Seorang perempuan, berusia 17 tahun, tiba di unit gawat darurat RS pukul 10.00 dengan keluhan
sakit perut tembus ke belakang. Dari pemeriksaan didapatkan BB ibu 55 kg dan TB 142 cm, dari
anamnesis diketahui ini adalah kehamilan pertama (G1P0A0), HPHT 20 mei 2020. Keluhan sakit
perut tembus ke belakang dialami sejak 2 hari yang lalu. Hasil evaluasi pertama pada
pemeriksaan fisik didapatkan bahwa tanda vital dalam batas normal, tinggi fundus 3 jari dibawah
prosesus Xyphoideus, punggung di kanan ibu, bagian terendah kepala, perlimaan 4/5. Jarak
antara simfisis pubis – tinggi fundus uteri 32 cm, lingkar perut ibu 95 cm. Denyut jantung janin
144 x/mnt. His 3x dalam 10 menit dengan durasi 25-30 dtk. Pembukaan serviks 7 cm, selaput
ketuban teraba, penurunan sesuai bidang Hodge 1. Pukul 14.00 ketuban pecah dan dilakukan
evaluasi kedua. Pada pemeriksaan fisik didapatkan denyut jantung janin 175 x/mnt. His 4x dalam
10 menit dengan durasi 35-40 dtk bagian terendah kepala, perlimaan 4/5, Pembukaan serviks 10
cm, penurunan sesuai bidang Hodge 1.
A. KATA SULIT
1. G1P0A0 = Gestasi adalah jumlah kehamilan, Paritas (kelahiran hidup), Abortus
2. HPHT = Hari Pertama Hari Terkahir Akhir (tanggal + 7, bulan -2, tahun +1)
3. Hodge 1 = Bidang yang dibentuk pada lingkaran atas panggul yang melewati
bidang atas simpisis dan promontorium
B. KATA KUNCI
1. Seorang perempuan, berusia 17 tahun, tiba di unit gawat darurat.
2. keluhan sakit perut tembus ke belakang sejak 2 hari yang lalu
3. BB ibu 55 kg dan TB 142 cm (obesitas = 38,7)
4. kehamilan pertama (G1P0A0), HPHT 20 mei 2020.
5. Evaluasi pertama (pukul 10.00) pada pemeriksaan fisik didapatkan bahwa tanda vital
dalam batas normal, tinggi fundus 3 jari dibawah prosesus Xyphoideus, punggung di
kanan ibu, bagian terendah kepala, perlimaan 4/5. Jarak antara simfisis pubis – tinggi
fundus uteri 32 cm, lingkar perut ibu 95 cm. Denyut jantung janin 144 x/mnt. His 3x
dalam 10 menit dengan durasi 25-30 dtk. Pembukaan serviks 7 cm, selaput ketuban
teraba, penurunan sesuai bidang Hodge 1
6. Evaluasi kedua Pukul 14.00 ketuban pecah dan dilakukan evaluasi kedua. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan denyut jantung janin 175 x/mnt. His 4x dalam 10 menit
dengan durasi 35-40 dtk bagian terendah kepala, perlimaan 4/5, Pembukaan serviks 10
cm, penurunan sesuai bidang Hodge 1.
C. PERTANYAAN PENTING
1. Bagaimana anatomi jalan lahir?
2. Bagaimana mekanisme persalinan normal?
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses persalinan?
4. Bagaimana proses pemeriksaan dan pemantauan persalinan?
5. Apa tanda-tanda impartu?
6. Apa saja etiologi persalinan macet?
7. Bagaimana tanda-tanda persalinan macet?
8. Bagaimana penanganan dari persalinan macet
9. Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien di scenario?
10. Apa perspektif islam berdasarkan scenario?
D. JAWABAN PERTANYAAN
1. Anatomi jalan lahir
a. Bagian keras atau tulang, terdiri atas tulang-tulang panggul dengan persendiannya
(artikulasio)
b. Bagian lunak, terdiri atas otot-otot, ligamen, dan jaringan-jaringan lainnya.
a. Os koksa (disebut juga tulang innominata) 2 buah dekstra dan sinistra. Merupakan fusi
dari os ilium, os ischi, dan os pubis.
c. Os koksigis
ARTICULATIO PELVIS
a. Pelvis mayor : terletak di atas linea terminalis, batas posterior vertebrae lumbal, serta
batas lateral fossa illiaka. Disebut juga false pelvis.
b. Pelvis minor : terletak dibawah linea terminalis, batas atas promontorium, batas bawah
pelvic oulet, batas belakang os sakrum setinggi 10 cm, serta batas depan simfisis setinggi
5 cm. Disebut juga true pelvis.
