Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

JENIS JENIS DAN BENTUK OBAT

DISUSUN OLEH : RAMDANI AJI SAPUTRA

NIM : 13462.19.041

DIII REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN

STIKES BAKTARA GORONTALO

2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................................................3
1. LATAR BELAKANG................................................................................................................................3
2. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................................................3
3. TUJUAN................................................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................3
BAB III........................................................................................................................................................12
KESIMPULAN.........................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................12
BAB 1 PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Obat adalah bahan atau zat yang berasal dari tumbuhan, hewan,mineral maupun zat kimia
tertentu yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit, memperlambat proses penyakit
dan atau menyembuhkan penyakit. Obat harus sesuai dosis agar efek terapi atau khasiatnya
bisa kita dapatkan. Untuk mengetahui jenis dan bentuk obat merupakan hal yang penting.
Karna terkadang Obat tidak selamanya baik, kadang obat justru berbahaya, karena takaran
tertentu dari suatu obat yang memberikan efek tertentu terhadap suatu penyakit atau gejala
sakit.

2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat di tentikan rumusan masalah dalam makalah ini
adalah :

1). Apa pengertian obat?

2). Jenis jenis dan bentuk obat itu apa saja?

3). Bagaimana penggunaan obat yang baik?

4). Rute pemberian obat itu seperti apa?

3. TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian obat

2. Untuk mengetahui jenis jenis dan bentuk obat

3. Untuk mengetahui penggunaan obat yang baik

4. Untuk mengetahui seperti apa rute pemberian obat

BAB II PEMBAHASAN

PEMBAHASAN

1. Pengertian Obat
Obat adalah bahan atau zat yang berasal dari tumbuhan, hewan,mineral maupun zat kimia
tertentu yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit, memperlambat proses penyakit
dan atau menyembuhkan penyakit. Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang
dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah
dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau
bagian badan manusia termasuk obat tradisional.

Obat ada yang bersifat tradisional seperti jamu, obat herbal dan ada yang telah melalui proses
kimiawi atau fisika tertentu serta telah di uji khasiatnya. Yang terakhir inilah yang lazim dikenal
sebagai obat.Obat harus sesuai dosis agar efek terapi atau khasiatnya bisa kita dapatkan.

2. Jenis jenis dan bentuk Obat

a. Jenis Obat

1. Obat bebas adalah obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter. Pada kemasan ditandai
dengan lingkaran hitam, mengelilingi bulatan berwarna hijau. Dalam obat disertai brosur yang
berisi nama obat, nama dan isi zat berkhasiat, indikasi , dosis dan aturan pakai, nomor batch,
nomor registrasi, nama dan alamat pabrik serta cara penyimpanannya.

2. Obat bebas terbatas yaitu obat yang digunakan untuk mengobati penyakit ringan yang dapat
dikenali oleh penderita sendiri. Obat bebas terbatas termasuk obat keras dimana pada setiap
takaran yang digunakan diberi batas dan pada kemasan ditandai dengan lingkaran hitam
mengelilingi bulatan berwarna biru serta sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan
No. 6355/Dirjen/SK/69 tanggal 5 November 1975 ada tanda peringatan P. No.1 sampai P.No.6
dan harus ditandai dengan etiket atau brosur yang menyebutkan nama obat yang
bersangkutan, daftar bahan berkhasiat serta jumlah yang digunakan, nomor batch, tanggal
kadaluarsa, nomor registrasi, nama dan alamat produsen, petunjuk penggunaan, indikasi, cara
pemakaian, peringatan serta kontraindikasi.

3. Obat keras adalah obat yang hanya boleh diserahkan dengan resep dokter, dimana pada
bungkus luarnya diberi tanda bulatan dengan lingkaran hitam dengan dasar merah yang
didalamnya terdapat huruf "K" yang menyentuh lingkaran hitam tersebut. Termasuk juga
semua obat yang dibungkus sedemikian rupa yang digunakan secara parenteral baik dengan
cara suntikan maupun dengan cara pemakaian lain dengan jalan merobek jaringan.

