Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Di dalam perkembangannya, teknologi modern sekarang ini merupakan


kebutuhan yang sangat penting bagi semua sektor begitu juga di dunia pendidikan.
Dengan fasilitas yang serba modern sekarang para pelajar mulai tingkat dasar sampai
tingkat atas dapat dengan mudah mengakses informasi yang di butuhkan. Di
laboratorium misalnya, agar dapat menghasilkan data penelitian yang baik dan
berkualitas tentunya perlu di tunjang dengan fasilitas yang baik pula. Sebagai contoh
mikroskop. Alat ini merupakan alat yang selalu di gunakan oleh para laboran
terutama di laboratorium biologi, dan merupakan alat yang di gunakan untuk melihat
suatu benda yang jaraknya dekat dengan ukuran yang sangat kecil untuk kemudian di
perbesar agar dapat di lihat secara detail.

Mikroskop tersusun atas beberapa bagian. Setiap bagian mempunyai kegunaan


masing-masing. Misalnya lensa okuler dan tombol pengatur fokus gambar. Lensa
okuler berfungsi untuk memperbesar benda yang di bentuk oleh lensa objektif
sedangkan tombol pengatur fokus berfungsi untuk mencari fokus bayangan objek
dengan cara menaikan dan menurunkan meja preparat mikroskop. Selama ini
penggunaan mikroskop masih sangat banyak dengan menggunakan mikroskop yang
di atur secara manual. Untuk mengamati objek seorang laboran mengamati objek
melalui lensa okuler dan untuk mendapatkan objek yang jelas seorang laboran
mengatur naik dan turun meja preparat menggunakan tombol pengatur fokus gambar.
Terkadang dalam sebuah pengamatan objek (sel) tersebut seorang laborat harus
mendapatkan gambar dari objek itu, seoarang laboran harus menggambarnya

1
satu-persatu dan membutuhkan waktu lama dan terkadang bisa membuat mata dari
laboran tersebut menjadi sakit. (Sativa, 2010).

Mikroskop yang sering di gunakan dalam pembelajaran adalah mikroskop


cahaya. Di dalam mikroskop, objek yang di amati sebenarnya di perbesar dua
kali.Pertama,objek tersebut di perbesar oleh lensa objektif[{Lensa yang ada di dekat
objek}.Kemudian gambar objek tersebut diperbesar lagi oleh lensa okuler{lensa yang
dekat dengan mata}.Mikroskop cahaya dapat memberikan perbesaran dari 40 kali
hingga 2000 kali.Mikroskop cahaya juga memungkinkan melihat objek yang seribu
kali lebih rapat dari objek yang dapat dilihat dengan mata
telanjang{Rogers,2009}.Keterbatasan mikroskop cahaya telah menjadi fokus dari
beberapa studi penelitian {Dickerson & Kubasko 2007}.Saat ini mikroskop
mengalami perbaikan yang pesat,meskipun cara kerjannya kurang lebih sama dengan
mikroskop pertama ditahun 1590an.Para ilmuan dimanjakan dengan berbagai pilihan
mikroskop yang mencapai lebih dari 40 jenis mikroskop dan semuanya bekerja
dengan cara yang berbeda beda.Perkembangan AITI di era globalisasi saat ini
menjadi salah satu prospek yang dapat di kembangkan untuk mengoptimalkan proses
pembelajaran,salah satunya dalam materi biologi.Mikroskop digital mempunyai
kemampuan memperbesar objek sampai dengan 1600 kali dengan resolusi gambar
yang berfariasi mulai dari 320x240 sampai 2592x1944 piksel{Hartati et al 2011].

