Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Farmasi merupakan ilmu yang mempelajari mengenai seni membuat
obat dari bahan alam maupun sintetik yang cocok dan nyaman untuk
didistribusikan serta digunakan dalam pencegahan dan pengobatan penyakit.
Farmasi meliputi pengetahuan tentang mengidentifikasi, menyeleksi,
mengeservasi, mengkombinasi, aksi farmakologi, menganalisis standar obat
dan bahan obat, serta mendistribusi, menyimpanan dan cara penggunaan obat
yang tepat dan aman. Farmasi mempunyai beberapa ruang lingkup salah
satunya farmasetika (Syamsuni, 2006).
Farmasetika adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan
obat menjadi bentuk tertentu hingga siap digunakan sebagai obat, serta
mempelajari perkembangan obat yang meliputi ilmu dan teknologi pembuatan
obat dalam bentuk sediaan yang dapat digunakan dan diberikan kepada
pasien. Selain itu, termasuk juga meliputi segala hal mengenai resep
(Syamsuni, 2006).
Dalam pengertian umum, obat adalah suatu substansi yang melalui
efek kimianya membawa perubahan dalam fungsi biologik. Sedangkan resep
adalah permintaan tertulis dari seorang dokter, dokter gigi dan dokter hewan
yang diberi izin berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
kepada Apoteker Pengelola Apotek (APA) untuk menyiapkan dan atau
membuat, meracik membuat, meracik serta menyerahkan obat kepada pasien
(Katzung, 2007; Syamsuni, 2006).
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Untuk mengetahui dan memahami segala hal mengenai ilmu
farmasetika.

1
2

I.2.2 Tujuan Percobaan


Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami:
1. Sediaan Farmasi
2. Alat-alat yang digunakan pada praktikum Farmasetika Dasar
3. Resep dan cara pelipatan kertas perkamen
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi Farmasetika
Farmasetika adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan
obat menjadi bentuk tertentu hingga siap digunakan sebagai obat, serta
mempelajari perkembangan obat yang meliputi ilmu dan teknologi pembuatan
obat dalam bentuk sediaan yang dapat digunakan dan diberikan kepada
pasien. Dalam pengertian umum, obat adalah suatu substansi yang melalui
efek kimianya membawa perubahan dalam fungsi biologik. Sedangkan resep
adalah permintaan tertulis dari seorang dokter, dokter gigi dan dokter hewan
yang diberi izin berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
kepada Apoteker Pengelola Apotek (APA) untuk menyiapkan dan atau
membuat, meracik membuat, meracik serta menyerahkan obat kepada pasien.
Dokter gigi diberi izin menulis resep dari segala macam obat untuk pemakaian
gigi dan mulut dengan cara injeksi/parenteral. Dokter hewan diberi izin
menulis resep dari segala macam obat yang dugunakan khusus untuk hewan
(Katzung, 2007; Syamsuni, 2006).
Ada anggapan bahwa ilmu farmasetika mengandung arti seni sehingga
dapat dikatakan bahwa ilmu ini adalah ilmu yang mempelajari seni meracik
obat (art of drug compounding), terutama ditujukan untuk melayani resep dari
dokter. Oleh karena itu, profesi farmasi merupakan profesi yang berhubungan
dengan seni dalam penyediaan (pengolahan) bahan sumber alam dan bahan
sintesis yang cocok dan menyenangkan untuk didistribusikan dan dugunakan
dalam pengobatan atau pencegahan suatu penyakit (Syamsuni, 2006).
II.2 Sediaan Farmasi
II.2.1 Serbuk
Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang
dihaluskan untuk pemakaian oral/dalam atau untuk pemakaian luar. Derajat
kehalusan serbuk dinyatakan dengan satu nomor atau dua nomor. Jika derajat

3
4

halus serbuk dinyatakan satu nomor, berarti semua serbuk dapat melalui
pengayak dengan nomor tersebut. Jika dinyatakan dengan dua nomor,
dimaksudkan bahwa semua serbuk dapat melalui pengayak dengan nomor
terendah dan tidak lebih dari 40% melalui pengayak nomor tinggi. Sebagai
contoh serbuk 22/60, dimaksud bahwa serbuk dapat melalui pengayak nomor
22 seluruhnya, dan tidak lebih dari 40% melalui pengayak nomor 60. Nomor
pengayak menunjukkan jumlah lubang tiap 2,54 cm dihitung searah dengan
panjang kawat (Anief, 2010; Syamsuni, 2006).
Syarat-syarat serbuk: (Syamsuni, 2006).
1. Kering.
2. Halus
3. Homogen.
4. Memenuhi uji keragaman bobot (seragam dalam bobot) atau keseragaman
kandungan (seragam dalam zat yang terkandung) yang berlaku untuk
serbuk terbagi/pulveres yang mengandung obat keras, narkotik, dan
psikotropik.
Macam-macam serbuk yaitu sebagai berikut (Dirjen POM, 1979;
Syamsuni, 2006).
1. Pulvis
Pulvis adalah serbuk yang tidak terbagi-bagi dan dapat digolongkan
menjadi beberapa jenis antara lain pulvis adspersorius (serbuk tabur)
adalah serbuk ringan untuk penggunaan topical, dapat dikemas dalam
wadah yang bagian atasnya berlubang halus untuk memudahkan
penggunaan pada kulit.
2. Pulveres
Serbuk bagi adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih
kurang sama, dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas
lain yang cocok.
5

