FARMASETIKA DASAR
“SERBUK TABUR”
OLEH
KELOMPOK : VI (ENAM)
KELAS : B – D3 FARMASI 202O
ASISTEN : NUR OKTAVIANA
FARMASETIKA DASAR
“SUPPOSITORIA”
OLEH
KELOMPOK : VI (ENAM)
KELAS : B – D3 Farmasi 2020
NUR OKTAVIANA
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah Subhanahu wata'ala yang telah
memberikan Rahmat dan karunia-Nya sehingga Laporan Akhir Praktikum
Farmasetika Dasar tentang Suppositoria ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak
lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad
Shallallahu 'alaihi wasallam, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku
umatnya.
Laporan ini kami buat untuk memenuhi tugas sebagai Laporan Akhir. Kami
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
Laporan Akhir Praktikum Farmasetika Dasar ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan sehingga penyusunan Laporan Akhir Praktikum Farmasetika
Dasar ini dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak
kekurangan dalam penulisan laporan ini sehingga kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan laporan ini.
Kami mohon maaf jika di dalam laporan ini terdapat kesalahan dan kekurangan,
karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah Subhanahu
wata'ala, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga Laporan Akhir
Praktikum Farmasetika Dasar tentang Suppositoria ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Kelompok 6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi adalah suatu profesi kesehatan yang berhubungan dengan pembuatan
dan distribusi dari produk yang berkhasiat obat, ini meliputi seni dan ilmu
pengetahuan dari sumber alam atau sintetik menjadi material atau produk yang cocok
dipakai untuk mencegah, dan mendiagnosa penyakit. Dalam farmasi juga
mempelajari berbagai ilmu terapan, diantaranya adalah matematika, fisika, biologi,
kimia, dan masih banyak cabang ilmu lainnya.Ilmu yang mendasari dari farmasi yaitu
farmasetika dasar.
Farmasetika adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat
menjadi bentuk tertentu hingga siap digunakan sebagai obat, serta mempelajari
perkembangan obat yang meliputi ilmu dan teknologi pembuatan obat dalam bentuk
sediaan yang dapat digunakan dan diberikan kepada pasien. Obat yang dimaksud
ialah bahan atau campuran bahan baik sintesis maupun alamiah yang digunakan
untuk mencegah, meringankan, maupun menyembuhkan penyakit. Dalam
penggunaannya, obat mempunyai berbagai macam bentuk. Semua bentuk obat
mempunyai karakteristik dan tujuan tersendiri.Sediaan-sediaan yang telah beredar
saat ini umumnya dibedakan atas sediaan padat, sediaan cair, dan sediaan semi
padat.Sediaan semi padat salah satunya yaitu serbuk tabur.
Serbuk tabur adalah serbuk ringan untuk penggunaan topikal, dapat dikemas
dalam wadah yang bagian atasnya berlubang halus untuk memudahkan penggunaan
pada kulit.Untuk membuat serbuk tabur yang baik harus memenuhi tiga syarat seperti
Harus halus, tidak boleh ada butiran-butiran kasar, Talk, kaolin dan bahan mineral
harus bebas dari bakteri clostrolium tetoni, c welchi dan bachilus anthrachis serta
disterilkan dengan cara dikeringkan, dan tidak boleh digunakan untuk luka terbuka.
Menurut Depkes (1979) aturan pembuatan serbuk tabur yaitu serbuk diracik
dengan cara mencampurkan bahan obat satu persatu sedikit demi sedikit dan dimulai
dari bahan obat yang jumlahnya sedikit, kemudian diayak, biasanya menggunakan
pengayakan nomor 60 dan dicampur lagi.
1. Jika serbuk mengandung lemak, harus diayak dengan pengayakan No. 44.
2. Jika obat bobotnya kurang dari 50mg atau jumlah tersebut tidak
dapatditimbang harus dilakukan pengenceran menggunakan zat tambahan
yang cocok.
3. Jika obat berupa serbuk kasar, terutama simplisia nabati, serbuk digerus
terlebih dahulu sampai derajat halus serbuk setelah itu dikeringkan pada
suhu tidak lebih dari 50 C.
Lainnya, sambil yang melekat pada dinding mortir dilepas dengan spatel atau
dengan kertas film.
