Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KONSEP DASAR FARMAKOLOGI DAN FARMAKOKINETIK

Dosen Pengampu :
Ibu Ririn Lispita, S.Farm, M.Si, Med, Apt

Disusun Oleh :

Dilla Sri Oktavia


(P1337424423162)

PRODI KEBIDANAN SEMARANG DAN PROFESI PROGRAM


SARJANA TERAPAN KELAS ALIH JENJANG NON REGULER
POLTEKKES KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
2023
A. Konsep Dasar Farmakologi
1. Pengertian Farmakologi
Farmakologi berasal dari kata pharmacon (obat) dan logos (ilmu pengetahuan).
Farmakologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari obat dan cara kerjanya
pada sistem biologis. Farmakognosi adalah ilmu yang mempelajari tentang bagian-
bagian tanaman atau hewan yang dapat digunakan sebagai obat. Farmasi adalah
bidang professional kesehatan yang merupakan kombinasi dari ilmu kesehatan dan
ilmu kimia, yang mempunyai tanggung jawab memastikan efektivitas dan keamanan
penggunaan obat. Profesional bidang farmasi disebut farmasis atau apoteker.
Farmakologi Klinik adalah ilmu farmakologi yang mempelajari pengaruh kondisi
klinis pasien terhadap efikasi obat, misalkan kondisi hamil dan menyusui, neonates
dan anak, geriatrik, inefisiensi ginjal dan hepar. Farmakologi Terapi atau sering
disebut farmakoterapi adalah ilmu yang mempelajari pemanfaatan obat untuk tujuan
terapi. Toksikologi adalah pemahaman mengenai pengaruh-pengaruh bahan kimia
yang merugikan bagi organisme hidup.
Sekitar 80% obat diberikan melalui mulut; oleh karena itu, farmasetik (disolusi)
adalah fase pertama dari kerja obat. Dalam saluran gastrointestinal, obat-obat perlu
dilarutkan agar dapat diabsorbsi. Obat dalam bentuk padat (tablet atau pil) harus
didisintegrasi menjadi partikel-partikel kecil supaya dapat larut ke dalam cairan, dan
proses ini dikenal sebagai disolusi. Obat dalam bentuk cair sudah dalam bentuk
larutan.
Tidak 100% dari sebuah tablet merupakan obat. Ada bahan pengisi dan pelembam
yang dicampurkan dalam pembuatan obat sehingga obat dapat mempunyai ukuran
tertentu dan mempercepat disolusi obat tersebut. Beberapa tambahan dalam obat
seperti ion kalium (K) dan Natrium (Na) dalam kalium penisilin dan natrium
penisilin, meningkatkan penyerapan dari obat tersebut. Penisilin sangat buruk di
absorbsi dalam saluran gastrointestinal, karena adanya asam lambung. Dengan
penambahan kalium atau natrium ke dalam penisilin, maka obat lebih banyak
diabsorpsi. Gaster bayi mempunyai pH yang lebih tinggi (basa) daripada orang
dewasa, sehingga bayi dapat menyerap lebih banyak penisilin.
Disintegrasi adalah pemecahan tablet atau pil menjadi partikel-partikel yang lebih
kecil, dan disolusi adalah melarutnya partikel-partikel yang lebih kecil itu dalam
cairan gastrointestinal untuk diabsorpsi. Rate limitting adalah waktu yang dibutuhkan
oleh sebuah obat untuk berdisintegrasi dan sampai menjadi siap untuk diabsorpsi
oleh tubuh. Obat-Obat dalam bentuk cair lebih cepat siap diserap oleh saluran
gastrointestinal daripada obat dalam bentuk padat. Pada umumnya, obat-obat
berdisintegrasi lebih cepat dan diabsorpsi lebih cepat dalam cairan asam yang
mempunyai pH 1 atau 2 dari pada cairan basa. Orang muda dan tua mempunyai
keasaman lambung yang lebih rendah, sehingga pada umumnya absorpsi obat lebih
lambat untuk obat-obat yang diabsorpsi terutama melalui lambung.
Obat-Obat dengan enteric-coated (selaput enterik) tidak dapat didisintegrasi oleh
asam lambung, sehingga disintegrasinya baru terjadi jika jika berada dalam suasana
basa di dalam usus halus. Tablet enteric-coated dapat bertahan di dalam lambung
untuk jangka waktu lama; oleh karenanya obat-obat yang demikian kurang efektif
atau efek mulanya menjadi lambat.
Makanan dalam saluran gastrointestinal dapat mengganggu pengenceran dan
absorpsi obat-obat tertentu. Beberapa obat mengiritasi mukosa lambung, sehingga
cairan atau makanan diperlukan untuk mengencerkan konsentrasi obat.
Pemahaman lebih dalam terhadap definisi dari ilmu farmakologi dapat
mencakup berbagai aspek obat yang lebih detail. Farmakologi mempelajari obat
sebagai suatu senyawa yang berinteraksi dengan makhluk hidup melalui proses
kimiawi seperti ikatan obat dengan molekul. Sehingga terjadi pengaktifan atau
penghambatan proses tertentu (Katzung. 2018).
Pada saat mempelajari farmakologi ada pemahaman tentang istilah-istilah