II.2.2 Kapsul
Kapsul adalah bentuk sediaan padat yang terbungkus dalam suatu
cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang kapsul dibuat dari
gelatin dengan atau tanpa zat tambahan lain. Kapsul cangkang keras terdiri
atas bagian wadah dan tutup yang terbuat dari metilselulosa, gelatin, pati, atau
bahan lain yang sesuai. Kapsul cangkan lunak merupakan satu kesatuan
berbentuk bulat atau silindris atau bulat telur yang dibuat dari gelatin atau
bahan lain yang sesuai biasanya lebih tebal dibandingkan dengan cangkang
keras dan dapat diplastisasi dengan penambahan senyawa poliol, seperti
sorbitol atau gliserun. Ada beberapa keuntungan serta kerugian dari sediaan
kapsul.
Keuntungan pemberian bentuk sediaan kapsul: (Syamsuni, 2006).
1. Bentuknya menarik dan praktis.
2. Cangkang kapsul tidak berasa sehingga dapat menutupi obat yang berasa
dan berbau tidak enak.
3. Mudah ditelan dan cepat hancur atau larut dalam perut sehingga obat
cepat diabsorbsi.
4. Dokter dapat mengombinasikan beberapa macam obat dan dosis yang
berbeda-beda sesuai kebutuhan pasien.
5. Kapsul dapat diisi dengan cepat karena tidak memerlukan bahan zat
tambahan atau penolong seperti pada pembuatan pil maupun tablet.
Kerugian pemberian bentuk sediaan kapsul: (Syamsuni, 2006).
1. Tidak bisa untuk zat-zat yang mudah menguap karena pori-pori kapsul
tidak dapat menahan penguapan.
2. Tidak bisa untuk zat-zat yang higroskopis (menyerap lembap).
3. Tidak bisa untuk zat-zat yang dapat bereaksi dengan cangkang kapsul.
4. Tidak bisa untuk balita.
5. Tidak bisa di bagi-bagi.
6

II.2.3 Salep
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan
digunakan sebagai obat luar (Dirjen POM, 1979).
Persyaratan salep yaitu: (Dirjen POM, 1979).
1. Pemerian : Tidak boleh berbau tengik
2. Kadar: Kecuali dinyatakan lain untuk salep yang mengandung obat keras
atau narkotik, kadar bahan obat adalah 10%.
3. Dasar salep: Kecuali dinyatakan lain, sebagai bahan dasar salep (basis
salep).
4. Homogenitas: Jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan
lain yang cocok, harus menunjukkan susunan yang homogeny.
5. Penandaan: pada etiket harus tertera obat luar
Kualitas dasar salep yaitu (Syamsuni, 2006) :
1. Stabil, tidak terpengaruh oleh suhu dan kelembapan dan selama dipakai
harus bebas dari inkompatibilitas.
2. Lunak, harus halus dan homogen.
3. Mudah dipakai.
4. Dasar salep yang cocok.
5. Dapat terdistribusi secara merata.
II.2.4 Sirup dan Eliksir
Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain
yang berkadar tinggi. Kadar sukrosa dalam sirop adalah 64-66%, kecuali
dinyatakan lain, artinya terdapat literatur lain yang mengatakan kadar selain
64-66%. Selain sukrosa dan gula lain, pada larutan oral ini dapat ditambahkan
senyawa poliol seperti sorbitol dan gliserin untuk menghambat
penghambluran dan mengubah kelarutan, rasa dan sifat lain zat pembawa.
Sedangkan eliksir merupakan larutan oral yang mengandung etanol 90% yang
berfungsi sebagai kosolven (pelarut) dan untuk mempertinggi kelarutan obat.
7

Kadar etanol berkisar antara 3% dan 4%, dan biasanya eliksir mengandung
etanol 5-10% (Syamsuni, 2006).
Terdapat tiga macam sirup, yaitu: (Syamsuni, 2006).
1. Sirup simpleks, mengandung 65% gula dalam larutan nipagin 0,25% b/v
(berat/volume).
2. Sirup obat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat
tambahan dan digunakan untuk pengobatan.
3. Sirup pewangi, tidak mengandung obat tetapi mengandung zat pewangi
atau zat penyedap lain. Tujuan pengembangan sirup ini adalah untuk
menutupi rasa tidak enak dan bau obat yang tidak enak.
II.2.5 Suspensi
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam
bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat terdispersi
harus halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila digojog perlahan-lahan,
endapan harus segera terdispersi kembali. Dapat di tambahkan zat tambahan
untuk menjamin stabilitas suspensi tetapi kekentalan suspensi harus menjamin
sediaan mudah digojog dan dituang (Anief, 2010).
Macam-macam suspensi (Anief, 2000; Dirjen POM, 1995).
1. Suspesisi oral, adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai,
dan ditujukan untuk penggunaan oral. Beberapa suspensi yang diberi
etiket sebagai susu atau magma termasuk dalam kategori ini. Contohnya
suspensi kloramfenikol.
2. Suspensi topikal, adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan pada
kulit. Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai lotio termasuk dalam
ketegori ini. Contohnya caladin lotio.
8