1.2 TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan dari percobaan ini, di harapkan mahasiswa dapat mengetahui beberapa


hal sebagai berikut:

1) Agar mahasiswa dapat mengetahui cara menggunakan mikroskop dengan baik


2) Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana membuat preparat dengan
benar

2
3) Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana bentuk-bentuk sel dari
tumbuhan

1.3 MANFAAT PERCOBAAN

1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memberikan informasi tentang bagaimana


menggunakan mikroskop
2. Mahasiswa dapat mengetahui membuat preparat dengan benar
3. Mahasiswa dapat menjelaskan bentuk-bentuk sel hasil pengamatan pada
tumbuhan daun beringin (ficus benjamina L).

1.4 PRINSIP PERCOBAAN

Mikroskop menggunakan dua buah lensa positif (Lensa cembung). Lensa


yang terletak di dekat mata (lensa bagian atas) disebut lensa okuler. Sedangkan lensa
yang terletak dekat dengan objek benda yang di amati (Lensa bagian bawah) disebut
lensa objektif. Hal yang perlu di ingat adalah focus pada lensa objektif lebih pendek
dari focus pada lensa okuler(fob<fok)[12].

Prinsip kerja atau cara kerja mikroskop secara sederhana adalah lensa
objektif akan membentuk bayangan benda yang bersifat nyata,terbalik,dan diperbesar.
Bayangan benda oleh lensa objektif akan di tangkap sebagai benda oleh lensa
okuler.bayangan inilah yang tampak oleh mata.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DASAR TEORI

Mikroskop adalah alat yang di gunakan untuk melihat benda benda


mikroskopik/renik yang tida bisa di lihat dengan mata telanjang. Mikroskop
merupakan salah satu peralatan yang di gunakan dalam labolatorium. Alat ini
biasanya digunakan untuk melakukan kegiatan pengamatan terhadap benda benda
yang berukuran mikroskopis, baik benda diam maupun mikroorganisme yang dapat
bergerak (Sadina,2013:174)

Mikroskop merupakan salah satu alat yang penting pada kehidupan


labolatorium, khususnya biologi. Mikroskop merupakan alat bantu yang
memungkinkan kita dapat mengamati objek yang berukuran sangat kecil
(mikroskopis). Hal ini membantu memecahkan persoalan manusia tentang organisme
yang berukuran kecil.(Abdullah 2014:32).

Berdasarkan sumber cahayanya, mikroskop di bedakan menjadi 2, yaitu


mikroskop cahaya dan mikroskop elektron. Mikroskop cahaya di bagi menjadi 2
kelompok besar yaitu berdasarkan kegiatan pengamatan dan kerumitan kegiatan
pengamatan yang dilakukan elektron tidak menggunakan cahaya untuk visual
bayangannya, tetapi menggunakan sorotan elektron untuk membuat bayangan dalam
tabung. Transmisi elektron, setelah mengalami penyerapan bagian dari objek,
mengfokuskan magnet dari sumber bayangan. Elektron memiliki panjang gelombang
yang jauh lebih pendek dari pada cahaya, perbedaan ini menjadikan mikroskop
elektron sebuah tenanga tetap dari pada mikroskop cahaya (Alters,1999:64).

Mikroskop cahaya meneruskan cahaya tampak melalui specimen dan


kemudian melalui lensa kaca. Lensa ini membengkokkan cahaya sedemikian rupa

4
sehingga citra spesimen di perbesar ketika di proyeksikan kemata. Mikroskop cahaya
mempunyai perbesaran maksimum 1000 kali. Mikroskop elektron memfokuskan
seberkas elektron melalui spesimen atau pada permukaannya.Resolusi berbanding
terbalik dengan panjang gelombang radiasi yang digunakan mikroskop untuk bercitra,
dan berkas electron memiliki panjang gelombang yang jauh lebih pendek daripada
cahaya. Mikroskop elektron mempunyai perbesaran sampai 100.000 kali. Mikroskop
elektron mempunyai 2 tipe, yaitu mikroskop elektrons scanning yang di gunakan
untuk studi detail arsitektur permukaan sel serta objek yang di amati secara 3 dimensi
dan mikroskop electron transmisi yang digunakan untuk mengamati struktur detail
internal sel (Campbell,2008:103).

