Disusun oleh :
Nataza Erlin Ramadhani, S.Farm 218115056
Tia Chandra Karina, S.Farm 218115063
Maria Felix Zita Ina Bulu, S. Farm 218115081
Prisca Christin Umbu Moto S. Farm 218115082
Disusun oleh :
Tia Chandra Karina, S.Farm 218115063
apt. Christofori Maria Ratna Rini Nastiti Ph.D. Drs. apt. Tony Wahyudi Subianto, S.E.
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun oleh :
Nataza Erlin Ramadhani, S.Farm 218115056
Maria Felix Zita Ina Bulu 218115081
Prisca Christin Umbu Moto 218115082
Dr. apt. Sri Hartati Yuliani Drs. apt. Tony Wahyudi Subianto, S.E.
iii
PRAKATA
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, kasih dan penyertaan-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) di PT. Pharos Indonesia periode 4 April-27 Mei 2022. Proses
penyusunan laporan ini tidak terlepas dari peran, dukungan dan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis ingin berterima kasih kepada:
1. Ibu Dr. apt. Yustina Sri Hartini, selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Ibu Dr. apt. Agatha Budi Susiana Lestari, selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Profesi Apoteker (PSPPA) Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta
3. Ibu apt. Christofori Maria Ratna Rini Nastiti Ph.D., dan Dr. apt. Sri Hartati
Yuliani selaku Dosen Pembimbing Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di
PT. Pharos Indonesia, atas bimbingan dan pengarahan yang diberikan.
4. Bapak Drs. apt. Tony Wahyudi Subianto, S.E. selaku pembimbing selama
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT. Pharos Indonesia yang telah
memberikan kesempatan dan membimbing penulis selama pelaksanaan PKPA.
5. Seluruh karyawan/staff PT. Pharos Indonesia yang telah memberikan
pengetahuan, saran, bantuan dan motivasi kepada selama PKPA di PT. Pharos
Indonesia.
6. Orang tua, keluarga, sahabat dan teman-teman yang telah memberikan
dukungan, kekuatan serta kasih sayang.
iv
DAFTAR ISI
v
BAGIAN II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................. 34
BAGIAN III PELAKSANAAN TUGAS ........................................................................................ 36
Studi Literatur dan Uji Pendahuluan ............................................................................................. 36
Formula Skala Laboratorium ........................................................................................................ 38
Uji Evaluasi Tablet ....................................................................................................................... 41
BAGIAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................................. 43
Hasil dan Pemabahasan................................................................................................................. 43
BAGIAN V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................................... 50
Kesimpulan ................................................................................................................................... 50
Saran ............................................................................................................................................. 50
BAGIAN I LATAR BELAKANG DAN TUJUAN ........................................................................ 51
A. Latar Belakang ...................................................................................................................... 51
B. Tujuan ................................................................................................................................... 51
BAGIAN II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................. 53
BAGIAN III PELAKSANAAN TUGAS ........................................................................................ 55
A. Studi Literatur dan Uji Pendahuluan ..................................................................................... 55
B. Formula Skala Laboratorium ................................................................................................ 57
C. Uji Evaluasi Tablet ............................................................................................................... 59
BAGIAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................................. 62
A. Hasil dan Pemabahasan......................................................................................................... 62
BAGIAN V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................................... 68
Kesimpulan ................................................................................................................................... 68
Saran ............................................................................................................................................. 68
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................... 104
vi
vii
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Industri farmasi merupakan badan usaha yang memiliki izin dari Menteri
Kesehatan untuk melaksanakan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Pembuatan obat
dalam hal ini mencakup seluruh kegiatan dari awal hingga akhir dalam menghasilkan suatu
produk obat. Hal tersebut meliputi pengadaan bahan baku dan bahan kemas, proses
produksi, proses pengemasan, pengawasan mutu, dan pemastian mutu.
Setiap fasilitas produksi sediaan farmasi, khususnya produksi obat harus
menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). CPOB mencakup seluruh aspek
produksi dan pengendalian mutu yang mencakup seluruh kegiatan (penerimaan bahan
baku dan bahan kemas, produksi, pengemasan ulang, pelabelan, pelabelan ulang,
pengawasan mutu, perilisan produk, penyimpanan, distribusi dari obat dan pengawasan
terkait selama produksi (BPOM, 2018).
Kualitas sumber daya yang terlibat dalam proses produksi akan mempengaruhi
keberhasilan pelaksanaan CPOB. Oleh sebab itu, tenaga kerja di industri farmasi dituntut
untuk profesional, kompeten, dan berwawasan luas. Berdasarkan Peraturan Pemerintahan
Nomor 51 Tahun 2009 mengenai Pekerjaan Kefarmasian, sebuah industri farmasi harus
memiliki tiga (3) orang Apoteker sebagai penanggung jawab masing-masing bidang.
Apoteker tersebut berada pada bidang produksi, pemastian mutu (QA), dan pengawasan
mutu (QC). Dalam CPOB juga disebutkan bahwa terdapat tiga personel kunci yang
merupakan seorang Apoteker yang terkualifikasi yakni kepala bagian produksi, QA, dan
QC.
Seorang Apoteker harus memiliki pengetahuan dan pengalaman yang lebih. Salah
satu cara memberikan pengetahuan dan pengalaman tersebut kepada calon Apoteker
mengenai industri farmasi melalui kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA).
Harapannya, calon Apoteker dapat menerapkan pengetahuan dan pengalaman yang
didapatkan selama kegiatan PKPA ketika memasuki dunia pekerjaan. PT. Pharos
Indonesia memberikan kesempatan kepada calon Apoteker untuk menimba ilmu dengan
melaksanakan PKPA di sana.
1
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
B. Tujuan
1. Meningkatkan pemahaman calon Apoteker tentang peran, fungsi, dan tanggung jawab
Apoteker dalam industri farmasi.
2. Membekali calon Apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan
pengalaman praktis untuk melakukan praktik kefarmasian di industri farmasi.
3. Memberikan kesempatan kepada calon Apoteker untuk melihat dan mempelajari
strategi dan pengembangan industri farmasi.
4. Mempersiapkan calon Apoteker dalam memasuki dunia kerja.
5. Memberikan gambaran nyata tentang permasalahan praktik kefarmasian di industri
farmasi.
C. Manfaat
1. Mengetahui dan memahami tugas dan tanggung jawab Apoteker dalam menjalankan
praktik kefarmasian di industri farmasi.
2. Mendapatkan pengalaman praktis mengenai praktik kefarmasian di industri farmasi.
3. Mendapatkan pengetahuan manajemen praktis di Industri farmasi.
4. Meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi Apoteker yang profesional di industri.
2
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
BAB II
TINJAUAN UMUM
A. Sejarah Singkat
PT. Pharos Indonesia merupakan perusahan farmasi major regional yang
mengembangkan dan memasarkan produk-produk inovatif di Indonesia dan negara-negara
lain di Asia Tenggara. PT. Pharos Indonesia didirikan pada 30 September 1971 oleh Dr.
Eddy Lembong, seorang pengusaha visioner yang ingin membangun perusahaan farmasi
yang modern, efisien dan berkualitas tinggi di Indonesia yang setara dengan yang terbaik
di dunia. Rencana Dr. Eddy Lembong direalisasikan lebih awal dan saat ini Pharos tetap
menjadi salah satu perusahaan farmasi terkemuka di Indonesia. Pharos memiliki fasilitas
manufaktur di Indonesia, Singapura dan Vietnam dan melalui kesepakatan lisensi dan
memasarkan produk di Filipina, Malaysia, Kamboja & Myanmar.
Pada 30 Juni 1990 Pharos menjadi perusahaan Indonesia pertama yang menerima
sertifikasi GMP versi lokal (CPOB), yang menegaskan standar manufaktur 'tanpa
kompromi' Pharos. Saat ini Pharos dan anak perusahaannya mempekerjakan lebih dari
5.000 orang berbakat dan Grup saat ini di bawah kepemimpinan Presiden Komisaris, Dr.
Andre Lembong putra dari Dr. Eddy. Sejak Pharos didirikan, perusahaan telah memperluas
portofolio bisnisnya, sehingga sekarang meliputi:
1. Unit Bisnis Hulu: Produsen farmasi, suplemen makanan & kosmetik.
a. PT. Pharos Indonesia
b. PT. Prima Medika Laboratories
c. PT. Faratu
d. PT. Apex Farmasi
2. Unit Bisnis Hilir: Jaringan apotek dan toko kecantikan yang mencakup segmen pasar
atas dan bawah.
a. Century Healthcare
b. Apotek Generik
c. Avecca Beauty
3. Support unit bisnis
a. PT. Inti Utama Solusindo Solusi (perangkat keras komputer)
b. PT. Mitra Insan Sejahtera (Solusi Rekrutmen & SDM)
c. PT. Pharindo Econolab (Laboratorium uji klinis & bio-ekuivalensi)
d. PT. Prima Tax Service (Konsultasi pajak)
3
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Struktur Organisasi
4
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Sistem Penunjang
Sistem penunjang di PT. Pharos Indonesia menjadi tanggung jawab dari
Departemen Engineering. Yang termasuk dalam sistem penunjang kritis dalam proses
produksi diantaranya yaitu sistem Sistem Pengolahan Air (SPA), Sistem Tata Udara
(HVAC), dan Sistem Pengolahan Limbah.
1. Sistem Pengolahan Air (SPA)
Tujuan pengolahan air yaitu untuk menghilangkan cemaran agar sesuai
dengan standar mutu yang telah ditentukan. Air yang digunakan merupakan purified
water yang memiliki konduktivitas ≤ 1,3 μS/cm; kadar TOC < 500 ppb pH 5.0-7.0,
dan batas mikroba <100 cfu/mL. Sistem pengolahan air menjadi purified water di
PT. Pharos Indonesia melalui tiga level (level 1, 2 (pre-treatment), dan 3). Setiap
level dilakukan selama 1-3 minggu untuk dilakukan uji konduktivitas, kadar TOC,
pH, dan mikroba (khusus level 2). Jika hasil uji yang dilakukan tidak memenuhi
syarat, maka tangki utama pre-treatment akan memblokir akses keluar dari tangki.
Tangki utama dilengkapi dengan heater bersuhu 70-80⁰C sebelum didistribusikan
hingga tempat produksi. Purified water didistribusikan ke area produksi dengan
looping system untuk mencegah munculnya biofilm, jamur atau mikroba di
sepanjang aliran purified water. Jika air tidak digunakan oleh bagian produksi, air
akan mengalir kembali ke dalam tangki utama.
Kualifikasi SPA akan dilakukan oleh Departemen QA untuk setiap levelnya.
Departemen QC juga akan melakukan sampling purified water setiap hari untuk
melakukan uji konduktivitas, kadar TOC, pH, dan mikroba (khusus untuk uji mikroba
dilakukan setiap hari Selasa saja).
2. Sistem Tata Udara (HVAC/AUH)
Sistem Tata Udara (STU) adalah suatu sistem yang mengkondisikan
lingkungan melalui pengendalian suhu, kelembaban nisbi, arah pergerakan udara
dan mutu udara termasuk pengendalian pertikel dan pembuangan kontaminan yang
ada di uadara (e.g: vapors dan fumes). AHU juga memegang peranan penting dalam
industri farmasi. Hal ini disebabkan antara lain karena AHU berfungsi untuk
memberikan perlindungan terhadap lingkungan pembuatan produk, memastikan
obat yang bermutu, dan memberikan lingkungan kerja yang nyaman bagi personil.
AHU adalah suatu sistem yang mengkondisikan lingkungan melalui pengendalian
suhu, kelembaban nisbi, arah pergerakan udara dan mutu udara termassuk
5
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
pengendalian partikel dan pembuangan kontaminan yang ada di udara. Desain AHU
dibuat jalur yang berbeda tiap jenis produksi yang dilakukan pada ruangan tujuannya
untuk menghindari kontaminasi.
Spesifikasi AHU meliputi :
a. Komponen utama dan penunjang sistem unit cooling (indoor dan outdoor).
Dalam komponen ini AHU memiliki dua unit yaitu cooling dan blower. Cooling
berfungsi untuk mengontrol suhu (temperatur/ T) dan kelembaban relatif
(relative humidity/ RH) udara yang akan didistribusikan ke ruangan produksi
agar sesuai dengan yang diinginkan. Sedangkan blower yang berfungsi
menggerakkan udara di sepanjang sistem distribusi udara yang terhubung
dengannya
b. Komponen sistem filtrasi
Komponen ini digunakan untuk menyaring udara yang masuk ke dalam
sistem AHU agar udara yang dihasilkan untuk ruangan dapat sesuai dengan
yang diinginkan agar partkel-partikel udara yang dapat menyebabkan
kontaminasi produk dapat dihindarkan, terdapat 3 tahapan filtrasi yaitu:
• Pre-filter, dengan efisiensi sebesar 35 %.
• Medium-filter, efisiensi sebesar 90 – 96 %.
• HEPA-filter, efisiensi sebesar 99,997 – 99,999 %.
Penggunaan 3 tahap filtrasi dengan efisiensi yang berbeda ini
diharapkan dapat membuat udara yang masuk kedalam ruang produksi dapat
dikontrol dari kontaminasi.
c. Komponen sistem ducting
Ducting merupakan saluran tertutup untuk mengalirkan udara bersih
dari filter ke dalam setiap ruangan produksi tanpa mengalami pengaruh dari
lingkungan luar seperti panas dan kelembaban yang berbeda. Ducting memiliki
dumper yang berfungsi mengatur jumlah (debit) udara yang dipindahkan ke
dalam ruang produksi agar sesuai dengan yang diinginkan. Ada bagian untuk
menyuplai udara yang masuk (supply) dan ada bagian yang bertugas menarik
udara yang keluar dan dibawa kembali ke filtrasi (return).