4. Obat Narkotika dan Psikotropika


Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis
maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan
ketergantungan, yang dibedakan kedalam golongan-golongan.

Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

b. Bentuk Obat

1. Pulvis (Serbuk) Merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan,
ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar.

2. Pulveres Merupakan serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang sama, dibungkus
menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum.

3. Tablet (Compressi) Merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam
bentuk tabung pipih atau sirkuler kedua permukaan rata atau cembung mengandung satu jenis
obat atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan.

1) Tablet Kempa : paling banyak digunakan, ukuran dapat bervariasi, bentuk serta
penandaannya tergantung design cetakan.
2) Tablet Cetak : dibuat dengan memberikan tekanan rendah pada massa lembab dalam
lubang cetakan.
3) Tablet Trikurat : tablet kempa atau cetak bentuk kecil umumnya silindris. Sudah jarang
ditemukan
4) Tablet Hipodermik : dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut sempurna dalam
air. Dulu untuk membuat sediaan injeksi hipodermik, sekarang diberikan secara oral.
5) Tablet Sublingual : dikehendaki efek cepat (tidak lewat hati). Digunakan dengan
meletakkan tablet di bawah lidah.
6) Tablet Bukal : digunakan dengan meletakkan di antara pipi dan gusi.
7) Tablet Efervescen : tablet larut dalam air. Harus dikemas dalam wadah tertutup rapat
atau kemasan tahan lembab. Pada etiket tertulis “tidak untuk langsung ditelan”.
8) Tablet Kunyah : cara penggunaannya dikunyah. Meninggalkan sisa rasa enak di rongga
mulut, mudah ditelan, tidak meninggalkan rasa pahit, atau tidak enak.

4. Pilulae (PIL) Merupakan bentuk sediaan padat bundar dan kecil mengandung bahan obat dan
dimaksudkan untuk pemakaian oral. Saat ini sudah jarang ditemukan karena tergusur tablet
dan kapsul. Masih banyak ditemukan pada seduhan jamu.
5. Kapsulae (Kapsul) Merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras
atau lunak yang dapat larut. Keuntungan/tujuan sediaan kapsul yaitu:

1) Menutupi bau dan rasa yang tidak enak


2) Menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari
3) Lebih enak dipandang
4) Dapat untuk 2 sediaan yang tidak tercampur secara fisis (income fisis), dengan
pemisahan antara lain menggunakan kapsul lain yang lebih kecil kemudian dimasukkan
bersama serbuk lain ke dalam kapsul yang lebih besar.
5) Mudah ditelan.

6. Solutiones (Larutan) Merupakan sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia
yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya, cara peracikan
atau penggunaannya, tidak dimasukkan dalam golongan produk lainnya (Ansel). Dapat juga
dikatakan sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang larut, misalnya
terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling
bercampur. Cara penggunaannya yaitu larutan oral (diminum) dan larutan topikal (kulit).

7. Suspensi Merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut terdispersi
dalam fase cair. Macam suspensi antara lain: suspensi oral (juga termasuk susu/magma),
suspensi topikal (penggunaan pada kulit), suspensi tetes telinga (telinga bagian luar), suspensi
optalmik, suspensi sirup kering.

8. Emulsi Merupakan sediaan berupa campuran dari dua fase cairan dalam sistem dispersi, fase
cairan yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam fase cairan lainnya, umumnya
distabilkan oleh zat pengemulsi.

9. Galenik Merupakan sediaan yang dibuat dari bahan baku yang berasal dari hewan atau
tumbuhan yang disari.

10. Extractum Merupakan sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat dari
simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau
hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian
sehingga memenuhi baku yang ditetapkan.