penting, untuk itu berikut beberapa istilah penting dalam farmakologi :
a. Farmasi yaitu cabang ilmu yang mempelajari tentang cara pembuatan,
peracikan, formulasi obat, penyimpanan, penyediaan pemurnian,
penyempurnaan dan penyajian obat.
b. Biofarmasi yaitu ilmu yang mempelajari dan meneliti tentang pengaruh
formulasi terhadap efek terapi.
c. Farmakognosi yaitu ilmu yang mempelajari tentang pengenalan obat atau zat
aktif asal tumbuhan/tanaman, hewan dan mineral maupun bahan lain yang
merupakan sumber obat.
d. Biofarmasetik yaitu ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara sifat
fisika kimia obat, bentuk obat yang diberikan, dan rute pemberian terhadap
absorpsi sistemik
e. Farmakokinetik yaitu bagian dari farmakologi yang mempelajari nasib obat
dalam tubuh, mulai dari absorbsi, distribusi dan metabolisme serta ekskresi
hasil metabolisme obat.
f. Farmakodinamik yaitu ilmu yang mempelajari tentang cara kerja obat, efek
obat terhadap fisioligis tubuh dan perubahan biokimia tubuh.
g. Farmakoterapi yaitu ilmu yang mempelajari tentang penggunaan obat dalam
pencegahan dan penyembuhan penyakit maupun gejala penyakit.
h. Efikasi atau khasiat obat adalah efek maksimal yang dapat dihasilkan suatu
obat.
2. Ruang Lingkup Farmakologi
Ruang lingkup farmakologi meliputi semua ilmu pengetahuan tentang sejarah,
sumber, sifat-sifat fisik dan kimia, komposisi, efek-efek biokimia dan fisiologi,
mekanisme kerja, absorpsi, biotransformasi, ekskresi, penggunaan terapi, dan
penggunaan lain dari obat Perkembangan ilmu pengetahuan telah membagi
farmakologi menjadi beberapa cabang ilmu seperti yang telah dijelaskan diatas.
Para ahlifarmakologi menggabungkan antara farmakologi kedokteran atau
farmakologi medis (ilmu yang berkaitan dengan diagnosis, pencegahan, dan
pengobatan penyakit) dengan toksikologi (ilmu yang mempelajari efek-efek yang
tidak düinginkan dari suatu obat dan zat kimia lain)(Wahyuni. 2018).
3. Macam Sediaan Umum
Semua bentuk obat memliki karakterstik dan tujuan tertentu. Zat-zat Yang
digunakan dalam pembuatan obat ada yang tidak stabil apabila berada dalam
bentuk tablet sehingga harus dibuat dalam bentuk kapsul ataupun yang lain. Ada
juga obat yang ditujukan larut dalam usus bukan dalam lambung, Sehingga obat
akan diformulasikan secara khusus untuk memperoleh efek terapi yang
dilharapkan Hal ini menuntut kita untuk memperhatikan etiket obat yang dibuat
pada saat melayani suatu resep.
Macam-macam bentuk dan tujuan penggunaan obat antara lain:
a. Kapsul yaitu sediaan padat meliputi obat didalam cangkang keras atau lunak
yang dapat larut dan digunakan secara oral., keuntungan dan tujuan sediaan
obat dalam bentuk kapsul, diantaranya :
✓ Menutupi bau dan rasa yang tidak enak,
✓ Menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari
✓ Bentuk dan warna cangkang yang bermacam-macam
b. Tablet yaitu sediaan padat yang dibuat secara kempa cetak dalam bentuk
tabung pipih atau sirkuler dengan kedua permukaan rata Atau cembung dan
mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa adanya bahan
tambahan.
Sediaan obat dalam bentuk tablet memilikd kelebihan yaitu:
1) Lebih mudah disimpan.
2) Usia pakai yang dimiliki lebih lama/panjang dibandingkan sediaan obat
bentuk lainnya.
3) Bentuk obat yang lebih praktis.
4) Konsentrasi yang bermacam-macam.
5) Dapat dibuat tablet kunyah menggunakan bahan mentol dan gliserin yang
dapat larut dengan rasa yang enak. Dapat diminum, atau memisah di mulut.
6) Bagi anak-anak dan orang yang tidak dapat menelan tablet maka tablet
dapat ditambahkan penghancur dan pembasah dengan air untuk
pengolahannya.
7) Tablet merupakan sediaan obat yang paling mudah ditelan dan memiliki
kemungkinan terkecil tertinggal di tenggorokan, terutama bila tersalut yang
memungkinkan pecah/ hancurnya tablet tidak segera terjadi.
8) Tablet merupakan sediaan obat dengan biaya pembatan paling rendah.
9) Tablet merupakan sediaan yang utuh dan menawarkan.
10) Kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan
ukuran serta variabilitas – kandungan yang paling lemah.
11) Bentuk pengobatan dangan tablet lebih disukai karena bersih, praktis
dan efisien.
12) Sifat alamiah tablet yaitu tidak dapat dipisahkan, kualitas bagus, mudah
di bawa kemanapun, memiliki bentuk yang fleksibel dan mudah diberikan.
13) Tablet tidak mengandung alkohol.
14) Tablet dapat dibuat dalam berbagai macam dosis.

