai pewarna yang dilarutkan
lebih dahulu dalam kloroform atau etanol 90%.
2. Serbuk bersin (Pulvis Sternutatorius)
Serbuk ini digunakan untuk dihisap melalui hidung. Oleh sebab itu serbuk ini
harus sangat halus.
3. Pulvis Effervescent
Pulvis effervescent adalah serbuk biasa yang sebelum diminum harus
dilarutkan terlebih dahulu dalam air dingin atau air hangat. Serbuk ini yang
mengandung CO2 (jika dilarutkan dalam air menimbulkan gas), untuk
mempercepat penyerapan dalam lambung.
4. Serbuk tabur (Pulvis Adspersorius)
Serbuk tabur adalah serbuk ringan untuk penggunaan topikal dan dapat
dikemas dalam wadah yang bagian atasnya berlubang halus untuk
memudahkan penggunaan pada kulit. Biasanya serbuk tabur pada kulit.
Biasanya serbuk tabur harus melewati ayakan dengan derajat halus 100 mesh,
agar tidak menumbulkan iritasi kulit.

4
2.1.3 Cara Pembuatan Serbuk
1. Serbuk diracik dengan cara mencampur bahan obat satu persatu, sedikit demi
sedikit dan dimulai dari bahan obat yang jumlahnya sedikit, kemudian diayak,
biasanya menggunakan pengayak nomor 60 dan dicampur lagi.
2. Beberapa petunjuk : Jangan mencampur obat berkhasiat keras dalam keadaan
tidak diencerkan.
3. Bila bagian-bagian serbuk mempunyai BJ yang berlainan masukkan dulu
serbuk
yang BJnya besar baru kemudian masukkan serbuk yang BJnya rendah dan
diaduk.
4. Jangan menggerus bahan-bahan serbuk dalam jumlah banyak sekaligus.
5. Dalam membuat serbuk lebih baik bila bahan-bahan baku kering.
6. Maka itu untuk menggerus serbuk kristal lebih baik menggunakan mortir
panas.
7. Cara mencampur camphora dalam serbuk dilakukan dengan melarutkan
camphora dengan spiritus fortior dalam lumpang.
2.1.4 Keuntungan Sediaan Serbuk
1. Serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih mudah larut daripada bentuk sediaan
oral lain, sehingga dengan segera dapat memberikan efek terapi
2. Lebih mudah untuk ditelan dibanding sediaan padat lainnya
3. Lebih stabil dibanding sediaan cair
4. Lebih mudah dalam pengaturan dosis
2.1.5 Kerugian Bentuk Sediaan Serbuk

5
1. Obat yang tidak tahan terhadap pemaparan diudara akan rusak dengan bentuk
sediaan ini
2. Obat yang pahit, menimbulkan rasa mual dan muntah, begitu pula obat
dengan yang korosif tidak dapat dibuat dalam bentuk sediaan ini.
Sukar untuk menutup rasa dan bau yang tidak enak
3. Tidak dapat disimpan lama. Durasi efek waktu mulai berefek tidak dapat
diatur
2.1.6 Syarat-Syarat Serbuk
Menurut Syamsuni (2006), secara umum syarat serbuk adalah sebagai berikut:
1. Kering
2. Halus
3. Homogen
4. Memenuhi uji keragaman bobot (seragam dalam bobot) atau keseragaman
kandungan (seragam dalam zat yang terkandung) yang berlaku untuk serbuk
terbagi atau pulveres yang mengandung obat keras, narkotik, dan psikotropik.
Serbuk bagi adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang kurang lebih sama,
yang dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum.
Untuk serbuk bagi yang mengandung bahan yang mudah meleleh atau atsiri harus
dibungkus dengan kertas perkamen atau kertas yang mengandung lilin kemudian
dilapisi lagi dengan kertas logam (Chairunnisa, 2019).
Supaya dapat terbagi tepat, maka campuran serbuk sering ditambahkan zat
tambahan yang berkhasiat netral atau indiferen, seperti saccharum laktis dan
saccharum album. Serbuk yang diberikan pada penderita diabetes tidak boleh
digunakan saccharum album sebagai tambahan, tetapi gunakan mannitum atau
saccharum lactis (Ansel 1989).
Penggunaan serbuk lebih banyak diberikan kepada pasien anak-anak yang
masih belum mampu menelan obat kapsul atau tablet secara baik, maka puyer
menjadi salah satu pilihan alternatif yang dianggap lebih efisien bila diberikan kepada
pasien anak. Obat dapat dikombinasikan sesuai kebutuhan pasien, praktis, cara

