Anda di halaman 1dari 25

SKENARIO 1

Seorang perempuan, berusia 17 tahun, tiba di unit gawat darurat RS pukul 10.00 dengan keluhan
sakit perut tembus ke belakang. Dari pemeriksaan didapatkan BB ibu 55 kg dan TB 142 cm, dari
anamnesis diketahui ini adalah kehamilan pertama (G1P0A0), HPHT 20 mei 2020. Keluhan sakit
perut tembus ke belakang dialami sejak 2 hari yang lalu. Hasil evaluasi pertama pada
pemeriksaan fisik didapatkan bahwa tanda vital dalam batas normal, tinggi fundus 3 jari dibawah
prosesus Xyphoideus, punggung di kanan ibu, bagian terendah kepala, perlimaan 4/5. Jarak
antara simfisis pubis – tinggi fundus uteri 32 cm, lingkar perut ibu 95 cm. Denyut jantung janin
144 x/mnt. His 3x dalam 10 menit dengan durasi 25-30 dtk. Pembukaan serviks 7 cm, selaput
ketuban teraba, penurunan sesuai bidang Hodge 1. Pukul 14.00 ketuban pecah dan dilakukan
evaluasi kedua. Pada pemeriksaan fisik didapatkan denyut jantung janin 175 x/mnt. His 4x dalam
10 menit dengan durasi 35-40 dtk bagian terendah kepala, perlimaan 4/5, Pembukaan serviks 10
cm, penurunan sesuai bidang Hodge 1.

A. KATA SULIT
1. G1P0A0 = Gestasi adalah jumlah kehamilan, Paritas (kelahiran hidup), Abortus
2. HPHT = Hari Pertama Hari Terkahir Akhir (tanggal + 7, bulan -2, tahun +1)
3. Hodge 1 = Bidang yang dibentuk pada lingkaran atas panggul yang melewati
bidang atas simpisis dan promontorium
B. KATA KUNCI
1. Seorang perempuan, berusia 17 tahun, tiba di unit gawat darurat.
2. keluhan sakit perut tembus ke belakang sejak 2 hari yang lalu
3. BB ibu 55 kg dan TB 142 cm (obesitas = 38,7)
4. kehamilan pertama (G1P0A0), HPHT 20 mei 2020.
5. Evaluasi pertama (pukul 10.00) pada pemeriksaan fisik didapatkan bahwa tanda vital
dalam batas normal, tinggi fundus 3 jari dibawah prosesus Xyphoideus, punggung di
kanan ibu, bagian terendah kepala, perlimaan 4/5. Jarak antara simfisis pubis – tinggi
fundus uteri 32 cm, lingkar perut ibu 95 cm. Denyut jantung janin 144 x/mnt. His 3x
dalam 10 menit dengan durasi 25-30 dtk. Pembukaan serviks 7 cm, selaput ketuban
teraba, penurunan sesuai bidang Hodge 1
6. Evaluasi kedua Pukul 14.00 ketuban pecah dan dilakukan evaluasi kedua. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan denyut jantung janin 175 x/mnt. His 4x dalam 10 menit
dengan durasi 35-40 dtk bagian terendah kepala, perlimaan 4/5, Pembukaan serviks 10
cm, penurunan sesuai bidang Hodge 1.
C. PERTANYAAN PENTING
1. Bagaimana anatomi jalan lahir?
2. Bagaimana mekanisme persalinan normal?
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses persalinan?
4. Bagaimana proses pemeriksaan dan pemantauan persalinan?
5. Apa tanda-tanda impartu?
6. Apa saja etiologi persalinan macet?
7. Bagaimana tanda-tanda persalinan macet?
8. Bagaimana penanganan dari persalinan macet
9. Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien di scenario?
10. Apa perspektif islam berdasarkan scenario?

D. JAWABAN PERTANYAAN
1. Anatomi jalan lahir

Jalan lahir dibagi atas :

a. Bagian keras atau tulang, terdiri atas tulang-tulang panggul dengan persendiannya
(artikulasio)
b. Bagian lunak, terdiri atas otot-otot, ligamen, dan jaringan-jaringan lainnya.

Bagian Keras Jalan Lahir


Tulang-tulang panggul (pelvic girdle) terdiri atas:

a. Os koksa (disebut juga tulang innominata) 2 buah dekstra dan sinistra. Merupakan fusi
dari os ilium, os ischi, dan os pubis.

b. Os sacrum, Ketika mengadakan penilaian ruang panggul hendaknya diperhatikan


bentuk os sacrum, apakah normal melengkung dengan baik dari atas ke bawah dan
cekung ke belakang. Os sacrum yang kurang melengkung dan kurang cekung akan
mempersempit ruang panggul dan mempersulit putar paksi dalam, sehingga dapat terjadi
malposisi janin.

c. Os koksigis

ARTICULATIO PELVIS

Persendian yang terdapat pada pelvis, antara lain:

a. Simfisis pubis : persatuan antara os pubis dekstra dan sinistra di anterior.

a) Terdiri dari jaringan fibrokartilago dan ligamentum pubikum superior di bagian


atas dan ligamentum pubikum inferior di bagian bawah. Kedua ligamentum ini
sering disebut sebagai ligamentum arkuatum.
b) Simfisis mempunyai tingkat pergerakan tertentu, yang dalam kehamilan tingkat
pergerakannya semakin dipermudah.
b. Articulatio sakro-iliaka : menghubungkan os sakrum dengan os illium.

c. Articulatio sakro-koksigea : menghubungkan os sakrum dengan os koksigis.

a) Pada kehamilan sendi mengalami relaksasi karena perubahan hormonal sehingga


pada waktu persalinan dapat digeser lebih jauh dan lebih longgar.
b) Ujung os koksigis dapat bergerak ke belakang sampai sejauh ± 2,5 cm. Hal ini
dapat dilakukan bila ujung os koksigis menonjol ke depan.
c) Posisi dorsolitotomi saat persalinan memungkinkan penambahan diameter pintu
bawah panggul sebesar 1,5 – 2 cm. Perubahan diameter ini hanya dimungkinkan
apabila os sakrum bergerak ke belakang yaitu dengan mengurangi tekanan alas
tempat tidur terhadap os sakrum.

