Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan penggunaannya, obat mempunyai berbagai macam bentuk
sediaan. Sediaan-sediaan yang telah beredar saat ini umumnya dibedakan atas
sediaan cair, sediaan semi padat dan sediaan padat. Sediaan padat merupakan
sedian yang sudah popular di masyarakat, seperti pil, kapsul, tablet dan
serbuk.
Dalam ilmu farmasi, sediaan serbuk dapat diartikan sebagai campuran
homogen dua atau lebih bahan obat yang telah dihaluskan dan ditujukan untuk
pemakaian dalam maupun pemakaian luar. Penggunaan obat dalam bentuk
serbuk sangat dibutuhkan oleh masyarakat terutama bagi anak-anak maupun
orang dewasa yang susah atau sulit meminum obat baik dalam bentuk tablet,
pil, ataupun kapsul.
Serbuk dapat mengandung sejumlah kecil cairan yang disebarkan
secara merata pada campuran bahan padat atau mungkin juga keseluruhan
serbuk yang terdiri dari bahan padat yang kering. Serbuk dapat pula dibuat
sebagai bahan obat dari tumbuh-tumbuhan yang dikeringkan secara alamiah
atau merupakan dua atau lebih campuran unsur kimia murni. Serbuk yang
terbuat dari bahan kimia digolongkan menjadi serbuk sangat kasar, kasar, agak
kasar, agak halus, halus, dan sangat halus. Serbuk terdiri dari dua, yaitu serbuk
tak terbagi (pulvis) dan serbuk bagi (pulveres) (Syamsuni, 2006).
Serbuk bagi (pulveres) adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang
kurang lebih sama, dibungkus dengan kertas perkamen atau pengemas lain
yang cocok (Syamsuni, 2006). Kelebihan serbuk sebagai bentuk sediaan
farmasi adalah serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih larut daripada sediaan
yang dipadatkan, anak-anak atau orang tua yang sukar menelan kapsul atau
tablet lebih mudah menggunakan obat dalam bantuk serbuk, masalah stabilitas
yang sering dihadapi dalam sediaan cair, tidak ditemukan dalam sediaan
serbuk, obat yang tidak stabil dalam suspensi atau larutan air dapat dibuat

1
dalam bentuk serbuk, obat yang terlalu besar volumenya untuk dibuat tablet
atau kapsul dapat dibuat dalam bentuk serbuk, dokter lebih leluasa dalam
memilih dosis yang sesuai dengan keadaan penderita (Syamsuni, 2006).
Kekurangan serbuk sebagai bentuk sediaan diantaranya yaitu tidak tertutupnya
rasa dan bau yang tidak enak (pahit, sepet, lengket di lidah, amis, dan lain-
lain) serta pada penyimpanan kadang terjadi lembap atau basah (Syamsuni,
2006).
Pembuatan serbuk bagi (pulveres) sangat penting diketahui oleh
seorang farmasis guna untuk menambah pengetahuan serta meningkatkan
keterampilan dalam meracik obat. Selain itu, praktikum pembuatan serbuk
bagi diadakan dengan tujuan untuk mengetahui apa itu serbuk bagi (pulveres),
dapat membaca dan memahami resep serbuk bagi (pulveres), dapat
menghitung dosis dan jumlah obat resep serbuk bagi, dapat menimbang bahan
obat dengan benar, dapat mengemas sediaan pulveres menggunakan kertas
perkamen, dapat memberikan informasi obat kepada pasien.

1.2 Tujuan Percobaan


Adapun tujuan dari percobaan pembuatan serbuk bagi yaitu :
1. Mengetahui apa itu serbuk bagi (pulveres).
2. Mengetahui dan memahami resep serbuk bagi (pulveres).
3. Mengetahui cara menghitung dosis dan jumlah obat resep serbuk bagi.
4. Mengetahui cara menimbang bahan obat dengan benar.
5. Mengetahui cara mengemas sediaan pulveres menggunakan kertas
perkamen.
6. Mengetahui cara memberikan informasi obat kepada pasien.

1.3 Prinsip Percobaan


Prinsip percobaan dari praktikum serbuk bagi yaitu menghitung dosis
dan jumlah bahan obat, menimbang bahan obat menggunakan timbangan
analitik, menggerus obat dengan menggunakan metode trituration, serta
mengemas pulveres sesuai dengan teknik pengemasan serbuk bagi.

2
1.4 Rumusan Masalah
1. Apa itu serbuk bagi (pulveres)?
2. Bagaimana memahami resep serbuk bagi (pulveres)?
3. Bagaimana cara menghitung dosis dan jumlah obat resep serbuk bagi?
4. Bagaimana cara menimbang bahan obat dengan benar?
5. Bagaimana cara mengemas sediaan pulveres menggunakan kertas
perkamen?
6. Bagaimana cara memberikan informasi obat kepada pasien?

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Serbuk


Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang
diserbukkan (Depkes RI, 1979). Bentuk serbuk mempunyai luas
permukaan yang lebih luas sehingga lebih mudah larut dan lebih mudah
terdispersi daripada bentuk sediaan padatan lainnya (seperti kapsul, tablet,
pil) (Syamsuni, 2006).
Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang di
haluskan untuk pemakaian dalam/oral atau untuk pemakaian luar (Depkes
RI, 1995). Serbuk oral dapat diberikan dalam bentuk tak terbagi
(pulvis/bulk powder) atau dalam bentuk terbagi (pulveres/divided
power/chartulae).
2.2 Serbuk Bagi (Pulveres)
Serbuk bagi (pulveres) adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang
lebih kurang sama, dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan
pengemas lain yang cocok (Syamsuni, 2006).
Serbuk bagi (pulveres) yaitu serbuk yang dapat dibagi dalam bobot
yang sama, dibungkus menggunakan kemasan untuk sekali minum, serbuk
terbagi boleh dibagi secara penglihatan, maksimal 10 serbuk secara
bersamaan umumnya serbuk berbobot 0,5 gram, pengisinya laktosa (Ansel,
2011).
Pada umumnya penulisan resep untuk serbuk bagi yang ditulis oleh
dokter terdiri dalam dua bentuk, yakni resep dengan dtd (da tales doses)
dan tanpa dtd (Anief, 1998).
1. Jika ada dtd, maka penimbangan dilakukan dengan mengalikan masing
masing bahan dengan jumlah sediaan yang dibuat, sehingga bobot setiap
bahan dalam tiap sediaan akhir akan sesuai dengan yang tertulis di resep.
2. Jika tanpa dtd maka penimbangan dilakukan sesuai yang tertulis dalam
resep.