3. Suspensi tetes telinga, sediaan cair mengandung partikel-partikel halus


yang ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar. Contohnya
suspensi hidrokortison.
4. Suspensi optalmik, sediaan cair yang digunakan pada bagian mata.
Contohnya Ophtalmicae Praeparationes yang digunakan pada bagian
mata.
II.2.6 Supositoria
Supositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk
yang diberikan melalui rectum, vagina, atau uretra umumnya meleleh,
melunak, atau melarut pada suhu tubuh (Dirjen POM, 1995).
Berdasarkan basisnya, supo terdiri dari beberapa basis: (Ansel, 2006;
Syamsuni, 2006)
1. Bahan berminyak atau berlemak merupakan basis yang paling banyak
dipakai, karena pada dasarnya oleum cacao termasuk kelompok ini.
Oleum cacao, USP, didefinisikan sebagai lemak yang diperoleh dari biji
Theobroma cacao yang dipanggang.
2. Basis yang larut dalam air. Kumpulan yang paling penting dari kelompok
ini adalah gelatin-gliserin dan basis polietilen glikol. Basis gelatin gliserin
paling sering digunakan dalam pembuatan supositoria vagina, dimana
memang diharapkan efek setempat yang cukup lama dari unsur obatnya.
Basis gelatin-gliserin lebih lambat melunak dan bercampur dengan cairan
tubuh dan oleh karena itu, waktu pelepasan bahan obatnya lebih lama.
3. Basis lainnya merupakan basis supo yang di dalamnya termasuk
campuran bahan bersifat seperti lemak dan yang larut dalam air. Bahan-
bahan ini mungkin berbentuk zat kimia ataupun campuran fisika. Basis
ini mempunyai kemampuan menahan air atau larutan berair dan kadang-
kadang digolongkan sebagai basis supositoria yang hidrofilik.
9

Keuntungan penggunaan obat dalam bentuk supositoria dibanding per


oral, yaitu: (Syamsuni, 2006).
1. Dapat dihindari terjadinya iritasi pada lambung.
2. Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan dan asam
lambung.
3. Obat dapat masuk lansung ke dalam saluran darah sehingga obat dapat
berefek lebih cepat daripada penggunaan obat per oral.
Bahan dasar supositoria yang ideal harus mempunyai sifat sebagai
berikut (Syamsuni, 2006).
1. Padat pada suhu kamar sehingga dapat dibentuk dengan tangan atau
dicetak, tetapi akan melunak pada suhu rektum dan dapat bercampur
dengan cairan tubuh.
2. Tidak beracun dan tidak menimbulkan iritasi.
3. Dapat bercampur dengan macam-macam obat.
4. Stabil dalam penyimpanan, tidak menunjukkan perubahan warna, dan bau
serta pemisahan obat.
5. Kadar air mencukupi.
6. Untuk basis lemak maka bilangan asam, bilangan iodium dan bilangan
penyabunan harus diketahui jelas.
II.2.7 Emulsi
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan
obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi
atau surfaktan yang cocok. Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan
bahan pengemulsi yang disebut emulgator (emulsifying agent) atau surfaktan
yang yang dapat mencegah koalensi, yaitu penyatuan tetesan kecil menjadi
tetesan besar dan akhirnya menjadi satu fase tunggal yang memisah (Anief,
2010; Syamsuni, 2006).
10

Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal


ataupun eksternal, emulsi digolongkan menjadi dua macam, yaitu: (Syamsuni,
2006).
1. Emulsi tipe O/W (Oil in Water) atau M/A (minyak dalam air), adalah
emulsi yang terdiri atas butiran minyak yang tersebar atau terdispersi ke
dalam air. Minyak sebagai fase internal dan air sebagai fase eksternal.
2. Emulsi tipe W/O (Water in Oil) atau M/A (air dalam minyak), adalah
emulsi yang terdiri atas butiran air yang tersebar atau terdispersi ke dalam
minyak. Air sebagai fase internal dan minyak sebagai fase eksternal.
II.3 Alat-alat
II.3.1 Hardness Tester
Pengukuran kekerasan
tablet digunakan untuk
mengetahui kekerasannya, agar
tablet tidak terlalu rapuh atau
terlalu keras. Kekerasan tablet ini
erat hubungannya dengan
II.3.1 Hardness Tester
ketebalan tablet, bobot tablet dan
waktu hancur tablet. Alat yang digunakan pengukuran kekerasan tablet adalah
Hardness Tester atau dengan tiga jari tangan (Dirjen POM, 1979).
Suatu pengujian yang dilakukan untuk mengetahui kekuatan fisik
sediaan tablet terhadap tekanan mekanik ataupun karena gesekan. Tujuan alat
ini untuk mengetahui ketahanan sediaan tablet dalam menghadapi tekanan
yang didapatkan baik ketika proses pengemasan, distribusi, ataupun ketika
disimpan. Cara menggunakan Hardness Tester sebagai berikut (Soedjana,
2000).
1. Tablet yang akan di uji berjumlah 5 tablet.
2. Satu persatu tablet di uji dengan cara meletakkan tablet secara vertikal di
ujung Hardness Tester.
11

3. Memutar spiral pada alat agar tablet pecah secara sempurna.


Indikator (Soedjana, 2000)
Tablet Oral : 4-8 kg.
Tablet Hisap : minimum 10 kg, maksimum 20 kg.
Tablet Kunyah : 3 kg.
II.3.2 Friability Tester
Friability adalah persen
bobot yang hilang setelah tablet
diguncang. Penentuan keregasan
atau kerapuhan tablet dilakukan
terutama pada waktu tablet akan
dilapis (coating). Alat yang
digunakan disebut reability tester II.3.2 Fribility Tester

(Dirjen POM, 1979).