6
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
padat, dan instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Instalasi pengolahan air limbang
yang dimiliki oleh PT Pharos Indonesia mengolah air limbah yang berasal dari air
limbah domestik (pencucian baju, toilet, kantin, dan wastafel) dan air limbah
produksi (pencucian alat dan pembersihan ruang produksi). Sedangkan untuk
pengolahan limbah B3 dan limbah padat diserahkan kepada pihak ketiga. Proses
pengolahan limbah yakni sebagai berikut
a. Pipa-pipa industri mengalirkan air limbah ke dalam Kolam Inlet. Khusus untuk
air limbah produksi steril, dilakukan penetralan terlebih dahulu dengan
melewatkan air ke dalam bak berisi NaOH.
b. Air limbah dipompa menuju Kolam Aerasi 1 dan melalui bak HCl untuk
kembali dinetralkan.
c. Selanjutnya air limbah masuk ke dalam Kolam Aerasi 2
d. Air limbah masuk ke dalam Kolam Aerasi 3. Dalam Kolam Aerasi 3 ini limbah
memiliki waktu tinggal paling lama.
e. Air limbah masuk ke dalam Kolam Aerasi 4. Kolam Aerasi 4 merupakan kolam
endapan terakhir.
f. Dilakukan filterisasi air limbah dengan memompa air limbah melalui 3 tabung
yang masing-masing berisi karbon aktif, greensand, dan campuran karbon aktif
dan greensand. Setelah dilakukan filterisasi, air dipompa untuk masuk dalam
kolam sterilisasi dengan melewati bak berisi Klorin terlebih dahulu untuk
membunuh bakteri.
g. Air lalu dipompa dan melewati filter (dakron, karbon dan greensand) untuk
masuk dalam Kolam Ikan Mas. Pada tahap ini, QC akan melakukan sampling.
h. Air yang sudah bersih (tidak berwarna dan tidak berbau) dipompa ke dalam
tandon air kemudian dialirkan ke sungai.
7
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
8
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Proses serah terima bahan baku dilakukan di warehouse dan disaksikan oleh
pihak warehouse dan pihak produksi. Departemen produksi kemudian melakukan
penimbangan kembali terhadap bahan baku guna memastikan kesesuaian bobot.
Setelah semua bahan dan peralatan yang akan digunakan siap, maka departemen
produksi akan melakukan proses produksi. Produk ruahan yang dihasilkan
kemudian dikemas dengan kemasan primer oleh departemen packaging. Setelah itu,
produk yang telah dimasukkan ke dalam kemasan primer yang kemudian disebut
sebagai unit box diserahkan kepada departemen packaging black untuk dilakukan
pengemasan sekunder. Produk yang telah selesai dikemas kemudian
diserahterimakan kepada departemen warehouse di Gudang Obat Jadi.
d. Pengawasan Selama Proses (In Process Control)
In Process Control (IPC) dilakukan untuk memastikan produk yang
dihasilkan sesuai dengan spesifikasi dan mencegah proses berulang karena terjadi
kesalahan. Di PT. Pharos Indonesia, IPC dilakukan secara mandiri (IPC Mandiri).
Departemen QC memberikan wewenang kepada Departemen Produksi untuk
melakukan IPC Mandiri. Prinsipnya, SPV Departemen Produksi yang melakukan
IPC kepada tim operator produksi. Namun, hal tersebut tidak membuat Departemen
QC lepas tangan. Terdapat dua (2) personel QC yang melakukan IPC dengan cara
melakukan pengawasan.
e. Dokumen Produksi
Dokumen utama yang digunakan sebagai acuan produksi yakni BPO. Dalam
BPO sudah tercantum rangkaian produksi mulai dari pengambilan bahan di gudang,
penimbangan bahan baku, tahapan proses produksi bahan baku hingga produk
dikemas, prosedur pengujian, dan perilisan produk jadi. Departemen Produksi juga
memiliki prosedur tetap (protap) terkait pengoperasian mesin, pembersihan mesin
dan pembersihan ruangan. Selain itu, Departemen Produksi juga melakukan
pemantauan ruang produksi yang didokumentasikan pada form pemantauan ruang.
9
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
10
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
11
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Departemen Registrasi
Registrasi obat adalah prosedur pendaftaran dan evaluasi obat untuk
mendapatkan Izin Edar. Peredaran adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan
penyaluran atau penyerahan obat, baik dalam rangka perdagangan, bukan perdagangan,
atau pemindahtanganan. Izin Edar adalah bentuk persetujuan registrasi obat untuk dapat
diedarkan di wilayah Indonesia. Obat yang memiliki izin edar harus memenuhi kriteria
berikut :
1. Khasiat yang meyakinkan dan keamanan yang memadai dibuktikan melalui
percobaan hewan dan uji klinis atau bukti-bukti lain sesuai dengan status
perkembangan ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Obat untuk uji klinis harus
dapat dibuktikan bahwa obat tersebut aman penggunaannya terhadap manusia.
Ketentuan lebih lanjut tentang pelaksanaan uji klinik ditetapkan oleh Kepala
Badan POM
2. Mutu yang memenuhi syarat yang dinilai dari proses produksi sesuai CPOB,
spesifikasi dan metoda pengujian terhadap semua bahan yang digunakan serta
produk jadi dengan bukti yang sahih
3. Penandaan yang berisi informasi lengkap dan objektif yang dapat menjamin
penggunaan obat secara tepat, rasional, dan aman.
4. Sesuai dengan kebutuhan nyata masyarakat.
5. Kriteria lain adalah khusus untuk psikotropika harus memiliki keunggulan
kemanfaatan dan keamanan dibandingkan dengan obat standar dan obat yang telah
disetujui beredar di Indonesia untuk indikasi yang diklaim.
6. Khusus kontrasepsi untuk program nasional dan obat program lainnya yang akan
ditentukan kemudian, harus dilakukan uji klinik di Indonesia
12
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
a. Persyaratan Registrasi
• Registrasi Obat Produksi Dalam Negeri
o Registrasi obat produksi dalam negeri hanya dilakukan oleh industri
farmasi yang memiliki izin industri farmasi yang dikeluarkan oleh menteri.
o Industri farmasi wajib memenuhi persyaratan CPOB.
o Pemenuhan persyaratan CPOB dibuktikan dengan sertifikat CPOB yang
dikeluarkan oleh Kepala Badan.
• Registrasi Obat Narkotika
Khusus untuk registrasi obat narkotika hanya dapat dilakukan oleh
industri farmasi yang memiliki izin khusus untuk memproduksi narkotika dari
Menteri. Industri farmasi tersebut wajib memenuhi persyaratan CPOB.
Pemenuhan persyaratan CPOB dibuktikan dengan sertifikat CPOB yang
dikeluarkan oleh Kepala Badan.
• Registrasi Obat Kontrak
Registrasi obat kontrak hanya dapat dilakukan oleh pemberi kontrak,
dengan melampirkan dokumen kontrak, pemberi kontrak adalah Industri
Farmasi; Industri farmasi pemberi kontrak wajib memiliki izin industri farmasi
dan sekurang-kurangnya memiliki 1 (satu) fasilitas produksi sediaan lain yang
telah memenuhi persyaratan CPOB. Industri Farmasi pemberi kontrak
bertanggung jawab atas mutu obat jadi yang diproduksi berdasarkan kontrak.
Penerima kontrak adalah industri farmasi dalam negeri yang wajib memiliki
izin industri farmasi dan telah menerapkan CPOB untuk sediaan yang
dikontrakkan.
• Registrasi Obat Impor
Obat impor diutamakan untuk obat program kesehatan masyarakat,
obat penemuan baru dan obat yang dibutuhkan tapi tidak dapat diproduksi
didalam negeri. Persetujuan tertulis tersebut harus mencangkup alih teknologi
dengan ketentuan paling lambat dalam jangka waktu 5 (lima) tahun harus
sudah dapat diproduksi di dalam negeri. Ketentuan tersebut dikecualikan untuk
obat yang masih dilindungi paten. Industri Farmasi di luar negeri tersebut wajib
memenuhi persyaratan CPOB yang harus dibuktikan dengan dokumen yang
sesuai atau jika diperlukan dilakukan pemeriksaan setempat oleh petugas
berwenang.
13
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
14
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
15
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
16
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
17
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
18
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
ulang terhadap produk tersebut. Registrasi ulang dilakukan maksimal 6 bulan sebelum
masa berlaku NIE telah habis. Alur registrasi obat dapat dilihat pada Lampiran 4.
Dokumen yang terlampir dapat berbeda-beda tergantung checklist yang sudah
ditentukan oleh Badan POM. Daftar checklist dapat dilihat pada Lampiran 5. Jika
industri obat belum dapat memenuhi tambahan data, dapat dilakukan komitmen antar
Industri Obat dan Badan POM yaitu berkas harus dipenuhi dalam jangka waktu tertentu.
Berikut merupakan beberapa contoh berkas yang harus dipenuhi untuk keperluan
registrasi obat maupun suplemen makan.
• Surat Pengantar
• Surat Pernyataan Pendaftar
• Copy NIE
• Formulir Registrasi
• Sertifikat CPOB
• Sertifikat CPOB produsen zat aktif
• Sampel Obat Jadi dan foto
• DMF (Drug Master File)
• Laporan bets produksi terakhir
Departemen Quality Assurance (QA)
a. Ruang Lingkup
Departemen QA atau pemastian mutu merupakan departemen yang
memiliki tanggung jawab besar dalam rangkaian sistem di suatu industri farmasi.
Departemen QA juga terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu
produk untuk memastikan tercapainya sasaran mutu, mulai dari awal pembuatan
suatu produk obat sampai dengan produk didistribusikan hingga pemantauan produk
di pasaran, sehingga tidak jarang QA sering disebut sebagai polisinya industri
farmasi.
Menurut CPOB (2018) Pemastian Mutu adalah totalitas semua pengaturan
yang dibuat dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu
yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Prinsip dasar Sistem Pemastian Mutu atau
Quality Assurance (QA) yaitu agar obat dibuat sesuai dengan tujuan penggunaannya
sehingga perlu dibentuk mutu produk dalam setiap produk.
b. Tugas dan tanggung jawab
Departemen QA merupakan departemen yang bertanggung jawab pada :
1. Audit internal
19
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2. Audit eksternal
3. Inspeksi diri
4. Pelatihan karyawan dan staff
5. Pemantauan terhadap penyimpangan
6. Tren analisis terhadap produk bermasalah
7. Pembuatan prosedur tetap
8. Validasi
c. Bagian - Bagian QA
1. Perilisan produk
Bertanggung jawab dalam mengevaluasi semua dokumen terkait proses
sebagai penentu kelayakan perilisan produk. Dokumen yang harus tersedia
adalah sebagai berikut:
• BPO
• Laporan Hasil Analisis
• Return Sampel
• Laporan Penyimpangan (jika terjadi penyimpangan selama proses
produksi).
Setelah semua dokumen terkumpul, maka produk tersebut diinput ke
dalam sistem berupa software yang digunakan oleh PT. Pharos Indonesia untuk
melihat dan memantau perkembangan produk dan kinerja masing - masing
departemen. Produk yang sudah selesai diproses diletakkan di gudang karantina
dan diberikan status karantina dan diberi label kuning. Apabila seluruh berkas
telah selesai di review dan tidak terdapat kesalahan maka produk tersebut layak
untuk diluluskan. Yang berhak meluluskan produk jadi adalah manajer QA.
Setelah QA menyatakan bahwa produk layak diluluskan maka inspektor QA
akan menempelkan label pada masing - masing pallet produk karantina.
20
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2. Kalibrasi
Kalibrasi adalah serangkaian tindakan atau kegiatan yang dilakukan pada
kondisi tertentu untuk menentukan tingkat kesamaan nilai yang diperoleh dari
sebuah alat, mesin, atau sistem ukur yang digunakan kemudian dibandingkan
dengan standar acuan nilai yang telah diketahui. Menurut ISO/IEC Guide
17025:2005 dan Vocabulary of International Metrology (VIM) adalah
serangkaian kegiatan yang membentuk hubungan antara nilai yang ditunjukkan
oleh instrumen ukur atau sistem pengukuran, atau nilai yang diwakili oleh bahan
ukur, dengan nilai-nilai yang sudah diketahui yang berkaitan dari besaran yang
diukur dalam kondisi tertentu.
Tujuan kalibrasi adalah untuk mencapai ketertelusuran pengukuran.
Hasil pengukuran dapat dikaitkan atau ditelusuri sampai ke standar yang lebih
tinggi/teliti (standar primer nasional dan / internasional), melalui rangkaian
perbandingan yang tak terputus.
3. Kualifikasi
Kualifikasi merupakan proses pembuktian secara tertulis berdasarkan
data yang menunjukkan kelayakan suatu peralatan, fasilitas, sistem penunjang
sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Tahapan kualifikasi ada empat,
yaitu:
• Kualifikasi Desain
Kualifikasi yang dilakukan pertama kali dalam melakukan validasi fasilitas,
peralatan atau sistem yang baru. Kualifikasi desain dilakukan pada saat
ingin melakukan pembelian atau pengadaan peralatan, harus memuat
informasi yang jelas seperti spesifikasi alat, manufacturer, dll.
• Kualifikasi Instalasi
Kualifikasi dilakukan terhadap fasilitas, sistem dan peralatan baru atau
yang dimodifikasi, mencakup: instalasi peralatan, pipa dan sarana
penunjang hendaklah sesuai dengan spesifikasi dan gambar teknik yang
didesain. Kualifikasi instalasi dilakukan pada saat pemasangan awal suatu
peralatan atau instrumen.
• Kualifikasi Operasional
Kualifikasi operasional dilakukan setelah kualifikasi instalasi selesai
dilaksanakan, dikaji dan disetujui. Kualifikasi operasional dilakukan dengan
melakukan proses atau pengoperasian alat atau mesin tanpa produk. Contoh,
21
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
mesin blister dioperasikan dan diatur waktu 1 menit, apakah dalam waktu 1
menit tersebut mesin blister dapat menyelesaikan 30 cetakan yang sesuai
dengan spesifikasi mesin tersebut.
• Kualifikasi Kinerja
Kualifikasi yang dilakukan pada saat pengoperasian mesin dengan produk,
bertujuan untuk melihat kemampuan atau kinerja mesin dalam menjalankan
skema produksi. Contoh mesin blister dioperasikan dengan produk X,
apakah proses dari semua produk X(300 tablet) akan masuk ke blister
dengan baik atau justru ada yang terlewat, sehingga ada blister yang kosong
tanpa tablet produk X
4. Validasi
Validasi merupakan bagian dari departemen QA yang bertujuan untuk
memberikan pembuktian bahwa setiap proses, metode, prosedur, kegiatan,
sistem, perlengkapan yang digunakan dalam proses produksi obat. senantiasa
mencapai hasil yang diinginkan baik dari segi khasiat (efficacy),
kualitas(quality), maupun keamanan (safety). Validasi ada 3 yaitu validasi
metode analisa, validasi proses (prospektif, konkuren, dan retrospektif), dan
validasi pembersihan. Validasi metode analisa di PT. Pharos Indonesia dibagi
menjadi 2 yaitu validasi proses dan validasi pembersihan
a. Validasi proses
Validasi proses adalah suatu tindakan atau kegiatan yang bertujuan
dalam rangka penjaminan bahwa rangkaian proses yang dilakukan dalam
produksi obat senantiasa memenuhi standar dan sesuai dengan yang
diharapkan
b. Validasi pembersihan
Validasi pembersihan hendaklah dilakukan guna bertujuan untuk
meminimalkan kontaminasi. Perlu adanya penentuan batas kandungan residu
suatu produk, bahan pembersih, dan pencemaran mikroba. Validasi
pembersihan dilakukan hanya untuk permukaan alat yang bersentuhan
langsung dengan produk namun perlu dipertimbangkan juga permukaan
yang tidak bersentuhan dengan produk.