Mikroskop terdiri atas kaki mikroskop yang dibuat berat dan kokoh agar
mikroskop dapat berdiri stabil. Mikroskop memilik 3 sistem lensa, yaitu lensa
objektif, lensa okuler dan kondensor. Lensa objektif dan lensa okuler terletak pada
kedua ujung tabung mikroskop. Lensa objektif merupakan bagian utama pada
mikroskop yang letaknya dekat dengan objek yang akan di amati, tepatnya melekat
pada bagian yang di sebut revolver. Revolver ini dapat di putar dan berguna sebagai
alat pemindah lensa. Sedangkan lensa okuler terletak dekat dengan mata pada saat di
lakukannya pengamatan menggunakan mikroskop. Lensa okuler pada mikroskop bisa
berbentuk lensa tunggal (MONOKULER) atau ganda (BINOKULER). Di ujung
bawah tabung mikroskop terdapat tempat kedudukan lensa objektif yang bisa di
pasangi tiga atau lebih lensa objektif dan dapat di putar di sebut revolver, di bawah
tabung mikroskop terdapat tempat dudukan preparat atau meja mikroskop. Sistem
lensa yang ketiga adalah kondensor yang dapat berperan untuk menerangi objek dan
lensa-lensa mikroskop yang lain. Pada mikroskop modern terdapat alat penerang di
bagian dasar mikroskop berfungsi untuk menerangi preparat, pada mikroskop tanpa
alat penerangan mempunyai cermin datar dan cekung yang terdapat di bawah
kondensor. Cermin berfungsi untuk mengarahkan cahaya yang berasal dari sumber
cahaya luar kedalam kondensor (Tim dosen Pembina, 2017:1-2).

5
2.2 URAIAN TANAMAN

2.2.1 KLASIFIKASI

Klasifikasi tumbuhan beringin menurut Heyne (1987)


dalam Desyanti (2012) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta (Magnoliophyta)

Kelas : Dicotyledoneae (Magnoliopsida)

Ordo : Urticales
Gambar 2.1
Famili : Moraceae
Daun Beringin (ficus benjamina l)
Genus : Ficus

Spesies : Ficus benjamina, Ficus microcarpa, Ficus sagitatta

2.2.2 MORFOLOGI DAUN BERINGIN

Beringin merupakan tanaman yang memiliki kemampuan hidup dan


beradap tasi dengan bagus pada berbagai kondisi lingkungan. Selain itu keberadaan
tanaman beringin pada kawasan hutan bisa di jadikan sebagai indikator proses
terjadinya subsesi hutan. Beringin juga merupakan tanaman yang memeiliki umurn
sangat tua, tanaman tersebut dapat hidup dalam waktu hingga ratusan tahun
( Kinanthy, 2011)

Nama lain dari tanaman beringin menurut Sastrapraja (1984), yaitu


caringin (Sunda), waringin (Jawa, Sumatera), Chinese bayan (China), banyan tree

6
(Inggris) pohon beringin banyak di temukan di tepi jalan, pinggiran kota atau tumbuh
di tepi jurang. Pohon ini berukuran besar dengan tinggi 20-25 meter, berakar
tunggang dan memilki batang yang tegak dengan percabangan simpodial, bulat,
permukaan kasar, dan cokelat kehitaman, pada batang keluar akar gantung (akar
udara). Pohon beringin memilki daun 12 tunggal, pertulangan menyirip, dan
berwarna hijau. Sastrapraja (1984), mengatakan bahwa buah ara muuncul di ranting-
ranting, tunggal atau berpasangan. Penyebaran pohon ini di daerah-daerah beriklim
tropis.