BIDANG DAN DIAMETER PELVIS

Secara fungsional panggul terdiri atas 2 bagian, yaitu:

a. Pelvis mayor : terletak di atas linea terminalis, batas posterior vertebrae lumbal, serta
batas lateral fossa illiaka. Disebut juga false pelvis.

b. Pelvis minor : terletak dibawah linea terminalis, batas atas promontorium, batas bawah
pelvic oulet, batas belakang os sakrum setinggi 10 cm, serta batas depan simfisis setinggi
5 cm. Disebut juga true pelvis.

Pelvis minor mempunyai suatu saluran yang mempunyai sumbu melengkung ke depan
(sumbu Carus). Sumbu ini secara klasik adalah garis yang menghubungkan titik
persekutuan antara diameter transversa dan konjugata vera pada PAP dengan titik-titik
sejenis di Hodge II, III, dan IV. Sampai dekat Hodge III sumbu itu lurus, sejajar dengan
sacrum, untuk seterusnya melengkung ke depan, sesuai dengan lengkungan sacrum.

Pelvis minor terdiri atas:

a. Pelvic inlet atau pintu atas panggul (PAP)

a) Merupakan bidang yang dibentuk oleh promontorium os sacral 1, linea


innominata (terminalis), dan pinggir atas simfisis.
b) Terdapat empat diameter pada PAP yaitu diameter anteroposterior, diameter
transversa, dan 2 diameter obliqua.

c)

Konjugata vera (true conjugate) : jarak dari pinggir atas simfisis dengan

promontorium. Panjangnya ± 11 cm.

a) Diameter transversa : jarak terjauh garis melintang pada PAP. Panjangnya ± 12,5-
13 cm.
b) Diameter oblikua : diameter dimana ditarik garis dari artikulasio sakroiliaka ke
titik persekutuan antara diameter transversa dan konjugata vera dan diteruskan ke
linea innominata. Panjangnya ± 13 cm.

Konjugata obstetrika : jarak dari tengah simfisis bagian dalam ke promontorium.


Merupakan konjugata yang paling penting, walaupun perbedaannya dengan konjugata
vera sedikit sekali. Normalnya ≥ 10 cm. Konjugata obstetrik merupakan diameter
anteroposterior yang terpendekdimana kepala janin harus melaluinya.

a) Konjugata diagonalis : jarak bagian bawah simfisis pubis sampai ke promontorium


dengan batas bawah simfisis. Apabila promontorium dapat diraba, maka konjugata
diagonalis dapat diukur, yaitu sepanjang jarak antara ujung jari kita sampai ke batas
pinggir bawah simfisis pubis. Terlihat pada gambar di bawah ini.

Refferensi : Prawiharjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan Surwono Prawirohardjo, edisi 4, cetakan 3.


Jakarta: PT Binda Pustaka.
2. Bagaimana mekanisme persalinan normal?

Persalinan dibagi menjadi 4 tahap. Pada kala I serviks membuka dari 0 sampai 10
cm. Kala I dinamakan juga kala pembukaan. Kala II dinamakan dengan kala pengeluaran
karena kekuatan his dan kekuatan mengejan, janin di dorong keluar sampai lahir. Dalam
kala III atau disebut juga kala urie, plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan.
Kala IV mulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam kemudian.

Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena serviks mulai
membuka dan mendatar. Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar
kanalis servikalis karena pergeseran- pergeseran ketika serviks mendatar dan membuka.

1. Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan 0- 10 cm


atau pembukaan lengkap. Proses ini terjadi dua fase yakni fase laten selama 8
jam dimana serviks membuka sampai 3 cm dan fase aktif selama 7 jam
dimana serviks membuka dari 3-10 cm. Kontraksi lebih kuat dan sering terjadi
salama fase aktif. Pada permulaan his kala pembukaan berlangsung tidak
begitu kuat sehingga parturient atau ibu yang sedang bersalin masih dapat
berjalam-jalan.
2. Kala II merupakan kala pengeluaran bayi dimulai dari pembukaan lengkap
sampai bayi lahir. Uterus dengan kekuatan hisnya ditambah kekuatan meneran
akan mendorong bayi hingga lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam
pada primigravida dan 1 jam pada multigravida. Diagnosis persalinan
ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan
pembukaan sudah lengkap dan kepala janin sudah tampak di vulva dengan
diameter 5-6 cm. Gejala utama kala II yakni :
a) His semakian kuat dengan interval 2 sampai 3 menit dengan durasi 50
sampai 100 detik
b) Menjelang akhir kala I ketuban pecah yang ditandai dengan
pengeluaran cairan secara mendadak.
c) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan
untuk mengejan akibat tertekannya pleksus frankenhauser.
d) Kedua kekuatan his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi
sehingga kepala membuka pintu, subocciput bertindak sebagai
hipoglobin kemudian secara berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi,
hidung dan muka, serta kepala seluruhnya.
e) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar, yaitu
penyesuaian kepala pada punggung.
f) Setelah putar paksi luar berlangsung maka persalinan bayi ditolong
dengan dengan cara memegang kepala pada os occiput dan di bawah
dagu, kemudian ditarik dengan mengunakan cunam ke bawah untuk
melahirkan bahu depan dan ke atas untuk melahirkan bahu belakang.
Setelah kedua bahu lahir ketiak dikait untuk melahirkan sisa badan
bayi, kemudian bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban.
3. Kala III adalah waktu untuk pelepasan plasenta dan pengeluaran plasenta.
Setelah kala II yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit, kontraksi uterus.
berhenti sekitar 5 sampai 10 menit. Dengan lahirnya bayi dan proses retraksi
uterus, maka plasenta lepas dari lapisan nitabusch. Lepasnya plasenta sudah
dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda- tanda sebagai berikut :
a) Uterus menjadi berbentuk bundar
b) Uterus terdorong ke atas karena plasenta dilepas ke segmen bawah
rahim
c) Tali pusat bertambah panjang
d) Terjadi perdarahan
e) Plasenta dan selaput ketuban harus diperiksa secara teliti setelah
dilahirkan, bagian plasenta lengkap atau tidak. Bagian permukaan
maternal yang normal memiliki 6 sampai 20 kotiledon. Jika plasenta
tidak lengkap maka disebut ada sisa plasenta serta dapat
mengakibatkan perdarahan yang banyak dan infeksi.
4. Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta selama 1 sampai 2 jam. Pada kala IV
dilakukan observasi terhadap perdarahan pascapersalinan, paling sering terjadi
pada 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a) Tingkat kesadaran pasien.
b) Pemeriksaan tanda-tanda vital yakni tekanan darah, nadi, dan
pernafasan.
c) Kontraksi uterus.
d) Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal bila
jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc.