11. Infusa Merupakan sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan
air pada suhu 900 C selama 15 menit.

12. Immunosera (Imunoserum) Merupakan sediaan yang mengandung Imunoglobin khas yang
diperoleh dari serum hewan dengan pemurnian. Berkhasiat menetralkan toksin kuman (bisa
ular) dan mengikat kuman/virus/antigen.
13. Unguenta (Salep) Merupakan sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal
pada kulit atau selaput lendir. Dapat juga dikatakan sediaan setengah padat yang mudah
dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen
dalam dasar salep yang cocok.

14. Suppositoria Merupakan sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan
melalui rektal, vagina atau uretra, umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh.
Tujuan pengobatan yaitu:

1) Penggunaan lokal >> memudahkan defekasi serta mengobati gatal, iritasi, dan inflamasi
karena hemoroid.
2) Penggunaan sistemik >> aminofilin dan teofilin untuk asma, chlorprozamin untuk anti
muntah, chloral hydrat untuk sedatif dan hipnotif, aspirin untuk analgenik antipiretik.

15. Guttae (Obat Tetes) Merupakan sediaan cairan berupa larutan, emulsi, atau suspensi,
dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar, digunakan dengan cara meneteskan
menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang dihasilkan
penetes beku yang disebutkan Farmacope Indonesia. Sediaan obat tetes dapat berupa antara
lain: Guttae (obat dalam), Guttae Oris (tets mulut), Guttae Auriculares (tetes telinga), Guttae
Nasales (tetes hidung), Guttae Ophtalmicae (tetes mata).

16. Injectiones (Injeksi) Merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau
serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang
disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir.
Tujuannya yaitu kerja obat cepat serta dapat diberikan pada pasien yang tidak dapat menerima
pengobatan melalui mulut.

3. Penggunaan Obat Yang Baik

Untuk penggunaan obat atau drug yang baik dan benar, gunakan obat hanya seperti petunjuk
cara pakai, pada waktu yang tepat dan penuh selama waktu pengobatan. Jika anda
menggunakan obat yang dijual bebas atau no prescription drug, ikutilah cara pakainya seperti
petunjuk pada label kecuali ada petunjuk lain dari dokter anda.

a. Cara pakai obat oral (obat yang diminum melalui mulut)

paling baik digunakan bila meminum obat dengan satu gelas air penuh. Ikutilah petunjuk dokter
atau apoteker. Ada beberapa obat yang diminum bersama makanan atau sesudah makan, ada
juga yang diminum pada saat lambung kosong. Jika anda harus meminum obat dalam jangka
lama, minumlah semua obat sesuai dosisnya. Jangan digerus atau dihisap jika tidak diberi
petunjuk seperti itu. Jika meminum obat cairan, harus diperhatikan penggunaan sendok yang
disebutkan pada obat dengan sendok yang umumnya terdapat dirumah anda.Sendok makan
pada obat perhitungannya 15 ml, sedang sendok makan yang umum pada rumah tangga
sekarang biasanya isinya 8 ml. Sendok teh pada takaran obat adalah 5 ml tapi sendok teh
dirumah biasanya sekitar 3 ml. Sebaiknya kalau sendok teh pada obat gunakanlah sendok takar
obat yang biasanya disertakan bersama obat cair.Jika anda merasa kesulitan meminum obat
dalam bentuk tablet, kapsul atau cairan seperti pada resepnya, konsultasikan dengan dokter
atau apoteker.

b. Obat kulit – skin drug (salep)

Untuk penggunaan obat kulit / buccal drug yang berbentuk sediaan salep, oleskan salep pada
daerah kulit yang bersih, kering dan sedikit. Usahakan kulit bebas dari bulu, luka terbuka dan
iritasi. Gunakan bagian salep baru untuk setiap tempat yang berbeda

c. Inhaler (obat yang dihirup)

Obat-obat inhaler biasanya mempunyai petunjuk sendiri untuk pasien. Bacalah petunjuknya
dengan teliti sebelum menggunakan obat. Jika anda tidak mengerti cara penggunaannya,
konsultasikan kepada dokter yang meresepkan atau konsultasikan dengan apoteker. Ada
beberapa tipe inhaler yang digunakan dengan cara yang berbeda, sehingga adalah penting
untuk mengikuti cara pakai yang diberikan.