2.2.3 KANDUNGAN KIMIA DAUN BERINGIN

Daun beringin ini mengandung golongan senyawa yang berguna bagi


tubuh yaitu tannin, saponin dan alkaloid. Tanin di percaya dapat memberikan
perlindungan terhadap serangan mikrobat, dan memiliki kegunaan untuk pengobatan
diare, gusi berdarah, dan kulit yang luka. Saponin memiliki kegunaan dalam
pengobatan salah satunya dapat meningkatkan aktivitas epitel yang bersilia, yaitu
peristiwa yang merangsang timbulnya batuk untuk mengeluarkan dahak (Gunawan et
hl., 2004). Alkaloid banyak di gunakan secara luas dalam bidang pengobatan, di
karenakan memiliki bidang pengobatan, dikarenakan memiliki kegiatan fisiologi yang
menonjol (Harborne J.B., 1987). Adanyan kandungan senyawa alam seperti alkaloid,
saponin dan tannin maka daun beringin dapat digunakan sebagai obat tradisional.

2.2.4 MANFAAT DAUN BERINGIN

Desianti (2012) mengemukakan bahwa, tanman beringin sering di tanam


di alun-alun dan halaman serta sangat di nilai tinggi oleh penduduk. Kayu tumbuhan
ini baik untuk kayu bakar kalau di campur dengan jenis kayu lain, tapi untuk
menghormati kayu ini hanya di gunakan dalam keadaan darurat sebagai kayu bakar.
Tumbuan ini berkhasiat obat –obatan,yaitu pada bagian akar udara dan daun. Akar
udara pohon ini bermanfaat untuk mengatasi pilek, demam, radang amandel, dan

7
rematik. DDaunnya bermanfaat untuk mengatasi malaria, radang usus akut, disentri,
dan influenza.

2.3 URAIAN BAHAN

2.3.1 Alkohol (Dirjen POM, 1979: ROWE ad al, 2009)

Nama resmi : AETHANOLUM

Sinonim : Alkohol, Etanol, Ethyl Alcohol

Rumus molekul : C2H5OH

Rumus struktur :

Berat molekul : 46,07g/mol

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah


bergerak., bau khas rasa panas, mudah terbakar dan
memberikan nyala biru yang tidak berasap.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam
enter P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terhindar dari cahaya, di tempat


sejuk jauh dari nyala api.

Kegunaan : Sebagai pereaksi, juga dapat membunuh kuman.

2.2.3 Aquadess (Rowe 2009)

Nama resmi :Aquadesstillata

8
Nama lain : Air suling

Rumus molekul : H2O

Berat molekul : 18,02 g/mol

Rumus struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berbau, tidak berwarna

Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan

Kegunaan : Sebagai pereaksi.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 WAKTU DAN TEMPAT

Pratikum dengan judul “pedoman penggunaan mikroskop dan pembuatan


preparat di laksanakan pada hari kamis, 07 Oktober 2021 pada pukul 10.48 WITA
sampai selesai, yang bertempatkan di Laboratorium Farmasi Bahan Alam, Jurusan
Farmasi, Fakultas Olahraga & Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo.

3.2 ALAT DAN BAHAN

9
3.2.1 Alat

Adapun alat yang di gunakan adalah: cutter, cover glass, kaca preparat, mikroskop,
pipet, pulpen, dan silet.

3.2.2 Bahan

Adapun bahan yang di gunakan adalah: alkohol 70%, aquades, daun beringin (ficus
benjamina L), sterofoam, dan tisu.

3.3 CARA KERJA

1. siapkan alat dan bahan beserta dokumentasikan


2. bersihkan kaca preparat dan cover glass dengan menggunakan alkohol 70%
3. ambillah sampel yang akan di gunakan dan sayat setipis mungkin dengan
menggunakan potongan melintang atau membujur
4. letakan sampel yang sudah di potong di atas kaca preparat lalu, teteskan
aquades tepat di permukaan sampel
5. tutup sampel yang sudah di tetesi aquades menggunakan cover glass dan
letakan kaca preparat di atas meja preparat
6. aturlah fokus untuk memperjelas gambar objek dengan cara mengatur pemutar
kasar
7. untuk memfokuskan putarlah pemutar halus apabila bayangan objek tidak di
temukan
8. setelah fokus amatilah dan ambil gambar/ foto hasil pengamatan sel.