6
pemberian yang mudah khususnya untuk anak yang masih kecil yang belum dapat
menelan tablet (Widyaningsih, 2013).
Agar dapat terbagi tepat, maka campuran serbuk sering ditambah zat
tambahanyang bersifat netral, seperti Saccharum Lactis, Saccharum album, sampai
beratserbuk tiap bungkusnya 500 mg. Saccharum album rasanya manis sehingga
dapat berfungsi sebagai pemberi rasa, tetapi serbuk mudah basa dan tidak cocok
untuk penderita diabetes.
Serbuk dibagi tanpa penimbangan tetapi untuk menjamin pembagian yang
sama, maka pembagian dilakukan tidak lebih dari 20 bungkus. Apabila lebih maka
serbuk harus dibagi dua dengan cara ditimbang sama banyak, baru kemudian dibagi.
Penyimpanan berat masing-masing serbuk terhadap yang lain adalah paling besar
10% Serbuk bagi dikemas dalam kertas perkamen, yang mengandung zat higroskopis
dalam kertas berlilin.
Keseragaman bobot serbuk diuji dengan cara : Timbang isi dari 20 bungkus
tadi timbang sekaligus dan hitung bobot rata-rata. Penyimpanan antara
penimbangan, satu persatu terhadap bobot isi rata-rata tidak lebih dari 15% dari tiap 2
bungkus dan tidak lebih dari 10% untuk tiap 18 bungkus yang lain.
2.1.8 Cara Pembuatan Serbuk Bagi
Dalam pembuatan serbuk lebih baik bila bahan-bahan baku serbuk kering.
Maka itu untuk menggerus halus serbuk kristal lebih baik menggunakan mortir panas.
Jika jumlahnya obat kurang dari 50 mg atau jumlah tersebut tidak dapat ditimbang,
harus dilakukan pengenceran menggunakan zat tambahan yang cocok. Obat bermassa
lembek misalnya ekstak kental dilarutkan kedalam pelarut yang sesuai secukupnya
dan diserbukkan dengan pertolongan zat tambahan yang cocok. Jika serbuk obat
mengandung bahan yang mudah menguap, dikeringkan dengan pertolongan kapur
tohor atau bahan pengering lain yang cocok. (Dirjem POM,1979).
2.1.7 Kelebihan dan Kekurangan Serbuk Bagi
Kelebihan dari bentuk serbuk bagi yaitu serbuk mempunyai luas permukaan
yang lebih luas sehingga lebih mudah terdispersi dan lebih larut daripada sediaan

7
yang dipadatkan. Serbuk juga lebih mudah digunakan untuk anak-anak atau orang tua
yang sukar menelan tablet atau kapsul, tetapi serbuk juga memiliki kekurangan yaitu
tidak tertutupnya rasa dan bau yang tidak enak dan pada penyimpanan terkadang
menjadi lembap atau basah. Sediaan serbuk terbagi (pulveres) yang baik harus
memenuhi syarat yaitu homogen, kering, mempunyai derajat kehalusan tertentu serta
harus memenuhi persyaratan meliputi keseragaman bobot dan keseragaman
kandungan atau dosis (Syamsuni, 2006).
Kekurangannya adalah tidak sesuai untuk obat yang bersifat sangat
higroskopis, deliquescent, campuran eutetik, atau zat yang mudah menguap.
(Hendrason, 2013).
2.2 Urain Bahan
2.2.1 Alkohol
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Alkohol, metanol, etanol, isopropil alkohol
Rumus Molekul : C2H5OH
Rumus Struktur :

Berat Molekul : 46,07 g/mol


Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap
dan mudah terbakar, berbau khas panas,
memberikan nyala biru yang tidak berasap
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform
dan dalam eter P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, yaitu terhindar dari
cahaya, ditempat sejuk jauh dari nyala api