Validasi pembersihan dilakukan dengan tujuan untuk memastikan
bahwa hasil pembersihan menghasilkan output sesuai yang telah
dipersyaratkan misalnya sisa residu zat aktif, deterjen, dan mikroba. Validasi
22
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
23
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
24
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
25
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
26
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
b. Audit Eksternal
Audit eksternal yaitu audit yang dilaksanakan terhadap pihak ketiga
yang berhubungan dengan industri farmasi yang bersangkutan, misalnya
terhadap pemasok (supplier) baik bahan baku maupun bahan kemas, dan
audit kepada distributor. Seperti halnya dalam pelaksanaan program audit
internal, pelaksanaan audit eksternal harus terdapat prosedur tetap serta
dilakukan secara berkala. Berdasarkan SOP yang telah dibuat, audit
eksternal terhadap supplier dilakukan setiap 5 tahun sekali untuk supplier
yang tidak bermasalah. Audit eksternal juga dapat dilakukan kurang dari 5
tahun sekali apabila supplier tersebut bermasalah. Selain itu audit eksternal
juga dapat berupa audit dari pihak lain seperti BPOM ke industri farmasi.
27
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
c. Uji Mikrobiologi
28
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
29
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
protap perilisan, protap penggunaan alat, protap produk OOS, prosedur pembuatan
CoA, logbook setiap alat, form pemantauan ruangan dan media mikrobiologi, dan
dokumen spesifikasi yang meliputi laporan pemeriksaan dan CoA produk jadi.
30
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
31
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Secara khusus, selain area line kuning, hijau dan merah, GBB dan GOJ memiliki
ruang penyimpanan bahan baku prekursor, ruang penyimpanan produk suhu dingin (Cold
Room), ruang penyimpanan suhu ruang (Temperature Room), dan ruang penimbangan.
Sedangkan untuk GBK seluruh area berada di satu ruang dengan suhu terkontrol pada
rentang 20-22oC untuk menjaga kualitasnya. Kemudian untuk bahan baku yang
digunakan untuk produksi obat dengan sistem jaminan halal akan diberikan penandaan
bertuliskan halal.
Departemen Engineering
Departemen Engineering bertanggung jawab untuk mengelola sistem
penunjang untuk proses produksi yang telah disebutkan pada bagian C.
32
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
BAB III
PEMBAHASAN TUGAS KHUSUS
BAGIAN I
LATAR BELAKANG DAN TUJUAN
Latar Belakang
PT Pharos Indonesia akan terus melakukan inovasi terhadap produk sehingga
menghasilkan produk yang berkualitas dan aman bagi konsumen. Ketika ditemukan
kekurangan dalam sebuah produk, PT Pharos Indonesia akan berusaha memperbaiki
kekurangan yang ada sehingga mutu produk tetap terjaga. Dalam hal ini, terdapat
permasalahan terkait ukuran dan bobot tablet kunyah yang terlalu besar serta waktu
hancur tablet kunyah yang melebihi spesifikasi. Tablet yang saat ini beredar di pasaran
mempunyai bobot ±2600 mg dengan waktu hancur >20 menit..
Bobot tablet kunyah yang terlalu besar dapat mempengaruhi kenyamanan
pasien ketika akan mengkonsumsi obat. Selain itu, permasalahan waktu hancur tablet
kunyah yang melebihi spesifikasi (˂15 menit) berpengaruh terhadap laju disolusi obat
dalam saluran cerna. Meskipun hasil uji waktu hancur tidak dapat memberikan
informasi mengenai disolusi karena pada tablet yang tidak terdisintegrasipun proses
disolusi dapat terjadi namun tablet yang cepat terdisintegrasi proses disolusinya juga
akan semakin cepat.
Kemudian dengan adanya permasalah ini, departemen Research and
Development subdepartemen Process Product Development perlu melakukan
pengkajian ulang terhadap formula tablet kunyah antasida yang telah ada di pasaran,
guna menurunkan ukuran dan bobot serta memperbaiki parameter waktu hancur tablet
kunyah antasida tersebut.
Tujuan
1. Melakukan reformulasi terhadap formula exist tablet kunyah antasida untuk
memperkecil bobot serta memperbaiki parameter waktu hancur tablet kunyah
antasida
33
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
BAGIAN II
TINJAUAN PUSTAKA
Bentuk sediaan obat adalah sediaan farmasi dalam bentuk tertentu yang sesuai dengan
kebutuhan, mengandung satu atau lebih zat aktif dalam pembawa, yang digunakan sebagai obat
dalam ataupun luar. Sediaan farmasi digolongkan berdasarkan beberapa aspek, yaitu
berdasarkan efek farmakologi, rute pemberian, dan bentuk sediaan. Penggolongan berdasarkan
bentuk sediaan dibedakan lagi menjadi tiga, yaitu bentuk sediaan cair, padat, dan semi padat.
Bentuk sediaan padat mempunyai beberapa keunggulan disbanding bentuk sediaan lain, antara
lain :
a. Lebih tepat dosis
b. Menutupi atau mengurangi rasa tidak enak dari obat
c. Sediaan farmasi lebih stabil dalam bentuk sediaan padat sehingga waktu penyimpanan
relative lebih lama
d. Biaya distribusi lebih murah karena resiko kerusakan saat pengiriman lebih kecil
(Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013).
Formulasi sediaan solid adalah proses untuk memperoleh sediaan yang memenuhi
persyaratan aman, efektif, dan aksptabel secara ketersediaan farmasetis dan ketersediaan hayati
(Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013). Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat
dengan atau tanpa bahan pengisi. Tablet dibuat dengan tiga cara umum, yaitu granulasi basah,
granulasi kering (mesin rol dan slag), dan kempa langsung. Tujuan granulasi basah dan
granulasi kering adalah untuk meningkatkan aliran campuran dan atau kemampuan kempa
(Kemenkes RI, 2020).
Metode granulasi kering sering digunakan apabila zat aktif yang digunakan dalam
formulasi bersifat termolabil atau sensitif terhadap lembap dan panas, serta memiliki sifat alir
dan kompresibilitas yang relatif buruk (Zaman dan Sopyan, 2020). Granulasi kering dilakukan
dengan cara menekan massa serbuk pada tekanan tinggi sehingga menjadi tablet besar dan tidak
berbentuk baik, setelah itu digiling dan diayak hingga memperoleh ukuran partikel yang
diinginkan (Kemenkes RI, 2020). Metode granulasi basah sering digunakan apabila zat aktif
yang digunakan dalam formulasi bersifat tahan lembap dan panas, serta memiliki sifat alir dan
kompresibilitas yang relatif buruk (Zaman dan Sopyan, 2020). Metode kempa langsung yaitu
pembuatan tablet dengan kecepatan tinggi. Pembuatan tablet dengan metode ini membutuhkan
eksipien yang memungkinkan untuk pengempaan langsung tanpa tahap granulasi terlebih
dahulu. Sifat fisik masing-masing bahan pengisi merupakan hal kritis, perubahan sedikit dapat
34
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
mengubah sifat alir dan kempa sehingga menjadi tidak sesuai untuk dikempa langsung.
Walaupun metode kempa langsung terbatas pada obat dengan dosis kecil dan massa cetak harus
memiliki sifat alir yang baik (Zaman dan Sopyan, 2020). Namun kempa langsung merupakan
metode yang paling sering dipilih karena waktu yang singkat, efektif, dan tidak terlalu banyak
langkah-langkah yang harus dilakukan (Nurhanifah dan Gozali, 2018).
Salah satu jenis sediaan tablet adalah tablet kunyah. Tablet kunyah dimaksudkan
untuk dikunyah, memberikan residu dengan rasa enak dalam rongga mulut, mudah ditelan, dan
tidak meninggalkan rasa pahit atau rasa tidak enak. Jenis tablet ini digunakan dalam formulasi
tablet untuk anak, terutama formulasi multivitamin, antasida, dan antibiotika tertentu
(Kemenkes RI, 2020). Tablet kunyah dibuat dengan cara dikempa, umumnya menggunakan
mannitol, sorbitol atau sukrosa sebagai bahan pengikat dan bahan pengisi, mengandung bahan
pewarna dan bahan pengaroma untuk meningkatkan penampilan dan rasa (Kemenkes RI,
2020). Tablet kunyah dirancang dengan kekerasan yang lebih rendah dari tablet konvensional
untuk menjamin kenyamanan pasien dalam mengunyah tablet (Agoes dan Goeswin, 2008).
Kelebihan yang dimiliki oleh tabet kunyah diantaranya :
a. Tablet kunyah memiliki bioavaibilitas yang lebih baik dengan adanya proses
disintegrasi yang meningkatkan disolusi
b. Meningkatkan kemampuan pasien untuk menerima obat (khususnya pada anak-anak),
dan mudah karena tidak memerlukan air untuk menelan
c. Absorpsi obat lebih cepat
Kelemahan yang dimiliki oleh tablet kunyah diantaranya :
a. Tablet kunyah mengandung sorbitol yang dapat menyebabkan diare
b. Waktu mengunyah yang cukup lama akan menyebabkan nyeri pada otot wajah
c. Bersifat higroskopik
(Renu, Pawan, & Balvinder,2015).
35
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
BAGIAN III
PELAKSANAAN TUGAS
Magnesium Hidroksida Mengalir dengan baik tanpa ada residu pada corong
Aluminium Hidroksida Mengalir dengan baik tanpa ada residu pada corong
36
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Sodium Starch Glycolate Mengalir dengan baik tanpa ada residu pada corong
37
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
<1,25 Baik
1,25-1,5 Sedang
>1,5 Buruk
38
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Sukrosa 0,21
Mannitol 6,87
Mentholatum 0,03
Copovidon 5,00
Aerosil 6,03
Sukrosa 0,21
Mannitol 14,40
Mentholatum 0,03
Polyvinylpirrolydone 3,00
Aerosil 0,50
Metode pembuatan tablet dilakukan dengan dua cara yaitu dengan metode kempa langsung
(direct compression) dan granulasi basah (wet granulation).
39
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Prosedur pembuatan tablet dengan metode kempa langsung (direct compression) adalah
sebagai berikut :
1. Campurkan dimethylpolysiloxane pasta dengan bahan pelincir hingga membentuk
campuran yang kering
2. Tambahkan Mg(OH)3 dan Al(OH)2 ke dalam campuran kemudian mixing hingga
homogen dan ayak menggunakan ayakan dengan ukuran 1,25 mm. Campuran
kemudian disebut sebagai campuran 1.
3. Dalam wadah terpisah, larutkan bahan perasa 1 dengan aethanolum, kemudian
tambahkan dengan perasa dua dan mixing hingga homogen. Campuran kemudian
disebut sebagai campuran 2.
4. Dalam wadah terpisah, campurkan bahan penghancur dan pelicin kemudian mixing
hingga homogen dana yak menggunakan ayakan dengan ukuran 0,3 mm. Campuran
kemudian disebut sebagai campuran 3.
5. Dalam wadah terpisah, campurkan bahan pemanis 1 dan 2 hingga homogen
6. Tambahkan bahan pengikat kemudian mixing kembali hingga homogen.
7. Tambahkan campuran 1 sedikit demi sedikit kemudian mixing hingga homogen
8. Tambahkan campuran 2 kemudian mixing hingga homogen
9. Tambahan campuran 3 kemudian mixing hingga homogen dan ayak campuran akhirn
menggunakan ayakan dengan ukuran 1,25 mm.
10. Campuran bahan kemudian dikempa hingga menjadi tablet dengan puch ukuran 13
mm.
Prosedur pembuatan tablet dengan metode granulasi basah (wet granulation) adalah
sebagai berikut :
1. Campurkan bahan pemanis 1, pemanis 2, dan pengikat, mixing hingga homogen
2. Tambahkan Mg(OH)3 dan Al(OH)2 ke dalam campuran kemudian mixing hingga
homogen
3. Tambahkan dimethylpolysiloxane pasta sedikit demi sedikit ke dalam campuran
kemudian mixing hingga homogen dan terbentuk massa yang lembab
4. Tambahkan aqua dimineralisata ke dalam campuran hingga terbentuk massa campuran
yang lembab
5. Campurana kemudian diayak menggunakan ayakan dengan ukuran 1,6 mm untuk
memperoleh granul
40
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
6. Granul yang diperoleh kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 50oC hingga
didapat granul kering dengan LOD 1-2%
7. Dalam wadah terpisah, larutkan bahan perasa 1 dengan aethanolum, kemudian
tambahkan dengan perasa 2 dan mixing hingga homogen. Campuran kemudian disebut
sebagai campuran 1.
8. Dalam wadah terpisah, campurkan bahan penghancur, pelincir, dan pelicin kemudian
mixing hingga homogen dana yak menggunakan ayakan dengan ukuran 0,3 mm.
Campuran kemudian disebut sebagai campuran fase luar.
9. Setelah didapatkan granul kering, tambahkan campuran 1 kemudian mixing hingga
homogen.
10. Tambahkan campuran fase luar pada campuran granul kemudian mixing hingga
homogen dan ayak menggunakan ayakan dengan ukuran 1,25.
11. Campuran bahan kemudian dikempa hingga menjadi tablet dengan puch ukuran 13
mm.
41
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Pengujian waktu hancur dilakukan dengan cara memasukkan 6 tablet pada masing-
masing tabung dari keranjang alat disintegration tester. Tabung dinaik-turunkan secara
teraturdalam medium air bersuhu antara 36ºC dan 38ºC sebagai media. Waktu hancur
tablet dicatat. Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian yang tertinggal
diatas kasa.