Namun sediaan tablet juga memiliki kekurangan diantaranya

1) Beberapa orang sukar menclan obat sediaan tablet.


2) Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak.
c. Pil : yaitu obat dengan sediaan solid, bentuk bulat dengan berat ±100- 500 mg,
rata-rata 300 mg, mengandung satu atau lebih zat aktif. Sediaan pil masih
digunakan dan dikembangkan dalam industry obat tradisional (jamu dan obat
herbal terstandar), serta makanan suplemen. Zat aktif dalam pembuatan pil
sebagian besar merupakan jenis simplisia tanaman yang telah dihaluskan atau
telah berbentuk ekstrak Bahan lain dalam pembuatan pil ini yaitu bahan
pengikat, bahan pengisi, bahan penghancur dan bahan penyalut. Kualitas
sediaan pil dikontrol dengan aspek yang hamper sama dengan control pada
sediaan tablet, meliputi penampilan dan ukuran, keseragaman bobot, kekerasan
dan waktu hancur.
d. Krim yaitu sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan
obat yang akan larut dalam bahan dasar yang sesuai. Penggunaan krim secara
topical di kulit.
e. Emulsi yaitu sediaan yang melalui sistem dua fase, dimana salah satu cairan
terdispersi dalam cairan yang lain dalam bentuk tetesan kecil. Emulsi yang
baik memiliki kriteria antara lain aman; efektif dan efisien berdasarkan tujuan
terapi; merupakan disperse homogen antara minyak dengan air; penyimpanan
secara fisik maupun kimia memiliki kestabilan yang bagus; memiliki
viskositas yang optimal sehingga mampu menjaga stabilitas dalam
penyimpanan dan dapat dituangkan dengan mudah; serta kemasan dibuat untuk
mendukung penggunaan dan stabilitas obat.
f. Ekstrak yaitu bentuk sediaan pekat yang diperoleh dengan cara ekstraksi zat
aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai, lalu
semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa
dilakukan intervensi sedemikian rupa sehingga memenuhi persyaratan /standar
yang ditetapkan. Ekstrak dapat dibuat menjadi bentuk sediaan lain semisal
tablet atau sediaan larut yang lain.
g. Gel (jeli) yaitu sistem semi padat meliputi pembuatan suspensi dari partikel
anorganik kecil atau molekul organik besar yang terpenetrasi oleh suatu cairan.
Penggunaan gel secara topical pada kulit.
h. Munoserum yaitu sediaan obat yang mengandung immunoglobulin spesifik
dari serum hewan melalui proses pemurnian.
i. Implan atau pelet, yaitu sediaan obat dengan massa padat steril berukuran
kecil, mengandung obat dengan kemurinian yang tinggi (dengan/tanpa
eksipien), dibuat melalui pencetakan. Implan atau pelet digunakan dengan cara
disisipkan di dalam tubuh (biasanya secara sub kutan) untuk memperoleh
pelepasan obat secara continue dalam jangka waktu yang lama.
j. Infusa yaitu sediaan cair yang dibuat melalui ekstraksi simplisia nabati dengan
air pada suhu 90% selama 15 menit.
k. Inhalasi yaitu sediaan obat berbentuk larutan atau suspensi yang mengandung,
satu atau lebih bahan yang diberikan melalui saluran pernafasan untuk
memperoleh efek lokal atau sistemik.
l. Injeksi yaitu sediaan steril yang digunakan secara parenteral baik di bawah
kulit atau menembus kulit atau selaput lendir.
m. Irigasi yaitu larutan steril yang digunakan untuk membersihkan luka terbuka
atau rongga-rongga tubuh secara topikal.
n. Lozenges atau tablet hisap yaitu sediaan padat yang mengandung satu atau
lebih bahan dasar yang secara umum memiliki aroma dan rasa yang manis,
dapat melarut atau hancur perlahan-lahan dalam mulut.
o. Sediaan obat mata yang terdiri dari salep mata, yaitu salep steril yang
digunakan pada mata; dan larutan obat mata, yaitu larutan steril, bebas partikel
asing termasuk sediaan yang dibuat dan dikemas sedemikian rupa sehingga
sesuai penggunaannya untuk mata.
p. Pasta yaitu sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat
untuk pemakaian secara topikal.
q. Plester yaitu sediaan yang berasal dari bahan yang dapat melekat pada kulit