Referensi: Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan, Edisi 3. Jakarta : PT Bina Pustaka. 2011

3. Faktor-faktor yang berperan dalam proses persalinan :

Terdapat beberapa faktor esensial yang mempengaruhi proses persalinan dan kelahiran.
Faktor-faktor tersebut antara lain : passenger (penumpang, yaitu janin dan plasenta),
passageway (jalan lahir), powers (kekuatan), position (posisi ibu), psychologic respons
(psikologis), dan physician (penolong persalinan).

1. Power (Kekuatan)

Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his, kontraksi otot-oto
perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari ligamen. Kekuatan terdiri dari kemampuan
kontraksi involunter dan volunteer secara bersamaan untuk mengeluarkan janin dan
plasenta dari uterus. Kontraksi involunter disebut juga kekuatan primer, menandai
dimulainya persalinan. Apabila serviks berdilatasi, usaha volunteer dimulai untuk
mendorong, yang disebut kekuatan sekunder, dimana kekuatan ini memperbesar
kekuatan kontraksi involunter. Kekuatan primer berasal dari titik pemicu tertentu yang
terdapat pada penebalan lapisan otot di segmen uterus bagian atas. Dari titik pemicu,
kontraksi dihantarkan ke uterus bagian bawah dalam bentuk gelombang, diselingi
periode istirahat singkat. Kekuatan sekunder terjadi segera setelah bagian presentasi
mencapai dasar panggul, sifat kontraksi berubah yakni bersifat mendorong keluar.
Sehingga wanita merasa ingin mengedan. Usaha mendorong ke bawah ini yang disebut
kekuatan sekunder. Kekuatan ini penting untuk mendorong bayi keluar dari uterus dan
vagina. Jika dalam persalinan seorang wanita melakukan usaha volunteer (mengedan)
terlalu dini, akan melelahkan ibu.
2. Passageway (Jalan Lahir)

Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar panggul,
vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut
menunjang keluarnya bayi meskipun itu jaringan lunak, tetapi panggul ibu jauh lebih
berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap
jalan lahir yang relatif kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul perlu
diperhatikan sebelum persalinan dimulai.

Terdapat beberapa jenis bentuk panggul :

a) Ginekoid (tipe wanita klasik). Panggul Ginekoid adalah nama lain dari pelvis atau
panggul wanita normal. Pintu masuk bulat, mempunyai sakrum dengan lengkung
yang baik, mempunyai spina ischiadika yang tumpul (bulat), tidak tajam dan tidak
menonjol. Arcus pubis mempunyai sudut yang membulat. Karena pelvis bulat di
depan, maka fetus akan memberikan presentasi kepala, dengan bagian yang paling
bulat (yaitu occiput) di depan, dan pada presentasi ini merupakan letak yang paling
menguntungkan pada permulaan persalinan.
b) Android (mirip panggul pria). Panggul Android adalah pelvis jenis laki-laki, tulang-
tulangnya lebih berat dibanding pelvis wanita, dan terdapat beberapa ciri-ciri
khusus. Pintu masuk berbentuk jantung, menyebabkan pelvis bagian depan sangat
sempit.
c) Antropoid (mirip panggul kera anthopoid). Panggul Antropoid, biasanya dipunyai
oleh wanita Kaukasia, yang perawakannya sangat tinggi dengan tungkai yang
panjang, dan pelvis demikian juga umumnya terdapat pada wanita Afrika Selatan.
Pintu masuk berbentuk oval, mempunyai diameter anteroposterior yang panjang,
tetapi diameter tranversa lebih pendek. Pintu keluar adekuat pada semua
diameternya, dengan arcus pubis yang agak lebar.
d) Platipeloid (panggul pipih). Pelvis jenis ini dapat disebabkan oleh faktor
perkembangan, rakhitis, atau faktor herediter. Keadaan demikian sering ditemukan
pada wanita-wanita Afrika, mungkin tidak hanya karena faktor diet yang buruk,
tetapi juga karena kebiasaan membawa beban berat di kepala pada masa
perkembangan. Pintu masuk mempunyai diameter anteroposterior yang pendek,
tetapi diameter transversa lebih panjang, sehingga memberikan pintu masuk yang
berbentuk ginjal atau kacang kara.
3. Passanger (Penumpang)

Passenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi
beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin.
Karena plasenta juga harus melewati jalan lahir, maka plasenta dianggap juga sebagai
bagian dari passenger yang menyertai janin. Karena kemampuan tulang kepala untuk
molase satu sama lain, janin dapat masuk melalui jalan lahir asalkan tidak terlalu besar
dan kontraksi uterus cukup kuat.

4. Position (Posisi Ibu)

Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan. Dikatakan


dengan mengubah posisi membuat rasa letih hilang, memberi rasa nyaman, dan
memperbaiki sirkulasi. Posisi tegak dapat memberikan sejumlah keuntungan, hal itu
dikarenakan posisi tegak memungkinkan gaya gravitasi membantu penurunan janin,
dapat mengurangi insiden penekanan tali pusat, mengurangi tekanan pada pembuluh
darah ibu dan mencegah kompresi pembuluh darah serta posisi tegak dapat membuat
kerja otot-otot abdomen lebih sinkron (saling menguatkan) dengan rahim saat ibu
mengedan.