d. Obat tetes mata (OTM) – Eyedrop drug

Dalam penggunaan obat tetes mata atau Eyedrop drug, untuk mencegah kontiminasi, jangan
dibiarkan ujung wadah tetes mata bersinggungan dengan permukaan/bagian mata dan selalu
dijaga tutup tetes mata selalu rapat. Cara penggunaan : terlebih dahulu cuci tangan anda
dengan sabun. Mirinkan kepala kebelakang dan jari telunjuk tarik kelopak mata bawah dari
mata hingga membentuk lekukan. Teteskan obat mata ke dalam lekukan mata dan pelan-pelan
tutup. Jangan kedip-kedipkan mata dan biarkan tertutup selama 1-2 menit.

e. Salep mata – Eye balm Drug

Dalam penggunaan obat salep mata atau Eye balm Drug, untuk mencegah kontiminasi dari
salep mata diusahakan jangan sampai unujg “tube” menyentuh mata. Setelah penggunaan, lap
ujung tube dengan tisu yang bersih dan tutup rapat. Cara pakai : Cuci tangan dengan bersih.
Tarik kelopak mata bawah sehingga terbentuk lekukan. Oleskan lapisan tipis salep mata pada
lekukan kurang lebih 1 cm panjangnya. Pelan-pelan tutup mata dan diamkan 1-2 menit.
Kemudian cuci kembali tangan anda.

f. Obat tetes hidung – Nosedrops


Untuk penggunaan obat tetes hidung atau Nosedrops,tengadahkan kepala atau letakan kepala
pada bantal miring. Teteskan pada masing-masing lobang hidung dan diamkan bebrapa menit.
Siram bitil dengan air panas dan keringkan dengan tisu bersih. Tuutp kembali obat. Untuk
mencegah penularan infeksi, jangan gunakan obat tetes mata dan hidung untuk orang lain
selain anda.

g. Obat tetes telinga – Eardrops

Dalam penggunaan obat tetes telinga atau Eardrops, untuk mencegah kontiminasi jangan
sampai ujung obat tetes telinga menyentuh telinga. Botol tidak boleh penuh untuk mencegah
tetesan. Cara pakai : Tidur dan miringkan kepala sehingga telinga yang diobati menghadap ke
atas. Teteskan obat tetes telinga pada saluran telinga. Jaga selama 5 menit sehingga obat
mengalir.Untuk anak-anak yang susah diam, diamkan paling tidak 1-2 menit. Jangan goyang-
goyang penetes telinga sesudah dipakai. Lap ujung penetes dengan tisu yang bersih dan tutup
wadah dengan kencang (rapat).

h. Suppositoria

Untuk penggunaan suppositoria, cuci tangan sampai bersih. Pisahkan pembungkus suppositoria
dari badan supp dengan air bersih. Tidurlah dengan posisi miring dan dorong Suppositoria ke
dalam dubur (rectal) dengan jari kanan. Jika Suppositoria terlalu lunak untuk dimasukan,
simpan 30 menit di dalam lemari es atau siram dengan air es sebelum dilepaskan dari
pembungkusnya. Cucilah tangan anda setelah selesai penggunaan dengan sabun.

i. Salep/krim untuk dubur (rektal)

Untuk penggunaan obat ini, bersihkan dan keringkan daerah sekitar dubur. Gosoklah dengan
sedikit salep/krim tadi. Masukan aplikator pada rektum (dubur) dan hati-hati pencet tube
hingga salep/krim masuk ke dalam rektum. Pisahkan ujung aplikator dari tube dan cuci dengan
air panas, bersihkan dengan sabun/deterjen. Lepaskan tube setelah dipakai. Kemudian cuci
tangan sampai bersih.

j. Obat yang melalui vagina

Untuk penggunaan obat yang melalui vagina, cuci tangan anda hingga bersih. Gunakan
aplikator, masukan obat ke dalam vagina sejauh mungkin secara pelan-pelan dan tak
menimbulkan rasa sakit. Bebaskan obat dengan mendorong plunger. Tunggu beberapa menit
sebelum bangun, cuci aplikator dan tangan anda dengan sabun dan air panas.