dan menempel pada pembalut dan digunakan untuk pemakaian luar.
r. Serbuk yaitu campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan.
s. Solutio atau larutan, yaitu sediaan cair yang berisi satu atau lebih
Zat kimia yang terlarut, meliputi:
1) Larutan oral yaitu sediaan cair untuk pemberian secara oral. Contoh syrup,
yaitu larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain dalam kadar
yang tinggi; dan elixir, yaitu larutan oral yang mengandung etanol sebagai
pelarut.
2) Larutan topical yaitu sediaan cair untuk pemakaian secara topikal pada
kulit atau mukosa.
3) Larutan otik yaitu sediaan cair untuk pemakaian pada telinga.
4) Larutan optalmik yaitu sediaan cair yang digunakan pada mata.
5) Spirit yaitu larutan yang mengandung etanol atau hidro alcohol dari zat
yang mudah menguap, secara umum termasuk larutan tunggal atau
campuran.
6) Tingtur. Yaitu larutan yang mengandung etanol atau hidro alkohol dan
berasal dari bahan tumbuhan atau senyawa kimia
t. Supositoria yaitu sediaan padat dalam berbagai hobot dan bentuk, diberikan
melalui rectal, vagina atau uretra, secara umum bersifat meleleh, melunak atau
melarut pada suhu tubuh. Suppositoria ditujukan untuk terapi dengan efek lolal
pada bagian anal (contoh: hemorrhoid) atau vaginal (contoh: candidiasis):
terapi dengan efek sistemik (suppositoria anal) sebagai alternatif pengobatan
melalui anal bagi pasien yang tidak kooperatif terhadap pengobatan oral
(keadaan pingsan atau mengalami emesis). Pelepasan zat aktif dari suppositoria
melalui pelelehan suppositoria pada suhu tubuh (jenis Basis: oleum cacao,
witepsol) atau pelarutan suppositoria pada cairan anal/vaginal (enis basis:
Polietilen glikol, gliserogelatin).(Sulanjani, Andini and Halim, 2013).
4. Regulasi obat
Obat merupakan bahan yang di atur oleh pemerintah, melalui badan POM.
regulasi ditujukan untuk melindungi konsumen dari efek yang merugikan dari segi
kualitas atau keamanan. Obat yang beredar di Indonesia dibagi menjadi 5
kelompok antara lain:
a. Obat Keras
Golongan obat keras hanya dapat dibeli dengan resep dokter karena termasuk
golongan tidak aman atau berhubungan dengan obat untuk terapi penyakit yang
tidak mudah didiagnosis oleh orang awam. Golongan obat memiliki tanda dot
merah. Misalnya antibiotika, antihistamin untuk pemakaian dalam dan semua
golongan obat suntik; psikotropika yaitu zat atau obat alamiah ataupun sintetis,
bukan narkotika yang berfungsi psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental
dan perilaku (misal zat psikotropik yaitu tenobarbital, diazepam dan
amitriptilin)
b. Obat Narkotika
Zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, sintetis maupun
semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi dan menghilangkan rasa nyeri, serta menimbulkan
ketergantungan. Golongan obat narkotika diawasi secara ketat untuk
membatasi penyalahgunaan obat Obat golongan int memiliki tanda palang
Merah. Misalnya obat golongan narkotika yaitu kodein yang dapat menekan
batuk.
c. Obat Bebas Terbatas.
Obat ini dapat dibeli di apotek atau toko obat dan harus dalam kemasan asli
serta tertera penandaan, contoh “P6 Awas obat keras, hanya untuk bagian luar
dari badan”. Obat golongan ini memiliki tanda dot biru. Misalnya Caladin
lotion.
d. Obat bebas
Obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter dalam kemasan dari pabrik yang
membuat secara eceran. Obat golongan ini memiliki tanda dot hijau. Misalnya
Panadol tablet, obat batuk hitam.
e. Obat tradisional
Obat yang berasal dari tanaman obat herbal. Obat tradisional di Indonesia
terbagi menjadi 3 diantaranya:
1) Jamu, yaitu obat yang masih dalam bentuk simplisia.
2) Herbal terstandar, yaitu sediaan obat bahan alam yang telah terbukti
keamanan dan khasiat secara ilmiah melalui uji praklinik dan bahan baku
telah terstandardisasi.
