Anda di halaman 1dari 17

KONSEP PERSALINAN

A. Definisi Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-
42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18
jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin.
Persalinan (partus) adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan biasa atau persalinan normal atau
persalinan spontan terjadi apabila bayi lahir dengan presentasi belakang kepala tanpa
memakai alat-alat atau alat bantu serta tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya
berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam.
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran janin yang viable dari dalam uterus melalui
vagina ke dunia luar. Persalinan dimulai dengan munculnya HIS persalinan. Menjelang
persalinan terjadi perubahan-perubahan yang sifatnya fisiologis yang pada ibu/maternal
yang nantinya berperan mendukung proses persalinan.
Persalinan adalah proses di mana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus
ibu. Persalinan dianggap normal juga jika terjadi pada usia kehamilan cukup bulan
(setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (in partu) sejak
uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis)
dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Seorang wanita belum dikatakan
inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan pada serviks.

B. Proses terjadinya persalinan


Hamper 96% janin berada dalam uterus dengan presentasi kepala dan paada presentasi
kepala ini ditemukan kurang lebih 58% ubun ubun kecil terletak di kiri depan, kurang
lebih 23% di kanan depan, kurang lebih 11% di kanan belakang, dan kurang lebih 8% di
kiri belakang. Keadaan ini mungkin disebabkan terisinya ruangan di sebelah kiri
belakang oleh kolon sigmoid dan rectum. Pada proses persalinan dibagi 4 kala, yaitu :
1. Kala 1 : Kala pembukaan
Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan legkap (10cm). kala
pendataran dan dilatasi serviks, dimulai Ketika telah tercapai kontraksi uterus yang
cukup untuk menghasilkan pendataran dan dilatasi serviks, dan berakhir Ketika
serviks sudah membuka lengkap ( sekitar 10 cm).
Pada kala pembukaan, his belum begitu kuat, datangkan setiap 10-15 menit dan
tidak seberapa mengganggu ibu, sehingga bu seringkali masih dapat berjalan. Lambat
laun his bertambah kuat, interval menjadi lebih pendek, kontraksi juga menjadi lebih
kuat dan lebih lama. Lendir berdarah bertambah banyak.
Secara klinis dapat dikatakan partus dimulai apabila timbul his dan Wanita
tersebut mengeluarkan lender yang bersemu darah (bloody show). Lendir yang
bersemu darah ini berasal dari lender kanalis servikalis mulai membuka atau
mendatar.

Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena serviks mulai
membuka dan mendatar. Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar
kanalis servikalis karena pergeseran-pergeseran, ketika serviks mendatar dan
membuka.
Dalam kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase:
a. Fase laten
1. Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap.
2. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm
3. Biasanya berlangsung kurang dari 8 jam.
b. Fase aktif (pembukaan 4-10 cm)
1. Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi
adekuat/3 kali atau lebih dalam 10 menit dan berlangsung selama 40 detik
atau lebih)
2. Serviks membuka dari 4 ke 10, biasanya dengan kecepatan 1cm/lebih per
jam hingga pembukaan lengkap (10).
3. Terjadi penurunan bagian terbawah janin.
4. Berlangsung selama 6 jam dan di bagi atas 3 fase, yaitu: Berdasarkan
kurva friedman:
a) Periode akselerasi yaitu berlangsung selama 2 jam pembukaan 3
menjadi 4cm.
b) Periode dilatasi maksimal yaitu berlangsung selama 2 jam pembukaan
berlangsung cepat dari 4 menjadi 9 cm.
c) Periode diselerasi yaitu berlangsung lambat dalam waktu 2 jam
pembukaan 9 cm menjadi 10 cm/ lengkap

Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravida pun terjadi


demikian, akan tetapi fase laten, fase aktif, dan fase deselerasi terjadi lebih pendek.

Pada fase aktif persalinan, frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya
meningkat (kontraksi dianggap adekuat jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu
10 menit dan. berlangsung selama 40 detik atau lebih) dan terjadi penurunan bagian
terbawah janin. Berdasarkan kurve Friedman, diperhitungkan pembukaan pada
primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam
Pendataran serviks adalah pemendekan kanalis servikalis uteri yang semula berupa
sebuah saluran dengan panjang 1-2 cm, menjadi satu lubang saja dengan pinggir yang
tipis Pembukaan serviks adalah pembesaran ostium externum yang tadinya berupa
suatu lubang dengan diameter beberapa millimeter, menjadi lubang yang dapat dilalui
anak dengan diameter sekitar 10cm. Pada pembukaan lengkap, tidak teraba lagi bibir
portio, segmen bawah rahim, serviks dan vagina telah merupakan suatu saluran.