4. Rute Pemberian Obat


Rute pemberian obat terutama ditentukan oleh sifat dan tujuan dari penggunaan obat sehingga
dapat memberikan efek terapi yang tepat. Terdapat 2 rute pemberian obat yang utama, enteral
dan parenteral.

a. Enteral

1. Oral : memberikan suatu obat melalui muut adalah cara pemberian obat yang paling umum
tetapi paling bervariasidan memerlukan jalan yang paling rumit untuk mencapai jaringan.
Beberapa obat diabsorbsi di lambung; namun, duodenum sering merupakan jalan masuk utama
ke sirkulasi sistemik karena permukaan absorbsinya yang lebih besar. Kebanyakan obat
diabsorbsi dari saluran cerna dan masuk ke ahti sebelum disebarkan ke sirkulasi umum.
Metabolisme langakah pertama oleh usus atau hati membatasi efikasi banyak obat ketika
diminum per oral. Minum obat bersamaan dengan makanan dapat mempengaruhi absorbsi.
Keberadaan makanan dalam lambung memperlambat waktu pengosongan lambung sehingga
obat yang tidak tahan asam, misalnya penisilin menjadi rusak atau tidak diabsorbsi. Oleh karena
itu, penisilin ata obat yang tidak tahan asam lainnya dapat dibuat sebagai salut enterik yang
dapat melindungi obat dari lingkungan asam dan bisa mencegah iritasi lambung. Hal ini
tergantung pada formulasi, pelepasan obat bisa diperpanjang, sehingga menghasilkan preparat
lepas lambat.

2. Sublingual : penempatan di bawah lidah memungkinkan obat tersebut berdifusi kedalam


anyaman kapiler dan karena itu secara langsung masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Pemberian
suatu obat dengan rute ini mempunyai keuntungan obat melakukan bypass melewati usus dan
hati dan obat tidak diinaktivasi oleh metabolisme.

3. Rektal : 50% aliran darah dari bagian rektum memintas sirkulasi portal; jadi, biotransformasi
obat oleh hati dikurangi. Rute sublingual dan rektal mempunyai keuntungan tambahan, yaitu
mencegah penghancuran obat oleh enzim usus atau pH rendah di dalam lambung. Rute rektal
tersebut juga berguna jika obat menginduksi muntah ketika diberikan secara oral atau jika
penderita sering muntah-muntah.

b. Parenteral

1. Intravena (IV) : suntikan intravena adalah cara pemberian obat parenteral yan sering
dilakukan. Untuk obat yang tidak diabsorbsi secara oral, sering tidak ada pilihan. Dengan
pemberian IV, obat menghindari saluran cerna dan oleh karena itu menghindari
metabolisme first pass oleh hati. Rute ini memberikan suatu efek yang cepat dan kontrol yang
baik sekali atas kadar obat dalam sirkulasi. Namun, berbeda dari obat yang terdapat dalam
saluran cerna, obat-obat yang disuntukkan tidak dapat diambil kembali seperti emesis atau
pengikatan dengan activated charcoal. Suntikan intravena beberapa obat dapat memasukkan
bakteri melalui kontaminasi, menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan karena pemberian
terlalu cepat obat konsentrasi tinggi ke dalam plasma dan jaringan-jaringan. Oleh karena it,
kecepatan infus harus dikontrol dengan hati-hati. Perhatiab yang sama juga harus berlaku
untuk obat-obat yang disuntikkan secara intra-arteri.