5. Psychologic Respons (Psikologis)

Psikologis adalah kondisi psikis klien dimana tersedianya dorongan positif,


persiapan persalinan, pengalaman lalu, dan strategi adaptasi. Psikologis adalah bagian
yang krusial saat persalinan, ditandai dengan cemas atau menurunnya kemampuan ibu
karena ketakutan untuk mengatasi nyeri persalinan. Respon fisik terhadap kecemasan
atau ketakutan ibu yaitu dikeluarkannya hormon katekolamin. Hormon tersebut
menghambat kontraksi uterus dan aliran darah plasenta. Faktor psikologis tersebut
meliputi hal-hal sebagai berikut: Melibatkan psikologis ibu, emosi, dan persiapan
intelektual; Pengalaman melahirkan bayi sebelumnya; Kebiasaan adat; Dukungan dari
orang terdekat pada kehidupan ibu.

6. Physician (Penolong)
Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi
yang mungkin terjadi pada ibu atau janin. Bila diambil keputusan untuk melakukan
campur tangan, ini harus dipertimbangkan dengan hati-hati, tiap campur tangan bukan
saja membawa keuntungan potensial, tetapi juga risiko potensial. Pada sebagian besar
kasus, penanganan yang terbaik dapat berupa “observasi yang cermat”. Dalam
menghadapi persalinan seorang calon ibu dapat mempercayakan dirinya pada dokter
atau pun bidan. Pertemuan konsultasi dan menyampaikan keluhan, menciptakan
hubungan saling mengenal antar calon ibu dengan bidan atau dokter yang akan
menolongnya. Kedatangannya sudah mencerminkan adanya “informed consent”
artinya telah menerima informasi dan dapat menyetujui bahwa bidan atau dokter itulah
yang akan menolong persalinannya. Pembinaan hubungan antara penolong dan ibu
saling mendukung dengan penuh kesabaran sehingga persalinan dapat berjalan dengan
lancar. Kala I, perlu dijelaskan dengan baik bahwa persalinan akan berjalan aman, oleh
karena kepala masuk pintu atas panggul, bahkan pembukaan telah maju dengan baik.
Keberadaan bidan atau dokter sangat penting untuk memberikan semangat sehingga
persalinan dapat berjalan baik. Untuk menambah kepercayaan ibu, sebaiknya setiap
kemajuan diterangkan sehingga semangat dan kemampuannya untuk
mengkoordinasikan kekuatan persalinan dapat dilakukan.

Referensi : Wahyuni, R. and Rohani, S. (2017) .Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Persalinan Preterm. Jurnal Ilmu Kesehatan, 2(1), pp. 61–68. doi:
10.30604/jika.v2i1.33.

4. Bagaimana proses pemeriksaan dan pemantauan persalinan?

Anamnesis
1) Data umum pribadi :
Nama, usia, alamat, pekerjaan suami, lamanya menikah, kebiasaan yang dapat
merugikan kesehatan.
2) Keluhan saat ini:
a. Jenis dan sifat gangguan yang dirasakan ibu
b. Lamanya mengalami gangguan tersebut
3) Riwayat haid
Hari pertama haid terakhir (HPHT)
4) Riwayat kehamilan dan persalinan
a. Asuhan antenatal, persalinan dan masa nifas sebelumnya
b. Cara persalinan
c. Jumlah dan jenis kelamin anak hidup
d. Berat badan lahir
e. Cara pemberian asupan bagi bayi yang dilahirkan
f. Informasi saat persalinan atau keguguran terakhir
5) Riwayat kehamilan saat ini
a. Identifikasi kehamilan
b. Identifikasi penyulit (preeclampsia atau hipertensi dalam kehamilan)
c. Penyakit lain yang diderita
d. Gerakan bayi dalam kandungan
6) Riwayat penyakit dalam keluarga
7) Riwayat penyakit ibu
8) Riwayat penyakit yang memerlukan tindakan pembedahan

Pemeriksaan Fisis

1) Keadaan umum
2) Tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan

Pemeriksaan Luar (leopold dan perlimaan)

1) Tinggi Fundus Uteri


2) Lingkar Perut
3) Situs janin
4) Punggung janin
5) Bagian terbawah janin
6) Perlimaan
7) His, DJJ (denyut jantung janin), TBJ (tafsiran berat janin)
8) Tafsiran Berat Janin = TFU x lingkar perut

Pemeriksaan dalam vagina


1) Penurunan kepala janin
2) Portio (lunak atau tidak)
3) Pembukaan (1-10 cm)
4) Bagian terdepan (kepala atau bokong)
5) Kesan panggul dalam (cukup atau tidak)
6) Ditemukan lendir bercampur darah
7) Ditemukan air (ketuban pecah atau tidak)

Pemeriksaan penunjang :

1. Pemeriksaan hb dan golongan darah


Pemeriksaan laboratorium HB bertujuan untuk mendeteksi adanya anemia
gravidarum. Pemeriksaan golongan darah ibu hamil bertujuan untuk mengetahui
status golongan darah ibu, sehingga apabila diperlukan penatalaksanaan
kegawatdaruratan obstetri, atau diperlukan untuk rujukan, maka donor hidup atau
pun donor pasif dari bank darah sudah bisa dipersiapkan
2. Pemeriksaan protein urin dan glukosa urin
Pemeriksaan laboratorium Protein urin bertujuan untuk mendeteksi adanya
keadaan preeklampsi/eklampsi. Pemeriksaan Glukosa urin ibu hamil bertujuan
untuk mengetahui status DM pada ibu, sehingga apabila diperlukan
penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetri, kolaburasi atau diperlukan untuk
rujukan maka bisa dipersiapkan sejak dini.
3. Pemeriksaan USG
Ultrasonografi (USG) merupakan pengembangan metode skrining dari
konvensional ke teknologi canggih yang menggunakan gelombang suara
frekuensi tinggi yang dipancarkan dari suatu penjejak (disebut transduser) pada
suatu organ yang diperiksa. Ultrasonografi (USG) mampu membantu mendeteksi
peristiwa kehamilan dan berbagai kasus kehamilan dengan cepat dan akurat.
4. Pemeriksaan KTG
Kardiotokografi (KTG) adalah seperangkat alat elektronik yang
dapatdipergunakan dalam memantau kesejahteraan janin melaluai penilaian
denyut jantung janin (DJJ), kontraksi uterus, dan gerak janin dalam waktu
bersamaan.