Friability Tester yaitu Pengujian yang dilakukan untuk menentukan
atau mengukur kekuatan fisik sediaan tablet terhadap gesekan. Friability
bertujuan untuk mengetahui ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan
yang dialami ketika tablet mengalami pengemasan, penyimpanan, dan atau
pengiriman.
Cara menggunakan Friability sebagai berikut (Soedjana, 2000).
1. Sampel tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet.
2. Membersihkan tablet dan wadah yang akan digunakan
3. Tablet tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam piringan acrilic atau alat
friabilitor, dan diputar sebanyak 100 putaran selama 4 menit, jadi
kecepatan putarannya 25 putaran per menit atau selama 5 menit kecepatan
putarannya 20 per menit.
4. Setelah selesai, keluarkan tablet dari alat, bersihkan dari debu dan
timbang dengan seksama.
5. Hitung presentase kehilangan bobot sebelum dan sesudah perlakuan.
12

Indikator (Soedjana, 2000) :


Tablet dianggap rusak bila kerapuhan >1% dan bila kerapuhan <0,8% maka
tablet tersebut memuaskan.
II.3.3 Hot Plate
Hotplate merupakan
piringan panas yang digunakan
untuk menghomogenkan suatu
larutan secara lebih cepat dengan
suhu dan stirrer adalah magnet
pengaduk yang mengaduk pada
hotplate. Alat ini di gunakan untuk II.3.3 Hot Plate
membuat larutan stok, dan
sebelum bekerja perlu dihitung dahulu jumlah padatan atau larutan pekat yang
diperlukan, sehingga perlu ditimbang. Jumlah mol zat dalam larutan
bergantung pada konsentrasi dan volumenya. Satuan konsentrasi yang umum
dipakai adalah molar (m). Kemolaran suatu zat adalah jumlah mol zat dalam
tiap liter larutan (Syukri, 1999).
Magnetic stirrer atau pengaduk magnetik adalah alat laboratorium
yang bekerja berdasarkan bidang magnetik beputar untuk membuat stir bar
atau batang pengaduk yang tercelup didalam cairan menjadi berputar dengan
sangat cepat sehingga mengaduk cairan tersebut hingga merata. Bidang
berputar tersebut dapat dibuat baik dengan magnet berputar atau dengan satu
set eletktromanet statis yang diletakkan dibawah bejana dengan cairan.
Magnetic stirrer seringkali dilengkapi dengan lempengan pemanas untuk
memanaskan cairan dalam bejana (Syukri, 1999).
Kelebihan dari magnetic stirrer hot plate antara lain dapat digunakan
untuk mengaduk, memanaskan dan mencampur cairan didalam bejana dalam
13

satu alat. Pengoperasiannya cukup mudah karena suhu, besar kecepatan


pengaturan putaran serta waktu pengujian yang diinginkan dapat diatur.
Magnetic stirrer hot plate memiliki jangkauan suhu antara 0-380C sehingga
tidak merusak beaker glass yang memiliki toleransi suhu maksimal
pemanasan 500C. Untuk waktu pengoperasian dapat diatur hingga 99 jam,
dan putaran kecepatan pengaduk maksimalnya hingga 3500 rpm (Syukri,
1999).
Kelemahan dari magnetic stirrer hot plate adalah karena terbatasnya
ukuran batang pengaduk dan dimensi dari lempeng pemanas sehingga
kapasitas bejana atau beaker glass yang bisa dipanaskan diatasnya terbatas
hingga 500 mL. Selain itu, jika cairan yang diaduk terlalu kental atau
mengandung padatan lebih banyak dari pada cairan, maka batang pengaduk
tidak dapat mengaduk secara merata (Syukri, 1999).
II.3.4 Water Bath
Water bath merupakan
peralatan laboratorium yang berisi
air atau cairan khusus yang bisa
mempertahankan suhu pada
kondisi tertentu selama selang
waktu yang ditentukan. Fungsi
II.3.4 Water Bath
dari water bath adalah untuk
menciptakan suhu yang konstan, menginkubasi pada analisis mikrobiologi.
Melebur basis, menguapkan ekstrak untuk mereaksikan zat di atas suhu
ruangan dan aktivitas enzim. Water bath bekerja dengan cara memanaskan air
dengan heater sampai suhu air naik dan sesuai dengan suhu yang kita pilih,
heater akan berhenti memanaskan air ketika waktu yang telah ditentukan telah
tercapai (Maulidia, 2016).
Untuk memaksimalkan kinerja water bath, perlu adanya indikator level
air dan safety circuit. Indikator level air berfungsi sebagai indikator yang
14

menunjukakkan level air didalam water bath, hal tersebut bertujuan agar
heater selalu terendam dalam air supaya heater dapat bekerja secara maksimal.
Sedangkan safety control berfungsi sebagai kontrol suhu kedua setelah
rangkaian kontrol, safety control biasanya disetting tepat diatas setingan
rangkaian kontrol, hal tersebut bertujuan agar suhu didalam water bath tidak
melebihi suhu yang telah ditetapkan (Maulidia, 2016).
II.3.5 Digital Stirrer
Alat digital stirrer merupakan
salah satu penunjang alat laboratorium
yang digunakan untuk mengaduk suatu
sampel sehingga sampel tersebut dapat
tercampur menjadi homogen. Dalam
penerapannya di laboratorium, alat
digital stirrer ini biasanya digunakan II.3.5 Digital Stirrer

untuk mengaduk sampel dengan


kecepatan antara 100 rpm hingga 3000 rpm. Pada umumnya laboran akan
mengatur kecepatan pengadukan, dan akan menunggu waktu pengadukan 10
hingga 60 menit. Sistem pengaduk menggunakan magnet yang diputar oleh
motor DC dan magnet yang berputar diletakkan di dalam wadah. Alat digital
stirrer dengan pengaturan kecepatan pengaduk dan pengaturan waktu ini dapat
melakukan pengadukan sampel dengan kecepatan pengaduk hingga 3000 Rpm
dan pengatur waktu selama 60 menit (Irsyad, 2016).
II.3.6 Pipet Mikro
Pipet mikro merupakan alat
untuk memindahkan cairan yang
bervolume cukup kecil, biasanya <1000
l. Ada mikropipet yang dapat diatur
volume pengambilannya (adjustable
II.3.6 Pipet Mikro
15

