Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

RESUM ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS DI RUANG POLI


OBGYN RSU UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
Disusun Untuk Memenuhi Syarat Penugasan Individu Departemen Keperawatan Maternitas Yang
Di Ampu Oleh Tri Lestari H.,M.Kep.,Sp.Kep.Mat

DEPARTEMEN KEPERAWATAN
MATERNITAS

OLEH :

Nama : wahyu mega ika


deni
NIM : 202210461011024

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2023

1
LEMBAR PENGESAHAN

KELOMPOK 4

NAMA: wahyu mega ika deni

NIM: 202210461011024

Sabtu, 18 Maret 2023

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

( ) ( )

1
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN
VAGINITIS

A. PENGERTIAN
Kebanyakan wanita pemberitahuan dari waktu ke waktu bahwa mereka
memiliki cairan dari vagina. Ini adalah proses normal yang menjaga daerah mukosa
vagina lembab.
Tetapi tidak hanya itu daerah vagina yang lembab bisa berubah menjadi
sarang berkumpulnya bakteri-bakteri,jamur serta virus yang bisa dengan mudah hidup
di daerah tersebut dan bisa menimbulkan penyakit,seperti yang terdapat di daerah
vagina yang biasa di sebut sebagai vaginitis.
Vaginitis (colpitis) adalah infeksi pada vagina yang disebabkan oleh berbagai
bakteri, parasit atau jamur (Manuaba. 2017).
Vaginitis adalah suatu peradangan pada lapisan vagina. Vaginitis dapat terjadi
secara langsung pada luka vagina atau melalui luka perineum, permukaan mokusa
membengkak dan kemerahan, terjadi ulkus dan getah mengandung nanah yang keluar
dari daerah ulkus.
Vaginitis di sebabkan oleh jamur dan bakteri akibat tidak bersihnya
genetalia,gejala pada vaginitis biasanya di sertai keluar cairan vagina atau keputihan
yang abnormal,di katakan abnormal karena keputihan tersebut sangat berlebihan
berbau dan terjadi iritasi di sekitar vagina,vaginitis bisa juga di sebabkan bawaan pada
saat bersalin karena kurangnya keseterilan dari alat atau dari henskun si penolong
yang kurang seteril.

B. ETIOLOGI
Penyebab dari vaginitis adalah Candida albicans, Trichomonas vaginalis,
Neisseria gonorrhoeae, Hemophilus vaginalis.
Penyebab lain meliputi gabungan bedak tabur, cacing kremi, benda asing,
hygiene perineum yang buruk.
Menurut Universitas Padjadjaran (1981) penyebab vaginitis :
1. Vulvovaginitis pada anak
2. Sering disebabkan oleh gonorrhea atau corpus allienum.
3. Kolpitis senilis

1
4. Disebabkan karena ovaria berhenti berfungsi.
5. Kolpitis pada masa reproduktif
- Masturbasi
- Corpus allienum : pessaerium, obat atau alat kontrasepsi kapas
- Rangsang themis seperti berenang dalam air dingin
C. KLASIFIKASI
1. Vaginitis Candida disebabkan oleh Candida
albicans. Penyebab :
- Hygiene yag kurang.
- Pertumbuhan Candida yang berlebihan, karena kadar glukosa darah yang
tinggi, dan pemberian antibiotik berspektrum luas.
Tanda dan gejala :
- Pruritus vulvae.
- Nyeri vagina yang hebat.
- Disuria eksterna dan interna.
- Rash pada vulva.
- Eritematosa.
- Sekret khas seperti keju lembut.
2. Vaginitis Trichomonas disebabkan oleh Trichomonas
vaginalis. Penyebab : hubungan seksual.
Tanda dan gejala :
- Secret banyak dan bau busuk.
- Disuria eksterna dan interna.
- Pruritus vulva.
- Edema vulva.
3. Vaginitis non spesifik disebabkan oleh Gardnerella
vaginalis. Penyebab :
- Hygiene yang kurang.
- Hubungan seksual.
Tanda dan gejala :
- Vagina berbau busuk dan amis.
- Sekret encer, kuning sampai abu-abu.
4. Vaginitis Atrofican disebabkan oleh infeksi epitel vagina yang defisiensi
estrogen. Penyebab : pasca menopause rentan terhadap infeksi.
Tanda dan gejala :
1
- Pendarahan pervaginam.
- Disuria eksterna.
- Pruritus.
- Dispareunia.
- Permukaan vagina merah muda, pucat, halus tanpa rugae.