4. Kerapuhan
Uji kerapuhan atau sering dikenal dengan friability test adalah sebuah metode untuk
menentukan atau mengukur kekuatan fisik tablet non salut terhadap tekanan mekanik
atau gesekan sewaktu pengemasan dan pengiriman. Selain itu, uji kerapuhan dilakukan
untuk menilai efektivitas bahan pengikat dalam tablet (Devi et al, 2018). Pengujian
kerapuhan dilakukan dengan cara menimbang 20 tablet yang sudah dibebasdebukan,
kemudian dimasukkan ke dalam friability tester. Alat diputar selama 4 menit (100 kali
putaran atau kecepatan 25 rpm). Tablet dibebasdebukan kembali dari fines yang
menempel. (Hidayati et al, 2020). Hasil penimbangan kemudian dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡
kerapuhan tablet = × 100%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙
42
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
BAGIAN IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ethanol Pelarut -
Dari formula yang telah ada, kemudian dilakukan reformulasi. Tahap awal dalam
proses reformulasi adalah studi preformulasi. Langkah pertama yang dilakukan adalah
melakukan evaluasi dari formula exist. Dari formula yang telah ada dapat dilihat bahwa
presentase bahan pemanis >50% dari total bobot tablet dan tidak adanya bahan tambahan
43
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
yang berfungsi sebagai disintegrant atau bahan penghancur yang dapat menyebabkan
lamanya waktu hancur tablet. Penambahan bahan penghancur ke dalam rancangan formula
bertujuan untuk menjamin apabila tablet bersentuhan dengan sebuah zat cair, pecah
menjadi fragmen-fragmen kecil, yang mempercepat pelarutan obat (Ainurofiq dan Azizah,
2016). Sehingga ketersediaan bahan penghancur mempengaruhi waktu hancur sediaan.
Sehingga perlu dilakukan penggantian kombinasi bahan pemanis lain dengan
jumlah yang lebih sedikit guna mengurangi bobot tablet serta penambahan bahan
penghancur untuk memperbaiki parameter waktu hancur tablet. Pada penelitian ini akan
digunakan 2 metode pembuatan tablet yaitu metode kempa langsung dan granulasi basah.
Setelah melakukan studi literatur, kemudian dipilih bahan tambahan sebagai berikut :
Nama Bahan Fungsi Dalam Formula
Mannitol Pemanis
Sukralos Pemanis
Polyvinylpyrrolidone Pengikat
Copovidone Pengikat
44
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
dengan metode granulasi basah. Selain itu, sukrosa merupakan golongan Non-caloric
artificial sweeteners (NAS) atau biasa disebut sebagai pemanis buatan rendah kalori yang
dapat dijadikan alternative pengganti gula bagi pasien diabetes atau pre-diabetes (Riyanto
et al, 2018).
Pemilihan sodium starch glycolate sebagai bahan pengancur adalah karena
merupakan superdisintgran yang dalam konsentrasi kecil sudah dapat mempercepat waktu
hancur tablet (Putri, 2018). Pada formula terdapat perbedaan bahan pengikat, yaitu
polyvinylpirrolydone dan copovidon. Pada formula dengan metode granulasi basah, bahan
pengikat yang digunakan adalah polyvinylpirrolydone karena fungsinya sebagai bahan
penghancur akan lebih baik jika dalam bentuk solution polyvinylpirrolydone (Rowe et al,
2009). Sedangkan, pemilihan copovidone sebagai bahan penghancur pada metode kempa
langsung adalah karena bentuk partikelnya yang speris mampu menutupi permukaan
partikel yang tidak rata sehingga meningkatkan efisiensinya sebagai bahan pengikat kering
(dry binder) (Rowe et al, 2009).
Setelah melakukan studi literatur, kemudian dilakukan uji pendahuluan untuk
menentukan sifat alir bahan, sebagai bahan pertimbangan apakah bahan yang akan
digunakan cocok untuk metode pembuatan yang ditentukan. Pengujian pertama yang
dilakukan adalah pengujian laju aliran serbuk pada corong. Pengujian ini bertujuan untuk
mengetahui laju alir suatu zat ketika dialirkan pada corong, sehingga dapat memberikan
gambaran aliran serbuk ketika akan dicetak. Dari pengujian didapatkan hasil sebagai
berikut :
Magnesium Hidroksida Mengalir dengan baik tanpa ada residu pada corong
Aluminium Hidroksida Mengalir dengan baik tanpa ada residu pada corong
Sodium Starch Glycolate Mengalir dengan baik tanpa ada residu pada corong
45
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Dari hasil dapat dilihat bahwa hamper semua serbuk dapat mengalir dengan baik
melewati corong, kecuali magnesium stearate yang meninggalkan residu putih pada
permukaan corong. Hal ini sesuai dengan fungsi magnesium stearate sebagai pelicin
dimana akan membentuk lapisan film pada partikel bahan padat sehingga dapat
mengurangi gesekan antar partikel dan memudahkan partikel tersebut mengalir (Puspadina
et al, 2021).
Pengujian selanjutnya yang dilakukan adalah tapped density, bulk density, dan
kompresibilitas untuk menentukan sifat alir bahan yang akan digunakan. Dari hasil
pengujian didapkan hasil sebagai berikut :
Tapped Bulk
Dari hasil di atas, dapat dilihat bahwa sifat alir bahan-bahan yang digunakan
relative baik, sehingga dapat digunakan untuk proses pembuatan tablet kunyah baik
dengan metode kempa langsung maupun granulasi basah.
46
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Formula I Formula II
(Direct (Wet
Komposisi Bahan Fungsi Compression) Granulation)
Dimethylpolysiloxane 12,06
Zat aktif 12,06
pasta
Peluncur
Aerosil dan 6,03 0,50
Absorben
Etanol Pelarut
Wetting 0,01
Aquadest -
agent
Dari formula yang telah dibuat kemudian dilakukan proses pembuatan sediaan
tablet kunyah antasida dengan 2 metode berbeda. Dari formula, masing-masing dihasilkan
sebanyak 200 tablet kunyah antasida dengan berat tablet 700 mg/tablet. Hasil tablet yang
47
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Langsung Basah
Tablet
A 5,0 6,61
B 6,9 7,18
C 6,5 7,89
D 6,2 6,46
E 4,5 6,85
Dari hasil dapat dilihat bahwa kekerasa tablet, baik untuk metode kempa
langsung maupun granulasi basah berada pada rentang kekerasan tablet kunyah yang
dipersyaratkan. Kekerasan tablet kunyah berkisar antara 4-7 kg (Agoes, 2008). Kekerasan
tablet dipengaruhi antara lain oleh sifat alir bahan, besarnya tekanan pada saat pengempaan
dan sifat bahan yang dikempa (Ainurofiq dan Azizah, 2016). Namun nilai kekerasan tablet
dengan metode granulasi basah lebih besar dibandingkan tablet dengan metode kempa
langsung. Hal ini mungkin disebabkan karena dalam percobaan yang dilakukan besarnya
tekanan saat pengempaan tidak konstan karena adanya keterbatasan peralatan. Selain itu,
lama proses mixing untuk formula yang mengandung magnesium stearate berpengaruh
terhadap kekerasan tablet yang dihasilkan. Semakin lama waktu mixing dapat menurunkan
kekerasan tablet (Rowe et al, 2009).
Selanjutnya, dari hasil pengujian waktu hancur, didapatkan hasil pada formula
tablet kunyah dengah metode kempa langsung waktu hancur tablet 1 menit 17 detik dan
pada formula tablet kunyah dengah metode granulasi basah waktu hancur tablet 5 menit
48
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
50 detik. Syarat waktu hancur untuk tablet tak bersalut yaitu kurang dari 15
menit (Hidayati et al, 2020). Kedua hasil memenuhi spesifikasi yang dipersyaratkan
namun waktu hancur pada tablet dengan metode kempa langsung lebih cepat dibandingkan
pada tablet dengan metode granulasi basah. Hal ini mungkin disebabkan oleh proses
pencampuran bahan pengahncur. Bahan penghancur dapat dicampur dengan 2 metode,
yaitu penambahan intragranular yang dilakukan dengan cara penambahan dengan bahan-
bahan lain saat proses granulasi dan penambahan ekstragranular yang dilakukan dengan
cara dicampurkan dengan granul kering sebelum campuran serbuk yang lengkap
dipadatkan (Ainurofiq dan Azizah, 2016). Pada metode kempa langsung, penambahan
bahan penghancur dilakuan secara ekstragranular sedangkan pada metode granulasi basah
pencampuran bahan penghancur dilakukan secara intragranular. Posisi bahan penghancur
tersebut dapat mempengaruhi kecepatan hancurnya tablet. Pencampuran penghancur
secara ekstragranular menghasilkan waktu hancur tablet yang lebih cepat karena bahan
penghancur lebih cepat terdistribusikan pada permukaan tablet dibandingkan dengan
pencampuran bahan penghancur secara intragranular (Ainurofiq dan Azizah, 2016).
Dari hasil pengujian kerapuhan, didapatkan hasil nilai kerapuhan pada formula
tablet kunyah dengah metode kempa langsung adalah 1,6 dan pada formula tablet kunyah
dengah metode granulasi basah adalah 1,03. Nilai kerapuhan tablet yang baik yaitu ≤1%
dan untuk tablet kunyah yaitu ≤4% (Siregar, 2010). Hasil ini telah sesuai dengan nilai ang
dipersyaratkan untuk tablet kunyah. Namun hasil kerapuhan tablet dengan metode kempa
langsung lebih besar dibandingkan kerapuhan tablet dengan metode granulasi basah. Hal
ini dapat diakibatkan karena perbedaan jenis dan konsentrasi bahan pengikat yang
digunakan. Semakin tinggi konsentrasi pengikat yang digunakan
semakin kuat ikatan partikel yang ada di dalam tablet sehingga tablet yang dihasilkan
semakin kompak (Devi et al, 2018).
49
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
BAGIAN V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Percobaan yang dilakukan bertujuan untuk melakukan reformulasi tablet kunyah
antasida dengan bobot tablet yang lebih kecil dan parameter waktu hancur sesuai dengan
spesifikasi yang dipersyaratkan. Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil
tablet kunyah antasida dengan bobot yang lebih rendah dari sebelumnya (2600 mg) yaitu
700 mg dengan organoleptis tablet kunyah berwarna putih, mempunya diameter 13 mm,
mempunyai breaking line pada salah satu sisinya, dan berbau mint dan berasa mint. Hasil
evaluasi kekerasan dan kerapuhan memenuhi spesifikasi yang dipersayatkan. Hasil
evaluasi waktu hancur menunjukkan adanya peningkatan waktu hancur yang semula lebih
dari 20 menit menjadi 1 menit 17 detik untuk tablet kunyah dengan metode kempa
langsung dan 5 menit 50 detik untuk tablet kunyah dengan metode granulasi basah.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa proses reformulasi yang telah dilakukan berhasil.
Saran
Penelitian ini merupakan tahap awal dari proses pengembangan formulasi suatu
produk. Tablet kunyah yang dihasilkan berwarna putih polos dan kurang menarik,
sehingga bisa dilakukan reformulasi untuk memperbaiki penampilan produk sehingga
dapat terlihat lebih menarik.
50
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
BAGIAN I
LATAR BELAKANG DAN TUJUAN
A. Latar Belakang
Unit Research & Development melakukan penelitian formulasi, baik untuk
sediaan farmasi maupun herbal, sintesa kimia sederhana, pengembangan tanaman obat,
dan pengembangan produk kosmetik. Bagian Riset and Developement ini merupakan
bagian yang sangat esensial di industri farmasi. Di Indonesia sendiri bagian R&D lebih
banyak ke pengembangan formulasi, berbeda dengan RnD di negara maju yang lebih
banyak ke penemuan obat baru.
Tugas R&D adalah mengembangkan produk yang telah ada baik perbaikan
bentuk sediaan, perbaikan kemasan maupun perbaikan formula. Selain itu juga
memformulasi produk baru, koordinasi dengan QC (Quality Control) untuk
pengembangan proses analisis dan produksi, mencari produk baru bersama bagian
pemasaran, mengawasi proses pelaksanaan skala produksi, registrasi, dan dokumentasi.
PT Pharos Indonesia merupakan salah satu industri farmasi yang akan terus
melakukan inovasi terhadap produk sehingga menghasilkan produk yang berkualitas
dan aman bagi konsumen. Dalam hal ini PT Pharos juga ingin mengembangkan salah
satu produk mereka yaitu tablet diphenhydramine untuk diubah metode pembuatannya
menjadi metode kempa langsung. Sebelummnya metode yang digunakan untuk
membuat tablet diphenhydramine yaitu granulasi basa.
Metode kempa langsung (direct compression/DC) merupakan cara paling
sederhana untuk memproduksi sediaan tablet. Metode ini hanya membutuhkan bahan
aktif dicampur dengan benar dengan eksipien yang tepat sebelum kompresi. Terlepas
dari kesederhanaan formulasi dan pembuatan, keuntungan utama dari kompresi
langsung adalah: pengurangan biaya, tenaga kerja dan biaya energi untuk pembuatan
dan penghindaran air untuk granulasi untuk zat obat yang peka terhadap air (Franc,
2018).
Kemudian dengan adanya perubahan metode maka departemen Research and
Development subdepartemen Process Product Development perlu melakukan
pengkajian ulang terhadap formula tablet diphenhydramine yang telah ada di pasaran.
B. Tujuan
51
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
52
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
BAGIAN II
TINJAUAN PUSTAKA
4. bebas dari mikroba patogen dan tersedia dalam jumlah yang cukup dan murah.
Salah satu jenis sediaan tablet adalah tablet salut film. Tablet salut film adalah tablet
kempa yang disalut dengan salut tipis, berwarna atau tidak dari bahan polimer yang larut dalam
air yang hancur cepat di dalam saluran cerna. Perbedaannya dengan salut gula adalah tablet
salut gula merupakan tablet kempa yang disalut dengan beberapa lapis lapisan gula baik
berwarna maupun tidak.
Supaya dapat menahan bantingan selama proses penyalutan tablet inti harus memiliki
resistensi dan kekerasan yang cukup di dalam panci penyalut yang berputar terus menerus
selama proses berlangsung. Kekerasan yang cukup juga akan berperanan memperlambat
penyalut pada waktu dilakukan penyalutan dan sebaiknya permukaan tablet berbentuk (Voigt,
1984). Bentuk tablet inti yang ideal untuk disalut ialah: sferis, elip, bikonvek bulat atau
bikonvekoval.