8
Kegunaan : Sebagai zat tambahan, juga pembersih alat
praktikum yang dapat membunuh kuman
Khasiat : Sebagai antiseptik (menghambat pertumbuhan
dan membunuh mikroorganisme)
2.2.2 Chlopeniramin Maleat
Nama Resmi : CHLOPENIRAMIN MALEAT
Nama Lain : CTM
Rumus Molekul : C16H13CIN2,C4H4O4
Rumus Struktur :

Berat Molekul : 390,89 g/mol


Pemerian : Serbuk hablur, putih tidak berbau,rasa pahit
Kelarutan : Larut dalam 4 bagian air, juga dalam 10 bagian
etanol 95%P didalam 10 bagian klorofom p,
sukar larut dalam eter p.
Kegunaan : Sebagai zat aktif atau sediaan padat
Khasiat : Mengatasi gejala alergi seperti rhinitis alergi,
urtikaria, bersin-bersin, mata berair, gatal pada
mata, hidung, tenggorokan atau kulit
2.2.3 Loradatine
Nama Resmi : ACETAMINOPHENUM
Nama Lain : Paracetamol, acitaminofen, acetamidophenol
Rumus Molekul : C8H9N02
Rumus Struktur :

Berat molekul : 151, 16 g/mol

9
Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit
pahit
Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam natrium
hidroksidan 1N, mudah larut dalam etanol
Penyimpanan : Wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya
Kegunaan : Sebagai zat aktif atau sediaan padat
Khasiat : Analgetik dan Antipiretik
2.2.4 Ambroxol
Ambroxol Hydrocloride merupakan zat mukolitik yang memiliki
Gugus sulfhydryl (-SH) bebas. Ambroxol adalah metabolit dari Bromoheksin yang

memiliki sifat mukokinetik dan sekretolitik. Ambroxol dapat digunakan dalam


pengobatan untuk gangguan saluran Pernafasan seperti bronkitis kronis dan berfungsi
mengurangi kekentalan dahak dan mengeluarkannya dari efek batuk. Fungsi
mukolitik efektif pada batuk dengan dahak kental, seperti pada kondisi
bronkitis,emfisema, dan mukovisidosis. Zat-zat ini mempermudah pengeluaran dahak
yang menjadi lebih encer melalui proses batuk atau dengan bantuan gerakan silia dari
epitel. Ambroxol meningkatkan produksi surfaktan, zat yang mempromosikan
mekanisme clearance untuk membersihkan kuman atau patogen lainnya, yang
membantu untuk mencegah dan mengatasi infeksi pada bronkus. Ambroxol memiliki
efek samping di antaranya yaitu gangguan pencernaan, sakit kepala,
pusing,berkeringat, rhinorrhoea, lakrimasi dan reaksi alergi (Kumar, 2014).(4-[(2-
Amino-3,5-dibromophenyl)methylamino]cyclohexan-1-ol hydrochloride) Struktur
kimia Ambroxol Hydrochloride (Depkes RI, 1979).Ambroxol hydrochloride
merupakan serbuk kristal putih atau mo,akekuningan. Pemerian Ambroxol

10
hydrochloride yaitu cairan sirup encer berwarna hijau bening, rasa manis kepahitan,
aroma mixed fruit essence. Ambroxol hydrocloride dapat larut dalam air untuk 10
mM memiliki pH 4.5-6, dalam DMSO 100 mM dan dalam etanol sampai 10 mM.
Rumus molekul Ambroxol Hydrocloride yaitu C13H18Br2N2O serta berat
molekulnya adalah 446,5. Kondisi penyimpanan Ambroxol Hydrocloride yaitu pada
suhu tidak lebih dari 30 °C dalam kondisi desiccating (suhu kamar). Produk ini dapat
disimpan hingga 12 bulan.

BAB III
METODE KERJA
3.1 Waktu Dan Tempat
Praktikum serbuk dilaksanakan pada tanggal 24 oktober 2021 pukul 10.30 -
12.00 WITA. Pelaksanakan praktikum bertempat di Laboratorium Teknologi
Farmasi, jurusan farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri
Gorontalo.
3.2 Alat Dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu, lumping dan alu, sudip.
3.2.1 Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan saat praktikum alkohol, kertas perkamen,
obat ctm, obat paracetamol, tisu, plastik klip, etiket.
3.3 Prosedur Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%
3. Dimasukkan obat paracetamol dan ctm ke dalam stemper

11
4. Digerus obat hingga homogen dengan gerusan searah jarum jam
5. Diangkat obat tersebut dengan menggunakan sudip
6. Diletak di kertas perkamen
7. Dilipat kertas perkamen tersebut sesuai dengan petunjuk
8. Dimasukkan pada plastik dan diberi etiket.