3) Fitofarmaka, yaitu sediaan obat bahan alam yang telah terbukti keamanan
dan khasiat secara ilmiah melalui uji praklinik dan uji klinik, bahan baku
dan produk jadi telah terstandardisasi. Golongan ini dikenal sebagai obat
wajib apotek, yaitu obat daftar G yang boleh diberikan oleh apoteker pada
pasien yang sebelumnya telah memperoleh dari dokter, pada umumnya
untuk penggunaan pada kondisi tertentu dalam jangka panjang.(lndijah and
Fajri, 2016)
B. Farmakokinetik
1. Pengertian Farmakokinetik
Farmakokinetik adalah apa yang dilakukan tubuh terhadap obat dan biasanya
mencakup empat proses penting yaitu: penyerapan (absorption), distribusi
(distribution ), metabolism (metabolism) Dan Eliminasi (excretion) atau ADME
(Glassman and Muzykantov, 2019).
Farmakokinetik adalah proses pergerakan obat untuk mencapai kerja obat.
Empat proses yang termasuk di dalamnya adalah: absorpsi, distribusi, metabolisme
(atau biotransformasi), dan ekskresi (atau eliminasi).
2. Absorpsi
Absorpsi adalah pergerakan partikel-partikel obat dari saluran gastrointestinal
ke dalam cairan tubuh melalui absorpsi pasif, absorpsi aktif, atau pinositosis.
Kebanyakan obat oral diabsorpsi di usus halus melalui kerja permukaan vili
mukosa yang luas. Jika sebagian dari vili ini berkurang, karena pengangkatan
sebagian dari usus halus, maka absorpsi juga berkurang. Obat-obat yang
mempunyai dasar protein, seperti insulin dan hormone pertumbuhan, dirusak di
dalam usus halus oleh enzim-enzim pencernaan. Absorpsi pasif umumnya terjadi
melalui difusi (pergerakan dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah).
Dengan proses difusi, obat tidak memerlukan energi untuk menembus
membran. Absorpsi aktif membutuhkan karier (pembawa) untuk bergerak
melawan perbedaan konsentrasi. Sebuah enzim atau protein dapat membawa obat-
obat menembus membran. Pinositosis berarti membawa obat menembus membran
dengan proses menelan.
Membran gastrointestinal terutama terdiri dari lipid (lemak) dan protein,
sehingga obat-obat yang larut dalam lemak cepat menembus membran
gastrointestinal. Obat-obat yang larut dalam air membutuhkan karier, baik berupa
enzim maupun protein, untuk melalui membran. Partikel-partikel besar menembus
membran jika telah menjadi tidak bermuatan (nonionized, tidak bermuatan positif
atau negatif). Obat-obat asam lemah, seperti aspirin, menjadi kurang bermuatan di
dalam lambung, dan aspirin melewati lambung dengan mudah dan cepat. Asam
hidroklorida merusak beberapa obat, seperti penisilin G; oleh karena itu, untuk
penisilin oral diperlukan dalam dosis besar karena sebagian hilang akibat cairan
lambung.
Absorpsi obat dipengaruhi oleh aliran darah, rasa nyeri, stres, kelaparan,
makanan, dan pH. Sirkulasi yang buruk akibat syok, obat-obat vasokonstriktor,
atau penyakit dapat merintangi absorpsi. Rasa nyeri, stres, dan makanan yang
padat, pedas, dan berlemak dapat memperlambat masa pengosongan lambung,
sehingga obat lebih lama berada di dalam lambung. Latihan dapat mengurangi
aliran darah dengan mengalihkan darah lebih banyak mengalir ke otot, sehingga
menurunkan sirkulasi ke saluran gastrointestinal. Obat-obat yang diberikan secara
intramuskular dapat diabsorpsi lebih cepat di otot-otot yang memiliki lebih banyak
pembuluh darah, seperti deltoid, daripada otot-otot yang memiliki lebih sedikit
pembuluh darah, sehingga absorpsi lebih lambat pada jaringan yang demikian.
Beberapa obat tidak langsung masuk ke dalam sirkulasi sistemik setelah
absorpsi tetapi melewati lumen usus masuk ke dalam hati, melalui vena porta. Di
dalam hati, kebanyakan obat dimetabolisasi menjadi bentuk yang tidak aktif untuk
diekskresikan, sehingga mengurangi jumlah obat yang aktif. Proses ini, yaitu obat
melewati hati terlebih dahulu disebut sebagai efek first-pass, atau first-pass
hepatik. Contoh-contoh obat-obat dengan metabolisme first-pass adalah warfarin