Tablet inti (core) yang akan disalut haruslah memenuhi persyaratan tertentu, karena
selama proses penyalutan akan terjadi gerakan dan bantingan tablet inti secara terus menerus
selama beberapa waktu. Kerapuhan tablet inti harus sekecil mungkin. Kerapuhan yang tinggi
akan menyebabkan terbentuknya partikel halus dan kasar yang akan dapat menempel pada
permukaan tablet selama proses penyalutan, tempelan tersebut dengan sendirinya akan
menyebabkan cacat pada permukaan tablet yang disalut. Tablet inti harus hancur dengan cepat
di dalam lambung atau usus sesudah penyalut terlarut (untuk tablet yang entero soluble). Pada
umumnya tablet inti yang disalut akan hancur lebih lama jika dibandingkan dengan tablet yang
tidak disalut. Perubahan waktu hancur tersebut disebabkan karena pada waktu penyalutan, pori
pada permukaan tablet ditutupi oleh larutan penyalut sehingga akan memperlambat penetrasi
cairan pada waktu hancur (Agoes, 1983).
54
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
BAGIAN III
PELAKSANAAN TUGAS
55
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
56
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
volumenya (Elisabeth et al., 2018). Berikut merupakan rumus perhitungan bulk density
:
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑧𝑎𝑡 𝑢𝑗𝑖 (𝑔)
𝐵𝑢𝑙𝑘 𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑎𝑐𝑎 (𝑚𝐿)
Hasil yang diperoleh pada pengujian tapped density dan bulk density kemudian
digunakan untuk menghitung nilai kompresibilitas. Kompresibilitas juga akan
mempengaruhi daya alir dari granul (Devi et al, 2018). Pengujian kompresibilitas
bertujuan mengukur kepadatan dari bubuk, granul, dan zat curah lainnya untuk
mempermudah pencetakan tablet, karena tablet yang memiliki persen kompresibilitas
yang baik akan lebih mudah dikempa. Nilai kompresibilitas yang semakin kecil
menandakan kemudahan granul dalam pengempaan tablet sehingga dihasilkan tablet
yang lebih kompak dibandingkan dengan formulasi yang memiliki persen
kompresibilitas yang tinggi (Devi et al, 2018). Rasio Hausner dapat didefinisikan
sebagai kerapatan mampat terhadap kerapatan curah. Nilai rasio Hausner yang lebih
tinggi menunjukkan kemampuan aliran serbuk yang buruk dan sebaliknya. Berikut
merupakan rumus perhitungan nilai kompresibilitas menurut rasio Hausner :
𝑇𝑎𝑝𝑝𝑒𝑑 𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦
𝐾𝑜𝑚𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 =
𝐵𝑢𝑙𝑘 𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦
(Moravkar et al., 2017)
Berikut merupakan tabel hubungan nilai rasio Hausner terhadap sifat alir :
Nilai Rasio Hausner Sifat Alir
<1,25 Baik
1,25-1,5 Sedang
>1,5 Buruk
57
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Zat Aktif 25 mg
Disentegran 10.22 mg
Lubricant 4.44 mg
Pewarna 0.073 mg
Coating agent 22 mg
Zat Aktif 50 mg
Disentegran 6.63 mg
Lubricant 4.44 mg
Coating agent 22 mg
58
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Prosedur pembuatan tablet dengan metode kempa langsung (direct compression) adalah
sebagai berikut :
1. Siapkan alat dan bahan
2. Zat aktif + filler – binder + desintegran di campur secara manual
3. Tambahkan filler- binder ke dalam campuran no 1 dan di mix manual
4. Ayak lubricant dengan ayakan no. 0.3 mm
5. Masukkan lubricant yang sudah diayak ke dalam campuran no. 2 dan di campur
manual hingga homogeny
6. Cetak tablet menggunakan punch ukuran 9 mm
7. Timbang tablet untuk mengetahui berat tablet sudah sesuai yang diharapkan
8. Lakukan uji evaluasi tablet meliputi : kekerasan,kerapuhan dan waktu hancur.
59
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
tekanan terhadap diameter tablet. Tablet harus mempunyai kekuatan dan kekerasan
tertentu serta dapat bertahan dari berbagai goncangan mekanik pada saat pembuatan,
pengepakan dan transportasi. Alat yang biasa digunakan adalah hardness tester.
Kekerasan merupakan parameter yang menggambarkan ketahanan tablet dalam
melawan tekanan – tekanan mekanik seperti guncangan, kikisan serta terjadinya
keretakan tablet selama pengemasan, pengangkutan dan pendistribusian kepada
konsumen. Kekerasan tablet yang baik yaitu 3.0 – 10.0 kP.
Pengujian kekerasan tablet dilakukan menggunakan hardness tester Satu per satu
tablet (10 tablet) diletakkan dengan posisi tegak lurus pada alat hardness tester,
kemudian diatur jarak landasan dan baut pegas yang ada di atasnya sehingga tablet
pada posisi terhimpit. Skala kekerasan diatur pada posisi nol, lalu pengungkit diputar
hingga tablet pecah. Angka yang ditunjukkan pada skala alat menunjukkan kekerasan
tablet dalam kg (Hidayati et al, 2020).
7. Waktu Hancur
Waktu hancur di definisikan sebagai waktu yang di peroleh untuk hancurnya
tablet dalam medium yang sesuai. Tablet melepaskan obatnya dengan hilangnya kohesi
granul yang menghasilkan disversi komponen dalam partikel. Tablet yang baik
memiliki waktu hancur ≤15 menit.
Pengujian waktu hancur dilakukan dengan cara memasukkan 6 tablet pada
masing-masing tabung dari keranjang alat disintegration tester. Tabung dinaik-
turunkan secara teratur dalam medium air bersuhu antara 37,5. Waktu hancur tablet
dicatat. Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian yang tertinggal
diatas kasa.
8. Kerapuhan
Kerapuhan merupakan parameter yang di gunakan untuk mengukur ketahanan
permukaan tablet terhadapap gesekan yang di alaminya sewaktu pengemasan dan
pengiriman. Kerapuhan di ukur dengan friabilator Uji kerapuhan berhubungan dengan
kehilangan bobot akibat abrasi yang terjadi pada permukaan tablet. Semakin besar
harga persentase kerapuhan, maka semakin besar massa tablet yang hilang. Kerapuhan
yang tinggi akan mempengaruhi konsentrasi/kadar zat aktif yang masih terdapat pada
tablet
Prinsipnya adalah menetapkan bobot yang hilang dari sejumlah tablet selama di
putar dalam friabilator dengan waktu tertentu. Tablet yang baik memiliki kerapuhan ≤
60
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
0.5%. Selain itu, uji kerapuhan dilakukan untuk menilai efektivitas bahan pengikat
dalam tablet (Devi et al, 2018). Pengujian kerapuhan dilakukan dengan cara
menimbang 20 tablet yang sudah dibebasdebukan, kemudian dimasukkan ke dalam
friability tester. Alat diputar selama 4 menit (100 kali putaran atau kecepatan 25 rpm).
Tablet dibebasdebukan kembali dari fines yang menempel. (Hidayati et al, 2020).
Hasil penimbangan kemudian dihitung dengan rumus sebagai berikut :
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡
kerapuhan tablet = × 100%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙
61
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
BAGIAN IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari formula yang telah ada, kemudian dilakukan reformulasi. Tahap awal dalam
proses reformulasi adalah studi preformulasi. Langkah pertama yang dilakukan adalah
melakukan evaluasi dari formula exist. Setelah dilakukan evaluasi dari formula exist
didaptkan beberapa bahan tambahan yang digunakan pada formula tersubut tidak bisa
digunakan untuk metode kempa langsung. Sehingga
Kekuatan 25 mg
Komposisi Bahan Jumlah
Zat Aktif 25 mg
62
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Disentegran 10.22 mg
Lubricant 4.44 mg
Pewarna 0.073 mg
Coating agent 22 mg
Kekuatan 50 mg
Komposisi Bahan Jumlah
Zat Aktif 50 mg
Disentegran 6.63 mg
Lubricant 4.44 mg
Coating agent 22 mg
63
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
alir serta kompaktibilitas yang baik (Saputro, 2016). Sedangkan alasan pemilihan avicel
PH 102 dibandingkan 101 dikarenakan ukuran partikel avicel pH 102 memiliki ukuran
partikel yang lebih besar dari avicel pH 101. Sedangkan pemilihan ac-di-sol sebagai bahan
pengancur karena dalam konsentrasi kecil sudah dapat mempercepat waktu hancur tablet
(Putri, 2018).
Setelah melakukan studi literatur, kemudian dilakukan uji pendahuluan untuk
menentukan sifat alir bahan, sebagai bahan pertimbangan apakah bahan yang akan
digunakan cocok untuk metode pembuatan yang ditentukan. Pengujian pertama yang
dilakukan adalah pengujian laju aliran serbuk pada corong. Pengujian ini bertujuan untuk
mengetahui laju alir suatu zat ketika dialirkan pada corong, sehingga dapat memberikan
gambaran aliran serbuk ketika akan dicetak. Dari pengujian didapatkan hasil sebagai
berikut :
Dari hasil dapat dilihat bahwa hampir semua serbuk dapat mengalir dengan baik
melewati corong, kecuali magnesium stearate yang meninggalkan residu putih pada
permukaan corong. Hal ini sesuai dengan fungsi magnesium stearate sebagai pelicin
dimana akan membentuk lapisan film pada partikel bahan padat sehingga dapat
mengurangi gesekan antar partikel dan memudahkan partikel tersebut mengalir (Puspadina
et al, 2021).
Pengujian selanjutnya yang dilakukan adalah tapped density, bulk density, dan
kompresibilitas untuk menentukan sifat alir bahan yang akan digunakan. Dari hasil
pengujian didapkan hasil sebagai berikut :
64
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Tapped Bulk
Dari hasil di atas, dapat dilihat bahwa sifat alir bahan-bahan yang digunakan
relative baik, sehingga dapat digunakan untuk proses pembuatan tablet dengan metode
kempa langsung.
Dari hasil uji pendahuluan kemudian disusun formula bagai berikut :
Kekuatan 25 mg
Komposisi Bahan Jumlah
Zat Aktif 25 mg
Disentegran 10.22 mg
Lubricant 4.44 mg
Pewarna 0.073 mg
Coating agent 22 mg
Kekuatan 50 mg
Komposisi Bahan Jumlah
Zat Aktif 50 mg
65
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Disentegran 6.63 mg
Lubricant 4.44 mg
Coating agent 22 mg
Dari formula yang telah dibuat kemudian dilakukan proses pembuatan sediaan
tablet dengan metode kempa langsung. Dari formula, masing-masing dihasilkan sebanyak
200 tablet kunyah antasida dengan berat tablet 220 mg/tablet. Hasil tablet yang diperoleh
kemudian dievaluasi meliputi evaluasi organoleptis, kekerasan, waktu hancur, dan
kerapuhan.
Hasil evalusi organoleptis menunjukkan tablet yang dihasilkan dari kedua
formula mempunyai tampilan fisik yang sama, yaitu tablet berwarna putih, mempunyai
breaking line pada salah satu sisinya, dan tidak berbau.
Dari hasil pengujian kekerasan tablet terhadap 10 sampel tablet , didapatkan hasil sebagai
berikut :
Tablet 50 mg Hasil Tablet 25 mg Hasil
66
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Waktu hancur di definisikan sebagai waktu yang di peroleh untuk hancurnya tablet
dalam medium yang sesuai. Tablet melepaskan obatnya dengan hilangnya kohesi granul
yang menghasilkan disversi komponen dalam partikel. Kedua hasil memenuhi spesifikasi
yang dipersyaratkan namun waktu hancur pada formula tablet dengah kekuatan 50 mg
memiliki waktu hancur yang lebih panjang ketimbang waktu hancur tablet dengan
kekuatan 25 mg. Hal ini dapat diakibatkan karena perbedaan jenis dan konsentrasi bahan
pengikat yang digunakan. Semakin tinggi konsentrasi pengikat yang digunakan semakin
kuat ikatan partikel yang ada di dalam tablet sehingga tablet yang dihasilkan semakin
kompak (Devi et al, 2018). Pengukuran waktu hancur dilakukan sebelum tablet dicoating
sehingga waktu hancur tablet tidak bersalut <15 menit (Hidayati et al, 2020).
Dari hasil pengujian kerapuhan, didapatkan hasil nilai kerapuhan pada formula
dengan kekuatan 25 mg dan 50 mg adalah 0,7%. Nilai kerapuhan tablet yang baik yaitu
≤1% (Siregar, 2010). Hasil ini telah sesuai dengan nilai ang dipersyaratkan untuk tablet
konvensioanl.
67
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
BAGIAN V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Percobaan yang dilakukan bertujuan untuk melakukan reformulasi tablet coating
dengan metode granulasi basah menjadi metode kempa langsung. Dari percobaan yang
telah dilakukan didapatkan hasil tablet yang memiliki bobot 220 mg dengan organoleptis
tablet berwarna putih, mempunyai breaking line pada salah satu sisinya, dan tidak berbau.
Hasil evaluasi kekerasan, kerapuhan, dan waktu hancur memenuhi spesifikasi yang
dipersayatkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa proses reformulasi yang telah
dilakukan berhasil.
Saran
.Waktu hancur tablet dengan kekuatan 50 mg meskpun masih memenuhi syarat
namun memakan waktu yang cukup lama sehingga perlu dilakukan reformulasi ulang
untuk mendapatkan formula yang lebih baik.
68
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Bagian I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
PT. Pharos Indonesia melakukan salah satu misinya yaitu menginovasi produk dan
desain melalui peningkatan berkelanjutan. Tablet simethicone yang saat ini diedarkan oleh PT.
Pharos Indonesia merupakan tablet kunyah yang memiliki kekuatan 40 mg. Namun, BPOM
menganjurkan untuk menaikkan kekuatannya menjadi 80 mg. Sehingga, PT. Pharos Indonesia
melakukan pembaruan dengan melakukan reformulasi produk exist.
Selain menaikkan kekuatan tablet menjadi 80 mg, PT. Pharos Indonesia khususnya
bagian Production Product Development, melakukan inovasi lain yaitu membuat sediaan
berbentuk tablet biasa dan menurunkan bobot tablet. Bobot tablet yang semula ±600 mg
diturunkan menjadi 300 mg. Metode pembuatan yang awalnya granulasi basah pun diubah
menjadi kempa langsung. Project pembuatan tablet simethicone baru yang sudah pernah dibuat
masih belum memenuhi kriteria tablet yang baik. Selanjutnya, project tersebut dilanjutkan
sebagai tugas khusus yang akan dibahas pada bagian ini.