Pemantauan persalinan : PARTOGRAF

Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan informasi
untuk membuat keputusan klinik. Partograf digunakan sebagai sistem peringatan awal
untuk menentukan kapan ibu harus dirujuk. Partograf telah terbukti efektif dalam
mencegah persalinan lama, menurunkan tindakan operasi seccio caesaria yang pada
gilirannya meningkatkan kesejahteraan ibu dan janin

Referensi :

1. Prawirohardjo, Sarwono, (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo
2. Sugiharto, Mugeni., Oktarina. (2011). Pengembangan Metode Skreening USG.
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. 14(4). 366-374
3. Wahyuningsih, Heni Puji. (2016) Praktikum Asuhan Kebidanan Kehamilan

5. Tanda-Tanda Inpartu

Persalinan/inpartu merupakan proses pengeluaran janin yang dimulai sejak


adanya tanda-tanda persa-linan atau sejak adanya pembukaan pada serviks sampai
dengan lahirnya plasenta. Adapun tanda dan gejala inpartu, yaitu:

1. Kekuatan his bertambah, makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi
makin pendek sehingga menimbulkan rasa sakit yang lebih hebat.
2. Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan- robekan kecil pada
pada serviks.
3. Kadang-kadang, ketuban pecah dengan sendirinya
4. Pada pemeriksaan dalam serviks mulai mendatar dan pembukaan lengkap.
5. Penipisan dan pembukaan serviks
6. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks ( frekuensi minimal 2 kali
dalam 10 menit )
Referensi: Prawirohardjo, S. 2008. Buku ilmu kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

