PENDAHULUAN
1
satu-persatu dan membutuhkan waktu lama dan terkadang bisa membuat mata dari
laboran tersebut menjadi sakit. (Sativa, 2010).
2
3) Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana bentuk-bentuk sel dari
tumbuhan
Prinsip kerja atau cara kerja mikroskop secara sederhana adalah lensa
objektif akan membentuk bayangan benda yang bersifat nyata,terbalik,dan diperbesar.
Bayangan benda oleh lensa objektif akan di tangkap sebagai benda oleh lensa
okuler.bayangan inilah yang tampak oleh mata.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
sehingga citra spesimen di perbesar ketika di proyeksikan kemata. Mikroskop cahaya
mempunyai perbesaran maksimum 1000 kali. Mikroskop elektron memfokuskan
seberkas elektron melalui spesimen atau pada permukaannya.Resolusi berbanding
terbalik dengan panjang gelombang radiasi yang digunakan mikroskop untuk bercitra,
dan berkas electron memiliki panjang gelombang yang jauh lebih pendek daripada
cahaya. Mikroskop elektron mempunyai perbesaran sampai 100.000 kali. Mikroskop
elektron mempunyai 2 tipe, yaitu mikroskop elektrons scanning yang di gunakan
untuk studi detail arsitektur permukaan sel serta objek yang di amati secara 3 dimensi
dan mikroskop electron transmisi yang digunakan untuk mengamati struktur detail
internal sel (Campbell,2008:103).
Mikroskop terdiri atas kaki mikroskop yang dibuat berat dan kokoh agar
mikroskop dapat berdiri stabil. Mikroskop memilik 3 sistem lensa, yaitu lensa
objektif, lensa okuler dan kondensor. Lensa objektif dan lensa okuler terletak pada
kedua ujung tabung mikroskop. Lensa objektif merupakan bagian utama pada
mikroskop yang letaknya dekat dengan objek yang akan di amati, tepatnya melekat
pada bagian yang di sebut revolver. Revolver ini dapat di putar dan berguna sebagai
alat pemindah lensa. Sedangkan lensa okuler terletak dekat dengan mata pada saat di
lakukannya pengamatan menggunakan mikroskop. Lensa okuler pada mikroskop bisa
berbentuk lensa tunggal (MONOKULER) atau ganda (BINOKULER). Di ujung
bawah tabung mikroskop terdapat tempat kedudukan lensa objektif yang bisa di
pasangi tiga atau lebih lensa objektif dan dapat di putar di sebut revolver, di bawah
tabung mikroskop terdapat tempat dudukan preparat atau meja mikroskop. Sistem
lensa yang ketiga adalah kondensor yang dapat berperan untuk menerangi objek dan
lensa-lensa mikroskop yang lain. Pada mikroskop modern terdapat alat penerang di
bagian dasar mikroskop berfungsi untuk menerangi preparat, pada mikroskop tanpa
alat penerangan mempunyai cermin datar dan cekung yang terdapat di bawah
kondensor. Cermin berfungsi untuk mengarahkan cahaya yang berasal dari sumber
cahaya luar kedalam kondensor (Tim dosen Pembina, 2017:1-2).
5
2.2 URAIAN TANAMAN
2.2.1 KLASIFIKASI
Kingdom : Plantae
Ordo : Urticales
Gambar 2.1
Famili : Moraceae
Daun Beringin (ficus benjamina l)
Genus : Ficus
6
(Inggris) pohon beringin banyak di temukan di tepi jalan, pinggiran kota atau tumbuh
di tepi jurang. Pohon ini berukuran besar dengan tinggi 20-25 meter, berakar
tunggang dan memilki batang yang tegak dengan percabangan simpodial, bulat,
permukaan kasar, dan cokelat kehitaman, pada batang keluar akar gantung (akar
udara). Pohon beringin memilki daun 12 tunggal, pertulangan menyirip, dan
berwarna hijau. Sastrapraja (1984), mengatakan bahwa buah ara muuncul di ranting-
ranting, tunggal atau berpasangan. Penyebaran pohon ini di daerah-daerah beriklim
tropis.
7
rematik. DDaunnya bermanfaat untuk mengatasi malaria, radang usus akut, disentri,
dan influenza.
Rumus struktur :
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam
enter P.