B. Tujuan
Melakukan reformulasi tablet simethicone untuk mendapatkan tablet biasa dengan bobot 300
mg dan kekuatan 80 mg yang dibuat dengan metode kempa langsung.
69
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Bagian II
Tinjauan Pustaka
Sediaan farmasi meliputi obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika. Obat yaitu bahan
atau panduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki
sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia. Obat tradisional yaitu bahan atau
ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik),
atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan
dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat (Republik Indonesia, 2009).
Sedangkan kosmetika merupakan bahan atau sediaan yang ditujukan untuk digunakan pada bagian luar
tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan membran
mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau
memperbaiki bau bahan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (Kementerian
Kesehatan RI, 2010).
Obat dibedakan menjadi beberapa kelompok berdasarkan efek farmakologi, rute pemberian,
dan bentuk sediaan. Secara bentuk sediaan, obat dikelompokkan kembali menjadi tiga yaitu bentuk
sediaan cair, padar, dan semipadat. Bentuk sediaan padat juga dikelompokkan menjadi beberapa macam
yaitu tablet, kapsul, supositoria, dan ovula. Tablet merupakan bentuk sediaan padat yang terdiri dari
satu atau lebih bahan obat dan bahan tambahan yang dibuat dengan proses pemadatan. Tablet biasanya
berbentuk bundar dengan permukaan datar atau konveks. Namun ada pula tablet yang berbentuk khusus
seperti kaplet, segitiga, lonjong, persegi empat, dan persegi enam (heksagonal). Ukuran dan bobot tablet
juga bermacam-macam, tergantung pada rute pemberian obat dan metode pembuatannya. Namun
umumnya diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 kali tebal tablet
(Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Dalam penggunaannya tablet terbukti bentuk sediaan yang sangat praktis dan ideal untuk rute
pemberian oral. Kelebihan tablet antara lain
a. Praktis dan efisien, pelayanan lebih cepat, mudah dibawa dan disimpan.
b. Mudah digunakan dan tidak membutuhkan keahlian khusus.
c. Dosis mudah diatur karena sistem satuannya dosis.
d. Efek yang diinginkan dapat diatur, pembuatan tablet dapat dibuat lepas lambat, extended
release, enterc tablet, orros, dan lainnya
e. Tablet lebih cocok dan ekonomis untuk produksi dalam skala besar.
f. Rasa dan bau yang tidak enak dapat ditutupi dengan penambahan salut gula.
g. Tablet memiliki stabilitas gabungan kimia, mekanik, dan mikrobiologi yang lebih baik dari
bentuk sediaan lain.
Meskipun memiliki banyak kelebihan, tablet juga memiliki kekurangan sebagai berikut
70
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
a. Dapat menimbulkan kesulitan dalam mengonsumsi jika ukuran tablet besar dan berasa
pahit.
b. Waktu hancur lebih lama dibanding bentuk sediaan lain.
c. Tidak dapat digunakan untuk pasien yang tidak sadar atu pingsan.
d. Sasaran obat dalam plasma lebih sulit tercapai.
(Murtini dan Elisa, 2018).
Formulasi sediaan solid yaitu proses studi tentang komposisi bentuk sediaan obat, termasuk
didalamnya karakterisasi raw material dan prosedur yang dibutuhkan untuk memprosesnya. Selain
bahan aktif, dalam pembuatan tablet juga diperlukan bahan tambahan yang selanjutnya akan disebut
dengan eksipien. Jenis eksipien yang dibutuhkan meliputi
a. Pengisi (Filler)
Filler merupakan komponen utama sediaan padat yang digunakan untuk meningkatkan
berat tablet sehingga dapat mencapai sifat yang dibutuhkan. Contoh filler yaitu
microcrystalline cellulose, mannitol, laktosa, amilum, dan kalsium fosfat.
b. Pengikat (Binder)
Binder merupakan komponen yang memberikan daya adhesi pada massa serbuk dalam
proses granulasi dan menambah daya kohesi pada bahan pengisi dalam proses kempa
langsung. Binder dapat didispersikan dalam cairan penggranulasi atau langsung
ditambahkan secara kering. Contoh binder yakni turunan selulose, povidone, dan PEG.
c. Penghancur (Disintegrant)
Disintegrant merupakan bahan untuk membantu hancurnya tablet setelah masuk
saluran cerna menjadi partikel yang ukurannya lebih kecil dan dapat lebih mudah
terabsorbsi. Contoh disintegrant yaitu crospovidone, sodium starch glycolate,
croscamellose sodium, dan amylum starch.
d. Pelincir (Glidant)
Glidant adalah bahan yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan aliran serbuk
sehingga memperbaiki sifat alir massa cetak. Bahan yang termasuk glidant yakni
magnesium stearat, colloidal silicone dioxide, talkum, dan turunan silikat.
e. Pelicin (Lubricant)
Lubricant yaitu bahan yang digunakan untuk mengurangi gesekan selama proses
pengempaan tablet dan mencegah massa tablet menempel pada punch dan dies. Bahan yang
termasuk lubricant yaitu turunan stearat, talkum, dan lauryl sulfat.
f. Pemanis (Sweetening agent)
71
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Sweetening agent yaitu bahan yang memberikan rasa manis untuk meningkatkan
penerimaan sediaan terutama pada tablet kunyah dan tablet hisap. Contoh bahan ini yaitu
sukrosa, laktosa, dekstrosa, mannitol, dan aspartam.
g. Agen Pendapar (Buffer)
Buffer merupakan bahan yang berfungsi menaikkan stabilitas sediaan dengan
meminimalkan perubahan pH pada sediaan atau menetralkan pH. Contoh buffer yaitu
garam fosfat dan garam sitrat.
h. Coating agent
Coating agent digunakan untuk meningkatkan penerimaan dan stabilitas sediaan,
menjadikan modified release dosage form, salut gula, salut film, dan salut enterik. Bahan
yang termasuk coating agent yaitu derivat gula (untuk salut gula), derivat selulosa (untuk
salut film), dan derifat ftalat dan metakrilat (untuk salut enterik).
(Rowe, Sheskey and Quinn, 2009, M. E., 2009; Nurdiana, 2021).
Proses pembuatan tablet dapat dilakukan dengan 3 metode yaitu granulasi basah (wet
granulation), granulasi kering (dry granulation), dan kempa langsung (direct compression). Pembuatan
tablet dengan metode kempa langsung dilakukan dengan mencetak seluruh campuran obat dan bahan
tambahannya. Syarat agar campuran dapat dibuat dengan metode kempa langsung yaitu memiliki sifat
alir yang baik, kompresibilitas tinggi, dan mempunyai efek lubrikan yang baik. Metode ini memiliki
beberapa kelebihan yaitu
a. Lebih ekonomis dibanding metode lain
b. Prosesnya lebih singkat karena proses lebih sedikit.
c. Tidak terpengaruh oleh panas dan kelembaban sehingga dapat digunakan untuk bahan yang
tidak tahan panas dan lembab.
d. Waktu hancur dan disolusi lebih baik karena tidak melewati proses granulasi.
Namun pembuatan tablet dengan metode kempa langsung ini juga memiliki beberapa kekurangan
sebagai berikut:
a. Perbedaan ukuran partikel dan kerapatan bulk antar bahan aktif dengan pengisi dapat
menimbulkan stratifikasi di antara granul yang selanjutnya dapat menyebabkan kurang
seragamnya kandungan bahan aktif di dalam tablet.
b. Zat aktif dengan dosis yang besar tidak mudah untuk dikempa langsung karena perlu
tambahan bahan pengisi sehingga membuat tablet berukuran besar.
c. Dalam beberapa kondisi pengisi dapat berinteraksi dengan zat aktif.
d. Pada kempa langsung mungkin terjadi aliran statik yang terjadi selama pencampuran dan
pemeriksaan rutin sehingga keseragaman zat aktif dalam granul terganggu.
e. Sulit dalam pemilihan eksipien karena eksipien yang digunakan harus bersifat mudah
mengalir, kompresibilitas yang baik, kohesifitas, dan adhesifitas yang baik.
72
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
73
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
74
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Bulk density merupakan rasio massa sampel serbuk yang belum dimanfaatkan
dengan volumenya. Bulk density bergantung pada densitas partikel serbuk dan susunan
spasial partikel di dalam unggun serbuk. Bulk density dinyatakan dalam gram per mL
(g/mL) (USP, 2014). Perhitungan bulk density menggunakan rumus berikut :
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑧𝑎𝑡 𝑢𝑗𝑖 (𝑔)
𝐵𝑢𝑙𝑘 𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑎𝑐𝑎 (𝑚𝐿)
75
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Interaksi antar partikulat yang mempengaruhi sifat bulking serbuk juga merupakan
interaksi yang mengganggu aliran serbuk, perbandingan bulk density dan tapped density
akan memberikan perhitungan yang relatif penting dari interaksi ini dalam serbuk yang
diberikan. Perbandingan itu sering digunakan sebagai indeks kemampuan serbuk untuk
mengalir, misalnya indeks Kompresibilitas atau rasio Hausner. Indeks Kompresibilitas dan
rasio Hausner merupakan ukuran kecenderungan serbuk untuk dikompresi. Dengan
demikian, ketika dilakukan pengukuran kemampuan serbuk untuk mengendap dan
memungkinkan penilaian dari interaksi antar partikel. Pada serbuk yang mengalir bebas,
interaksi seperti itu kurang signifikan, dan nilai bulk density dan tapped density akan
berdekatan. Untuk bahan yang mengalir lebih buruk, sering didapati interaksi antar partikel
yang lebih besar, dan perbedaan yang lebih besar antara bulk density dan tapped density.
Rasio Hausner dapat dihitung dengan rumus berikut :
𝑇𝑎𝑝𝑝𝑒𝑑 𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐻𝑎𝑢𝑠𝑛𝑒𝑟 =
𝐵𝑢𝑙𝑘 𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦
(USP, 2014).
Interpretasi rasio Hausner terhadap sifat alir dapat dilihat pada tabel di bawah
Rasio Hausner Sifat Alir
<1,25 Baik
1,25-1,5 Sedang
>1,5 Buruk
MCC 23.28
DCPD 17.33
76
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
SSG 2
Sucralose 0.21
Magnesium Stearat 1
Total 100
Prosedur Pengolahan:
1. Siapkan alat dan timbang bahan
2. Campurkan Simethicone 50% powder dan MCC.
3. Campurkan minyak adas dengan sucralose sampai kering.
4. Campurkan campuran [2], [3], dan DCPD.
5. Campurkan campuran [4] dengan sodium starch glycolate
6. Ayak magnesium stearat dengan ayakan no 0.3 mm
7. Campurkan [5] dengan [6]
8. Cetak tablet dengan punch no. 9
Spesifikasi tablet:
Tablet putih dengan breaking line
Bobot tablet 300mg ± 5% (285-315mg)
Formula 2
Aerosil 14,33
Copovidone 5
MCC 48,88
SSG 2,33
Sucralose 0,21
Magnesium stearat 1
Total 100
Prosedur Pengolahan:
77
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
78
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
79
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Bagian IV
Hasil dan Pembahasan
Reformulasi terhadap formula exist tablet kunyah simethicone bertujuan untuk mengubah
formula untuk membuat tablet biasa dengan metode direct compress yang memiliki kekuatan 80 mg
dan mengecilkan bobot tablet menjadi ± 300 mg. Tablet simethicone PT. Pharos Indonesia yang beredar
dipasaran berupa tablet kunyah yang memiliki kekuatan 40 mg dan bobot tablet yang semula ± 600 mg.
Metode pembuatan yang awalnya wet granulation pun diubah menjadi direct compress. Berikut
merupakan formula exist dari tablet simethicone yang dibuat dengan metode wet granulation :
Total 100
Studi preformulasi merupakan langkah pertama dalam kegiatan reformulasi ini. Setelah melihat
formula tablet exist selanjutnya dilakukan evaluasi formula tersebut. Perubahan dari tablet kunyah
menjadi tablet biasa akan sangat berpengaruh dalam proses ini. Pemanis yang ada dalam formula exist
sebanyak >50% dari total bobot tablet dan tidak ada bahan yang berfungsi sebagai disintegrant sebab
formula tersebut digunakan untuk menghasilkan tablet kunyah. Sehingga akan dilakukan pengurangan
persentase jumlah pemanis, penggantian pemanis, pengurangan flavour, penggantian filler, penggantian
80
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
binder, penambahan lubricant dan penambahan disintegrant ke dalam formula baru. Hal tersebut
bertujuan memperkecil bobot, menambah parameter waktu hancur tablet yang dirancang menjadi tablet
biasa dan tentunya disesuaikan untuk metode direct compression. Setelah dilakukan studi preformulasi,
terdapat beberapa bahan yang ditambahkan pada dua formula baru yang dapat dilihat pada tabel di
bawah:
Nama Bahan Fungsi
Copovidon Binder
MCC Binder
DCPD Filler
Sukralose Pemanis
SSG Disintegrant
Bahan pengikat yang digunakan pada kedua formula yaitu MCC dan copovidon. Alasan
penggunaan MCC pada formula 1 selain dapat digunakan sebagai dry binder kuat, bahan ini juga
memiliki sifat sebagai lubricant dan disintegrant yang akan membantu dalam pembuatan tablet dengan
metode direct compression. MCC juga dapat digunakan sebagai diluent yang mana jika dimasukkan
kedalam formula sediaan tablet akan menjadi filler dan dapat meningkatkan tingkat kekompakan atau
kemampuan kompresi dari campuran bahan. Alasan tersebutlah yang mendasari penggunaan MCC
sebagai filler pada formula 2. Penggunaan copovidon pada formula 2 selain cocok digunakan sebagai
dry binder, copovidon juga dapat memberikan efek adesi dan kekerasan yang baik. Pemilihan DCPD
sebagai filler untuk formula 1 dikarenakan bahan ini memiliki kompaksibilitas dan sifat alir yang baik
serta dapat memberikan pengaruh terhadap kekuatan mekanik dan performa disolusi tablet (Rowe,
Sheskey, dan Quinn, 2009; Chaerunisaa, Sriwidodo, dan Abdassah, 2019).