(Coumadin) dan morfin. Lidokain dan nitrogliserin tidak diberikan secara oral,
karena kedua obat ini mengalami metabolisme first-pass yang luas, sehingga
sebagian besar darI dosis yang diberikan akan dihancurkan.
Obat yang diberikan melalui ekstravaskular, tempat pertama untuk mencapai
tempat kerja adalah penyerapan ke dalam aliran darah, yang dapat dikendalikan
oleh keduanya yaitu sifat obat dan atau tempat pemberian obat. Untuk obat
molekul kecil, penyerapan paling sering terjadi disaluran cerna (GI) setelah
pemberian oral.
Secara umum, bahan biologis diserap dengan buruk setelah penyerapan oral,
dan dengan demikian, sering diberikan secarai ntravena; namun pemberian protein
terpeutik secara subkutan telah menjadi lebih populer dalam beberapa tahun
terakhir. Penyerapan dari ruang ini umumnya prosesnya lambat (herjam-jam
sampai berhari-hari) karena jalur melalui sistem limfatik yang paling diikuti oleh
protein setelah pemberian dosis subkutan (Bittner er al, 2018)
Meskipun determinan dari efisiensi pemberian subkutan untuk terapi protein
üdak dipahamt sebaik absorpsi oral molekul, namaun pemberian subkutan tersebut
masih dihargai bahwa sifat molekul dari protein (misalnya, ukuran, muatan),
atinitas untuk reseptor Feneonates (Deng et al, 2012; Zheng et al, 2012; Richter et
al, 2018).
3. Distribusi Obat
Distribusi adalah proses di mana obat menjadi berada dalam cairan tubuh dan
jaringan tubuh. Distribusi obat dipengaruhi oleh aliran darah, afinitas (kekuatan
penggabungan) terhadap jaringan, dan efek pengikatan dengan protein.
Ketika obat di distribusi di dalam plasma, kebanyakan berikatan dengan
protein (terutama albumin) dalam derajat (persentase) yang berbeda-beda. Obat-
Obat yang lebih besar dari 80% berikatan dengan protein dikenal sebagai obat-
obat yang berikatan tinggi dengan protein. Salah satu contoh obat yang berikatan
tinggi dengan protein adalah diazepam (Valium): yaitu 98% berikatan dengan
protein. Aspirin 49% berikatan dengan protein clan termasuk obat yang berikatan
sedang dengan protein. Bagian obat yang berikatan bersifat inaktif, dan bagian
obat selebihnya yang tidak berikatan dapat bekerja bebas. Hanya obat-obat yang
bebas atau yang tidak berikatan dengan protein yang bersifat aktif dan dapat
menimbulkan respons farmakologik. Dengan menurunnya kadar obat bebas dalam
jaringan, maka lebih banyak obat yang berada dalam ikatan dibebaskan dari
ikatannya dengan protein untuk menjaga keseimbangan dari obat yang dalam
bentuk bebas.
Jika ada dua obat yang berikatan tinggi dengan protein diberikan bersama-
sama maka terjadi persaingan untuk mendapatkan tempat pengikatan dengan
protein, sehingga lebih banyak obat bebas yang dilepaskan ke dalam sirkulasi.
Demikian pula, kadar protein yang rendah menurunkan jumlah tempat pengikatan
dengan protein, sehingga meningkatkan jumlah obat bebas dalam plasma. Dengan
demikian dalam hal ini dapat terjadi kelebihan dosis, karena dosis obat yang
diresepkan dibuat berdasarkan persentase di mana obat itu berikatan dengan
protein.
Dengan demikian penting sekali untuk memeriksa persentase pengikatan
dengan protein dari semua obat-obat yang diberikan kepada klien untuk
menghindari kemungkinan toksisitas obat. Seorang perawat juga harus memeriksa
kadar protein plasma dan albumin plasma klien karena penurunan protein
(albumin) plasma akan menurunkan tempat pengikatan dengan protein, sehingga
memungkinkan lebih banyak obat bebas dalam sirkulasi. Selanjutnya tergantung
dari obat (obat-obat) yang diberikan, banyaknya obat atau obat-obatan berada
dalam sirkulasi dapat mengancam nyawa.
Abses, eksudat, kelenjar dan tumor juga mengganggu distribusi obat.
Antibiotika tidak dapat didistribusi dengan baik pada tempat abses dan eksudat.
Selain itu, beberapa obat dapat menumpuk dalam jaringan tertentu, seperti lemak,
tulang, hati, mata, dan otot.