4
Oleh karena itu dosis obat yang menggunakan dtd akan lebih besar
daripada yang tidak menggunakan dtd.
Tabel 2.1 perbedaan resep dtd dan tanpa dtd
Menggunakan dtd Tanpa dtd

R/ Asetosal 10
R/ Asetosal 0,5
m.f pulv No XX
m.f pulv dtd no XX

Untuk resep yang menggunakan dtd pengerjaannya dilakukan dengan


menimbang sebanyak 20 x 0,5 g Asetosal kemudian digerus lalu dibagi
menjadi 20 bungkus. Sedangkan pengerjaan resep tanpa dtd dilakukan
dengan menimbang 10 gram Asetosal kemudian digerus lalu dibagi
menjadi 20 bungkus.
2.3 Keuntungan dan Kerugian Serbuk Bagi
1. Keuntungan Bentuk Serbuk Bagi (Syamsuni, 2006)
a. Serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih larut daripada sediaan yang
dipadatkan.
b. Anak anak atau oramg tua yang sukar menelan kapsul atau tablet
lebih mudah menggunakan obat dalam bantuk serbuk.
c. Masalah stabilitas yang sering dihadapi dalam sediaan cair, tidak
ditemukan dalam sediaan serbuk
d. Obat yang tidak stabil dalam suspensi atau larutan air dapat dibuat
dalam bentuk serbuk.
e. Obat yang terlalu besar volumenya untuk dibuat tablet atàu kapsul
dapat dibuat dalam bentuk serbuk.
f. Dokter lebih leluasa dalam memilih dosis yang sesuai dengan
keadaan penderita.
2. Kerugian Bentuk Serbuk Bagi (Syamsuni, 2006)
a. Tidak tertutupnya rasa dan bau yang tidak enak (pahit, sepet, lengket
di lidah, amis, dan lain-lain).

5
b. Pada penyimpanan kadang terjadi lembap atau basah.
2.4 Syarat-Syarat Serbuk
Secara umum syarat serbuk adalah sebagai berikut (Syamsuni, 2006)
1. Kering
2. Halus
3. Homogen
4. Memenuhi uji keragaman bobot (seragam dalm bobot) atau
keseragaman kandungan (seragam dalam zat yang terkandung) yang
berlaku untuk serbuk terbagi/pulveres yang mengandung obat keras,
narkotik, dan psikotropik.
2.5 Derajat Kehalusan Serbuk
Macam-macam derajat kehalusan serbuk (Anief, 1998)
1. Serbuk sangat kasar 5/8 artinya serbuk dapat melalui pengayakan
nomor 5 seluruhnya, dan tidak lebih dari 40% melalui pengayak nomor
8.
2. Serbuk kasar 10/40 artinya serbuk dapat melalui pengayakan nomor 10
seluruhnya, dan tidak lebih dari 40% melalui pengayak nomor 40.
3. Serbuk agak kasar 22/60 artinya serbuk dapat melalui pengayakan
nomor 22 seluruhnya, dan tidak lebih dari 40% melalui pengayak
nomor 60.
4. Serbuk agak halus 44/85 artinya serbuk dapat melalui pengayakan
nomor 44 seluruhnya, dan tidak lebih dari 40% melalui pengayak
nomor 85.
5. Serbuk halus 85 artinya semua serbuk dapat melalui pengayakan nomor
85.
6. Serbuk sangat halus 200/300 artinya serbuk dapat melalui pengayakan
nomor 200 seluruhnya, dan tidak lebih dari 40% melalui pengayak
nomor 300.

6
2.6 Metode Pembuatan Serbuk
Metode pembuatan serbuk terdiri dari (Syamsuni, 2006)
1. Trituration, mencampur bahan obat dalam mortir dengan stampher.
2. Spatulation, mencampur bahan obat langsung diatas kertas.
3. Sifling, Mencampur bahan obat dalam suatu ayak tertutup.
4. Tumbling, mencampur bahan obat dalam tempat tertutup yang
dilengkapai dengan bola logam sebagai penggiling kemudian
digoyang goyangkan.
2.7 Cara Pembuatan atau Meracik Serbuk Bagi (Pulveres)
Serbuk diracik dengan cara mencampur bahan obat satu persatu,
sedikit demi sedikit dan dimulai dari bahan obat yang jumlahnya sedikit,
kemudian diayak, biasanya menggunakan pengayakk No. 60 dan dicampur
lagi (Depkes RI, 1979).
1. Jika serbuk mengandung lemak harus diayak dengan pengayak nomor
44.
2. Jika obat bobotnya kurang dari 50 mg atau jumlah tersebut tidak dapat
ditimbang harus dilakukan pengenceran menggunakan zat tambahan
yang cocok.
3. Jika obat berupa serbuk kasar, terutama simpisia nabati, serbuk digerus
lebih dahulu sampai derajat halus sesuai yang tertera pada pengayak
dan derajat halus serbuk, setelah itu dikeringkan pada suhu tidak lebih
dari 50°.
4. Jika obat berupa cairan misalnya tingtur dan ekstrak cair, pelarutanya
diuapkan hingga hampir kering dan diserbukkan dengan zat tambahan
yang cocok.
5. Obat betmassa lembek misalnya ekstrak kental, dilarutkan dengan
pelarut yang sesuai secukupnya dan diserbukkan dengan zat tambahan
yang cocok.

7
6. Jika serbuk obat mengandung bagian yang mudah menguap,
dikeringkan dengan pertolongan kapur tohor atau bahan pengering lain
yang cocok.
2.8 Cara Membagi Serbuk Bagi (Pulveres)
Cara membagi serbuk adalah sebagai berikut (Suprapti, 2016)
1. Bila serbuk yang diminta 10 bungkus, serbuk dapat dibagi langsung
sama banyak pada setiap bungkusnya sesuai dengan pandangan mata.
2. Bila jumlah serbuk lebih dari 10 bungkus tetapi dalam jumlah genap
misalkan 12 bungkus, serbuk dibagi dua bagian sama banyak dengan
menggunakan timbangan. Kemudian bagian dibagi 6 bungkus sama
banyak
3. Bila jumlah serbuk ganjil lebih dari 10, misalkan 15 bungkus, seluruh
serbuk ditimbang, dihitung berat satu bungkus, timbang satu bungkus,
sisa serbuk ditimbang sama banyak, kemudian masing masing dibagi 7
bungkus.
4. Semua bungkusan dimasukkan kedalam pot puyer dan diberi etiket
putih.
2.9 Cara Pengemasan Serbuk Bagi
Pada dasarnya langkah-langkah mengemas serbuk menggunakan kertas
perkamen adalah sebagai berikut (Anief, 1984)
1. Letakkan kertas rata diatas permukaan meja dan lipatkan ½ inci kearah
kita pada garis memanjang pada kertas untuk menjaga keseragaman,
langkah ini harus dilakukan bersamaan dengan lipatan pertama sebagai
petunjuk.
2. Letakkan serbuk baik yang ditimbang atau dibagi-bagi ketengah kertas
yang telah dilipat satu kali lipatannya mengarah keatas disebelah
seberang dihadapanmu.
3. Tariklah sisi panjang yang belum dilipat keatas dan letakkanlah pada
kira-kira garis lipatan pertama, lakukan hati-hati supaya serbuk tidak
berceceran.