BAB IV

10
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENAMATAN

HASIL PENGAMATAN LITERATUR

Perbesaran: 100x Syafitri Igga Pharamitha dkk


(2014)

4.2 PEMBAHASAN

Mirkoskop pertama kali di temukan pada abad ke-16. Mikroskop berasal


dari kata micro yang berarti kecil dan sepium yang berarti penglihatan jadi mikroskop
adalah alat yang di gunakan untuk melihat benda yang berukuran sangat kecil.
Mikroskop zaman dulu sangat sederhana karena hanya memiliki satu lensa, berbeda
dengan mikroskop yang banyak di gunakan sekarang yang tergolong mikroskop
majemuk yang terdiri atas dua lensa atau lebih (Widyatmoko, 2008)

11
Pada percobaan kali ini kami mempelajari tentang bagaimana penggunaan mikroskop
dan pembuatan preparat yang baik dan benar serta melihat bentuk sel yang ada pada
sample daun beringin (ficus benjamina L) dengan bentuk sel nokta dan trikoma.

Pada umumnya nokta merupakan celah dalam dinding sel. Celah ini
berupa saluran terbuka menuju rongga sel (lumen) dan memilki selaput yang menutup
ijung saluran pada bagian luar dinding sel (Panshin & Zeeuw, 1980). Trikoma
merupakan salah satu derivat dari epidermis yang berasal dari yunani yang artinya
rambut-rambut yang tumbuh dan berasal dari sel-sel epidermis dengan bentuk,
susunan serta fungsinya yang memang bervariasi (Yayan, 1994) menurut Sutriyan
(2011) Trikoma hampir terdapat pada seluruh bagian tanaman. Udl’wiah (2015)
melaporkan bahwa distribusi trikoma pada permukaan daun adaksial dan abaksial
berbeda. Sedangkan Aprilia (2016) melaporkan bahwa distribusi trikoma pada setiap
organ tanaman berbeda dalam satu jenis .

Trikoma pada jaringan epidermis mempunyai sifat khusus sebagai daya


pertahanan dan serangga, yang di tentukan oleh adanya kelenjar (glandular) atau tidak
(nonsecretory), kerapatan, panjang, bentuk, dan ketegangan trikoma. Struktur maupun
morfologi trikoma memiliki keragaman dan dapat di jadikan sebagai kunci dari
identifikasi marga, sepsies, subspecies, dan varietas dari berbagai family yang di teliti
(Fan, 1991 dan Harsha 2013). Keragaman genus serta spesies dari family Solanaceae
mengidentifikasikan adanya keragaman jenis serta bentuk dari trikoma pada family
tersebut.

Langkah pertama yaitu di siapkan alat dan bahan yang akan di gunakan
dan di bersihkan dengan menggunakan alkohol 70% karens, alkohol 70% merupakan
disinfektan yang mampu membunuh kuman dan bakteri. Dalam literatur Indrawan et
al (2015), alasan digunakan alkohol 70%b karena memilki nilai signifikan yang lebih
baik dalam menurunkan jumlah koloni kuman.

12
Langkah selanjutnya potong sampel setipis mungkin menggunakan
potongan melintang maupun membujur, setelah itu letakan sampel di kaca preparat
dan tetesi mengunakan aquades tetes sedikit mungkin. Menurut Setjo S, tujuan di
tetesi aquades ke sampel adalah untuk melindungi lingkungan sel agar tetap segar.