D. PATOFISIOLOGI
Bila keseimbangan mikroorganisme berubah, maka organisme yang
berpotensi patogen, yang merupakan bagian flora normal, misalnya C. albicans pada
kasus infeksi monolia serta G. vaginalis dan bakteri anaerob pada kasus vaginitis non
spesifik berproliferasi sampai suatu konsentrasi yang berhubungan dengan gejala.
Pada mekanisme lainnya, organisme ditularkan melalui hubungan seksual dan bukan
merupakan bagian flora normal seperti Trichomonas vaginalis dan Nisseria
gonorrhoea dapat menimbulkan gejala . Gejala yang timbul bila hospes meningkatkan
respon peradangan terhadap organisme yang menginfeksi dengan menarik leukosit
serta melepaskan prostaglandin dan komponen respon peradangan lainnya.
Gejala ketidaknyamanan dan pruritus vagina berasal dari respon peradangan
vagina lokal terhadap infeksi T. vaginalis atau C. albicans. Organisme tertentu yang
menarik leukosit, termasuk T. vaginalis, menghasilkan secret purulen. Diantara wanita
dengan vaginitis non spesifik. Baunya disebabkan oleh terdapatnya amina dibentuk
sebagai hasil metabolisme bakteri anaerob. Histamin dapat menimbulkan
ketidaknyamanan oleh efek vasodilatasi local. Produk lainnya dapat merusak sel-sel
epitel dengan cara sama dengan infeksi lainnya.

1
E. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Universitas Padjadjaran (1981) :
Vaginitis :
- leukorea yang kadang-kadang berbau (anyir).
- Perasaan panas/ pedih pada vagina.
- Perasaan gatal pada vulva.
Menurut Sinklair & Webb (2015), tanda dan gejala vaginitis :
1. Akut
- Pruritus.
- Panas.
- Eritema.

1
- Edema.
- Perdarahan.
- Nyeri (mungkin sangat, menyebabkan tidak mampu berjalan, duduk dan
retensi urine akut).
- Ulserasi dan vesikel.
2. Kronik
- Inflamasi hebat dengan edema minimal.
- Pruritus hebat ® ekskoriasi ® infeksi sekunder.
- Daerah yang terserang : monpubis, perineum, paha yang berdekatan, anus,
sekitar paha.
- Lesi ulseratif disebabkan : granuloma, karsinoma, melanoma.
- Hasil akhir mungkin berupa ekstruksi vulva.

F. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Coitus, terutama dalam smegma preputium mengandung kuman-kuman.
2. Tampon-tampon di dalam vagina, misalnya untuk menampon darah haid.
3. Higiene yang kurang, pakaian kotor.
4. Atrofi epitel vagina pada mosa senile dimana epitel vagina kurang mengandung
glikogen dan menjadi tipis.
5. Korpus alineum : terutama pada anak-anak tetapi juga alat-alat perangsang seks
pada orang dewasa.
6. Masturbasi kronis.
7. Benda asing dalam vagina.

G. KOMPLIKASI
1. Endometritis
Peningkatan konsentrasi flora anaerob, yang sebagian mungkin karena perubahan
pH, bisa menyebabkan peningkatan angka endometritis.
2. Salpingitis
Radang pada saluran telur dapat terjadi bila infeksi serviks menyebar ke tuba
uterine.
3. Servisitis
Peradangan ini dapat terjadi bila infeksi menyebar ke serviks.