4. Biotransformasi (Metabolisme)
Obat yang merupakan zat asing bagi tubuh, sehingga tubuh akan berusaha
untuk merombaknya menjadi metabolit yang tidak aktif lagi dan sekaligus bersifat
lebih hidrofil agar memudahkan proses pembuangannya oleh ginjal. Obat yang
telah diserap usus ke dalam sirkulasi lalu diangkut melalui sistim pembuluh darah
porta ke hati. Dalam hati seluruh atau sebagian obat mengalami perubahan
kimiawi Secara enzimatis. Enzim yang berperan pada proses biotransformasi ini
adalah enzim mikrosom di retikulum endoplasma sel hati.
Perubahan kimiawi terhadap obat dapat terjadi setelah proses
metabolisme/biotransformasi adalah:
a. Molekul obat berubah menjadi metabolit yang lebih polar (hidrofil) sehingga
mudah untuk diekskresikan melalui urin pada ginjal.
b. Molekul menjadi metabolit yang tidak/kurang aktif lagi (bioinaktivasi
/detoksifikasi), proses ini disebut juga first pass efect/ FPE (efek lintas
pertama). Untuk menghindari resiko FPE maka rute pemberian secara
sublingual, intrapulmonal transkutan, injeksi dan rektal dapat digunakan.
Obat yang mengalami FPE besar, dosis oralnya harus lebih tinggi
dibandingkan dengan dosis parenteral.
c. Molekul obat menjadi metabolit yang lebih aktif secara farmakologi
(bioaktivasi) Contohnya adalah kortison yang diubah menjadi bentuk aktif
kortison, prednison menjadi prednisolone.
d. Molekul obat menjadi metabolit yang mempunyai aktifitas yang sama (tidak
mengalami perubahan). Contohnya adalah klorpromazin, efedrin, dan
beberapa senyawa benzo-diazepin.