8
4. Peganglah lipatan dan tekanlah sampai menyentuh dasar kertas dan
lipatlah kehadapanmu setebal lipatan pertama.
5. Angkatlah kertas, sesuaikan dengan ukuran dos tempat yang akan
digunakan untuk mengemas, lipat bagian kanan dan kiri pembungkus
sesuai ukuran dos tadi. Atau bila pengemasnya plastik yang dilengkapi
klip pada ujungnya usahakan ukuran pembungkus satu dengan yang
lainnya seragam supaya tampak rapi.
6. Kertas pembungkus yang telah terlipat rapi masukkan satu persatu
dalam dos atau plastik klip. Pada lipatan kertas pembungkus tidak boleh
ada serbuk dan tidak boleh ada ceceran serbuk.
2.10 Penandaan
Apabila serbuk telah selesai dibungkus, segera dimasukkan kedalam
wadah dan disiapkan etiketnya. Untuk obat luar digunakan etiket biru dan
untuk obat dalam digunakan etiket putih. Pada etiket harus tercantum Nama
Apotek, alamat/nomor telp, Nomot surat Izin Apotek (SIA), dan Surat Izin
Kerja (SIK). Tuliskan nomor dan tanggal resep dibuat, nama pasien, dan
aturan pakai obat serta paraf petugas AA/ apoteker yang membuat etiket
(Suprapti, 2016).
2.11 Masalah-Masalah pada Serbuk
Ada beberapa masalah yang dapat ditimbulkan karena peresepan
obat racikan untuk anak antara lain adanya over dose atau under dose,
pengguanaan formula yang tidak sesuai diberikan untuk anak, memilih
senyawa yang tidak tepat, serta ada obat-obat tertentu yang dapat
mengalami penurunan stabilitas. Selain itu, masalah-masalah lain yang
ditimbulkan dari peresepan racikan adalah adanya faktor kesalahan tenaga
peracik, peningkatan toksisitas, waktu penyediaan yang lebih lama,
efektifitas berkurang karena sebagian obat menempel pada mortir, blander
atau pembungkus obat, kurang higenis, serta dapat menimbulkan
pencemaran kronis di bagian farmasi (Setiabudy, 2011).

9
BAB III
METODE KERJA

3.1 Alat
1. Mortir
2. Sthamper
3. Sendok Tanduk
4. Sudip
5. Timbangan Analitik
6. Lap Kasar
3.2 Bahan
1. Resep 1
a. Ambroxol
b. Salbutamol
c. Prednison
2. Resep 2
a. Paracetamol
b. Domperidone
c. Amoxicillin
3. Resep 3
a. Prednison
b. Cefadroxil
4. Resep 4
a. Paracetamol
b. Domperidone
c. Alleron
5. Saccharum Lactis
6. Kertas Perkamen
7. Etiket Putih

10
8. Plastik Obat
9. Tisu
3.3 Cara Kerja
1. Diterima resep dari pasien.
2. Dilakukan skrining resep.
3. Dihitung dosis dari masing-masing obat.
4. Dihitung jumlah dari masing-masing obat yang diperlukan dalam membuat
serbuk bagi.
5. Ditimbang bahan obat yang diperlukan menggunakan timbangan analitik.
6. Dimasukkan saccharum laktis kedalam mortir.
7. Dicampur bahan obat satu persatu, dimulai dari bahan berwarna dan
dilanjutkan dengan bahan berwarna putih yang jumlahnya sedikit hingga
bahan yang jumlahnya banyak.
8. Digerus sampai semua bahan homogen.
9. Disiapkan kertas perkamen sesuai kebutuhan.
10. Dibagi serbuk diatas kertas perkamen dengan bobot yang kurang lebih
sama.
11. Dikemas sesuai dengan tata cara pengemasan serbuk bagi.
12. Dimasukkan kedalam plastik obat.
13. Diberi etiket.
14. Diberi kepada pasien sekaligus disampaikan informasi obat kepada pasien.
3.4 Uraian Bahan
1. Mucopect tablet 30 mg (Tim Edirorial MIMS, 2017; Sweetman, 2019)
Komposisi : Ambroxol HCl
Indikasi : Terapi sekretolik pada penyerahan bronkipumanol
akut dan kronik yang berhubungan dengan sekresi
mukus abnormal dan gangguan transportasi mukus

Dosis : Dewasa 1 tablet. Anak 6-12 tahun tablet. Dosis

diberikan 2-3 kali/hari

11
Perhatian : Disfungsi hati dan ginjal
Efek Samping : Reaksi alergi efek saluran cerna ringan
Interaksi : Pemberian bersama dengan antibiotik (amoxicillin,
supramox, eritromicin,doksisilin) menyebabkan
peningkatan antibiotik didamal jaringan paru-paru
Pemerian : Putih atau kekuningan bubuk kristal
Kelarutan : sedikit larut dalam air, praktis tidak larut dalam
diklorametana, larut dalam metil alkohol. Sebuah
solusi 1% dalam air memiliki PH 4,5-6,0
Stabilitas : Lindungi dari cahaya
2. Salbutamol (Ikatan Apoteker Indonesia, 2017; Tim Editorial MIMS, 2017)
Indikasi : Kejang bronkus pada semua asma bronkial, bronkitis
kronis dan empisema
Kontra Indikasi : Hipersensitif
Dosis : dewasa > 12 tahun 2-4 mg sehari 3-4 kali.
Perhatian : Hati-hati pada penderita thyrotoksikosis, hipertensi,
gangguan kardiovaskuler, hipertiori. Hati-hati
gangguan pada anak kurang dari 2 tahun
Efek Samping : Pada pemakaian dosis besar kadang ditemukan
terjadi tremor; paltipasi, kejang otot, takikardia, sakit
kepaladan ketegangan
Interaksi : Monoamine oxidase inhibito, penyakit selektif, dan
non selektif
Stabilitas : Penyimpanan lindung dari cahaya
3. Prednison (Ikatan Apoteker, 2017; Depkes, 1995; Tim Editorial MIMS,
2017)
Indikasi : Reumatik, demam reumatik, penyakit alergi
terutama pada asma bronchial

12
Kontra Indikasi : Tukak lambung, tuberchulosis aktif, hiprtensi,
gangguan saraf, gangguan ginjal, jantung dan
diabetes
Dosis : Dewasa: sehari 1-4 tablet atau menurut petunjuk
dokter
Pemerian : Serbuk hablur; putih atau hampir putih; tidak berbau
mula-mula tidak berasa kemudian pahit
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, sukar larut dalam
etanol (95%) p, dalam kloroform dalam diokson P
dan dalam metana
Interaksi : Penggunaan bersamaan dengan ampislin tidak
dianjurkan pada pasien dengan non spesifik obat ini
dapat dipercepat dengan rifampisin
Stabilitas : Lindungi dari cahaya dan kelembapan
4. Paracetamol ( Tim Editorial MIMS, 2017; Ikatan Apoteker Indonesia,
2017; Depkes, 1979)
Indikasi : Meringankan rasa sakit pada keadaan sakit kepala,
sakit gigi, dan menurunkan demam
Kontra Indikasi : penderita gangguan fungsi hati yang berat penderita
hipertensi terhadap paracetamol
Dosis : Dewasa 1 tablet 3-4 kali sehari. Anak-anak 6-12

tahun – 1 tablet 3-4 kali sehari

Perhatian : Penderita penyakit ginjal


Efek Samping : Reaksi hipersensifitas, penggunaan jangka lama dan
dosis besar menyebabkan kerusakan hati
Pemerian : Hablur serbuk serbuk hablur putih; tidak berbau;
rasa pahit
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol
(95%) P dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian

13
gliserol P dan 9 bagian propilenicol P, larut dalam
larutan alkali hidroksida
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindungi dari cahaya
Stabilitas : Stabil pada pH antara 4 dan 7 pada 25°C
Interaksi : Alkohol, anti koagulan oral, kloramphenikol,
fenobarbitol
5. Domperidone (Ikatan Apoteker Indonesia, 2017; European Pharmacopoeia,
2005; Tim Editorial MIMS, 2017)
Indikasi : Mual dan muntah akibat berbagai sebab
Kontra Indikasi : Alergi terhadap domperidone
Dosis : Dewasa termasuk lansia 10-20 mg setiap 4-8 jam.
Anak 0,2-0,4 mg/kg/BB/hari setiap 4-8 jam
Pemerian : Serbuk putih atau hampir putih
Kelarutan : Sangat sedikit larut dalam air, sedikit larut dalam
dimetilformamida, sedikit larut dalam metanol, dan
sangat sedikit larut dalam etanol
Interaksi : Obat anti kolinergenik, antasida, obat anti sekretixik
Stabilitas : Penyimpanan simpan dalam wadah yang terlindung
dari cahaya
6. Amoxicillin (Ikatan Apoteker Indonesia, 2017; Depkes, 1979; Tim
Editorial MIMS, 2017)
Indikasi : Infeksi saluran pernapasan kemih, infeksi lain seperti
sertikemia dan edokardikis
Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap betalaktam
Dosis : Dewasa dan anak-anak BB>20kg sehari 250-500mg
sebelum makan. Anak BB<20kg 20-40mg/kg
BB/hari dalam dosisi terbagi 3
Pemerian : Serbuk hablur; putih, praktis tidak berbau

14
Kelarutan : Serbuk larut dalam air dan dalam metanol; tidak
larut dalam benzen, dalam karbon tetraklorida dan
dalam kloroform
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat rapat, pada suhu ruang
terkendali
Stabilitas : pH amoxicillin berkisar 3,5 sampai 6,0
Interaksi : Probenesid memperpanjang memperpanjang waktu
paruh amoksisiin alopurinol meningkatkan insidens
ruam kulit
7. Cefadroxil (Ikatan Apoteker Indonesia, 2017; Depkes, 2014; Tim Editorial
MIMS, 2017)
Indikasi : Infeksi saluran napas, kulit, jaringan lunak, saluran
cerna, saluran kemih dan infeksi infeksi lain yang
berkaitan dengan organisme bersangkutan
Kontra Indikasi : Hipersensitif
Dosis : Dewasa sehari 1-2 gram dalam sekali dosis atau
dosis terbagi. Anak 25-20mg/kg/BB dalam 2 dosis
berbagi
Pemerian : Serbuk hablur; putih atau hampir putih
Kelarutan : Sukar larut dalam air; praktis tidak larut dalam
etanol, dalam kloroformdan dalam eter
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
Stabilitas : Penyimpanan dalam wadah ketat
8. Alleron (Ikatan Apoteker, 2017; Tim Editorial MIMS, 2017)
Komposisi : Klorfeniramin Maleat
Kontra Indikasi : Hipersensitif

15
Dosis : Dewasa dan anak-anak > 12 tahun : sehari 3-4 kali 1

kapsul. Anak 6-12 tahun sehari 3-4 kali kapsul.

Anak 2-6 tahun sehari 3-4 kali kapsul

Efek Samping : Mulut kering, mengantuk, pandangan kabur


Interaksi : Meningkatkan efek depresan susunan saraf pusat lain
massa kerja diperpanjang dengan monoamine oxide
inhibitor
Stabilitas : Penyimpanan simpan dalam wadah tertutup baik
terlindungi dari cahaya

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Hasil Perhitungan
A. Perhitungan Dosis
1. Resep 1

16
Gambar 4.1.1 Resep 1
a. Mucopect
Dosis tablet 30 mg. Dewasa 1 tablet 2-3 kali sehari (Ikatan Apoteker
Indonesi, 2017).

tab × 10 bungkus = = 4 tab

4 tab × 30 mg = 120 mg

= 12 mg/bungkus

× 100% = × 100% = 40% ≠ OD

Jadi, dosis 1 bungkus dalam 1 kali pakai tidak melebihi dosis


seharusnya atau tidak over dosis.

Dosis untuk anak :


Usia pasien = 2 tahun
 Sekali = 1 tablet = 30 mg

17
1×p = × DD

= 4,28 mg

× 100% = × 100%

= 280,4 % = OD
Jadi, dosis untuk anak dalam 1 kali pakai mengalami over
dosis.
 Sehari = 3 kali × 30 mg/tab = 90 mg
3 kali × 12 mg/bungkus = 36 mg

× 100% = 40% ≠ OD

Jadi, dosis dalam sehari pakai tidak melebihi dosis seharusnya


atau tidak over dosis.
Dosis untuk anak :
Usia pasien = 2 tahun
Dosis 3 bungkus = 36 mg
Dosis dewasa 3 tab = 90 mg

 Sehari = × DD

= × 90 mg

18
= mg

= 12,8 mg

× 100% = × 100% = 281,25 %

Jadi, dosis untuk anak dalam sehari mengalami over dosis


b. Salbutamol
Dosis tablet 4 mg. Dewasa 1 tablet 3-4 kali sehari (Ikatan
Apoteker Indonesia, 2017)
Usia pasien = 2 tahun
 Sekali = 1 tablet = 4 mg

1×p =

= 0,57 mg

% =

= 115%.
Jadi, dosis yang digunakan dalam resep melebihi dosis yang
seharusnya sehingga pasien akan mengalami over dosis.
 Sehari = 3 tablet × 4 mg = 12 mg

= × 12 mg

19
= mg

= 1,71 mg

%= × 100% = × 100% = 114%

Jadi,dosis yang digunakan dalam resep untuk sehari pakai


melebihi dosis seharusnya sehingga pasien akan mengalami
over dosis.

c. Prednison
Dosis 1 tablet = 5 mg. Dewasa 1 tablet 3 kali sehari (Ikatan
Apoteker Indonesia, 2017)

tab × 10 bungkus = 5 tab

5 tab × 5 mg = 25 mg

= 2,5 mg/bungkus

× 100% = × 100% = 50% ≠OD

Jadi, dosis dalam sehari pakai tidak melebihi dosis seharusnya


atau tidak over dosis.
Dosis untuk anak :
Usia pasien : 2 tahun
Dosis 1 bungkus = 2,5 mg
Dosis dewasa 1 tab = 5 mg

 Sekali = × DD

20
= × 5 mg

= mg

= 0,71 mg

× 100% = × 100% = 352,1% = OD

Jadi, dosis untuk anak dalam sekali pakai mengalami over


dosis.
 Sehari = 3 kali × 5 mg/tab = 15 mg
3 kali × 2,5 mg/bungkus = 7,5 mg

× 100% = 50% ≠ OD

Jadi, dosis dalam sehari pakai tidak mengalami over dosis.