4. Minyak – minyak eteris formaldehyde solutio dicampur terakhir dengan cara
memasukkan zat tersebut dengan mortir lalu ditambahkan campuran serbuk
yang telah diayak sedikit demi sedikit (Anief, 2007).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat serbuk :
a. Obat yang berbentuk kristal atau bongkahan besar hendaknya
digerus halus dulu.
b. Obat yang berkhasiat keras dan jumlahnya sedikit dicampur
dengan zat penambah(konsistituen) dalam mortir.
c. Obat yang berlainan warna diaduk bersamaan agar tampak bahwa
serbuk sudah homogen.
d. Obat yang jumlahnya sedikit dimasukkan terlebih dahulu.
e. Obat yang volumenya kecil dimasukkan terlebih dahulu.(Depkes,
1979) .
Campuran serbuk dapat terbagi tepat, sering ditambahkan zat tambahan yang
berkhasiat netral atau indeferen, seperti Saccharum Album, Saccharum Lactis, sampai
berat serbuk tiap bungkusnya 20 mg. Penggunaan Saccharum Album ada
keuntungannya sebbagai korigen rasa, tetapi serbuk akan mudah basa karena
higroskois. Serbuk yang diberikan kepada pasien diabetes tidak boleh digunakan
Saccharum Album sebagai zat tambahan. Tetapi digunakan manitum atau Saccharum
Lactis. (Anief, 2007).
2.1.3 Kelebihan dan Kekurangan serbuk
Menurut Ansel (2005) serbuk memiliki kelebihan yaitu :
1. Dokter lebih leluasa memilih dosis yang sesuai dengan keadaan si penderita.
2. Lebih stabil terutama untuk obat yang sesuai dengan keaadan penderita.
3. Penyerapan lebih cepat dan lebih sempurna disbanding sediaan padat lainnya.
4. Cocok digunakan untuk anak-anak dan orang dewasa yang sukar menelan
kapsul atau tablet.
5. Obat yang terlalu besar volumnya untuk dibuat tablet atau kapsul dapat dibuat
dalam serbuk tabur.
2.1.4 Kekurangan serbuk
Menurut Ansel (2005), kekurangan serbuk sebagai berikut.
1. Tidak tertutupnya rasa tidak enak seperti pahit, sepat, lengket di lidah ( bisa
diatasi dengan corrigens saporis).
2. Pada penyimpanan menjadi lembab.
Dalam pembuatan serbuk tabur ada beberapa yang sering digunakan yaitu :
1. Bahan padat
a. Halus sekali, tidak berkhasiat keras misalnya belerang, idoform dan
rifamsipin.
b. Hablur/kristal misalnya Camphorae, Asam Salisilat. Asam benzoat,
naftaol, mentol, timol, salol, garam-garam yang mengandung air
kristal misalnya Na-karbonat, Fe (II)-sulfat Al & K-sulfat, Mg-sulfat,
Na-sulfat, Iodin serta Fel2, FeCl2, FeCo3.
2. Bahan setengah padat seperti adeps lanae, cera, paraffin padat, vaselin.
3. Bahan cair yang misalnya, minyak atsirik, kalii arsenitis solutio (Liq.
Fowleri), Sol. Formaldehid dan Tingtur.
4. Ekstrak misalnya, Ekstrak kering (siccum) seperti Extr. Opii, Extr.
strychnin, Ekstrak kental (spissum) seperti Extr. Belladonae, Extr.
hyoscyami, Extr. Calis curniti, Ekstra cair (liquidum) seperti Extra Chinae
liq, extr hydrastis liq, extr. Rhamni purchinae. (Syamsuni, 2006)
2.2. Uraian bahan
2.2.1 Alkohol (Depkes, 1979 ; Anjasari, 2014 ; Rowe,et al, 2009)
Nama Resmi : AETHAVOLUM
Nama lain : Alkohol, etanol, ethyl alcohol
Rumus Molekul : C₂H₅OH
Berat Molekul : 46,07 gr/m
Rumus Struktur :
Pemerian : cairan,
H3C tidak berwarna,
OH jernih, mudah menguap, dan
mudah menyerap, bau khas, rasa panas, dan mudah
terbakar.
Kelarutan : mudah larut dalam air, kloroform p dan eter.
Penyimpanan :dalam tempat tertutup rapat, dan terhindar dari
senyawa , tempat senyuk, dan jauh dari nyal api,
alcohol disimpan dalam suhu ruangan.
Khasiat :sebagai zat aktif.
Kegunaan : untuk saluran pernapasan kronis, seperti bromitis.