Pelvis minor mempunyai suatu saluran yang mempunyai sumbu melengkung ke depan
(sumbu Carus). Sumbu ini secara klasik adalah garis yang menghubungkan titik
persekutuan antara diameter transversa dan konjugata vera pada PAP dengan titik-titik
sejenis di Hodge II, III, dan IV. Sampai dekat Hodge III sumbu itu lurus, sejajar dengan
sacrum, untuk seterusnya melengkung ke depan, sesuai dengan lengkungan sacrum.
c)
Konjugata vera (true conjugate) : jarak dari pinggir atas simfisis dengan
a) Diameter transversa : jarak terjauh garis melintang pada PAP. Panjangnya ± 12,5-
13 cm.
b) Diameter oblikua : diameter dimana ditarik garis dari artikulasio sakroiliaka ke
titik persekutuan antara diameter transversa dan konjugata vera dan diteruskan ke
linea innominata. Panjangnya ± 13 cm.
Persalinan dibagi menjadi 4 tahap. Pada kala I serviks membuka dari 0 sampai 10
cm. Kala I dinamakan juga kala pembukaan. Kala II dinamakan dengan kala pengeluaran
karena kekuatan his dan kekuatan mengejan, janin di dorong keluar sampai lahir. Dalam
kala III atau disebut juga kala urie, plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan.
Kala IV mulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam kemudian.
Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena serviks mulai
membuka dan mendatar. Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar
kanalis servikalis karena pergeseran- pergeseran ketika serviks mendatar dan membuka.
Terdapat beberapa faktor esensial yang mempengaruhi proses persalinan dan kelahiran.
Faktor-faktor tersebut antara lain : passenger (penumpang, yaitu janin dan plasenta),
passageway (jalan lahir), powers (kekuatan), position (posisi ibu), psychologic respons
(psikologis), dan physician (penolong persalinan).
1. Power (Kekuatan)
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his, kontraksi otot-oto
perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari ligamen. Kekuatan terdiri dari kemampuan
kontraksi involunter dan volunteer secara bersamaan untuk mengeluarkan janin dan
plasenta dari uterus. Kontraksi involunter disebut juga kekuatan primer, menandai
dimulainya persalinan. Apabila serviks berdilatasi, usaha volunteer dimulai untuk
mendorong, yang disebut kekuatan sekunder, dimana kekuatan ini memperbesar
kekuatan kontraksi involunter. Kekuatan primer berasal dari titik pemicu tertentu yang
terdapat pada penebalan lapisan otot di segmen uterus bagian atas. Dari titik pemicu,
kontraksi dihantarkan ke uterus bagian bawah dalam bentuk gelombang, diselingi
periode istirahat singkat. Kekuatan sekunder terjadi segera setelah bagian presentasi
mencapai dasar panggul, sifat kontraksi berubah yakni bersifat mendorong keluar.
Sehingga wanita merasa ingin mengedan. Usaha mendorong ke bawah ini yang disebut
kekuatan sekunder. Kekuatan ini penting untuk mendorong bayi keluar dari uterus dan
vagina. Jika dalam persalinan seorang wanita melakukan usaha volunteer (mengedan)
terlalu dini, akan melelahkan ibu.
2. Passageway (Jalan Lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar panggul,
vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut
menunjang keluarnya bayi meskipun itu jaringan lunak, tetapi panggul ibu jauh lebih
berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap
jalan lahir yang relatif kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul perlu
diperhatikan sebelum persalinan dimulai.
a) Ginekoid (tipe wanita klasik). Panggul Ginekoid adalah nama lain dari pelvis atau
panggul wanita normal. Pintu masuk bulat, mempunyai sakrum dengan lengkung
yang baik, mempunyai spina ischiadika yang tumpul (bulat), tidak tajam dan tidak
menonjol. Arcus pubis mempunyai sudut yang membulat. Karena pelvis bulat di
depan, maka fetus akan memberikan presentasi kepala, dengan bagian yang paling
bulat (yaitu occiput) di depan, dan pada presentasi ini merupakan letak yang paling
menguntungkan pada permulaan persalinan.