Langkah selanjutnya, sampel yang sudah di tetesi aquades di tutup


menggunakan cover glass dan kaca preprat tersebut di letakan di meja preprat lalu di
jepit. Setelah itu atur penjepit preparat sampai letak sampel berada tepat pada cahaya.
Selanjutnya, atur pemutar kasar untuk mendekatkan meja preparat dekat dengan lensa
objektif dan atur perbesaran masing-masing 5X, 10X, 45X, 100X. fokuskan kembali
objek dengan menggunakan pemutar halus apabila objek tidak ditemukan.

Langkah terakhir adalah mengamati bentuk sel dan mengambil


gambra/foto untuk hasil dokumentasi.

4.2.1 KEMUNGKINAN KESALAHAN

Pada percobaan praktikum ini, terdapat beberapa hasil pengamatan yang


kurang jelas di karenakan:

1. alat mikroskop yang tidak memadai seperti tidak ada pencahayaan dari alat
mikroskop dan hanya menggunakan pencahayaan manual menggunakan flash
handphone, penjepit meja preparat yang sudah rusak mengakibatkan penjepit
tidak bisa menetap.
2. cara pengirisan sampel yang salah yaitu pengirisan sampek terlalu tebal
mengakibatkan sel pada tumbuhan tidak terlihat dengan jelas.
3. penetesan aqudes pada sample terlalu banyak mengakibatkan adanya
gelembung
4. kaca preparat dan coverglass tida di bersihkan dengan baik, mengakibatkan
pada saat pengamatan bukan sel tumbuhan yang terlihat melainkan
bakteri/mikroorganisme.

13
BAB V

PENUTUPAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan praktikum dapat di simpulkan bahwa mikroskop


adalah alat laboratorium yang digunakan untuk melihat benda-benda mikroskop/renik
atau benda-benda kecil yang tidakbisa di lihat dengan mata telanjang. Mikroskop juga
terdapat beberapa macam mikroskop yaitu mikroskop monokuler, binokuler, dan
elektron. Preparat sendiri adalah objek yang diamati bersama mikroskop preparat bisa
berwujud kering atau basah yang berwujud sayatan atau tanpa sayatan.

5.2 SARAN

5.2.1 Saran Untuk Jurusan

Di harapkan untuk melengkapi fasilitas yang ada di laboratorium

5.2.2 Saran Untuk Laboratorium

Di harapkan untuk melengkapi alat-alat di laboratorim sebagai penunjang


pembelajaran dalam proses praktikum

5.2.3 Saran Untuk Asisten

Di harapkan untuk mendampingi dan mengawasi selama percobaan praktikum

14
DAFTAR PUSTAKA

Aslamiah Suaibatul & Haryadi. 2013. Identifikasi Kandungan Kimia Daun Pohon Beringin
(ficus benjamina L). anterior jurnal, Volume 13 Nomor 1,
Desember 2013,Hal 19-23

Dirjen POM, 1997. Farmakope Indonesia edisi tiga. Menteri Kesehatan republic Indonesia.
Jakarta, 1979

Haryanti, S. (2019). Pengembangan Almari Penyimpanan Terstandar Untuk Perawatan


Mikroskop di Laboratorium Jurusan Kesehatan Lingkungan
(Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta).

Maulana, I., & Adi, K. (2011). DESAIN DAN IMPLEMENTASI PERANGKAT LUNAK UNTUK
SISTEM TAMPILAN MIKROSKOP  (Doctoral dissertation,
Diponegoro University).

Nurbayanti Hilma. Penggunaan mikroskop. Jember, 2017

Syafitri, IP, Yennita, Y., & Kasrina, K. (2014). IDENTIFIKASI STRUKTUR ANATOMI DAUN
TANAMAN BERINGIN (Ficus spp) SERTA IMPLEMENTASINYA
PADA PEMBELAJARAN IPA BIOLOGI DISMPN 1 CURUP
(Disertasi Doktor, Universitas Bengkulu).

15

Anda mungkin juga menyukai