Disamping hati yang menjadi tempat biotransformasi utama, obat dapat pula
diubah di organ lain seperti di paru-paru, ginjal, dinding usus (asetosal,
salisilamid, lidokain), di dalam darah (suksinil kholin) serta di dalam jaringan
(cathecolamin).

Kecepatan proses biotransformasi/ metabolisme umumnya bertambah bila


konsentrasi obat meningkat sampai konsentrasi maksimal, sebaliknya bila
konsentrasi obat melewati maka kecepatan metabolisme dapat turun. Disamping
konsentrasi obat, beberapa factor yang dapat mempengaruhi proses metabolisme
adalah :

a. Fungsi hati, Pada gangguan fungsi hati metabolisme dapat berlangsung lebih
cepat atau lebih lambat, sehingga efek obat menjadi lebth lemah atau lebih
kuat dari yang diharapkan.
b. Usia Pada bayi yang baru dilahirkan (neonatal) semua enzim hati belum
terbentuk dengan sempurna sehingga reaksi metabolismenya lebih lambat,
antara lain pada obat-obatan seperti kloramfenikol, sulfonamida, diazepam
dan barbital. Untuk mencegah efek toksik pada obat-obat ini maka dosis perlu
diturunkan. Sebaliknya pada hayi juga dikenal obat-obat yang
metabolismenya lebih cepat pada bayi seperti fenitoin fenobarbital,
karbamazepin dan asam valproat.(Nila & Halim, 2013)
5. Ekskresi Obat/Eliminisi Obat
Seperti proses sebelumnya, eliminasi obat dari sistem teriadi melalui
mekanisme dan pada tingkat yang berbeda untuk berbagai jenis molekul. Untuk
molekul kecil, ada dua rute utama eliminasi. pembersihan ginjal dikendalikan oleh
efisiensi relatif dari filtrasi glomerulus, sekresi aktif ke dalam urin, dan reabsorbsi
(Dave and Morris, 2015).
Pembersihan metabolik, yang terjadi terutama di hati untuk sebagian besar
obat, bergantung pada pengenalan molekul obat oleh enzim metabolisme obat
(misalnya. Sitokrom P4150). Setelah metabolisme, metabolit dapat dimetabolisme
lebih lanjut, dibersihkan melalui saluran empedu ke dalam tinja, atau dieliminasi
dalam urin.
DAFTAR PUSTAKA

Bittner B, Richte W, and Schmidt J. 2018. Subcutaneos administration of biotherapeutics : an


overview of current challenges and opportunities. BioDrugs 32 :425-440.
Glassaman, P.M. and Muzykantov,V.R. 2019. Pharmacokinetic and pharmacodynamic
properties of drugs delivery system, Journal of Pharmacology and Exprimental
Therapeutics, 370 (3), pp.570-580. Doi:10.1124/jpet.119.257113.
Indijah, S.W. dan Fajri,P. 2016. Farmakologi.1st edn. Jakarta : Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
Kartikasari, M.N.D. Astutik H, Kusmiwiyati A, Aby D, dan Daud. 2022. Farmakologi Pada
Kebidanan.Sumatra Barat. PT Global Eksekutif Teknologi
Lestari,S. 2016. Farmakologi dalam keperawatan. 1st edn. Jakarta : Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
Nila,A. dan Halim, M. 2013. Dasar-dasar farmakologi 2, Jakarta : Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan.
Nuryati.2017.Farmakologi.Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Wahyuni,C.2018.Farmakologi Kebidanan. Kediri : Strada Press.

Zulfiayu dan Husain, F.2016. Modul Farmakologi. Goronalo : Poltekkes Kemenkes


Gorontalo.

Anda mungkin juga menyukai