Dosis untuk anak :
Usia pasien = 2 tahun
Dosis 3 bungkus = 7,5 mg
Dosis dewasa 3 tab = 15 mg

 Sehari = × DD

= × 15 mg

= mg

= 2,14 mg

× 100% = × 100% =350,4% = OD

Jadi, dosis sehari untuk anak mengalami over dosis.


2. Resep 2

21
Gambar 4.1.2 Resep 2
a. Paracetamol
Dosis : 500 mg/kaplet Dewasa 3-4 kali 1-2 kaplet (Ikatan
Apoteker Indonesia, 2017).

tab × 12 bungkus = 3 tab

3 tab × 500 mg = 1.500 mg

= 125 mg/bungkus

× 100% = × 100% = 25% ≠OD

Jadi, dosis 1 bungkus dalam 1 kali pakai tidak melebihi dosis


seharusnya atau tidak over dosis.
Dosis untuk anak :
Usia pasien = 3 tahun
Dosis 1 bungkus = 125 mg
Dosis dewasa 1 tab = 500 mg

 Sekali = × DD

22
= × 500 mg

= mg

= 100 mg

× 100% = x 100% = 125% = OD

Jadi,dosis anak untuk sekali pakai mengalami over dosis.


 Sehari = 3 kali × 500 mg/tab = 1.500 mg
3 kali × 125 mg/bungkus = 375 mg

× 100% = 25% ≠ OD

Jadi, dosis dalam sehari pakai tidak mengalami over dosis.


Dosis untuk anak :
Usia pasien = 3 tahun
Dosis 3 bungkus = 375 mg
Dosis dewasa 3 tab = 1.500 mg

 Sehari = × DD

= × 1.500 mg

= 300 mg

× 100% = × 100% = 125%

b. Domperidone
Dosis : dewasa 500 mg tiap 8 jam ( Ikatan Apoteker Indonesia,
2017 )

23
Dosis pada R/ = 0,5 mg
Dosis pasaran = 10 mg/tab
Permintaan 12 bungkus
0,5 × 12 = 6 tab
6 tab × 10 mg = 60 mg

= 5 mg/bungkus

× 100% = × 100% = 50% ≠ OD

Jadi, dosis untuk sekali pakai tidak mengalami over dosis.


Dosis untuk anak :
Dosis 1 bungkus = 5 mg
Dosis pasaran 1 tablet = 10 mg
Usia pasien = 3 tahun

 Sekali = × DD

= × 10 mg

= mg = 2 mg

× 100% = × 100% = 25% ≠ OD

Jadi, dosis untuk anak dalam sekali pakai tidak mengalami


over dosis.
 Sehari : 3 kali × 10 mg/tab = 30 mg
3 kali × 5 mg/bungkus = 15 mg

× 100% = 50% ≠ OD

Dosis untuk anak :

24
Usia pasien = 3 tahun
 Sehari 3 tab × 10 mg = 30 mg

= × DD

= × 30 mg

= mg

= 6 mg

× 100% = × 100% = 25% ≠ OD

c. Amoxicillin
Dosis dewasa 500mg tiap 8 jam ( Ikatan Apoteker Indonesia,
2017 )

tab × 12 bungkus = 4 tab

4 tab × 500 mg = 2.000 mg

= 166,6 mg/bungkus

Tiap 8 jam/hari = 3 × 1

× 100% = × 100% = 33,32 % ≠ OD

Dosis untuk anak ;


Usia pasien = 3 tahun
Dosis 1 bungkus = 166,6 mg

 Sekali = × DD

25
= × 500 mg

= mg = 100 mg

× 100% = × 100% = 166,6 mg = OD

Jadi, dosis untuk anak dalam sekali pakai mengalami over


dosis.
 Sehari : 3 kali × 166,6 mg/bungkus =499,8 mg
3 kali × 500 mg/tab = 1.500 mg

× 100% = 33,32%

Jadi, dosis untuk sehari tidak mengalami over dosis.


Dosis untuk anak :

 Sehari = × DD

= × 1.500 mg

= mg

= 300 mg
3. Resep 3

26
Gambar 4.1.3 Resep 3
a. Prednison
Dosis tablet = 5mg. Dewasa 1 tablet 3 kali sehari (Ikatan
Apoteker Indonesia, 2017)
3 tab × 5 mg = 15 mg

= 1,25 mg/bungkus

× 100% = × 100% = 25% ≠ OD

Jadi, dosis untuk sekali pakai tidak mengalami over dosis.


Dosis untuk anak :
Usia pasien = 10 tahun
Dosis 1 bungkus = 1,25 mg

 Sekali = × DD

= × 5 mg

= mg

27
= 2,5 mg

%= × 100%

= 50% ≠ OD
Jadi, dosis sekali pakai untuk anak tidak mengalami over
dosis.
 Sehari = 3 tab × 5 mg = 15 mg

= × 15 mg

= = 7,5 mg

%= × 100%

= 50% ≠ OD
Jadi, dosis untuk sehari pakai tidak mengalami over dosis.
b. Cefadroxil
Dosis tablet = 5 mg. Dewasa 1 tablet 3 kali sehari (Ikatan
Apoteker Indonesia, 2017)
Usia pasien = 10 tahun
Dosis dalam R/ = 100 mg

 Sehari =

= 500 mg

%= × 100 %

28
= × 100 %

Jadi, dosis sekali pakai untuk anak tidak mengalami over


dosis.
4. Resep 4

Gambar 4.1.4 Resep 4


a. PCT
Dosis PCT 500mg/ kaplet .Dewasa sehari 3-4 kali, 1-2 kaplet
(Ikatan Apoteker Indonesia, 2017)
Usia pasien = 12 tahun

 Sekali =

29
= 300 mg

% = × 100 %

= × 100 %

Jadi, dosis yang diberikan dalam resep tidak melebihi dosis


seharusnya sehingga pasien tidak akan mengalami over dosis.
b. Domperidone
Dosis 10 mg/tablet dewasa 3 kali sehari 10mg ( Ikatan
Apoteker Indonesia, 2017)
Usia pasien= 12 tahun

 Sekali = × DD

= × 10mg

= 6 mg

%= × 100 %

= × 100 %

= 166,6 %
Jadi, dosis yang digunakan dalam resep melebihi dosis yang
sebelumnya sehingga pasien akan mengalami over dosis.