Pemanis pada formula baru diganti menjadi sukralose. Selain sucralose dapat digunakan untuk
metode pembuatan tablet direct compression, sucralose memiliki kekuatan sebagai pemanis hampir
300-1000 kali lebih manis dari pada sucrose, sehingga dalam penggunaannya hanya diperlukan dalam
jumlah sedikit. Disebutkan pula bahwa sukralose tidak memiliki rasa pahit setelah penggunannya
(aftertaste). SSG merupakan bahan superdisintegrant yang berarti akan mempercepat waktu hancur
tablet, sehingga bahan ini dipilih sebagai disintegrant untuk kedua formula. Penambahan magnesium
stearat pada formula yaitu untuk mengurangi sifat abrasif dari DCPD (Rowe, Sheskey, and Quinn, 2009;
Safk, 2020).
Uji pendahuluan kemudian dilakukan dengan menguji sifat alir dari bahan yang akan
digunnakan agar mendapatkan kepastian hasil bahwa bahan yang digunakan cocok untuk metode direct
81
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
compression. Uji laju aliran serbuk dilakukan menggunakan bantuan corong. Tujuan dilakukan uji ini
yakni mengetahui laju alir bahan ketika mengalir pada corong. Hasil uji laju aliran yang dilakukan dapat
dilihat dalam tabel berikut :
Bahan Laju Alir
Magnesium stearate memiliki laju alir yang baik namun meninggalkan residu putih pada permukaan
corong. Fungsi bahan sebagai lubricant akan membuat bahan tersebut membentuk lapisan film pada
partikel bahan padat yang kemudian dapat mengurangi gesekan antar partikel dan memudahkan partikel
tersebut untuk mengalir (Puspadina, dkk., 2021).
Selanjutnya dilakukan uji tapped density, bulk density, dan kompresibilitas untuk menentukan
sifat alir bahan yang akan digunakan. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel berikut :
82
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Tapped Bulk
Dari tabel hasil di atas, dapat dilihat bahwa sifat alir bahan yang akan digunakan dominan baik, sehingga
dapat digunakan untuk proses pembuatan tablet dengan metode direct compression.
Setelah dilakukan uji pendahuluan, disusun kedua formula berikut :
83
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Copovidon Binder - 5
Dari masing-masing formula tersebut di atas, dibuat 200 tablet dengan berat tablet masing-masing ±300
mg. Hasil tablet yang diperoleh kemudian dilakukan uji evaluasi yang meliputi uji organoleptis,
kekerasan, waktu hancur, dan kerapuhan. Hasil evalusi organoleptis formula 1 didapatkan hasil tablet
berwarna putih dengan breaking line pada kedua sisinya, diameter 9 mm, bobot tablet 285-315mg, dan
crumbling. Sedangkan formula 2 didapatkan hasil tablet putih dengan breaking line pada kedua sisinya,
diameter 9 mm bobot tablet 285-315mg, dan rapuh (dapat dengan mudah dipatahkan dengan tangan).
Dilakukan uji kekerasan tablet terhadap 5 sampel tablet setiap formula. Namun, tablet hasil
formula 1 tidak dapat dilakukan uji evaluasi apapun karena tablet crumbling. Hasil uji kekerasan yang
dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut :
Formula 2
Tablet
Kekerasan (kg)
A 2,66
B 2,85
C Error
D 3,08
84
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
E 3,39
Rata-Rata 2,40
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kekerasan tablet berada di bawah range nilai kekerasan
tablet yang baik. Umumnya, tablet dapat dikatakan baik saat memiliki nilai kekerasan antara 4-8 kg.
Kekerasan tablet kurang dari 4 kg masih dapat diterima dengan catatan nilai kerapuhannya tidak
melebihi batas yang ditetapkan. Namun, tablet dengan nilai kekerasan di bawah range akan rusak saat
proses pengemasan dan transportasi. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kekerasan tablet yaitu
sifat alir bahan, sifat bahan yang dikempa, dan tekanan kompresi (Banne, Ulaen, dan Lombeng, 2012).
Tablet formula 2 memiliki waktu hancur yang variatif dan tercatat bahwa tablet membutuhkan
waktu hancur paling lama 14 menit 32 detik. Waktu hancur untuk tablet tidak bersalut atau salut enterik
yaitu tidak lebih dari 15 menit (Banne, Ulaen, dan Lombeng, 2012). Waktu hancur dari tablet formula
2 sudah memenuhi persyaratan uji waktu hancur. Variasi waktu hancur ini kemungkinan disebabkan
adanya perbedaan kekerasan tablet yang digunakan untuk uji waktu hancur. Kekerasan yang tinggi akan
menyebabkan tablet memiliki waktu hancur yang lebih lama. Selain itu, terdapat kemungkinan bahwa
disintegrant untuk formula 2 tidak tercampur secara homogen sehingga tablet dengan konsentrasi
sodium starch glycolate yang tinggi membuat tablet semakin mudah hancur (Kusuma dan Prabandari,
2020).
Kerapuhan tablet menunjukkan ketahanan tablet terhadap abrasi pada permukaan tablet. Nilai
batas kerapuhan tablet yang masih dapat diterima yakni kurang dari 1,0%. Nilai kerapuhan di atas 1,0%
menunjukkan tablet yang rapuh dan dianggap kurang baik. Hasil pengujian kerapuhan untuk tablet
formula 2 didapatkan nilai sebesar 0.370% yang berarti sudah memenuhi nilai kerapuhan tablet yang
dapat diterima (Kusuma dan Prabandari, 2020).
85
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Bagian V
Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
Project yang dilakukan ini bertujuan untuk mendapatkan tablet biasa dengan bobot
tablet 300 mg dan kekuatan 80 mg yang dibuat dengan metode kempa langsung. Project yang
telah dilakukan menghasilkan tablet simethicone dengan bobot ±300 mg dan organoleptis hasil
tablet putih dengan breaking line pada kedua sisinya, diameter 9 mm, bobot tablet 285-315mg,
sangat rapuh (formula 1) dan rapuh (formula 2). Hasil uji kekerasan tidak memenuhi syarat.
Hasil uji waktu hancur dan kerapuhan (formula 2) memenuhi persyaratan. Disimpulkan bahwa
proses reformulasi yang telah dilakukan belum berhasil.
B. Saran
Perlu dilakukan perbaikan formula untuk mendapatkan tablet yang lebih kompak.
Dapat dipertimbangkan untuk penambahkan pewarna agar tampilan tablet menjadi lebih
menarik.
86
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
87
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
BAGIAN I
LATAR BELAKANG DAN TUJUAN
A. Latar Belakang
PT. Pharos Indonesia merupakan salah satu perusahan farmasi major regional
yang mengembangkan dan memasarkan produk-produk inovatif di Indonesia dan
negaranegara lain di Asia Tenggara. menghasilkan produk yang berkualitas dan aman
bagi konsumen. Ketika ditemukan kekurangan dalam sebuah produk, PT Pharos
Indonesia akan berusaha memperbaiki dan mengembangkan produk yang sudah ada
sesuai dengan permintaan dan kebutuhan konsumen atau masyarakat luas.
PT Pharos Indonesia sendiri telah memproduksi tablet simethicone dengan
kekuatan 40 mg merupakan suatu zat aktif yang berfungsi untuk mengatasi sendawa,
perut kembung dan rasa tidak nyaman di perut akibat peningkatan gas pada lambung,
tetapi BPOM sendiri menyarankan agar kekuatan tablet simethicone ditambah menjadi
80 mg. Untuk itu dilakukan Product Development oleh divisi Production Product
Development PT Pharos Indonesia dimana akan melakukan reformulasi produk tablet
simethicon sehingga memiliki kekuatan 80 mg dengan bobot ±350 mg dan menggunakan
metode kempa langsung
B. Tujuan
a. Melakukan reformulasi terhadap formula exist tablet simeticon untuk meningkatkan
kekuatan tablet simeticon 40 mg menjadi 80 mg dan mengurangi bobot tablet
menjadi 350 mg.
88
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
BAGIAN II
TINJAUAN PUSTAKA
Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak, berbentuk rata atau cembung
rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat
tambahan (Anief, 2000). Pemberian obat yang paling sering digunakan adalah pemberian
melalui mulut (per-oral), dikarenakan cara ini sangat praktis, mudah, dan aman (Ansel,
1989).Keuntungan tablet dari tablet adalah praktis dan efisien, waktu peresepan dan pelayanan
di apotek dapat lebih cepat,lebih mudah dibawa dan disimpa, mudah digunakan, tidak
memerlukan keahlian khusus, dosis mudah diatur karena merupakan sistem satuan dosis (unit
dose system), bentuk sediaan tablet lebih cocok dan ekonomis untuk produksi skala besar,
dapat menutupi rasa dan bau yang tidak enak (dengan penambahan salut selaput/salut gula).
sedangkan kekurangan dari tablet adalah tidak dapat menutupi rasa pahit, ukuran tablet terlalu
besar sehingga menyebabkan sulit ditelan, waktu hancur lebih lama dibanding bentuk sediaan
lain, seperti larutan injerksi, tidak dapat digunakan pada pasien yang tidak sadar / pingsan.
Pembuatan tablet dibagi menjadi 3 yaitu : metode kempa langsung, metode granulasi
basa dan granulasi kering. Granulasi basah merupakan suatu proses pencampuran partikel
bahan aktif dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar (agregat) dengan menambahkan
cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi.
Metode ini biasanya digunakan apabila bahan aktif tahan terhadap lembab dan panas.
Umumnya untuk bahan aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan
kompresibilitasnya tidak baik. Prinsip dari metode granulasi basah adalah membasahi masa
tablet dengan larutan pengikat tertentu sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu kemudian
massa yang basah tersebut digranulasi. Tehnik ini membutuhkan larutan, suspensi atau bubur
yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke campuran serbuk atau dapat juga
bahan tersebut dimasukan kering ke dalam campuran serbuk dan cairan dimasukan terpisah.
Metode granulasi kering (slugging) ini adalah memproses partikel bahan aktif dan
eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat. Setelah menjadi
masa padat, selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar
dari serbuk semula (granul). Prinsip dari metode ini adalah membuat granul secara mekanis,
tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut. Sementara itu, ikatannya didapat melalui gaya.
Teknik ini dikatakan cukup baik, digunakan untuk bahan aktif yang memiliki dosis efektif yang
terlalu tinggi untuk dikempa langsung atau bahan aktif yang sensitif terhadap pemanasan dan
kelembaban. Pada proses ini, komponen-komponen tablet dikompakan dengan mesin cetak
tablet lalu ditekan ke dalam die dan dikompakan dengan punch, sehingga diperoleh massa yang
89
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
disebut slug. Oleh karena itu, prosesnya disebut dengan istilah slugging. Pada proses
selanjutnya, slug ini kemudian diayak dan diaduk untuk mendapatkan granul yang daya
mengalirnya lebih baik dari campuran awal. Bila slug yang didapat belum memuaskan, maka
proses diatas dapat diulang.
Metode kempa langsung merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan cepat
pengerjaannya. Namun demikian, hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang kecil
dosisnya, serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab. Ada beberapa zat
berbentuk Kristal seperti NaCl, NaBr, dan KCl yang mungkin langsung dikempa, tetapi
sebagian besar zat aktif tidak mudah untuk langsung dikempa. Selain itu, zat aktif tunggal yang
langsung dikempa untuk dijadikan tablet kebanyakan sulit untuk pecah jika terkena air (cairan
tubuh). Secara umum, sifat zat aktif yang cocok untuk metode kempa langsung adalah sebagai
berikut alirannya baik, kompresibilitasnya baik, bentuknya kristal, dan mampu menciptakan
adhesifitas dan kohesifitas dalam massa tablet (Kemenkes, 2018)
Komponen-komponen tambahan dalam formulasi tablet kempa terdiri atas zat aktif,
bahan pengisi, bahan pengikat, desintegran dan lubrikan. Selain itu, tablet dapat mengandung
bahan pewarna yang diizinkan, bahan pengaroma dan bahan pemanis.
A. Bahan pengisi : Bahan pengisi dibutuhkan untuk membuat bulk (menambah bobot
sehingga memiliki bobot yang sesuai untuk dikempa), memperbaiki kompresibilitas
dan sifat alir bahan aktif yang sulit dikempa serta untuk memperbaiki daya kohesi
sehingga dapat dikempa langsung. Bahan pengisi dapat dibagi berdasarkan katagori:
material organik (karbohidrat dan modifikasi karbohidrat), material anorganik (kalsium
fosfat dan lainnya), serta coprocessed diluents. Jumlah bahan pengisi yang dibutuhkan
bervariasi, berkisar 5-80% dari bobot tablet (tergantung jumlah zat aktif dan bobot
tablet yang diinginkan). Bila bahan aktif berdosis kecil, sifat tablet (campuran massa
yang akan ditablet) secara keseluruhan ditentukan oleh sifat bahan pengisi. Contohnya
laktosa, pati, kalsium fosfat dan selulosa mikrokristal
B. Bahan pengikat: bahan pengikat memberikan daya adhesi pada masa serbuk sewaktu
digranulasi serta menambahkan daya kohesi pada bahan pengisi. Misalnya povidon,
selulosa mikrokristal,CMC.
C. Bahan penghancur: bahan penghancur berfungsi untuk membantu tablet agar hancur
setelah ditelan. Contohnya : Selulosa mikrokristal
D. Bahan lubrikan : Lubrikan adalah bahan yang berfungsi untuk mengurangi friksi antara
permukaan dinding/tepi tablet dengan dinding die selama kompresi dan ejeksi.
Lubrikan ditambahkan pada pencampuran akhir/final mixing, sebelum proses
90
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
91
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
BAGIAN III
PELAKSANAAN TUGAS
92
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
93
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
𝑇𝑎𝑝𝑝𝑒𝑑 𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦
𝐾𝑜𝑚𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 =
𝐵𝑢𝑙𝑘 𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦
(Moravkar et al., 2017)
Berikut merupakan tabel hubungan nilai rasio Hausner terhadap sifat alir :
Nilai Rasio Hausner Sifat Alir
<1,25 Baik
1,25-1,5 Sedang
>1,5 Buruk
94
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
C. Pengujian Tablet
Selain bentuk fisik dari tablet, tablet juga harus memenuhi spesifikasi dan standar
kualitas lainnya. Hal ini temasuk organoleptis, kekerasan, waktu hancur, dan
kerapuhan.