3.4 Deskripsi Resep


dr. Afdal
Jl. Jendral soedirman
Sip : xxx
Gorontalo, 10/10/21

R/ Loradatine 2,5 mg
CTM 1/2 tab
Ambroxol 10 mg
M.f.pulv.dtd.No X
S. 2 dd 1. Pc

12
Pro : An. Ra
Umur : 6 Tahun
BB. : 29 Kg
Alamat : jl. Beringin

3.4.1 Narasi Resep Perkata


1. R = resipe = ambillah
2. M.f. = misce fac = campur, buat
3. pulv = pulvis = serbuk
4. dtd = da tales dosis = berikan sekian takaran
5. No = numero = sebanyak
6. X = duodecim = sepuluh
7. S = signa = tanda
8. d.d = de die = tiap hari
9. p.c = post coenam = sesudah makan
3.4.2 Narasi Resep Dalam Bahasa Latin
Resipe paracetamol 250mg, ctm 2mg. misce fac pulvis da tales dosis numero
duodecim signa ter de die uno post coenam.
3.4.3 Narasi Resep Dalam Bahasa Indonesia
Ambillah Loratadine 2,5mg, ctm ½ tab. Campur dan buatlah serbuk sekian
takaran sebanyak 12 bungkus. Tandai 3 kali sehari 1 bungkus sesudah makan.
3.4.4 Perhitungan Bahan
a. Loratadine l : 2,5mg X 10 = 2,5 tab
10 mg
b. Ctm : 1 mg X 10 = 5 tab
2 mg
c. Ambroxol : 10 mg X 10 = 3 tab
30 mg
3.4.5 Perhitungan Dosis

13
a. Laratadine :
Menggunakan rumus young karena pasien berusia di bawah delapan tahun.
Dosis maksimum sekali Laratadine yaitu 5 mg, dan dosis maksimum sehari
paracetamol yaitu 10 mg.
Dosis dalam resep : 1 x pakai = 2,5mg
1 hari pakai = 2,5 x 2 = 5 mg
Sekali : 6 X 5 mg = 1.66 mg
6+12

% : 2,5 mg X 100% = 50% (OD)


5 mg
Sehari : 5mg X 10 mg = 33,3 mg
10
% : 5 mg X 100% = 50% (TOD)
10 mg
b. CTM
Menggunakan rumus young, karena pasien berusia di bawah delapan tahun.
CTM tidak memiliki dosis maksimum sekali tetapi hanya memiliki dosis
maksimum sehari yaitu 40mg.
Dosis dalam resep : 1 x pakai = 2mg
1 hari pakai = 2mg x 3 = 6mg
Sekali : 6 x 4 mg = 1,33 mg
6+12
% : 2 mg x 100% = 50% (TOD)
4 mg
Sehari : 6 x 40 mg = 13,33%
6+12
% : 4 mg X 100% = 10% (TOD)
40 mg

14
Kesimpulan, dosis pemakaian 1 x pakai maupun 1 hari tidak overdosis.
3.4.6 Kelengkapan Dan Pembahasan
1. Nama : dr. Afdal
2. Nomor sip : xxxxx
3. Alamat praktek : Jl. Beringin
4. Alamar rumah dokter : -
5. Nomor telepon : xxxx
6. Hari dan jam praktek : -
7. Tanggal penulisan resep : Gorontalo, 29/10/21
8. Paraf dokter : -
9. Nama pasien : An. RA
10. Umur Pasien : 6 tahun
Pada resep diatas, tdak terdapat alamat rumah dokter, nomor telfon, hari dan
jam praktek, dan paraf dokter. Sedangkan,sebuah resep yang baik tercantum nama,
nomor surat izin praktik, alamat praktik, dan rumah dokter penulis resep, serta lebih
baik lagi bila disertakan pula nomor dan hari serta jam praktik ( suharni 2009).