30
c. Alleron
Dosis: Dewasa sehari 3-4 kali 1 kapsul = 4mg (Ikatan Apoteker
Indonesia)
Usia pasien = 12 tahun

 Sekali =

= 2,4 mg

% = × 100 %

= × 100 %

Jadi, dosis yang diberikan dalam resep tidak melebihi dosis


seharusnya sehingga pasien tidak akan mengalami over dosis
B. Perhitungan Jumlah Obat
1. Resep 1
a. Mucopect/Ambroxol

tab × 10 = 4 tab

b. Salbutamol
Order obat : 0,65 mg
Sediaan obat : 4 mg
Jumlah : 10

31
Peny : × 10 = 1,625 tab

c. Prednison

tab × 10 = 5 tab

2. Resep 2
a. Paracetamol

× 12 = 3 tab

b. Domperidone
Order obat : 0,5 mg
Sediaan obat : 10 mg
Jumlah : 12

Peny : × 12 = 0,6 tab

c. Amoxicillin

tab × 12 = 3 tab

3. Resep 3
a. Prednisone

tab × 12 = 3 tab

b. Cefadroxil
Order obat : 250 mg
Sediaan obat : 500 mg
Jumlah : 10

Peny : × 10 = 5 tab

32
4. Resep 4
a. Paracetamol
Order obat : 250 mg
Sediaan obat : 500 mg
Jumlah :10

Peny : × 10 = 5 tab

b. Domperidone
Order obat : 100 mg
Sediaan obat : 10 mg
Jumlah : 10

Peny : × 10 = 10 tab

c. Alleron
Order obat : 2 mg
Sediaan obat : 4 mg
Jumlah : 10

Peny : × 10 = 5 tab

4.1.2 Hasil Organoleptik Serbuk Bagi


Tabel 4.1. Hasil Perlakuan Organoleptik Serbuk Bagi

33
Resep Perlakuan Hasil
Campuran saccharum lactis,
1 Serbuk warna hijau
ambroxol, salbutamol, prednison
Campuran saccharum lactis, PCT,
2 Serbuk warna putih
domperidone, amoxicillin
Campuran saccharum lactis,
3 Serbuk warna hijau
prednison, cefadroxil
Campuran saccharum lactis, PCT,
4 Serbuk warna kuning
domperidone, alleron
4.2 Pembahasan
Serbuk bagi adalah campuran bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan
dan dianjurkan untuk pemberian oral (melalui mulut) atau untuk pemakaian
luar. Serbuk terdiri atas dua, yakni pulvis (serbuk tak terbagi) dan pulveres
(serbuk bagi). Pulveres adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang kurang
lebih sama, dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas lain
yang cocok untuk sekali minum (Syamsuni, 2006). Serbuk mempunyai luas
permukaan yang luas, sehingga serbuk mudah terdispersi dan lebih larut
daripada bentuk sediaan yang dipadatkan. Kekurangan serbuk sebagai bentuk
sediaan adalah keengganan pasian meminum obat yang pahit atau rasa yang
tidak enak, kesulitan untuk menjaaga agar serbuk tidak terurai. Karena
kandungan zat aktif pada serbuk dapat dengan mudah mencair atau susah
menyeragamkan dosis (Suprapti, 2016).
Pembuatan serbuk bagi (pulveres) sangat penting diketahui oleh seorang
farmasis guna untuk menambah pengetahuan serta meningkatkan keterampilan
dalam meracik obat. Selain itu, praktikum pembuatan serbuk bagi diadakan
dengan tujuan untuk mengetahui apa itu serbuk bagi (pulveres), dapat
membaca dan memahami resep serbuk bagi (pulveres), dapat menghitung
dosis dan jumlah obat resep serbuk bagi, dapat menimbang bahan obat dengan
benar, dapat mengemas sediaan pulveres menggunakan kertas perkamen,
dapat memberikan informasi obat kepada pasien.

34
Pada praktikum serbuk bagi ini, kelompok V menerima 4 resep, yakni
resep 1, 2, 3 dan 4. Penerimaan resep merupakan alur atau rantai pelayanan
obat yang dilakukan setelah penulisan resep dari dokter (Hartini dan
Sulasmono, 2006). Setelah itu dilakukan skrining resep, skrining resep
meliputi persyaratan adminstrasi, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan
klinis (Hartini dan Sulasmono, 2006). Persyaratan administrasi meliputi nama,
SIP, dan alamat dokter, tanggal penulisan resep, tanda tangan/paraf dokter
penulis resep, nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien,
nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta, cara pemakaian yang jelas,
dan informasi lainnya (Syamsuni, 2006). Setelah dilakukan skrining
persyratan administrasi, hasilnya menunjukan untuk resep 1 dan resep 2
persyaratan adminstrasinya lengkap sedangkan resep 3 dan resep 4 tidak
terdapat tanda tangan / paraf dokter.
Pada resep 1 terdapat perintah ambilah Mucopect 2/5 tablet, Salbutamol
0,65 mg, prednison ½ tablet. Campur dan buatlah pulveres diberikan sekian
takaran sebanyak 10 bungkus. Tanda 3 kali sehari 1 bungkus sesudah makan.
Pada resep 2 terdapat perintah ambilah Paracetamol ¼ tablet, Domperidone
0,5 mg, Amoxicillin 1/3 tablet. Campur dan buatlah pulveres diberikan sekian
takaran sebanyak 12 bungkus tandai 3 kali sehari 1 bungkus sesudah makan.
Pada resep 3 terdapat perintah ambilah Prednison ¼ tablet, Cefadroxil 100 mg.
Campur dan buatlah pulveres diberikan sekian takaran sebanyak 12 bungkus.
Tandai 3 kali sehari 1 bungkus. Pada resep 4 terdapat perintah ambilah
Paracetamol 250 mg, Domperidone 10 mg, Alleron 2 mg. Campur dan buatlah
pulveres diberikan sekian takaran sebanyak 10 bungkus. Tandai 3 kali sehari 1
bungkus atau tiap 8 jam seteleh makan.
Pada masing-masing resep terdapat tanda dtd (da tales dosis) yang artinya
di berikan sekian takaran. Pengerjaan resep dtd dilakukan dengan mengalikan
masing-masing bahan dengan jumlah sediaan yang dibuat, sehingga bobot
setiap bahan dalam tiap sediaan akhir akan sesuai dengan yang tertulis di resep
(Anief, 1998), contohnya pada resep 4. Di resep 4 terdapat perintah berikan

35
sekian takaran sebanyak 10 bungkus. Artinya permintaan obat yang ada dalam
resep dikali dengan 10 bungkus dan dibagi dengan sediaan yang tersedia.
Misalnya permintaan Paracetamol dalam resep 4 250 mg sedangkan sediaan
pasaran yang tersedia 500 mg, maka 250 mg dibagi dengan 500 mg dan dikali
dengan 10 bungkus hasilnya 5 tablet, 5 tablet tersebut terbagi dalam 10
bungkus. Begitu pula dengan obat Domperidone, permintaan pada resep 10
mg, sediaan pasaran yang tersedia 10 mg, sehingga 10 mg di bagi dengan 10
mg dan di kali 10 maka hasilnya 10 tablet, 10 tablet tersebut terbagi dalam 10
bungkus. Selanjutnya obat alleron, permintaan alleron pada resep yaitu 2 mg,
sediaan yang tersedia 4 mg, sehingga 2 mg di bagi 4 mg dan di kali 10
hasilnya 5 tablet, artinya 5 tablet tersebut terbagi dalam 10 bungkus.
Proses selanjutnya yang dilakukan dari alur pelayanan obat adalah
menghitung dosis dan jumlah obat resep serbuk bagi. Pada perhitungan dosis,
jika usia pasien kurang dari 8 tahun maka rumus yang diguanakan yakni

rumus Young, yaitu ( n = usia ) sedangkan pasien yang

berusia lebih dari 8 tahun menggunakan rumus Dilling, yaitu

( n = tahun ) (Syamsuni, 2006).