volume pipette) antara 1l sampai 20 l, atau mikropipet yang tidak bisa


diatur volumenya, hanya tersedia satu pilihan volume (fixed volume pipette)
misalnya 5 l. Cara penggunaannya yaitu dengan memasukkan ujung pipet ke
dalam wadah yang berisi cairan kemudian menekan kembali untuk
mengeluarkan cairan yang terdapat di dalam pipet pada wadah yang ada
(Taiyeb, 2001).
II.3.7 Drying Oven
Oven atau drying oven
merupakan alat yang digunakan untuk
sterilisasi atau pembersihan dengan
menggunakan udara kering. Drying
oven berfungsi sebagai pengering
granul sebelum dip roses menjadi
ttablet. Kelebihan alat ini yaitu cepat II.3.7 Drying Oven

dalam proses pengeringan, suhu merata di area pengeringan 80C di


sirkulasikan oleh pressure blower yang sekaligus berfungsi sebagai vaccum
untuk membuang uap air sisa proses pengeringan. Alat sterilisasi ini dipakai
untuk mensterilkan alat-alat gelas seperti erlenmeyer, petridish (cawan petri),
tabung reaksi dan gelas lainnya. Bahan-bahan seperti kapas, kain dan kertas
juga dapat disterilkan dalam oven tetapi dalam temperatur tertentu, pada
umumnya temperatur yang digunakan pada sterilisasi cara kering adalah
sekitar 140-1700C selama paling sedikit 2 jam. Perlu diperhatikan bahwa
lamanya sterilisasi tergantung pada jumlah alat disterilkan dan ketahanan alat
terhadap panas (Mujamdar, 2006).
II.3.8 Centrifuge
Centifruge adalah suatu alat yang
digunakan untuk memisahkan suatu larutan
dengan berat molekul yang berbeda

II.3.8 Centrifuge
16

berdasarkan gaya sentrifugal. Biasa juga digunakan untuk memisahkan serum


dan darah beku (Robinson, 1975).
Untuk type refrigerated centrifuge: (Robinson, 1975).
1. Buka cover penutup wadah cuvet
2. Letakan tabung penyeimbang, satu tabung berisi glycerin ke dalam
lubang cuvet
3. Atur suhu yang ingin dicapai sesuai dengan SOP
4. Masukan probe/sensor suhu dari thermometer ke dalam tabung yang
berisi glycerin
5. Jika kondisi suhu sudah sesuai/tercapai, catat nilainya pada lembar kerja
6. Tutup wadah cuvet dan putar centrifuge dengan kecepatan serta waktu
putar sesuai dengan penggunaannya.
7. Setelah centrifuge berhenti berputar, buka tutup wadah cuvet
8. Segera ukur suhu tabung berisi glycerin tadi, catat nilainya pada lembar
kerja.
9. Bandingkan nilai hasil pengukuran dengan nilai settingnya.
10. Hitung koreksi dari kedua keadaan tersebut.
11. Toleransi koreksi yang diijinkan adalah 3C
II.3.9 Intra turrex
Intra turrex berfungsi untuk
mencampur massa krim sehingga
menghasilkan campuran yang homogen.
Pencampuran adalah penyebaran satu
komponen ke komponen lain. Beberapa
aspek pencampuran dapat dihitung sehingga
dapat membantu menyusun proses
II.3.9 Intra Turrex
pencampuran. Pencampuran yang sempurna,
jika proposi dari masing- masing komponen sama. Secara umum, persamaan
bentuk, ukuran dan densitas masing- masing komponen yang menyusun suatu
17

campuran akan dapat menghasilkan suatu campuran yang lebih baik.


Keseragaman produk akhir yang dihasilkan tergantung pada titik aquilibrum
yang tercapai mekanisme pencampuran, yang berhubungan dengan tipe mixer,
kondisi operasi dan komponen makanan yang bersangkutan (Lachman, 1998).
II.3.10 Dissolation dester
Kegunaan dissolation dester
yaitu digunakan sebagai pengujian
yang dilakukan terhadap sediaan padat
untuk mengetahui proses melarutnya
zat atau senyawa aktif dalam media
pelarut untuk diabsorbsi, selain itu
digunakan untuk mngetahui II.3.10 Dissolation Dester
banyaknya zat aktif yang melarut
dalam tubuh (Bernasconi, 1995).
Kegunaan dissolation dester yaitu digunakan sebagai pengujian yang
dilakukan terhadap sediaan padat untuk mengetahui proses melarutnya zat
atau senyawa aktif dalam media pelarut untuk diabsorbsi, selain itu digunakan
untuk mngetahui banyaknya zat aktif yang melarut dalam tubuh. Disolution
tester yaitu pengujian yang dilakukan terhadap sediaan padat untuk
mengetahui proses melarutnya zat atau senyawa aktif dalam media pelarut
untuk diabsorbsi. Tujuannya Untuk mengetahui banyaknya zat aktif yang
melarut dalam cairan tubuh (Bernasconi, 1995).
Mekanisme kerja dari dissolation tester, yakni: (Bernasconi, 1995).
1. Masukkan sejumlah volume media disolusi yang tertera pada masing-
masing monografi ke dalam wadah.
2. Pasang alat, biarkan media disolusi hingga suhu 37C 0,5C dan angkat
thermometer.
3. Masukkan satu tablet ke dalam alat.
18