3.5 Farmakologi
3.5.1 Loratadine
a. Farmakodinamika Obat
Farmakokinetik loratadine mayoritas berikatan dengan protein plasma dan
dimetabolisme di hepar.
b. Absorpsi
Loratadine diserap dengan cepat di saluran pencernaan. Onset kerja
pada 1-3 jam dan durasi efek obat >24 jam. [1,2,3]

15
Waktu untuk mencapai konsentrasi puncak di plasma adalah 1,3 jam untuk
loratadine dan 2,3-2,5 jam untuk desloratadine baik dalam bentuk tablet
maupun sirup.Konsumsi loratadine bersama dengan makanan menyebabkan
makin lamanya waktu untuk mencapai konsentrasi puncak, namun
meningkatkan bioavailabilitas dan tidak mempengaruhi konsentrasi puncak di
plasma.[1,2,3]
c. Distribusi
Loratadine 98% berikatan dengan protein plasma.[1,2] Pada kondisi
menyusui, loratadine dan metabolitnya dapat terdistribusi ke ASI dan
mencapai puncak konsentrasi yang ekuivalen dengan konsentrasi di plasma
darah ibu.[1,2,3]

d. Metabolisme
Proses metabolisme loratadine terjadi di hepar dan menghasilkan
metabolit aktif berupa desloratadine. Metabolisme tersebut dilakukan oleh
enzim CYP3A4 (mayor) dan CYP2D6 (minor).Apabila terdapat zat lain yang
menginhibisi kerja enzim CYP3A4, metabolisme utama loratadine diambil
alih oleh CYP2D6. Administrasi bersama loratadine dengan ketokonazol,
eritromisin (penghambat CYP3A4), dan simetidin (penghambat CYP2D6 dan
CYP3A4) akan meningkatkan konsentrasi loratadine di dalam plasma.[1,2]

e. Eliminasi
Loratadine dan desloratadine diperkirakan mencapai kadar yang stabil
dalam darah setelah pemberian dosis kelima.
3.5.2 CTM ( Chlorfeniramine Maleat )
1. Farmakodinamika Obat
Mekanisme kerja chlorpheniramine sebagai antagonis H1, adalah
berkompetisi dengan aksi dari histamin endogenus, untuk menduduki reseptor-

16
reseptor normal H1 pada sel-sel efektor di traktus gastrointestinal, pembuluh darah,
traktus respiratorius, dan beberapa otot polos lainnya. Efek antagonis terhadap
histamin ini akan menyebabkan berkurangnya gejala bersin, mata gatal dan berair,
serta pilek pada pasien (moriarty, 2014).
Chlorpheniramine maleat memiliki efek antikolinergik, dan sedatif ringan.
Diperkirakan bahwa mekanisme antihistamin obat ini, juga memiliki efek antiemetik,
antimotion sickness, dan antivertigo, berhubungan dengan kerja obat dalam
memengaruhi antikolinergik pusat. Obat antagonis H1 klasik, dapat menstimulasi dan
mendepresi susunan saraf pusat Chlorpheniramine yang digunakan secara topikal,
dapat meredakan pruritus (moriarty, 2014).
2. Farmakokinetika Obat
Farmakokinetik chlorpheniramine maleat adalah sebagai berikut:
a. Absorpsi
Obat chlorpheniramine diabsorpsi baik setelah konsumsi per oral.
Bioavailabilitas obat sekitar 25‒50%. Konsentrasi puncak tercapai dalam waktu 2‒3
jam. Masa kerja obat adalah sekitar 4‒6 jam (sharma, 2014).
b. Metabolisme
Chlorpheniramine terutama dimetabolisme di hepar, melalui enzim sitokrom
P450 (CYP450). Antihistamin H1 merupakan salah satu golongan obat yang
menginduksi enzim mikrosomal hepatik, dan dapat memfasilitasi metabolismenya
sendiri (sharma, 2014).
c. Distribusi
Sekitar 72% chlorpheniramine dalam plasma darah terikat protein (moriarty,
2014).
d. Eliminasi
Waktu paruh obat dalam plasma darah, bervariasi sekitar 12‒15 jam, hingga
mencapai 27 jam. Waktu paruh dapat berdurasi sekitar tiga kali lebih lama daripada
efek terapeutiknya. Sebagian besar chlorpheniramine dikeluarkan oleh tubuh, melalui
urine (moriarty, 2014).