b) Android (mirip panggul pria). Panggul Android adalah pelvis jenis laki-laki, tulang-
tulangnya lebih berat dibanding pelvis wanita, dan terdapat beberapa ciri-ciri
khusus. Pintu masuk berbentuk jantung, menyebabkan pelvis bagian depan sangat
sempit.
c) Antropoid (mirip panggul kera anthopoid). Panggul Antropoid, biasanya dipunyai
oleh wanita Kaukasia, yang perawakannya sangat tinggi dengan tungkai yang
panjang, dan pelvis demikian juga umumnya terdapat pada wanita Afrika Selatan.
Pintu masuk berbentuk oval, mempunyai diameter anteroposterior yang panjang,
tetapi diameter tranversa lebih pendek. Pintu keluar adekuat pada semua
diameternya, dengan arcus pubis yang agak lebar.
d) Platipeloid (panggul pipih). Pelvis jenis ini dapat disebabkan oleh faktor
perkembangan, rakhitis, atau faktor herediter. Keadaan demikian sering ditemukan
pada wanita-wanita Afrika, mungkin tidak hanya karena faktor diet yang buruk,
tetapi juga karena kebiasaan membawa beban berat di kepala pada masa
perkembangan. Pintu masuk mempunyai diameter anteroposterior yang pendek,
tetapi diameter transversa lebih panjang, sehingga memberikan pintu masuk yang
berbentuk ginjal atau kacang kara.
3. Passanger (Penumpang)
Passenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi
beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin.
Karena plasenta juga harus melewati jalan lahir, maka plasenta dianggap juga sebagai
bagian dari passenger yang menyertai janin. Karena kemampuan tulang kepala untuk
molase satu sama lain, janin dapat masuk melalui jalan lahir asalkan tidak terlalu besar
dan kontraksi uterus cukup kuat.
6. Physician (Penolong)
Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi
yang mungkin terjadi pada ibu atau janin. Bila diambil keputusan untuk melakukan
campur tangan, ini harus dipertimbangkan dengan hati-hati, tiap campur tangan bukan
saja membawa keuntungan potensial, tetapi juga risiko potensial. Pada sebagian besar
kasus, penanganan yang terbaik dapat berupa “observasi yang cermat”. Dalam
menghadapi persalinan seorang calon ibu dapat mempercayakan dirinya pada dokter
atau pun bidan. Pertemuan konsultasi dan menyampaikan keluhan, menciptakan
hubungan saling mengenal antar calon ibu dengan bidan atau dokter yang akan
menolongnya. Kedatangannya sudah mencerminkan adanya “informed consent”
artinya telah menerima informasi dan dapat menyetujui bahwa bidan atau dokter itulah
yang akan menolong persalinannya. Pembinaan hubungan antara penolong dan ibu
saling mendukung dengan penuh kesabaran sehingga persalinan dapat berjalan dengan
lancar. Kala I, perlu dijelaskan dengan baik bahwa persalinan akan berjalan aman, oleh
karena kepala masuk pintu atas panggul, bahkan pembukaan telah maju dengan baik.
Keberadaan bidan atau dokter sangat penting untuk memberikan semangat sehingga
persalinan dapat berjalan baik. Untuk menambah kepercayaan ibu, sebaiknya setiap
kemajuan diterangkan sehingga semangat dan kemampuannya untuk
mengkoordinasikan kekuatan persalinan dapat dilakukan.
Anamnesis
1) Data umum pribadi :
Nama, usia, alamat, pekerjaan suami, lamanya menikah, kebiasaan yang dapat
merugikan kesehatan.