H. PENCEGAHAN
Kebersihan yang baik dapat mencegah beberapa jenis vaginitis dari berulang
dan dapat meredakan beberapa gejala:
1. Hindari bathtub dan pusaran air panas spa. Bilas sabun dari luar daerah genital
Anda setelah mandi, dan keringkan area itu dengan baik untuk mencegah iritasi.
1
Jangan gunakan sabun wangi atau kasar, seperti yang dengan deodoran atau
antibakteri.
2. Hindari iritasi. Ini termasuk tampon dan bantalan berparfum.
3. Usap dari depan ke belakang setelah menggunakan toilet. Hindari penyebaran
bakteri dari tinja ke vagina.
Hal-hal lain yang dapat membantu mencegah vaginitis meliputi:
1. Jangan gunakan douche. Vagina anda tidak memerlukan pembersihan lain dari
mandi biasa. Berulang menggunakan douche mengganggu organisme normal
yang berada di vagina dan dapat benar-benar meningkatkan risiko infeksi vagina.
Douche tidak menghilangkan sebuah infeksi vagina.
2. Gunakan kondom lateks laki-laki. Ini membantu mencegah infeksi yang
ditularkan melalui hubungan seksual.
3. Pakailah pakaian katun dan stoking dengan pembalut di selangkangannya. Jika
Anda merasa nyaman tanpa itu, langsung mengenakan pakaian tidur. Ragi
tumbuh subur di lingkungan lembab.

I. PENATALAKSANAAN
Jenis infeksi Pengobatan
Jamur

 Miconazole, clotrimazole, butoconazole atau terconazole


(krim, tablet vagina atau supositoria)
 Fluconazole atau ketoconazole< (tablet)
Bakteri Biasanya metronidazole atau clindamycin (tablet vagina) atau
metronidazole (tablet).
Jika penyebabnya gonokokus biasanya diberikan suntikan
ceftriaxon & tablet doxicyclin
Klamidia Doxicyclin atau azithromycin (tablet)
Trikomonas Metronidazole (tablet)
Virus papiloma Asam triklorasetat (dioleskan ke kutil), untuk infeksi yg berat
manusia (kutil digunakan larutan nitrogen atau fluorouracil (dioleskan ke kutil)
genitalis)
Virus herpes Acyclovir (tablet atau salep)

Selain obat-obatan penderita juga sebaiknya memakai pakaian dalam yang


tidak terlalu ketat dan menyerap keringat sehingga sirkulasi udara tetap terjaga

1
(misalnya terbuat dari katun) serta menjaga kebersihan vulva (sebaiknya gunakan
sebum gliserin).
Untuk mengurangi nyeri dan gatal-gatal bisa dibantu dengan kompres dingin
pada vulva atau berendam dalam air dingin. Untuk mengurangi gatal-gatal yang
bukan disebabkan oleh infeksi bisa dioleskan krim atau salep kortikosteroid dan
antihistamin per-oral (tablet). Krim atau tablet acyclovir diberikan untuk mengurangi
gejala dan memperpendek lamanya infeksi herpes.
Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri.
J. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
2. Keluhan Utama
· Nyeri
· Luka
· Perubahan fungsi seksual
3. Riwayat Penyakit
a. Sekarang
Keluhan Klien menderita infeksi alat kelamin.
b. Dahulu
Riwayat keluarga mempunyai penyakit serupa, gangguan reproduksi
4. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan Bagian Luar
- Inspeksi
· Rambut pubis, distribusi, bandingkan sesuai usia perkembangan klien
· Kulit dan area pubis, adakah lesi, eritema, visura, leokoplakia dan eksoria
· Labia mayora, minora, klitoris, meatus uretra terhadap pemebengkakan
ulkus, keluaran dan nodul
b. Pemeriksaan Bagian Dalam
- Inspeksi
Serviks: ukuran, laserasi, erosi, nodula, massa, keluaran dan warnanya
- Palpasi
· Raba dinding vagina: Nyeri tekan dan nodula,
· Serviks: posisi, ukuran, konsistensi, regularitas, mobilitas dan nyeri tekan
· Uterus: ukuran, bentuk, konsistensi dan mobilitas
· Ovarium: ukuran, mobilitas, bentuk, konsistensi dan nyeri tekan

1
B. DIAGNOSA
1. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan syaraf, suplay vaskularisasi
atau efek samping therapy/tindakan,
2. Gangguan ganbaran diri (body image) berhubungan dengan tindakan pembedahan
3. Perubahan pola eliminasi urine (retensio) berhubungan dengan penekanan oleh
massa jaringan neoplasma pada daerah sekitarnnya, gangguan sensorik / motorik.
4. Resiko tinggi gangguan integritas jaringan/kulit berhubungan dengan efek
treatment.