17
3.5.3 Ambroxol
Absorpsi : Diabsorspsi dengan baik dan cepat setelah pemberian oral(70-80%).
Waktu mencapai kadar puncak konsentrasi di plasma sekitar 2 jamDistribusi : Di
dalam darah ambroxol berikatan dengan protein plasma sebesar 90%. Didistribusikan
secara cepat dari darah ke jaringan secara luas dimana konsentrasi aktif terbanyak
akan mencapai paru. Waktu paruh dicapaisekitar 1
– 1,5 jamMetabolisme : sekitar 30% setelah pemberian oral
dimetabolisme melalui
First pass metabolism Penelitian pada mikrosom hatimanusia menunjukkan enzim
CYP3A4 berperanan pentingterhadap metabolisme ambroxol di hati. Ambroxol
pertamakali dimetabolisme di hati melalui proses glukuronidasi dan beberapa sisanya
(sekitar 10% dari dosis) dimetabolismemenjadi metabolit kecil yakni asam
dibromanthranilik.Ekskresi : sekitar 30% dari peroral akan diekskresikan melalui
ginjaldalam waktu 10 jam. Total clearance 660 ml/menit, danrenal clearance adalah
8% dari total clearance (Taslima
et al , 2012).
Farmakodinamik
Mekanisme kerja obat ambroxol adalah dengan menstimulasi sel serousdari tonsil
pada mukous membran saluran bronchus, sehingga meningkatkansekresi mukous
didalamnya dan merubah kekentalan komponen serous danmukous dari sputum
menjadi lebih encer dengan menurunkan viskositasnya.Hal ini meningkatkan
produksi surfaktan paru dan menstimulasi motilitassiliari. Dari hasil aksi tersebut
meningkatkan aliran mukous dan transport olehmucous sekresi cairan dan mukous
siliari clearance inilah yang menyebabkan pengeluaran dahak dan
memudahkannyakeluar bersamaan batuk.Efek anestesi lokal dari ambroxol telah
diobservasi pada hewan (kelinci)yang mungkin menjelaskan sodium channel
blocking , dimana secara in vitroambroxol memblok neuronal sodium channel
Ikatannya bersifat reversibeldan bergantung konsentrasi.Penelitian efikasi klinis
untuk pengobatan gejala saluran pernapasan atasdengan ambroxol menunjukan

18
berkurangnya rasa sakit yang cepat dan sakityang berhubungan dengan
ketidaknyamanan di telinga hidung tenggorokanselama inhalasi (Kimbria
et al , 2009).
Dosis
a.Dosis sedian tablet / cairan untuk dewasa dan anak diatas 12 tahun :Dewasa: 30-120
mg/hari dibagi dalam tiga dosis. . Efek teraupetik dapatditingkatkan dengan
pemberian dosis 60 mg 2 kali sehari. Regimen 60 mg 2kali sehari juga sangat cocok
untuk terapi gangguan saluran pernapasan akutdan terapi inisial untuk kondisi kronis
yang lebih dari 14 hari. Dosis dapatdikurangi menjadi 2 kali sehari, untuk pengobatan
yang lama. b.Dosis sediaan cair untuk anak Dosis untuk anak dihitung = 1,5 – 2
mg/kgBB/hariAnak-anak 5-12 tahun: sehari 3 kali 15 mg.Anak-anak 2 - 5 tahun:
sehari 3 kali 7,5 mg.Anak-anak dibawah 2 tahun : sehari 2 kali 7,5 mg.Dosis tersebut
atas dosis untuk terapi inisial, bisa dikurangi setengahnyasetelah 14 hari.Pada indikasi
gangguan saluran pernapasan akut, terapi bisa dikaji ulang jika gejala tidak
mengalami perbaikan atau malah memperparah penyakitselama pemberian
pengobatan (The Pharmaceutical Society of Singapore,2011).
Kontra indikasi
Tidak diberikan pada pasien yang sudah diketahui mengalami
hipersensitivitasambroxol atau obat-obatan yang sejenisnya Jarang sekali kontra
indikasi padakondisi herediter (The Pharmaceutical Society of Singapore, 2011).