2) Keluhan saat ini:
a. Jenis dan sifat gangguan yang dirasakan ibu
b. Lamanya mengalami gangguan tersebut
3) Riwayat haid
Hari pertama haid terakhir (HPHT)
4) Riwayat kehamilan dan persalinan
a. Asuhan antenatal, persalinan dan masa nifas sebelumnya
b. Cara persalinan
c. Jumlah dan jenis kelamin anak hidup
d. Berat badan lahir
e. Cara pemberian asupan bagi bayi yang dilahirkan
f. Informasi saat persalinan atau keguguran terakhir
5) Riwayat kehamilan saat ini
a. Identifikasi kehamilan
b. Identifikasi penyulit (preeclampsia atau hipertensi dalam kehamilan)
c. Penyakit lain yang diderita
d. Gerakan bayi dalam kandungan
6) Riwayat penyakit dalam keluarga
7) Riwayat penyakit ibu
8) Riwayat penyakit yang memerlukan tindakan pembedahan
Pemeriksaan Fisis
1) Keadaan umum
2) Tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan
Pemeriksaan penunjang :
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan informasi
untuk membuat keputusan klinik. Partograf digunakan sebagai sistem peringatan awal
untuk menentukan kapan ibu harus dirujuk. Partograf telah terbukti efektif dalam
mencegah persalinan lama, menurunkan tindakan operasi seccio caesaria yang pada
gilirannya meningkatkan kesejahteraan ibu dan janin
Referensi :
5. Tanda-Tanda Inpartu
1. Kekuatan his bertambah, makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi
makin pendek sehingga menimbulkan rasa sakit yang lebih hebat.
2. Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan- robekan kecil pada
pada serviks.
3. Kadang-kadang, ketuban pecah dengan sendirinya
4. Pada pemeriksaan dalam serviks mulai mendatar dan pembukaan lengkap.
5. Penipisan dan pembukaan serviks
6. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks ( frekuensi minimal 2 kali
dalam 10 menit )
Referensi: Prawirohardjo, S. 2008. Buku ilmu kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
1) Pembukaan serviks tidak melewati 3 cm sesudah 8 jam in partu (perpanjangan fase laten).
2) Frekuensi dan lamanya kontraksi kurang dari 3 kontraksi per menit dan kurang dari 40
detik (inersi uteri).
3) Terjadi inersia uteri sekunder (berhentinya kontraksi otot-otot uterus secara sekunder
diagnose CPD ). Terjadi pada fase aktif kala I atau kala II.
4) Adanya edema serviks, fetal dan maternal distress. Terdapat tanda ruptur uteri imminens
(karena ada obstruksi)
5) Pembukaan serviks lengkap tetapi kepala tetap pada posisinya ( dalam vagina) walau ibu
mengedan sekuat mungkin, tidak ada kemajuan penurunan (kala II lama).
6) Tidak terjadi putaran paksi luar apabila telah lahir (distosia bahu)
7) “Turtle Sign” kepala terdorong keluar tetapi kembali ke dalam vagina setelah kontraksi
atau ibu berhenti mengedan.
Referensi :
Prawirohardjo, Sarwono, (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Tatalaksana Umum
a. Minta bantuan tenaga kesehatan lain, untuk menolong persalinan dan resusitasi
neonatus bila diperlukan. Bersiaplah juga untuk kemungkinan perdarahan
pascasalin atau robekan perineum setelah tatalaksana.
b. Lakukan manuver McRobert. Dalam posisi ibu berbaring telentang, mintalah ia
untuk menekuk kedua tungkainya dan mendekatkan lututnya sejauh mungkin ke
arah dadanya. Mintalah bantuan 2 orang asisten untuk menekan fleksi kedua lutut
ibu ke arah dada.
c. Mintalah salah seorang asisten untuk melakukan tekanan secara simultan ke arah
lateral bawah pada daerah suprasimfisis untuk membantu persalinan bahu.
d. Dengan memakai sarung tangan yang telah didisinfeksi tingkat tinggi, lakukan
tarikan yang mantap dan terus menerus ke arah aksial (searah tulang punggung
janin) pada kepala janin untuk menggerakkan bahu depan di bawah simfisis
pubis
Tatalaksana Khusus
Upaya Pencegahan
a. Identifikasi dan obati diabetes pada ibu. Tawarkan persalinan elektif dengan
induksi maupun seksio sesarea pada ibu dengan diabetes yang usia kehamilannya
mencapai 38 minggu dan bayinya tumbuh normal.
b. Selalu bersiap bila sewaktu-waktu terjadi distosia bahu.
c. Kenali adanya distosia seawal mungkin. Upaya mengejan, menekan suprapubis
atau fundus, dan traksi berpotensi meningkatkan risiko cedera pada janin.