Untuk perhitungan jumlah obat menunjukan resep 1 memerlukan


mucopect sebanyak 4 tablet, salbutamol sebanyak 1,625 tablet, dan prednison
sebanyak 5 tablet. Resep 2 memerlukan Paracetamol sebanyak 3 tablet,
domperidone sebanyak 0,6 tablet, dan amoxicillin sebanyak 4 tablet. Resep 3
memerlukan prednison sebanyak 3 tablet dan cefadroxil sebanyak 2,6 kapsul.
Resep 4 memerlukan Paracetamol sebanyak 5 tablet, domperidone sebanyak
10 tablet dan Alleron sebanyak 5 tablet. Selanjutnya disiapkan masing-masing
obat dari resep tersebut. Untuk resep 1 terdapat obat yang stoknya kosong
yakni mucopect yang mempunyai kandungan Ambroxol. Apoteker dapat
mengganti obat merek dagang/obat paten dengan obat generik yang sama

36
komponen aktifnya atau obat merek dagang lain atas persetujuan dokter
dan/atau pasien (Permenkes No.HK.02.02/MENKES/068/I/2010, Pasal 7).
Dokter di rumah sakit atau puskesmas dan unit pelaksanaan teknis lainnya
dapat menyetujui penggantian resep obat generik dangan obat generik
bermerek/bermerek dagang dalam hal obat generik tertentu belum tersedia
(Permenkes No.HK.02.02/MENKES/068/I/2010, Pasal 8). Berdasarkan
peraturan-peraturan tersebut ada 3 unsur utama yang berperan dalam
penggantian resep obat yaitu tenaga medis (Dokter), tenaga farmasis
(Apoteker), dan pasien. Oleh karena itu, ambroxol digunakan sebagai
pengganti mucopect. Setelah semua bahan obat disiapkan, dilakukan
penimbangan bahan.
Proses selanjutnya yaitu pembuatan serbuk. Metode yang digunakan
dalam hal ini yaitu metode trituration. Trituration adalah metode
mencampurkan obat dalam mortir dengan stampher (Syamsuni, 2006).
Sebelum dilakukan penggerusan, mortir dilapisi dengan zat tambahan yang
bersifat netral seperti saccharum lactis agar tidak ada bahan obat yang
menempel pada mortir pada saat penggerusan dan supaya serbuk terbagi rata
(Anief, 2006). Berdasarkan petunjuk instruktur laboratorium farmasetika
dasar, penggerusan dimulai dari bahan obat yang berwarna. Penggerusan
dimulai dari bahan obat yang berwarna karena serbuk dapat masuk kedalam
pori-pori mortir dan warnanya sulit hilang, maka pada waktu menggerus
mortir dilapisi zat tambahan (Anief, 1984). Setelah itu, dilanjutkan dengan
obat yang berwarna putih dan jumlahnya sedikit. Penggerusan dimulai dari
bahan yang jumlahnya sedikit karena untuk menghindari agar jangan sampai
ada bagian serbuk yang belum halus (Anief, 1984). Serbuk diracik dengan
cara mencampur bahan obat satu persatu, sedikit demi sedikit dan dimulai dari
bahan obat yang jumlahnya sedikit (Depkes RI, 1979). Penggerusan obat
untuk resep 1 dimulai dari menggerus prednison karena tablet berwarna hijau,
kemudian salbutamol karena tabletnya berwarna putih yang jumlahnya paling
sedikit dan yang terakhir digerus yaitu amboroxol. Semua bahan obat digerus

37
hingga homogen. Untuk resep 2 semua bahan yang digunakan berwarna putih
oleh karena itu penggerusan dimulai dari bahan yang jumlahnya sedikit, yaitu
domperidone. Berdasarkan hasil hitungan, domperidone yang diperlukan yaitu
0,6 tablet. Cara pengerjaanya yaitu pertama-tama ditimbang berat 1 tab
domperidone menggunakan timbangan analitik. Hasil timbangannya yaitu
0,1954 gram atu 195,4 mg. Setelah itu, dikalikan berat 1 tablet domperidone
dengan permintaan obat sesuai perhitungan, yaitu 195,4 mg × 0,6 tab = 117,24
mg atau 0,11724 gram. Sehingga, domperidone yang diperlukan dan
ditimbang dalam timbangan analitik yaitu 0,11724 gram. Selanjutnya obat
yang digerus yaitu paracetamol (PCT) dan yang terakhir digerus yaitu
amoxicillin. Resep 3 penggerusan dimulai dari bahan berwarna hijau yaitu
prednison dan dilanjutkan dengan cefadroxil. Semua bahan obat digerus
hingga homogen. Penggerusan obat untuk resep 4 dimulai dari Alleron karena
bahannya berwarna kuning, kemudian paracetamol (PCT) dan yang terakhir
digerus adalah domperidone. Semua bahan digerus hingga homogen.
Selanjutnya dilakukan pengemasan menggunakan kertas perkamen. Untuk
serbuk resep 1 dibagi menjadi 10 bungkus, serbuk resep 2 dibagi menjadi 12
bungkus, serbuk resep 3 dibagi menjadi 12 bungkus, dan serbuk resep 4 dibagi
menjadi 10 bungkus. Pengemasan dilakukan dengan cara meletakkan kertas
perkamen diatas rata permukaan meja dan dilipat ½ inci kearah depan garis
memanjang pada kertas untuk menjaga keseragaman. Langkah selanjutnya
membagi serbuk ketengah kertas perkamen dengan jumlah sama banyak,
kemudian menanarik sisi panjang yang belum dilipat keatas dan dilipat pada
kira-kira garis lipatan pertama, hal ini dilakukan dengan hati-hati supaya
serbuk tidak berceceran. Selanjutnya memegang lipatan, menekan sampai
menyentuh dasar kertas dan melipatnya kehadapan setebal lipatan pertama
(Anief, 1984). Hasil pengemasan serbuk menggunakan kertas perkamen
dimasukkan ke plastik obat dan diberi etiket putih. Etiket putih digunakan
untuk memberi tanda pada obat dalan (Syamsuni, 2006).