8
Nama lain : Air suling
Rumus struktur :
BAB III
METODE PENELITIAN
9
3.2.1 Alat
Adapun alat yang di gunakan adalah: cutter, cover glass, kaca preparat, mikroskop,
pipet, pulpen, dan silet.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang di gunakan adalah: alkohol 70%, aquades, daun beringin (ficus
benjamina L), sterofoam, dan tisu.
BAB IV
10
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 PEMBAHASAN
11
Pada percobaan kali ini kami mempelajari tentang bagaimana penggunaan mikroskop
dan pembuatan preparat yang baik dan benar serta melihat bentuk sel yang ada pada
sample daun beringin (ficus benjamina L) dengan bentuk sel nokta dan trikoma.
Pada umumnya nokta merupakan celah dalam dinding sel. Celah ini
berupa saluran terbuka menuju rongga sel (lumen) dan memilki selaput yang menutup
ijung saluran pada bagian luar dinding sel (Panshin & Zeeuw, 1980). Trikoma
merupakan salah satu derivat dari epidermis yang berasal dari yunani yang artinya
rambut-rambut yang tumbuh dan berasal dari sel-sel epidermis dengan bentuk,
susunan serta fungsinya yang memang bervariasi (Yayan, 1994) menurut Sutriyan
(2011) Trikoma hampir terdapat pada seluruh bagian tanaman. Udl’wiah (2015)
melaporkan bahwa distribusi trikoma pada permukaan daun adaksial dan abaksial
berbeda. Sedangkan Aprilia (2016) melaporkan bahwa distribusi trikoma pada setiap
organ tanaman berbeda dalam satu jenis .
Langkah pertama yaitu di siapkan alat dan bahan yang akan di gunakan
dan di bersihkan dengan menggunakan alkohol 70% karens, alkohol 70% merupakan
disinfektan yang mampu membunuh kuman dan bakteri. Dalam literatur Indrawan et
al (2015), alasan digunakan alkohol 70%b karena memilki nilai signifikan yang lebih
baik dalam menurunkan jumlah koloni kuman.
12
Langkah selanjutnya potong sampel setipis mungkin menggunakan
potongan melintang maupun membujur, setelah itu letakan sampel di kaca preparat
dan tetesi mengunakan aquades tetes sedikit mungkin. Menurut Setjo S, tujuan di
tetesi aquades ke sampel adalah untuk melindungi lingkungan sel agar tetap segar.
1. alat mikroskop yang tidak memadai seperti tidak ada pencahayaan dari alat
mikroskop dan hanya menggunakan pencahayaan manual menggunakan flash
handphone, penjepit meja preparat yang sudah rusak mengakibatkan penjepit
tidak bisa menetap.
2. cara pengirisan sampel yang salah yaitu pengirisan sampek terlalu tebal
mengakibatkan sel pada tumbuhan tidak terlihat dengan jelas.
3. penetesan aqudes pada sample terlalu banyak mengakibatkan adanya
gelembung
4. kaca preparat dan coverglass tida di bersihkan dengan baik, mengakibatkan
pada saat pengamatan bukan sel tumbuhan yang terlihat melainkan
bakteri/mikroorganisme.
13
BAB V
PENUTUPAN
5.1 KESIMPULAN
5.2 SARAN
14
DAFTAR PUSTAKA
Aslamiah Suaibatul & Haryadi. 2013. Identifikasi Kandungan Kimia Daun Pohon Beringin
(ficus benjamina L). anterior jurnal, Volume 13 Nomor 1,
Desember 2013,Hal 19-23
Dirjen POM, 1997. Farmakope Indonesia edisi tiga. Menteri Kesehatan republic Indonesia.
Jakarta, 1979
Maulana, I., & Adi, K. (2011). DESAIN DAN IMPLEMENTASI PERANGKAT LUNAK UNTUK
SISTEM TAMPILAN MIKROSKOP (Doctoral dissertation,
Diponegoro University).
Syafitri, IP, Yennita, Y., & Kasrina, K. (2014). IDENTIFIKASI STRUKTUR ANATOMI DAUN
TANAMAN BERINGIN (Ficus spp) SERTA IMPLEMENTASINYA
PADA PEMBELAJARAN IPA BIOLOGI DISMPN 1 CURUP
(Disertasi Doktor, Universitas Bengkulu).
15