4. Hilangkan gelembung udara dari permukaan sediaan yang diuji dan


segera jalankan alat pada laju kecepatan seperti yang tertera dalam
monografi
II.3.11 Viskometer
Viskometer merupakan sebuah alat
yang digunakan untuk mengukur viskositas
suatu cairan, dimana viskositas sendiri yaitu
tahanan aliran fluida yang merupakan
gesekan antara melekul-melekul yang satu
dengan yang lainya. Selain itu juga II.3.11 Viskometer
viskositas yaitu mengukur kecepatan dari
suatu cairan mengalir melalui pipa gelas (gelas kapiler), bila cairan itu
mengalir cepat maka viskositas cairan itu rendah (misalnya cair) dan bila
cairan itu mengalir lambat maka dikatakan viscositasnya tinggi misalnya
madu (Kusuma dkk, 2009).
II.3.12 Spektrofoto metri
Spektrofotometri berfungsi untuk
mengukur absorbansi dengan cara
melewatkan cahaya dengan panjang
gelombang tertentu (Anjarsari, 2015).
Spektofotometri adalah alat yang
II.3.12 Spektrofoto Metri
digunakan untuk mengukur intensitas
cahaya yang diserap oleh atom atau molekul. Jenis spektrofotometri yang
tersedia berbeda-beda, tergantung pada cahaya yang digunakan, apakah berkas
cahaya tunggal atau berkas sampel dan pembanding secara terpisah, dan
apakah pengukurannya dilakukan pada panjang gelombang tetap atau
memindai spectrum pada berbagai panjang gelombang (Cairns, 2004).
19

II.3.13 pH meter
pH meter berfungsi untuk mengukur
tingkat keasaman suatu zat. Prinsip kerjanya
di dasarkan pada potensial elektro kimia
yang terjadi antara larutan yang terdapat di
dalam elektroda glass (membrane glass)
yang telah diketahui dengan larutan yang
terdapat diluar elektroda reaksi yang tidak di II.3.13 pH Meter
ketahui (Anjarsari, 2015).
Dengan menggunakan pH meter, nilai pH suatu larutan dapat lebih cepat
ditentukan. Cara menggunakan pH meter adalah dengan mencelupkan
elektroda pH meter ke dalam larutan yang ingin diketahui nilai pH-nya
(Kamilati, 2006).
II.3.14 Single Punch
Single Punch berfungsi untuk mecetak
tablet secara manual. Prinsip kerjanya yaitu
dengan menekan massa serbuk lembab
dengan tekanan rendah ke dalam lubang
cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada
ikatan Kristal yang terbentuk selama proses
pengeringan selanjutnya dan tidak II.3.14 Single Punch
tergantung pada kekuatan yang diberikan.
Prinsip kerja mesin cetak single punch ini sama dengan mesin cetak yang
mempergunakan tangan. Kemampuan mesin ini untuk mencetak tablet dengan
diameter 12,7 mm adalah 60-90 tablet per menit, makin besar diameter tablet
yang akan dicetak maka semakin berkurang jumlah tablet yang akan
dihasilkannya. Hal ini disebabkan untuk mencetak tablet dengan diameter
yang besar membutuhkan tenaga/tekanan yang lebih besar lagi. Tekanan ini
20

dapat dipenuhi apabila daya kerja mesin maksimal pada kecepatan rendah
(Anjarsari, 2015).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
III.1 Waktu dan tempat
III.1.1 Waktu
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 29 Maret 2017. Pukul
07.00 12.00. WITA
III.1.2 Tempat
Praktikum ini bertempat di Laboratorium Teknologi Farmasi Kampus
1, Jurusan Farmasi, Universitas Negeri Gorontalo.
III.2 Alat dan Bahan
1. Bahan

III.2 Kertas Perkamen

III.3 Cara Kerja


Cara melipat kertas perkamen (Soetopo, 2004)
1. Diletakkan kertas pada permukaan meja
2. Dilipatkan inci pada garis memanjang pada kertas untuk menjaga
keseragaman, langkah ini harus dilakukan bersamaan dengan lipatan
pertama sebagai petunjuk.
3. Diletakkan serbuk baik yang ditimbang atau dibagi-bagi ke tengah
kertas yang telah dilipat satu kali lipatannya mengarah keatas.
4. Ditarik sisi panjang yang belum dilipat keatas dan letakkanlah pada kira
kira garis lipatan pertama, lakukan hati-hati supaya serbuk tidak
berceceran.