C. RENCANA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan syaraf, suplay vaskularisasi
atau efek samping therapy/tindakan,
Tujuan: Nyeri berkurang/dapat teratasi dengan kriteria :
a. Melaporkan rasa nyeri yang sudah teratasi (rasa nyeri berkurang)
b. Dapat mongontrol ADLs seminimal mungkin.
c. Dapat mendemontrasikan keterampilan relaksasi dan aktivitas diversional
sesuai situasi individu.

Intervensi:

a. Kaji riwayat nyeri seperti lokasi; frekwensi ; durasi dan intensitas (skala 1 –
10) dan upaya untuk mengurangi nyeri.
b. Beri kenyamanan dengan mengatur posisi klien dan aktivitas diversional.
c. Dorong penggunaan stress management seperti tehnik relaksasi, visualisasi,
komunikasi therapeutik melalui sentuhan.
d. Evaluasi/Kontrol berkurangnya rasa nyeri. Sesuaikan pemberian medikasi
sesuai kebutuhannya
e. Kolaborasi: kembangkan rencana management penanganan sakit dengan
klien dan dokter. Beri analgetik sesuai indikasi dan dosis yang tepat.

Rasional:

a. Informasi merupakan data dasar untuk evaluasi atau efektifitas intervensi


yang dilakukan. Pengalaman nyeri setiap individu bervariasi karena
mengganggu fisik dan psikologi.
b. Menolong dan meningkatkan relaksasi dan refokus
c. Melibatkan dan memberikan partisipasi aktif untuk meningkatkan kontrol
d. Tujuan umum/maksimal mengomtrol tingkat nyeri dan minimum ada
keterlibatan dalam ADLs.
e. Rencana terorganisasi dan meningkatkan kesempatan dalam mengontrol rasa
sakit. Klien harus berpartisipasi aktif dalam perawatan di rumah.

1
f. Nyeri merupakan dampak/komplikasi suatu tindakan atau keadaan penyakit
serta perbedaan respon individu.

2. Gangguan gambaran diri (body image) berhubungan dengan tindakan


pembedahan
Tujuan: Gambaran diri berkembang secara positif dengan kriteria :
a. Mengerti tentang perubahan pada tubuh.
b. Menerima situasi yang terjadi pada dirinya.
c. Mulai mengembangkan mekanisme koping pemecahan masalah.
d. Menunjukkan penyesuaian terhadap perubahan.
e. Dapat menerima realita.
f. Hubungan interpersonal adekuat.

Intervensi:

a. Diskusi dengan klien tentang diagnosa dan tindakan guna membantu klien
agar dapat aktif kembali sesuai ADLs.
b. Review/antisipasi efek samping kaitan dengan tindakan yang dilakukan
termasuk efek yang mengganggu aktivitas seksual.
c. Dorong untuk melakukan diskusi dan menerima pemecahan masalah dari
efek yang terjadi.
d. Beri informasi/ konseling sesering mungkin.
e. Beri dorongan/ support psikologis.
f. Gunakan sentuhan perasaan selama melakukan interaksi (pertahankan kontak
mata).
g. Kolaborasi :
1) Refer klien pada kelompok program tertentu.
2) Refer pada sumber/ahli lain sesuai indikasi.

Rasional:

a. Menerima dam mengerti tentang hal-hal yang dilakukan merupakan awal


proses penyelesaian masalah.
b. Antisipasi dini dapat menolong klien untuk mengawali proses adaptasi dalam
mempersiapkan hal-hal yang dapat terjadi.
c. Dimungkinkan dapat menolong menurunkan masalah dengan keterlibatan
sehingga dapat menerima tindakan yang dilakukan.
d. Validasi tentang kenyataan perasaan klien dan berikan tehnik koping sesuai
kebutuhan.
e. Klien dengan gangguan neoplasma kanker membutuhkan support tambahan
selama periode tersebut.

1
f. Penghargaan dan perhatian merupakan hal penting yang diharapkan klien
guna menurunkan perasaan klien akan keraguan / ketidaknyamanan.
g. Grup support biasanya sangat bermanfaat bagi klien dengan meningkatkan
kontak dengan klien lain dengan masalah sama.
h. Mungkin berguna untuk mempertahankan struktur psikososial.