6. Etiologi persalinan macet


Menurut penelitian yang dilakukan oleh Gudina, dkk (2016) yang dilakukan di adama
hospital medical college, dari 384 persalinan sebanyak 9,6% terjadi partus macet. Adapun
penyebab partus macet tersebut yaitu sebanyak 54,1% disebabkan karena CPD (Cephalo
Pelvic Dispropostional), 29,7% karena malposisi dan 16,2% karena malpresentasi. .
Adapun penyebab partus macet tersebut diuraikan sebagai berikut :
1) Cephalo Pelvic Dispropostional (CPD)
Cephalopelvic dispropostinal terjadi ketika tidak adanya kesesuaian diantara
kepala janin dengan pelvis. Kondisi itu tidak memungkinkan fetus melewati pelvis
dengan mudah. Cephalopelvis disproportional dapat terjadi pada pelvis yang kecil dengan
ukuran kepala fetus yang normal, atau pelvis yang normal dengan fetus yang besar, atau
kombinasi antara fetus yang besar dengan pelvis yang kecil. Cephalopelvis
disproportional tidak dapat didiagnosa sebelum umur kehamilan berumur 37 minggu.
2) Passage : Kelainan jalan lahir
Partus macet karena kelainan jalan lahir dapat disebabkan karena kelainan pada
jaringan keras yang disebut tulang panggul dan kelainan pada jaringan lunak panggul.
a) Partus macet karena kelainan panggul atau bagian keras disebabkan oleh
kesempitan panggul. Panggul dibedakan menjadi tiga pintu yaitu pintu atas
panggul, pintu tengah panggul dan pintu bawah panggul. Pintu atas panggul
dianggap sempit apabila konjugata vera ≤ 10 cm atau diameter transversal ≤ 12
cm. Kesempitan pintu tengah panggul jika diameter interspinarum < 9 cm dan
diameter transversal ditambah dengan diameter sagitalis posterior ≤ 13,5 cm,
sedangkan pintu bawah panggul dianggap sempit jika jarak antar tuber os iscii ≤ 8
cm. Jika jarak ini berkurang maka arkus pubis akan meruncing, oleh karena itu
besarnya arkus pubis dipergunakan untuk menentukan kesempitan pintu bawah
panggul. Kesempitan pintu atas panggul dapat berakibat persalinan menjadi lebih
lama akibat gangguan pembukaan dan banyak waktu yang digunakan untuk
molase kepala janin sedangkan kesempitan pintu tengah panggul dan pintu bawah
panggul dapat menimbulkan gangguan putaran paksi.
b) Partus macet karena kelainan jalan lahir lunak disebakan oleh beberapa faktor
yaitu kelainan vulva (atresia karena bawaan atau didapat seperti radang atau
trauma), kelainan vagina (atresia, sekat atau tumor), kelainan serviks (atresia
conglutination orivicii eksternii, cicatrices servik, servik kaku pada primi tua),
abnormalitas uteri dan tumor.
3) Passanger : kelainan janin
Keadaan normal presentasi janin adalah belakang kepala dengan penunjuk ubun-
ubun kecil dalam posisi transversal (saat memasuki pintu atas panggul) dan posisi
anterior (setelah melewati pintu tengah panggul), dengan presentasi tersebut kepala
janin akan masuk panggul dalam ukuran terkecilnya (sirkumferensia
suboksipitobregmitikus). Hal tersebut dicapai bila sikap kepala janin fleksi. Sikap
yang tidak normal akan menimpulkan kesulitan persalinan yang disebabkan karena
diameter kepala yang harus melalui panggul menjadi lebih besar. Berdasarkan
kelainannya, partus macet karena kelainan passanger dibedakan menjadi beberapa
macam, yaitu :
a) Partus Macet karena kelainan presentasi janin Menurut Prawirohardjo Sarwono
(2010), Presentasi adalah titik tunjuk untuk menentukan bagian terendah janin.
Adapun Kelainan presentasi janin dibedakan menjadi beberapa macam yaitu :
1) Presentasi puncak kepala,
presentasi puncak kepala atau disebut juga presentasi sinsiput, terjadi
apabila derajat defleksinya ringan, sehingga ubun-ubun besar menjadi bagian
terendah. Pada umumnya presentasi puncak kepala merupakan kedudukan
sementara yang kemudian akan berubah menjadi presentasi belakang kepala.
2) Presentasi dahi,
presentasi dahi adalah keadaan dimana kedudukan kepala berada diantara
fleksi maksimal, sehingga dahi merupakan bagian terendah. Janin dengan
presentasi dahi dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kemiringan anterior
uterus, kontraksi pelvis, polihidramnion dan abnormalitas kongenital misalnya,
anensefalus.
Pada umumnya presentasi dahi bersifat sementara untuk kemudian dapat
berubah menjadi presentasi belakang kepala atau presentasi muka, atau tetap
menjadi presentasi dahi, oleh karena itu apabila tidak terdapat gawat janin
menunggu kemajuan persalinan dapat dilakukan. Bila presentasinya tetap
presentasi dahi, maka janin tidak dapat dilahirkan pervaginam karena besarnya
diameter oksipitomental yang harus melewati panggul, maka tindakan seksio
sesarea diperlukan untuk melahirkan janin dengan presentasi dahi.
3) Presentasi muka,
Presentasi muka merupakan presentasi kepala dengan defleksi maksimal
hingga oksiput mengenai punggung dan muka terarah ke bawah. Penyebab
presentasi muka yaitu adanya pembesaran leher yang nyata atau lilitan tali pusat
di sekitar leher dapat menyebabkan ekstensi, janin anensefalus, panggul sempit,
janin sangat besar, paritas tinggi dan perut gantung.
4) Presentasi bokong
Presentasi bokong adalah janin letak memanjang dengan bagian
terendahnya bokong, kaki atau kombinasi keduanya. Faktor resiko terjadinya
presentasi bokong adalah panggul sempit, terdapat lilitan tali pusat atau tali pusat
pendek, kelainan uterus (uterus arkuatum, uterus septum, aterus dupleks), terdapat
tumor di pelvis minor yang menggangu masuknya kepala janin ke pintu atas
panggul, plasenta previa, kehamilan ganda.
5) Presentasi bahu
Presentasi bahu adalah janin dalam kondisi melintang di dalam uterus
dengan sumbu janin tegak lurus atau hampir tegak lurus dengan sumbu panjang
ibu dan bahu sebagai bagian terendah janin. Penyebab presentasi bahu yaitu
dinding perut yang kendur pada multipara, kesempitan panggul, plasenta previa,
prematuritas, kelainan bentuk rahim seperti uterus arkuatum, mioma uteri dan
kehamilan ganda.
b) Partus macet karena kelainan posisi janin
1) Persisten Oksipito Posterior (POP)
Persisten Oksipito Posterior (POP) yaitu ubun-ubun kecil tidak berputar
ke depan, sehingga tetap berada di belakang disebakan karena usaha penyesuain
kepala terhadap bentuk dan ukuran panggul. Etiologi POP yaitu usaha
penyesuaian kepala terhadap bentuk dan ukuran panggul, pada diameter
anteroposterior lebih besar dari diameter transversal pada panggul anterior,
segmen depan menyempit seperti pada panggul android, ubun-ubun kecil akan
sulit memutar ke depan, otot-otot dasar panggul lembek pada multipara atau
kepala janin yang kecil dan bulat sehingga tak ada paksaan pada belakang kepala
janin untuk memutar ke depan.
2) Deep Transverse Position (DTP)
Deep Transverse Position yaitu keadaan dimana pembukaan serviks telah
lengkap, kepala berada di dasar panggul dan sutura sagitalis melintang.
4) Kelainan janin
Beberapa kelainan janin yang dapat menyebabkan partus macet yaitu :
1) Makrosomia
Makrosomia adalah bayi lahir dengan berat badan lebih dari 4000 gram.
Bayi dengan makrosomia dapat disebakan karena ibu dengan penyakit
diabetes melitus, adanya keturunan penyakit diabetes melitus di keluarga, atau
multiparitas dengan riwayat makrosomia sebelumnya.
2) Hydrochepalus
Hydrochepalus adalah penimbunan cairan serebrospinalis dalam pentrikel
otak janin, sehingga kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura-
sutura dan ubun-ubun. Cairan yang tertimbun dalam pentrikel biasanya antara
500-1500 ml, akan tetapi dapat mencapai pula hingga 5 liter. Penyebab
hidrosephalus adalah tersumbatnya aliran cairan cerebro spinal (CSS) pada
salah satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan
tempat absorbsi dalam ruang subarachnoid. Akibat penyumbatan tersebut
terjadi dilatasi ruangan CSS diatasnya. Hidrosephalus disebakan oleh satu dari
tiga faktor yaitu produksi CSS yang berlebihan, obstruksi jalur atau gangguan
absorbsi CSS.
3) Kembar Siam
Kembar siam adalah keadaan anak kembar yang tubuh keduanya bersatu.
Hal ini terjadi apabila zigot dari bayi kembar identik gagal terpisah secara
sempurna. Kembar siam dibedakan menjadi dua yaitu dizigot (kembar yang
berasal dari dua sel telur yang dibuahi sperma) dan monozigot (kembar yang
berasal dari satu telur yang dibuahi sperma kemudian membelah menjadi
dua). Pembelahan pada kembar siam akan menentukan kondisi bayi. Masa
pembelahan sel telur terbagi menjadi empat waktu yaitu 0-72 jam, 4-8 hari, 9-
12 hari dan 13 hari atau lebih. Pembelahan yang terjadi pada waktu 13 hari
atau lebih akan menghasilkan satu plasenta dan satu selaput ketuban serta
karena waktu pembelahannya yang kelamaan sehingga sel telur terlanjur
berdempetan. Faktor yang mempengaruhi waktu pembelahan dan
mengakibatkan pembelahan tidak sempurna sehingga mengakibatkan dempet
dikaitkan dengan infeksi, kurang gizi dan masalah lingkungan