21
22

5. Dipegang lipatan dan ditekan sampai menyentuh dasar kertas dan dilipat
lipatan yang pertama.
6. Diangkat kertas, sesuaikan dengan ukuran dos tempat yang akan
digunakan untuk mengemas.
7. Dilipat bagian kanan dan kiri pembungkus sesuai dengan ukuran dos
tadi atau bila pengemasnya plastik yang dilengkapi klip pada ujungnnya
usahakan ukuran pembungkus satu dengan yang lainnya seragam supaya
tampak rapi.
8. Dimasukkan satu persatu dalam dos atau plastik klip.
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1 Cara Pelipatan Kertas Perkamen
Kemasan dapat diartikan sebagai wadah atau pembungkus yang guna
mencegah atau mengurangi terjadinya kerusakan- kerusakan pada bahan yang
dikemas atau yang dibungkusnya. Kemasan melindungi produk dalam
perjalan dari produsen ke konsumen. Dalam pembuatan serbuk kemasan yang
digunakan biasanya menggunakan kertas perkamen, karena kertas perkamen
tidak mudah basah permukaannya tidak berserat, tidak berbau dan tidak terasa
(Lucida, 2006).
Kertas perkamen memiliki ketebalan 0,01- 0,5 mm. Kertas perkamen
digunakan untuk membungkus sediaan serbuk tetapi kertas perkamen juga
bisa digunakan untuk mengemas bahan pangan seperti mentega, margarine,
biskuit yang berkadar lemak tinggi, keju, ikan, daging, hasil ternak lain, teh
dan kopi, hal ini karena kertas perkamen memiliki beberapa sifat.
(Krystynowicz, 2001; Lucida, 2006).
Kertas perkamen mempunyai beberapa sifat, yakni: (Krystynowicz, 2001).
1. Mempunyai ketahanan lemak yang baik
2. Mempunyai kekuatan basah yang baik walaupun dalam air mendidih
3. Permukaannya bebas serat
4. Tidak berbau dan tidak berasa
5. Bersifat transparan, sehingga sering disebut kertas glasin
6. Tidak mempunyai daya hambat yang baik terhadap gas, kecuali jika
dilapisi dengan bahan tertentu
Langkah pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan kertas perkamen
yang akan digunakan. Langkah kedua serbuk yang telah ditimbang diletakkan
atau dibagi-bagi ke tengah kertas. Lipatan pada bagian bawah kertas dilipat
mengarah keatas, untuk mengunci lipatan pada sisi bawah bagian atas kertas
dilipat menutupi lipatan bawah hal ini dilakukan dengan tujuan agar serbuk

23
24

yang berada pada kertas perkamen terkunci atau tidak berceceran pada saat
dibuka. Selanjutnya, dilipat salah satu sisi miring atau yang ujungnya lebih
kecil dan dimasukkan lipatan tersebut ke dalam sisi yang lebih besar. Tujuan
kertas perkamen dilipat miring atau salah satu ujungnya kecil dan besar untuk
memudahkan pada saat tahap terakhir pembungkusan kertas perkamen
(James, 1994; Toledo, 1991).
IV.2 Resep
IV.2.1 Emulsi

Formula

Menthol 2gr

Pumilio pine oil 5ml

Ethanol (90%) to 100ml

Menghitung berapa bahan yang diperlukan jika yang tersedia alcohol 95% dan
96% dan rencana yang akan dibuat yaitu sebesar 30 ml.
Penyelesaian :
1. Bahan yang diperlukan jika yang tersedia alcohol 95 %
V1 x N1 = V2 x N2
95% x N1 = 30 ml x 90%
0,95 x N1 = 30 ml x 0,9
0,95 x N1 = 27
N1 = 28,42 ml
Aquadest = 30 ml 28,42 ml
= 1,6 ml
Jadi bahan yang diperlukan jika yang tersedia alcohol 95% adalah 28,42
ml dan aquadest yang ditambahkan adalah 1,6ml.
2. Bahan yang diperlukan jika yang tersedia alcohol 96%
V1 x N1 = V2 x N2
25

96% x N1 = 30 ml x 90%
0,96 x N1 = 30 ml x 0,9
0,96 x N1 = 27
N1 = 28,125 ml
Aquadest = 30 ml 28,125 ml
= 1,875 ml
Jadi bahan yang diperlukan jika yang tersedia alcohol 96% adalah 28,125 ml
dan aquadest yang ditambahkan adalah 1,875 ml.
IV.2.2 Serbuk Tabur

Formula

Champor 0,6 bagian

Calamin powder 10 bagian

starch 9,4 bagian

talk 30 bagian

jumlah bagian 50 bagian

Menghitung berapa bahan yang diperlukan untuk membuat 30 gram sediaan.


Penyelesaian :
Bahan
Bahan yang dibutuhkan = x 30 gr
Jumlah bagian bahan

Digunakan atau dikali dengan 30 gr karena bahan yang diperlukan untuk


membuat sediaan adalah 30 gr
0,6
Champor x 30 gr = 0,36 gram
50
10
Calamin powder x 30gr = 6 gram
50
9,4
Starch x 30gr = 5,64 gram
50
30
Talk x 30gr = 18 gram
50
26

Jadi dalam 30 gram sediaan terdapat 0,36 gr Champor, 6 gr Calamin powder,


5,64 gr starch, 18 gr talk.
IV.2.3 Serbuk Bagi

Dr jagoan
Jalan Ganesha 007 Bandung
SIP : 777/Kanwil/2000

10/03/08

R/ Ibu profen 0,1 mg


CTM 1 mg
m.f. pulv dtd No.X
d.s kalau panas p. II

pro : Anjani
Umur : 5 tahun

Menghitung apakah resep dibawah ini akan aman untuk digunakan bagi
pasien yang bersangkutan, jika diketahui dosis maksimum/hari CTM adalah
0,385 dan piperazin sitrat 2 gram/hari. Perhitungan dosis berdasarkan usia
digunakan rumus young. Rumus young digunakan karena usia pasien dibawah
umur 8 tahun.
n
Rumus young : = x dosis dewasa CTM
n+12
5
= x 0,385 gr
5+12
1,925
= gr
17

= 0,11 = 110 mg
1 Hari = 2x pakai X dosis resep
= 2 X 1 mg
= 2mg
27

dosis pakai
%PMR = dosis maksimum x 100%
2mg
= 110mg x 100%

= 1,8% (tidak over dosis)