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

19
Sediaan Sebuk

4.2 Pembahasan
Dalam percobaan kali ini, dibuat sediaan serbuk bagi. Menurut Dirjen POM
(1995), Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang diserbukkan,
karena mempunyai luas permukaan yang luas, serbuk lebih mudah terdispersi dan
lebih larut dari pada bentuk sediaan yang dipadatkan.
Dalam praktikum kali ini kami membuat sediaan serbuk bagi, dengan tujuan
agar mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan serbuk bagi.
Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu lumping dan alu,
beserta sudip. Dan adapun bahan yang digunakan yaitu, alkohol, kertas perkamen,
obat ctm, obat paracetamol, tisu, plastik obat, dan etiket.
Langkah awal dari pembuatan serbuk bagi yaitu, disiapkannya semua alat dan
bahan yang akan digunakan. Selanjutnya, dibersihkan alat menggunakan alkohol
70%. Karena Menurut Pratiwi 2008, alkohol 70% dapat mempercepat proses
pembersihan alat dari mikro organisme.
Selanjutnya setelah dilakukan pembersihan alat yang akan digunakan, obat
paracetamol sebanyak 6 tablet dan ctm sebanyak 6 tablet, dimasukan kedalam
lumping. Dan dilakukan penggerusan hingga obat tersebut homogen. Penggerusan
dilakukan searah dengan jarum jam. Karena menurut Kurniawan 2011, penggerusan
searah dengan jarum jam dapat membuat serbuk menjadi halus tercampur rata dan

20
tidak akan menghancurkan zat aktif pada obat. Karen ajika penggerusan dilakukan
tidak sesuai aturan itu dapat menghancurkan bahan aktif dari obat tersebut.
Selanjutnya setelah obat tercampur rata, langkah selanjutnya yaitu
disiapkannya kertas perkamen sebanyak 12 lembar sesuai dengan yang diminta pada
resep. Sediaan serbuk yang sudah halus didalam lumpang, dipindahkan pada 1 kertas
perkamen menggunakan sudip. Kemudian serbuk tersebut dibagi sama rata pada 12
kertas perkamen.
Selanjutnya obat dibungkus pada kertas perkamen. Kertas Perkamen
digunakan untuk membungkus puyer karena menurut Syarif dkk 1989, kertas
perkamen memiliki ketahanan lemak yang baik, permukaan bebas serat, tidak berbau
dan tidak berasa, kekuatan basah baik walaupun dalam air.
Setelah semua serbuk sudah terbagi sama banyak pada kertas perkamen dan
sudah dibungkus, maka selanjutnya semua serbuk itu dimasukkan kedalam plastik
obat dengan rapi dan diberikan etiket putih.
Diberikannya etiket putih karena menurut Karena menurut Kemendikbud,
2013, etiket putih sebagai tanda penggunaan oral atau penggunaan dalam.

21
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Serbuk bagi (pulveres) Pulveres adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang
lebih kurang sama, dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas
yang lain yang cocok.
2. Penggerusan yaitu proses pengecilan partikel. Tujuan penggerusan adalah
untuk membentuk patahan yang tersebar ke seluruh partikel yang digerus pada
bahan energi tegangan dan menghasilkan pecahan. Proses ini melibatkan
perusakan dan penghalusan materi dengan konsekuensi meningkatnya luas
permukaan.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Kepada Jurusan
Agar kiranya dari pihak jurusan dapat meningkatkan fasilitas-fasilitas yang ada
pada laboratorium yang digunakan dalam praktikum.
5.2.3 Saran Kepada Laboratorium
Agar kiranya dapat meningkatkan kelengkapan alat-alat yang ada dalam
laboratorium. Agar para praktikan dapat lebih mudah, cepat dan lancar dalam
melakukan suatu percobaan atau penelitian.
5.2.3 Saran Kepada Asisten
Pada praktikum ini, asisten sudah banyak membantu dan turun tangan dengan
praktikan. Saran kami sebaiknya selama praktikum asisten tetap ikut membantu
praktikan agar kesalahan pada praktikum relatif kecil.
5.2.4 Saran Kepada Praktikan
Kami berharap agar kiranya kepada sesama praktikan dapat menyimak dengan
baik saat asisten memberikan arahan agar mempermudah kita menyelesaikan praktik
tersebut.

22

Anda mungkin juga menyukai