Referensi : Vina Eka Wulandari.2013.FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI


KASUS PERSALINAN DI UGD RSUP Dr. KARIADI.Fakultas Kedokteran.UNDIP

7. Apa saja tanda-tanda persalinan macet (distosia)

Tanda-tanda persalinan macet

1) Pembukaan serviks tidak melewati 3 cm sesudah 8 jam in partu (perpanjangan fase laten).
2) Frekuensi dan lamanya kontraksi kurang dari 3 kontraksi per menit dan kurang dari 40
detik (inersi uteri).
3) Terjadi inersia uteri sekunder (berhentinya kontraksi otot-otot uterus secara sekunder
diagnose CPD ). Terjadi pada fase aktif kala I atau kala II.
4) Adanya edema serviks, fetal dan maternal distress. Terdapat tanda ruptur uteri imminens
(karena ada obstruksi)
5) Pembukaan serviks lengkap tetapi kepala tetap pada posisinya ( dalam vagina) walau ibu
mengedan sekuat mungkin, tidak ada kemajuan penurunan (kala II lama).
6) Tidak terjadi putaran paksi luar apabila telah lahir (distosia bahu)
7) “Turtle Sign” kepala terdorong keluar tetapi kembali ke dalam vagina setelah kontraksi
atau ibu berhenti mengedan.
Referensi :
Prawirohardjo, Sarwono, (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

8. Bagaimana penanganan dari persalinan macet ?

Tatalaksana Umum

a. Minta bantuan tenaga kesehatan lain, untuk menolong persalinan dan resusitasi
neonatus bila diperlukan. Bersiaplah juga untuk kemungkinan perdarahan
pascasalin atau robekan perineum setelah tatalaksana.
b. Lakukan manuver McRobert. Dalam posisi ibu berbaring telentang, mintalah ia
untuk menekuk kedua tungkainya dan mendekatkan lututnya sejauh mungkin ke
arah dadanya. Mintalah bantuan 2 orang asisten untuk menekan fleksi kedua lutut
ibu ke arah dada.
c. Mintalah salah seorang asisten untuk melakukan tekanan secara simultan ke arah
lateral bawah pada daerah suprasimfisis untuk membantu persalinan bahu.
d. Dengan memakai sarung tangan yang telah didisinfeksi tingkat tinggi, lakukan
tarikan yang mantap dan terus menerus ke arah aksial (searah tulang punggung
janin) pada kepala janin untuk menggerakkan bahu depan di bawah simfisis
pubis

Tatalaksana Khusus

a. Jika bahu masih belum dapat dilahirkan:


1. Buatlah episiotomy untuk memberi ruangan yang cukup untuk memudahkan
manuver internal.
2. Pakailah sarung tangan yang telah didisinfeksi tingkat tinggi, masukkan
tangan ke dalam vagina pada sisi punggung bayi.
3. Lakukan penekanan di sisi posterior pada bahu posterior untuk meng-
adduksikan bahu dan mengecilkan diameter bahu.
4. Rotasikan bahu kediameter oblik untuk membebaskan distosia bahu.
5. Jika diperlukan, lakukan juga penekanan pada sisi posterior bahu anterior
dan rotasikan bahu ke diameter oblik.
b. Jika bahu masih belum dapat dilahirkan setelah dilakukan tindakan diatas :
1. Masukkan tangan ke dalam vagina.
2. Raih humerus dari lengan posterior, kemudian sembari menjaga lengan tetap
fleksi pada siku, pindahka lengan ke arah dada. Raih pergelangan tangan bayi
dan tarik lurus ke arah vagina. Manuver ini akan memberikan ruangan untuk
bahu anterior agar dapat melewati bawah simfisis pubis.
c. Jika semua tindakan diatas tetap tidak dapat melahirkan bahu,terdapat manuver-
manuver lain yang dapat dilakukan, misalnya kleidotomi, simfisiotomi, metode
sling atau manuver Zavanelli. Namun maneuver-manuver ini hanya boleh
dikerjakan oleh tenaga terlatih.

Upaya Pencegahan

a. Identifikasi dan obati diabetes pada ibu. Tawarkan persalinan elektif dengan
induksi maupun seksio sesarea pada ibu dengan diabetes yang usia kehamilannya
mencapai 38 minggu dan bayinya tumbuh normal.
b. Selalu bersiap bila sewaktu-waktu terjadi distosia bahu.
c. Kenali adanya distosia seawal mungkin. Upaya mengejan, menekan suprapubis
atau fundus, dan traksi berpotensi meningkatkan risiko cedera pada janin.

Referensi : Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar Dan Rujukan. Kehamilan
Dan Penyulit Obstetri, Masalah Nifas. Edisi Pertama

9. Komplikasi yang dapat terjadi berdasarkan skenario

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri, GN, dkk menunjukan sebanyak 84,4% WUS
muda tidak mengalami komplikasi persalinan atau nifas. Hal ini sejalan dengan penelitian
Abdurradjak (2016) bahwa pada persalinan <20 tahun paling banyak tidak mengalami
komplikasi. Tidak terjadinya komplikasi persalinan atau nifas dapat disebabkan karena
sebagian besar ibu melakukan pemeriksaan ANC sesuai standar, sehingga perkembangan
janin dan kegawatdaruratan yang mungkin terjadi dapat di pantau secara berkala dan dapat
dicegah atau diminimalisir sedini mungkin.