38
Berdasarkan indikasi dari masing-masing obat, dapat disimpulkan bahwa
pasien pemilik resep 1 mengalami asma karena terdapat obat Mucopect,
Salbutamol, dan Prednison. Pasien pemilik resep 2 mengalami demam yang
disertai dengan muntah karena terdapat obat Paracetamol, Domperidone dan
Amoxicillin. Pasien pemilik resep 3 mengalami asma karena terdapat obat
Prednison dan Cefadroxil. Dan pasien pemilik resep 4 mengalami demam
yang disertai dengan muntah dan alergi karena terdapat obat Paracetamol,
Domperidone dan Alleron.
Pemberian informasi obat kepada pasien seperti memberitahu cara pakai
obat ataupun aturan pakai obat. Contohnya pada resep 1 terdapat t.d.d p I pc
yang artinya 3 kali sehari 1 bungkus sesudah makan, maka farmasis harus
memberitahu informasi tersebut pada pasien. Begitu pula pada resep 2,3,4.
Terdapat tanda t.d.d I pulv pc artinya 3 kali sehari 1 bungkus pulveres sesudah
makan untuk masing-masing obat, maka farmasis harus memberitahu
informasi tersebut kepada pasien. Selanjutnya memberitahu cara penggunaan,
karena sediaanya pulveres maka penggunaanya secara oral sehingga farmasis
harus memberitahu informasi tersebut kepada pasien. Selain itu, farmasis juga
harus memberitahu cara penyimpanan obat, misalnya disimpan dalam wadah
tertutup baik dan tidak tembus cahaya.
Manfaat yang diperoleh dari percobaan serbuk bagi 1 yaitu praktikan
dapat mengetahui apa itu serbuk bagi, dapat membaca dan memahami resep
serbuk bagi, juga dapat membedakan antara resep serbuk bagi dan bukan resep
serbuk bagi, dapat menghitung dosis dari masing-masing obat, dapat
menghitung jumlah dari masing-masing obat yang diperlukan dalam membuat
serbuk bagi, dapat menimbang bahan menggunakan tibangan analitik, dapat
membuat sediaan pulveres dengan menggunakan metode trituration, serta
mampu mengemas sediaan pulveres tersebut menggunakan kertas perkamen.
Oleh karena itu, tujuan dari praktikum Serbuk Bagi 1 ini telah tercapai.
Masalah yang dialami selama praktikum yaitu kurang tepat dalam
menimbang bahan menggunakan timbangan analitik. Solusinya yaitu

39
praktikan harus lebih teliti dan hati-hati dalam melakukan penimbangan
bahan.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan percobaan pembuatan serbuk bagi, dapat disimpulkan
bahwa :
1. Serbuk bagi (pulveres) merupakan serbuk yang dibagi dalam bobot yang
lebih kurang sama, dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan
pengemas lain yang cocok untuk sekali minum.
2. Penulisan resep untuk serbuk bagi yang ditulis oleh dokter terdiri dalam
dua bentuk, yakni resep dengan dtd (da tales doses) dan tanpa dtd.
3. Perhitungan dosis anak jika usia pasien kurang dari 8 tahun maka rumus

yang diguanakan yakni rumus Young, yaitu (n =

usia) sedangkan pasien yang berusia lebih dari 8 tahun menggunakan

rumus Dilling, yaitu (n = tahun).

4. Penimbangan bahan obat dapat dilakukan dengan menggunakan


timbangan analitik. Untuk memperoleh hasil timbanngan yang lebih
akurat tanpa mempengaruhi bobot dan dosis obat.
5. Pengemasan serbuk bagi menggunakan kertas perkamen dilakukan
dengan membagi sama banyak jumlah kertas perkamen, misalnya serbuk
yang diminta 10 bungkus maka serbuk dapat dibagi langsung sama
banyak pada setiap bungkusnya sesuai dengan pandangan mata.
6. Pemberian informasi obat kepada pasien seperti memberitahu cara pakai
obat ataupun aturan pakai obat.

40
5.2 Saran
1. Untuk praktikan : pembuatan saerbuk bagi hendaknya dilakukan secara
hati-hati dan teliti mulai dari perhitungan dosis, perhitungan jumlah obat
yang akan digerus, penimbangan bahan obat, penggerusan obat, hingga
pengemasan serbuk.
2. Untuk laboratorium : hendaknya sarana laboratorium seperti timbagan
analitik jumlahnya ditambah, diadakan stok obat yang belum tersedia,
tempat penyimpanan obat lebih diluaskan agar tidak kesulitan dalam hal
pencarian obat.
3. Metode praktikum lebih dikembangkan seperti metode spatulation,
sifting, dan tumbilng agar metode pembuatan serbuk yang diketahui oleh
praktikan tidak hanya metode trituration saja.

41
DAFTAR PUSTAKA

Anief. 1994. Ilmu Farmasi. Ghalia Indonesia: Jakarta.


Anief. 1998. Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Ansel. 2011. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Ke Empat. Jakarta : UI
Press.
Depkes RI. 1997. Farmakope Indonesia Edisi Tiga. Depkes RI: Jakarta.
Depkes RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi Lima. Depkes RI: Jakarta.
European Pharmacopoeia, 2005. European Pharmacopea 5.0, Magraph, United
Kingdom.
Hartini. YS, Sulasmono. 2006. Apotek: Ulasan Beserta Naskah Peraturan
Perundang- UndanganTerkait Apotek. Yogyakarta : Universitas Sanata
Dharma.
Ikatan Apoteker Indonesia. 2017. Informasi Spesialite Obat Indonesia Volume 51.
Isfi Penerbitan : Jakarta.
Permenkes No.HK.02.02/MENKES/068/I/2010
Setiabudy. R, 2011. Masalah Polifarmasi dan Peresepan Obat Racikan. Jakarta:
Departemen Fakultas Kedokteran UI.
Suprapti. Tati, 2016. Praktikum Farmasetika Dasar. Pusdik SDM Kesehatan:
Jakarta Selatan.
Sweetman. SC, 2019. Martindale The Complete Drug Reference Pharmaceutocal
Press: New York.
Syamsuni. 2006. Ilmu Resep. Buku Kedokteran: Jakarta
Tim Editorial Mims, 2017. Mims Petunjuk Konsultasi. BIP Kelompok Gramedia:
Jakarta.

42
U.S. Pharmacopoeia. The United States Pharmacopoeia, USP 30/The National
Formulary, NF 25. 2007 Rockville, MD: U.S. Pharmacopeial Convention,
Inc.

LAMPIRAN

A. ALAT

Mortir & Stampher Sendok Tanduk Sudip

Timbangan Analitik Lap Kasar


B. BAHAN

Ambroxol Salbutamol Prednison

43
Paracetamol Domperidone Amoxicillin

Cefadroxil Alleron Saccharum Lactic

Kertas Perkamen Etiket Putih Plastik Obat

44
Tisu
C. PROSEDUR KERJA

Penimbangan Bahan Obat Pengambilan Dicampurbahan obat satu


Saccharum Lactis persatu

Pelipatan kertas Pembagin Pulveres Hasil pengemasan


Perkamen Pada kertas perkamen Pulveres menggunakan
kertas perkamen

Pulveres yang sudah dikemas dimasukkan


ke plastik obat dan diberi etiket putih

45
PIO

46

Anda mungkin juga menyukai