Referensi : Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar Dan Rujukan. Kehamilan
Dan Penyulit Obstetri, Masalah Nifas. Edisi Pertama
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri, GN, dkk menunjukan sebanyak 84,4% WUS
muda tidak mengalami komplikasi persalinan atau nifas. Hal ini sejalan dengan penelitian
Abdurradjak (2016) bahwa pada persalinan <20 tahun paling banyak tidak mengalami
komplikasi. Tidak terjadinya komplikasi persalinan atau nifas dapat disebabkan karena
sebagian besar ibu melakukan pemeriksaan ANC sesuai standar, sehingga perkembangan
janin dan kegawatdaruratan yang mungkin terjadi dapat di pantau secara berkala dan dapat
dicegah atau diminimalisir sedini mungkin.
Akan tetapi tidak menutup kemungkinan beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada
kehamilan usia remaja yang pada beberapa kasus dibarengi dengan suatu penyakit atau pola
hidup tidak sehat. Berikut beberapa komplikasi yang dapat terjadi:
Ref :
1. Putri, GN, Winarni, S, & Dharmawan, Y. (2017). Gambaran Umur Wus Muda dan
Faktor Risiko Kehamilan Terhadap Komplikasi Persalinan atau Nifas di Kecamatan
Bandungan Kabupaten Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. [http://ejournal-
s1.undip.ac.id/index.php/jkm].
2. Abdurradjak, K, Mamengko, LM, & Wantania, JJE. (2016). Karakteristik kehamilan
dan persalinan pada usia <20 tahundi RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode
1 Januari 2013 – 31 Desember 2014. Jurnal e-Clinic. [ejournal.unsrat.ac.id].
Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Quran mengenai asal penciptaan manusia dan
kemudahan proses melahirkan:
Ibnu ‘Abbas menjelaskan tafsir ayat ini bahwa Allah akan memudahkan proses
melahirkannya, beliau berkata:
“Kemudian Allah mudahkan baginya untuk keluar dari perut ibunya” [Lihat Tafsir Ibnu
Katsir]
Al-Qutrhubi menjelaskan bahwa ini adalah tafsir dari mayoritas ahli tafsir seperti Ibnu
‘Abbas, ‘Atha’, Qatadah, As-Suddi dan Muqatil, yaitu:
Akan tetapi ada beberapa wanita yang tidak dimudahkan dalam proses melahirkan.
Dalam proses melahirkannya ada yang lama oleh hambatan-hambatan tertentu bahkan
ada yang sampai harus proses caesar.
Apabila seseorang wanita hamil telah melakukan semua perintah Allah Ta’ala, akan
tetapi proses melahirnya sulit dan tidak mudah, bisa jadi hal ini merupakan ujian untuk
meningkatkan derajatnya.
ُّه َك َما تَحُطrِ ِه َسيِّئَاتrِ ِض فَ َما ِس َواهُ إِال َّ َحطَّ هللا ُ ب
ٍ أَ ًذى ِم ْن َم َرrُص ْيبُه
ِ َُما ِم ْن ُم ْسلِ ٍم ي
“Setiap muslim yang terkena musibah penyakit atau yang lainnya, pasti akan hapuskan
kesalahannya, sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya” [HR. Al-Bukhari
dan Muslim]
“Tidaklah seorang muslim tertusuk duri atau sesuatu hal yang lebih berat dari itu
melainkan diangkat derajatnya dan dihapuskan dosanya karenanya.” [HR.Muslim]
Risiko apapun yang diderita wanita Ketika hamil, terutama yang mengancam kematian,
akan dinilai sebagai syahid.
Ubadah menjawab: ‘Ya Rasulullah, merekalah orang yang sabar yang selalu mengharap
pahala dari musibahnya.’
، هادةrr والبطن ش، هادةrrرق شr والغ، هادةrاعون شr والط، هادةrrل شrز وجrrبيل هللا عr القتل في س، شهداء أمتي إذاً لقليل
والنفساء يجرها ولدها بسرره إلى الجنة
“Berarti orang yang mati syahid di kalangan umatku cuma sedikit. Orang yang mati
berjihad di jalan Allah, syahid, orang yang mati karena Tha’un, syahid. Orang yang
mati tenggelam, syahid. Orang yang mati karena sakit perut, syahid. Dan wanita yang
mati karena nifas, dia akan ditarik oleh anaknya menuju surga dengan tali
pusarnya.” (HR. Ahmad:15998. Dan dinilai Shahih li Ghairih oleh Syuaib Al-Arnauth)