3. Perubahan pola eliminasi urine (retensio) berhubungan dengan penekanan oleh


massa jaringan neoplasma pada daerah sekitarnnya, gangguan sensorik / motorik.
Tujuan: Pola eliminasi urine ibu kembali normal dengan criteria hasil ibu
memahami terjadinya retensi urine, bersedia melakukan tindakan untuk
mengurangi atau menghilangkan retensi urine.
Intervensi dan Rasional:
a. Catat pola miksi dan monitor pengeluaran urine
Melihat perubahan pola eliminasi klien
b. Lakukan palpasi pada kandung kemih, observasi adanya ketidaknyamanan
dan rasa nyeri.
Menentukan tingkat nyeri yang dirasakan oleh klien.
c. Anjurkan klien untuk merangsang miksi dengan pemberian air hangat,
mengatur posisi, mengalirkan air keran.
Mencegah terjadinya retensi urine

D. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditujukan kepada perawat untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.
Adapun tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan meliputi peningkatan kesehatan atau pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan dari fasilitas yang dimiliki.
Perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik jika
klien mempunyai keinginan untuk berpartisiasi dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan. Selama perawatan atau pelaksanaan perawat terus melakukan
pengumpulan data dan memilih tindakan perawatan yang paling sesuai dengan
kebutuhan klien. dan meprioritaskannya. Semua tindakan keperawatan dicatat ke
dalam format yang telah ditetapkan institusi.
Penatalaksanaan bisa dilakukan dengan cara seperti berikut:
a. Menjelaskan pada klien tentang beberapa penyebab terjadinya keputihan adalah
jamur/bakteri (karena kurang bersih dalam menjaga kebersihan daerah kelamin),
atau adanya penyakit lain (tumor).

1
b. Menjelaskan kepada klien bahwa keputihan dapat terjadi itu secara normal atau
tidak normal. Keputihan yang normal yaitu keputihan yang terjadi pada saat
sebelum menstruasi, pada saat hamil, tetapi menjadi tidak normal jika
pengeluaran lendir secara berlebihan dan terus menerus, berbau dan biasanya
menimbulkan rasa gatal.
c. Menjelaskan kepada klien tentang beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
mencegah terjadinya kekambuhan dari keputihan adalah:
· Menjaga kebersihan daerah genitalia dengan baik (cebok dari arah depa
n kebelakang dengan menggunakan sabun).
· Mengganti celana dalam, gunakan celana dalam yang katun dan tipis se
rta mudah menyerap keringat.
· Anjurkan kepada suami untuk ikut kontrol serta meminum obat yang
diberikan dokter agar tidak terjadi saling menularkan penyakit.
d. Menganjurkan kepada klien untuk kontrol secara rutin dan menghabiskan obat
yang diberikan dokter meskipun keluhan sudah berkurang.
e. Menganjurkan pada klien untuk menjelaskan kembali apa yang telah dijelaskan
oleh petugas.

E. EVALUASI
1. Tingkat kenyamanan pasien kembali seperti sebelum sakit
2. Pola seksualitas dapat berfungsi secara normal
3. Tidak terjadi inveksi
4. Klien mengerti mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan

1
DAFTAR PUSTAKA

Bobak. (2017). Buku ajar keperawatan maternitas. Edisi 4. Jakarta : EGC.

Edge, V. (2015). Women’s health care. VSA : Von Hoffman Press.

Manuaba, Ida Bagus. (2014).mu kebidanan, penyakit kandungan, dan keluarga berencana
untuk pendidikan bidan. Jakarta : EGC.

Padjadjaran, Universitas. (2016). Ginekologi. Bandung : Elstar Offset.

Sinklair, C.C.R., Webb,J.B. (2010). Segi praktis ilmu kebidanan dan kandungan untuk
pemula. Jakarta : Binarupa Aksara.

Taber, Ben-Zion. (2009). Kapita selekta obstetri dan ginekologi. Jakarta :EGC.

Wiknjosastro, H. (2017). Ilmu kebidanan. Edisi 3. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono.

Anda mungkin juga menyukai