• Uji Organoleptis
Pengujian organoleptis dilakukan dengan cara melihat secara langsung mulai
dari bentuk, warna, bau dan rasa dari tablet yang dihasilkan (Elisabeth et al,
2018).
• Uji Kekerasan
Tablet harus mempunyai kekuatan atau kekerasan yang tertentu agar
dapat bertahan 77 dalam berbagai guncangan mekanik pada saat pembuatan,
pengepakan, dan pengapalan. Kekerasan yang cukup dari suatu tablet
merupakan salah satu persyaratan penting dari suatu tablet. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kekerasan tablet adalah tekanan kompresi dan sifat bahan yang
dikempa. Kekerasan ini yang dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan.
Semakin besar tekanan yang diberikan saat pengempaan akan meningkatkan
kekerasan tablet. Pada umumnya tablet dikatakan baik, apabila mempunyai
kekerasan antara 4-8 kg (Parrott, 1970).
Kekerasan tablet kurang dari 4 kg masih dapat diterima asalkan
kerapuhannya tidak melebihi batas yang ditetapkan. Tetapi biasanya tablet
yang tidak keras akan mengalami kerapuhan pada saat pengemasan dan
transportasi. Kekerasan tablet yang lebih dari 10 kg masih dapat diterima,
asalkan masih memenuhi persyaratan waktu hancur/desintegrasi dan disolusi
yang dipersyaratkan (Rhoihana, 2008).
Langkah kerja uji kekerasan:
Tablet diambil sebanyak 20 tablet, lalu dimasukkan satu per satu ke dalam alat
hardness tester dan alat dinyalakan. Data hasil pengujian kekerasan tablet
dicatat.
95
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
• Uji Kerapuhan
Uji keregasan tablet (Friabilitas)merupakan uji ketahanan permukaan tablet
terhadap gesekan yang dialami selama pengemasan, pengiriman dan
penyimpanan. Keregasan dapat dievaluasi dengan menggunakan alat uji
kerapuhan (friability tester).Tablet dikatakan baik apabila kerapuhannya tidak
lebih dari 0,8% (Lachman, dkk, 1994). Uji keregasan berhubungan dengan
kehilangan bobot akibat abrasi (pengikisan) yang terjadi pada permukaan
tablet. Keregasan yang tinggi akan mempengaruhi konsentrasi/kadar zat aktif
yang masih terdapat pada tablet. Tablet diambil sebanyak 20 tablet lalu
dibersihkan, kemudian ditimbang (W1 gram), laludimasukkan ke dalam alat
friability tester untuk diuji. Alat diset dengan kecepatan putaran 25 rpm selama
4 menit sebanyak 100 putaran .Tablet dikeluarkan, lalu bersihkan dan
ditimbang kembali (W2 gram). Dihitung % kerapuhan tablet.
96
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
97
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil dan Pembahasan
Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan reformulasi terhadap formula exist
simethicone untuk mengubah metode pembuatan tablet dan meningkatan dan menurunkan
ukuran tablet simethicone menjadi 80 mg dengan ukuran ± 350 mg dengan metode kempa
langsung. Tablet simetichone produksi PT Pharos yang saat ini beredar di pasaran
merupakan tablet yang dibuat dengan metode granulasi basah dengan kekuatan 40 mg dan
ukurannya ± 600 mg . Berikut merupakan formula exist dari tablet simethicone tersebut
yang dibuat dengan metode granulasi basah :
Dari formula yang telah ada, kemudian dilakukan reformulasi. Tahap awal dalam
proses reformulasi adalah studi preformulasi. Langkah pertama yang dilakukan adalah
melakukan evaluasi dari formula exist. Setelah dilakukan evaluasi dari formula exist
didaptkan beberapa bahan tambahan yang digunakan pada formula tersubut tidak bisa
digunakan untuk metode kempa langsung. Sehingga diperlukan penggantian dan
pengurangan bahan tambahan agar dapat dilakukan pencetakan dengan metode kempa
langsung dengan bobot yang lebih kecil. Pada penelitian ini akan digunakan metode kempa
98
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
langsung. Setelah melakukan studi literatur, kemudian dipilih bahan tambahan sebagai
berikut:
• Laktosa:
Pemilihan laktosa sebagai bahan pengisi adalah karena laktosa dapat
memenuhi bobot tablet yang diinginkan dan juga laktosa mempunyai sifat alir
dan kompaktibilitas yang baik sehingga dapat memperbaiki sifat alir massa
serbuk yang dihasilkan (Suherman, 2017)
Bahan pengisi yang dapat digunakan untuk kempa langsung disebut
dengan fillerbinders. Filler-binders adalah bahan pengisi yang sekaligus
memiliki kemampuan meningkatkan daya alir dan kompaktibilitas massa
tablet. Filler binders digunakan dalam kempa langsung. Persyaratan suatu
material dapat berfungsi sebagai filler-binders adalah mempunyai fluiditas dan
kompaktibilitas yang baik. Material yang mempunyai sifat demikian biasanya
mempunyai ukuran partikel yang relatif besar (bukan fines) dengan bentuk
yang sferis. Bahan pengisi yang dapat berfungsi sebagai filler-binders biasanya
hasil modifikasi, termasuk co-processed diluents. Co-processed diluents
merupakan material hasil modifikasi dan kombinasi 2 atau lebih material
dengan proses yang sesuai. Material co-processed diluents lebih baik untuk
kempa langsung dibandingkan hasil modifikasi 1 macam diluents saja.
• Avicel PH-101 (mycrocristaline cellulose) berfungsi sebagai bahan pengikat
dengan potensi daya ikat yang kuat, dan Amprotab (Amilum manihot) sebagai
penghancur yang merupakan koloida hidrofilik yang mempunyai kapasitas
absorbs yang besar sehingga dalam tablet bahan ini akan mengembang,
menjadikan tablet pecah dan hancur (Suherman, 2017)
• Sucrosa: pemilihan sukrosa sebagai pemanis dikarenakan sukrosa memiliki
sifat alir yang baik.
99
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Dari hasil dapat dilihat bahwa hampir semua serbuk dapat mengalir dengan baik
melewati corong, kecuali magnesium stearate yang meninggalkan residu putih pada permukaan
corong. Sifat hidrofobik dari magnesium stearat akan membuat lapisan film pada partikel bahan
padat sehingga dapat mengurangi gesekan antar partikel dan memudahkan partikel tersebut
mengalir.
Pengujian selanjutnya yang dilakukan adalah tapped density, bulk density, dan
kompresibilitas untuk menentukan sifat alir bahan yang akan digunakan. Dari hasil pengujian
didapkan hasil sebagai berikut :
Tapped Bulk
Sifat
Nama Bahan Density Density Kompresibilitas
Alir
(g/mL) (g/mL)
Sukralose 0,583 0,396 1,47 Sedang
100
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Dari hasil di atas, dapat dilihat bahwa sifat alir bahan-bahan yang digunakan relative
baik, sehingga dapat digunakan untuk proses pembuatan tablet dengan metode kempa
langsung.
Dari hasil uji pendahuluan kemudian disusun formula bagai berikut :
Komposisi Bahan Jumlah (%)
laktosa 30
Avicel PH 101 (Mikrokristalinselulosa) 30
Dimethylpolysiloxane pasta 28,14
Minyak adas 0,1
Sucrosa 0,21
Aerosil 12,85
Mg Stearat 1
Total 100%
101
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Tablet 4 2
Tablet 5 2.5
Tablet 6 3
Tablet 7 3
Tablet 8 3.7
Tablet 9 3.2
Tablet 10 2
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil uji kekerasan tablet Simethicone 80
mg tidak memenuhi persyaratan. Dimana suatu tablet dikatakan baik, apabila mempunyai
kekerasan antara 4-8 kg (Parrott, 1970). Faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet
adalah kekerasan tablet adalah tekanan kompresi dan sifat bahan yang dikempa. Kekerasan
ini yang dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan. Semakin besar tekanan yang
diberikan saat pengempaan akan meningkatkan kekerasan tablet. Selain itu penggunaan
bahan pengikat yang kurang juga dapat mempengaruhi kekerasan.
Selanjutnya, dari hasil pengujian waktu hancur, didapatkan hasil seperti
dibawah ini :
Tablet 80 mg Hasil
6 tablet 1 menit 56 detik
Waktu hancur di definisikan sebagai waktu yang di peroleh untuk hancurnya tablet
dalam medium yang sesuai. Tablet melepaskan obatnya dengan hilangnya kohesi granul
yang menghasilkan disversi komponen dalam partikel. Waktu hancur tablet simethicone
80 mg sudah memenuhi syarat di mana waktu hancur untuk tablet tidak bersalut salut
enterik adalah tidak lebih dari 15 menit (Depkes RI, 1979).
Dari hasil pengujian kerapuhan, didapatkan hasil nilai kerapuhan pada formula
dengan simethicone 80 mg adalah 0,4 %. Nilai kerapuhan tablet yang baik yaitu ≤1%
(Siregar, 2010). Hasil ini telah sesuai dengan nilai ang dipersyaratkan untuk tablet
konvensioanl.
102
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
103
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Goeswin. 2008. Pengembangan Sediaan Farmasi, Edisi revisi dan Pengembangan. Penerbit
ITB. Bandung. Hal. 222-226; 278-279.
Ainurofiq, A., dan Azizah, H., 2016. Perbandingan Penggunaan Bahan Penghancur Secara
Intragranular, Ekstragranular, dan Kombinasinya. Journal of Pharmaceutical Science
and Clinical Research, 01, pp. 1-9.
Amidon, G. E., Meyer, P. J., dan Mudie, D. M., 2017. Developing Oral Dosage Forms.
Anief, M. 2000. Ilmu Meracik Obat. Cetakan ke-9.Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.
Ansel, C. ., Popovich, G. N., & V.L, A. 2005. Ansel‟s Pharmaceutical Dosage Forms and Drug
Delivery Systems. New York: Lippincott Williams and Wilkins.
Ansel., 1989. Pengantar Bentuk SediaanFarmasi. Edisi IV. Universitas Indonesia Press.
Jakarta.
Apriani, N. P., Arisanti, C. I. S., 2014. Pengaruh Penggunaan Amilum Jagung Pregelatinasi Sebagai
Bahan Pengikat Terhadap Sifat Fisik Tablet Vitamin E. Jurnal Farmasi Udayana, III(2), pp 59-
62.
Badan Pengawas Obat Dan Makanan RI., 2018. Peraturan BPOM Nomor 34 Tahun 2018
Tentang Pedoman Cara Pembuatan yang Baik..
Banne, Y., Ulaen, S. P. J., dan Lombeng, F., 2012. Uji Kekerasan, Keregasan, Dan Waktu Hancur
Beberapa Tablet Ranitidin. Jurnal Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado.
pp 76-78.
Chaerunisaa, A. Y., Sriwidodo, S., dan Abdassah, M., 2019. Pharmaceutical Formulation Design-
Recent Practices.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.,1979. FarmakopeIndonesia.Edisi III. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Devi, I. A. S., Shodiquna, Q. A., Eni N.W.S.D., Arisanti, C.I.S., Samirana, P.O., 2018.
Optimasi Konsentrasi Polivinil Pirolidon (PVP) sebagai Bahan Pengikat tehadap Sifat
Fisik Tablet Ekstrak Etanol Rimpang Bangle (Zingiber cassumunar Roxb). Jurnal
Farmasi Udayana. 7(2), pp.45-52.
Elisabeth, V., YamLean, P. V. Y., dan Pupriati, H. S., 2018. Formulasi Sediaan Granul Degan
Bahan Pengikat Pati Kulit Pisang Goroho (Musa acuminafe L.) Dan Pengaruhnya
Pada Sifat Fisik Granul. Jurnal Ilmiah Farmasi, 7(4). Pp. 1-9
Franc, A., Vetchý, D., Vodáčková, P., Kubaľák, R., Jendryková, L., Goněc, R., 2018,
Coprocessed excipients for direct compression of tablets, Čes. slov. Farm. 67; 175–
181
104
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Hadisoewignyo, L., dan Fudholi, A. 2013, Sediaan Solida. Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
Indonesia.
Hidayati, N.,Meilany, N., dan Andasari, S. D., 2020. Formulasi Tablet kunyah Asetosal
Dengan Variasi Konsentrasi PVP Sebagai Bahan Pengikat. CERATA Jurnal Ilmu
Farmasi. 11(1), pp. 7-14
Kemenkes. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan RI Tentang Industri Farmasi. Kementerian
Kesehatan RI. Jakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Farmakope Indonesia. Edisi VI.
Kementerian Kesehatan RI; Jakarta
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Teknologi Sediaan Solid. Jakarta
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2011. Peraturan Kepala
Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor
HK.03.1.23.10.11.08481 Tahun 2011 Tentang Kriteria dan Tata Laksana Registrasi
Obat. Jakarta.
Kusuma, I. Y. dan Prabandari, R., 2020. Optimasi Formula Tablet Piroksikam Menggunakan Eksipien
Laktosa, Avicel pH-101, dan Amprotab dengan Metode Simplex Lattice Design. Pharmacon:
Jurnal Farmasi Indonesia. 17 (1), pp 31-44.
Lachman, L., Liebermen, H., dan Kanig, J.,1999. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi III.
Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Lieberman, Herbert, & Al, E. 1990. Pharmaceutical Dosage Form:Tablets Volume 1. New
York: Marcell Dekker.
Murtini, Gloria, & Yetri, E. 2018. Teknologi Sediaan Solid. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
Nurdiana, R., 2021. Expert Pharmacist ed 7th.
Nurhanifah, A. R., dan Gozali, D., 2018. Review : Tablet Kunyah di Bidang Farmasi. Farmaka,
16(1), pp. 396-401.
Parrot, E., 1970. Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics. Burgess Publishing
Company. United States of America.
Peraturan Pemerintah RI., 2009. Peraturan Pemerintahan Nomor 51 Tahun 2009 mengenai
Pekerjaan Kefarmasian
Priambodo, B. 2007. Manajemen Farmasi Industri. Yogyakarta: Global Pustaka Utama.
Puspadina, V., Deny, B. L., Erna, F., Andri P.,Damayanti, W., 2021. Effect of Variation of
Lubricant Concentration (Magnesium Stearate) on The Physical Quality of
105
Periode 4 April- 27 Mei 2022
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT Pharos Indonesia Jakarta
Selatan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan XLIII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
106
Periode 4 April- 27 Mei 2022