IV.2.4 Salep Bagi

Dr Cantik
Jalan Ganesha 007 Bandung
SIP : 777/Kanwil/2000

10/03/08

R/ Ol Racini 10 ml
Piperazin sitrat 0,1/s ml
m.f. pot 75 ml
d.s 3-4 dd cth 1
pro : Soleha
Umur : 11 tahun

Perhitungan dosis berdasarkan usia digunakan rumus dilling. Rumus dilling


digunakan karena usia pasien diatas umur 8 tahun

Rumus dilling : = x dosis dewasa piperazin sitrat
20
11
= x 2gr
20
22
= 20

= 1,1 gr
1 Hari = 3-4x pakai
1 Hari = 3x pakai X dosis resep
= 3 X 0,1 gr
= 0,3gr
28

dosis pakai
%PMR = dosis maksimum x 100%
0,3 gr
= 1,1 gr x 100%

= 27,27 %
1 Hari = 4xpakai X dosis resep
= 4 X 0,1 gr
= 0,4gr
dosis pakai
%PMR = dosis maksimum x 100%
0,4 gr
= 1,1 gr x 100%

= 36,36 %
IV.1.4 Larutan
dr.Anggrida
Jl. Baweaan No 1 Bandung
SIP No 10/KM/1988
No : 04 Tgl : 26 NOV 2010

R/ Pilocarpin Nitrat 0,3% (b/v)


Acid Boric 0,2

m.f. buttae optalmic 10 ml


S tdd gtt II os

Pro : Harry
Umur : 26 Thn
Menghitung jumlah bahan yang digunakan dalam resep di atas.
Pilocarpin Nitrat 0,3% = 0,003 gr
Acid Boric 0,2 = 0,2 gr
29

Aquadest = 10 ml (0,003 + 0,2)


= 10 ml 0,203
= 9,79 ml
dr.Salamon
Jl. Jawa No 17 Bandung
SIP No 04/KM/1982
No : 010 Tgl : 26 NOV 2010

R/ Acid Citric 3
Na Bicarb. qs
Aminofilin 0,07
Sir. Simpleks 10%
m.f. potio effer. 60 ml
S mane haustus

Pro : Yanti (12 Thn)


Alamat : Jl. Pluto No 1 Bandung
Menghitung jumlah bahan yang digunakan dalam resep di atas.
Seharusnya Natrium bikarbonat tidak diletakkan qs karena sesuai
perbandingan formula Effervescent asam sitrat : asam tatrat : natrium
bikarbonat memiliki perbandingan 1 : 2 : 3,5 (Dirjen POM, 1979).
Jadi digunakan Natrium Bikarbonat 3,5gr
Acid Citric 3 gr
Na Bicarb 3,5 gr
Aminofilin 0,07 gr
Sir. Simpleks 10 % = 0,1 gr
Aquadest = 60 ml (3 + 3,5 + 0,07 + 0,1)
= 60 ml 6,67
30

= 53,33 ml
dr.Anggrida
Jl. Baweaan No 1 Bandung
SIP No 10/KM/1988
No : 012 Tgl : 2 Mei 2010

R/ Pilocarpin Nitrat 0,4% (b/v)


Acid Boric 0,15
m.f. buttae optalmic 10 ml
S tdd gtt II os

Pro : Indrianto
Umur : 28 Thn
Menghitung jumlah bahan yang digunakan dalam resep di atas.
Pilocarpin Nitrat 0,4% = 0,4 gr
Acid Borid = 0,15gr
Aquadest = 10 ml (0,4 + 0,15)
= 10 ml 0,55
= 9,45 ml
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa farmasi merupakan ilmu
yang mempelajari cara membuat, mencampur, meracik obat, mengidentifikasi,
mengkombinasi, menganalisis dan standarisasi/pembakuan obat serta
pengobatan, termasuk pula sifat-sifat obat dan distribusinya serta
penggunaannya yang aman. Sedangkan resep merupakan permintaan tertulis
dari seorang dokter, dokter gigi dan dokter hewan yang diberi izin
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku kepada Apoteker
Pengelola Apotek (APA) untuk menyiapkan dan atau membuat, meracik
membuat, meracik serta menyerahkan obat kepada pasien.
Farmasi mempunyai beberapa sediaan yang meliputi serbuk (serbuk
bagi dan serbuk tabur), kapsul, salep, sirup dan eliksir, suspensi, supositoria
dan emulsi. Adapun alat-alat yang sering digunakan diantaranya hardness
tester, fribability tester, hot plate, water bath, digital stirrer, pipet mikro,
drying oven, contrifuge, intra turrex, dissolation dester, viskometer, spektro
metri, pH meter dan single punch.
Adapun cara pelipatan kertas perkamen yang perlu diperhatikan
diantaranya melipat inci garis memanjang pada kertas untuk menjaga
keseragaman, selain itu menarik dengan hati-hati sisi panjang yang belum
dilipat keatas agar serbuk tidak berceceran, kemudian melipat bagian kiri dan
kanan kertas perkamen.
V.2 Saran
V.2.1 Asisten
Diharapkan asisten senantiasa mendampingi praktikan agar tidak terjadi
kesalahan pada saat praktikum berlangsung.

31
32

V.2.2 Laboratorium
Perlu adanya penambahan sarana dan prasarana laboratorium agar lebih
lengkap sehingga jalannya praktikum dapat efisien, baik dalam waktu maupun
hasilnya.
V.2.3 Jurusan
Perlu peningkatan fasilitas dan infrastruktur laboratorium.

Anda mungkin juga menyukai