2. Intramuskular (IM) : obat-obat yang diberikan secara intramuskular dapat berupa larutan
dalam air atau preparat depo khusus sering berpa suspensi obat dalam vehikulum non aqua
seperti etilenglikol. Absorbsi obat dalam larutan cepat sedangkan absorbsi preparat-preparat
depo berlangsung lambat. Setelah vehikulum berdifusi keluar dari otot, obat tersebut
mengendap pada tempat suntikan. Kemudian obat melarut perlahan-lahan memberikansuatu
dosis sedikit demi sedikit untuk waktu yang lebih lama dengan efek terapetik yang panjang.

3. Subkutan : suntukan subkutan mengurangi resiko yang berhubungan dengan suntikan


intravaskular. Contohnya pada sejumlah kecil epinefrin kadang-kadang dikombinasikan dengan
suatu obat untuk membatasi area kerjanya. Epinefrin bekerja sebagai vasokonstriktor lokal dan
mengurangi pembuangan obat seperti lidokain, dari tempat pemberian. Contoh-contoh lain
pemberian obat subkutan meliputi bahan-bahan padat seperti kapsul silastik yang berisikan
kontrasepsi levonergestrel yang diimplantasi unutk jangka yang sangat panjang.

c. Lain-lain

1. Inhalasi : inhalasi memberikan pengiriman obat yang cepat melewati permukaan luas dari
saluran nafas dan epitel paru-paru, yang menghasilkan efek hampir sama dengan efek yang
dihasilkan oleh pemberian obat secara intravena. Rute ini efektif dan menyenangkan penderita-
penderita dengan keluhan pernafasan seperti asma atau penyakit paru obstruktif kronis karena
obat diberikan langsung ke tempat kerja dan efek samping sistemis minimal.

2. Intranasal : Desmopressin diberikan secara intranasal pada pengobatan diabetes insipidus;


kalsitonin insipidus; kalsitonin salmon, suatu hormon peptida yang digunakan dalam
pengobtana osteoporosis, tersedia dalam bentuk semprot hidung obat narkotik kokain,
biasanya digunakan dengan cara mengisap.

3. Intratekal/intraventrikular : Kadang-kadang perlu untuk memberikan obat-obat secara


langsung ke dalam cairan serebrospinal, seperti metotreksat pada leukemia limfostik akut.

4.Topikal : Pemberian secara topikal digunakan bila suatu efek lokal obat diinginkan untuk
pengobatan. Misalnya, klortrimazol diberikan dalam bentuk krem secara langsung pada kulit
dalam pengobatan dermatofitosis dan atropin atropin diteteskan langsung ke dalam mata
untuk mendilatasi pupil dan memudahkan pengukuran kelainan refraksi.

5. Transdermal : Rute pemberian ini mencapai efek sistemik dengan pemakaian obat pada kulit,
biasanya melalui suatu “transdermal patch”. Kecepatan absorbsi sangat bervariasi tergantun
pada sifat-sifat fisik kulit pada tempat pemberian. Cara pemberian obat ini paling sering
digunakan untuk pengiriman obat secara lambat, seperti obat antiangina, nitrogliserin.

BAB III

KESIMPULAN

Obat adalah bahan atau zat yang berasal dari tumbuhan, hewan,mineral maupun zat kimia
tertentu yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit, memperlambat proses penyakit
dan atau menyembuhkan penyakit. Terdapat banyak jenis jenis obat dan bentuk obat, jenis
obat ada 4 jenis, yaitu obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, obat narkotika dan
psikotropika. Ada banyak bentuk bentuk obat, berdasarkan makalah di atas terdapat 16 bentuk
obat. Penggunaan obat yang baik harus berdasarkan petunjuk pemakaian atau petunjuk dari
dokter. Terdapat 2 rute utama pemberian obat, yaitu enteral dan parenteral, dan juga terdapat
rute lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

https://hafikoandresni005.blogspot.com/2013/05/makalah-obat-obatan.html

https://belajaranfarmasi.blogspot.com/2013/01/macam-macam-bentuk-obat.html

https://pharmacycorner.wordpress.com/2010/09/12/cara-penggunaan-obat-yang-benar/

https://muthiaura.wordpress.com/2013/04/23/rute-pemberian-obat/

Anda mungkin juga menyukai