Akan tetapi tidak menutup kemungkinan beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada
kehamilan usia remaja yang pada beberapa kasus dibarengi dengan suatu penyakit atau pola
hidup tidak sehat. Berikut beberapa komplikasi yang dapat terjadi:

a. Bayi dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)


b. Ketuban pecah dini
c. Preeklamsi-eklamsi
d. Oligohidromnion
e. Anemia
f. Abortus
g. Partus lama
h. Kelahiran prematur
i. Asfiksi pada bayi
j. Resiko dm pada bayi

Ref :

1. Putri, GN, Winarni, S, & Dharmawan, Y. (2017). Gambaran Umur Wus Muda dan
Faktor Risiko Kehamilan Terhadap Komplikasi Persalinan atau Nifas di Kecamatan
Bandungan Kabupaten Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. [http://ejournal-
s1.undip.ac.id/index.php/jkm].
2. Abdurradjak, K, Mamengko, LM, & Wantania, JJE. (2016). Karakteristik kehamilan
dan persalinan pada usia <20 tahundi RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode
1 Januari 2013 – 31 Desember 2014. Jurnal e-Clinic. [ejournal.unsrat.ac.id].

10. Perspektif Islam

Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Quran mengenai asal penciptaan manusia dan
kemudahan proses melahirkan:

ْ ُ‫ن ن‬rْ ‫ ِم‬. ُ‫ي َش ْي ٍء َخلَقَه‬


َّ ‫ ثُ َّم ال‬. ُ‫طفَ ٍة َخلَقَهُ فَقَ َّد َره‬
َّ َ‫سبِي َل ي‬
ُ‫س َره‬ ِّ َ‫ ِم ْن أ‬ 
“Dari benda apa Dia menciptakan manusia. Dia ciptakan manusia dari setetes mani, lalu
Dia tetapkan takdirnya. Kemudian Dia mudahkan jalannya.” (QS. ‘Abasa: 18 – 20)

Ibnu ‘Abbas menjelaskan tafsir ayat ini bahwa Allah akan memudahkan proses
melahirkannya, beliau berkata:

‫ثم يسر عليه خروجه من بطن أمه‬

“Kemudian Allah mudahkan baginya untuk keluar dari perut ibunya”  [Lihat Tafsir Ibnu
Katsir]

Al-Qutrhubi menjelaskan bahwa ini adalah tafsir dari mayoritas ahli tafsir seperti Ibnu
‘Abbas, ‘Atha’, Qatadah, As-Suddi dan Muqatil, yaitu:

‫يسره للخروج من بطن أمه‬

“Allah mudahkan janin keluar dari perut ibunya.” [Lihat Tafsir AL-Qurthubi]

Akan tetapi ada beberapa wanita yang tidak dimudahkan dalam proses melahirkan.
Dalam proses melahirkannya ada yang lama oleh hambatan-hambatan tertentu bahkan
ada yang sampai harus proses caesar.

Apabila seseorang wanita hamil telah melakukan semua perintah Allah Ta’ala, akan
tetapi proses melahirnya sulit dan tidak mudah, bisa jadi hal ini merupakan ujian untuk
meningkatkan derajatnya.

Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda,

ُّ‫ه َك َما تَحُط‬rِ ِ‫ه َسيِّئَات‬rِ ِ‫ض فَ َما ِس َواهُ إِال َّ َحطَّ هللا ُ ب‬
ٍ ‫ أَ ًذى ِم ْن َم َر‬rُ‫ص ْيبُه‬
ِ ُ‫َما ِم ْن ُم ْسلِ ٍم ي‬

“Setiap muslim yang terkena musibah penyakit atau yang lainnya, pasti akan hapuskan
kesalahannya, sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya”  [HR. Al-Bukhari
dan Muslim]

Dan Beliau  shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda,


‫ه َع ْنهُ ِسيِّئَاتِ ِه‬rِ ِ‫ إِال َّ يُ َكفِّ ُر هللا ُ ب‬r‫ َحت َّى ْالهَ ُّم يُ ِه ُّمهُ؛‬،‫ب‬ َ ‫ َوالَ َو‬r،‫ َوالَ َح َز ٍن‬،‫ب‬
ٍ ‫ص‬ َ َ‫صيْبُ ْال ُم ْؤ ِمنَ ِم ْن ن‬
ٍ ‫ص‬ ِ ُ‫َما ِم ْن َش ْي ٍء ي‬

“Tidaklah seorang muslim tertusuk duri atau sesuatu hal yang lebih berat dari itu
melainkan diangkat derajatnya dan dihapuskan dosanya karenanya.” [HR.Muslim]

Risiko apapun yang diderita wanita Ketika hamil, terutama yang mengancam kematian,
akan dinilai sebagai syahid.

Dari Ubadah bin Shamit radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa


sallam pernah menjenguknya ketika Ubadah sedang sakit. Di sela-sela itu,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya,

‫أتعلمون من الشهيد من أمتي ؟‬

“Tahukah kalian, siapa orang yang mati syahid di kalangan umatku?”

Ubadah menjawab: ‘Ya Rasulullah, merekalah orang yang sabar yang selalu mengharap
pahala dari musibahnya.’

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengarahkan,

، ‫هادة‬rr‫ والبطن ش‬، ‫هادة‬rr‫رق ش‬r‫ والغ‬، ‫هادة‬r‫اعون ش‬r‫ والط‬، ‫هادة‬rr‫ل ش‬r‫ز وج‬rr‫بيل هللا ع‬r‫ القتل في س‬، ‫شهداء أمتي إذاً لقليل‬
‫والنفساء يجرها ولدها بسرره إلى الجنة‬

“Berarti orang yang mati syahid di kalangan umatku cuma sedikit. Orang yang mati
berjihad di jalan Allah, syahid, orang yang mati karena Tha’un, syahid. Orang yang
mati tenggelam, syahid. Orang yang mati karena sakit perut, syahid. Dan wanita yang
mati karena nifas, dia akan ditarik oleh anaknya menuju surga dengan tali
pusarnya.” (HR. Ahmad:15998. Dan dinilai Shahih li Ghairih oleh Syuaib Al-Arnauth)

Anda mungkin juga menyukai