Mekanisme membukanya serviks berbeda pada primigravida dan multigravida.


Pada primigravida, ostium uteri internum akan membuka lebih dulu, sehingga serviks
akan mendatar dan menipis. Baru kemudian ostium uteri eksternum membuka.
Sedangkan pada multigravida ostium uteri internum sudah sedikit terbuka. Ostium
uteri internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam
saat yang sama. Ketuban akan pecah dengan sendiri ketika pembukaan hampir
atau sudah lengkap. Tidak jarang ketuban harus dipecahkan ketika pembukaan hampir
lengkap atau telah lengkap. Bila ketuban telah pecah sebelum pembukaan mencapai 5
cm, disebut ketuban pecah dini. Kala I selesai apabila pembukaan serviks uteri telah
lengkap. Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 12- 13 jam, sedangkan pada
multipara kira-kira 7 jam.
Perbedaan proses pematangan dan pembukaan serviks (cervical effacement) pada
primigravida dan multipara:

1. Pada primigravida terjadi penipisan serviks lebih terlebih dahulu sebelum terjadi
pembukaan, sedangkan pada multipara serviks telah lunak akibat persalinan
sebelumnya, sehingga langsung terjadi proses penipisan dan pembukaan.
2. Pada primigravida, ostium internum membuka terlebih dahulu daripada ostium
eksternum (inspekulo ostium tampak berbentuk seperti lingkaran kecil di tengah),
sedangkan pada multipara, ostium internum dan eksternum membuka bersamaan
(inspekulo ostium tampak berbentuk seperti garis lebar).
3. Periode Kala 1 pada primigravida lebih lama (12 jam) dibandingkan multipara (8
jam) karena pematangan dan pelunakan serviks pada fase laten pasien
primigravida memerlukan waktu lebih lama.
2. Kala II : Kala pengeluaran janin
Waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengejan mendorong janin
hingga keluar. Kala pengeluaran janin (ekspulsi janin), dimulai ketika dilatasi serviks
sudah lengkap, dan berakhir Ketika janin sudah lahir.
Pada kala II ini memiliki ciri khusus :
a) His terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama kira-kira 2-3 menit sekali.
b) Perineum mulai menonjol dan melebar
c) Kepala janin telah turun masuk ruang panggul dan secara reflektoris
menimbulkan rasa ingin mengejan.
d) Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva
pada waktu his.
e) Tekanan pada rectum dan/atau vagina, ibu merasa ingin BAB.
f) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah. g. Vulva-vagina dan sfingter ani
terlihat membuka
g) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum
meregang, dengan his dan mengejan yang terpimpin kepala akan lahir dan diikuti
seluruh badan janin. Lama pada kala II ini pada primi dan multipara berbeda yaitu:

a) Primipara kala II berlangsung 1,5 jam-2 jam


b) Multipara kala II berlangsung 0,5 jam-1 jam

Ada 2 cara ibu mengejan pada kala II yaitu menurut letak berbaring: merangkul
kedua pahanya dengan kedua lengan sampai batas siku, kepala diangkat sedikit
sehingga dagu mengenai dada, mulut dikatup; dengan sikap seperti diatas, tetapi
badan miring kearah dimana punggung janin berada dan hanya satu kaki yang
dirangkul yaitu yang sebelah atas. Fase ini dimulai ketika dilatasi serviks lengkap dan
berakhir dengan kelahiran janin. Durasi sekira 50 menit untuk nulipara dan sekitar 20
menit multipara, tetapi sangat bervariasi. Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih
cepat, kontraksi selama 50-100 detik, kira-kira tiap 2-3 menit. Karena biasanya kepala
janin sudah masuk di ruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot
dasar panggul, yaitu secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan.

Dengan his dan kekuatan mengedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan
suboksiput di bawah simfisis dan dahi, muka, dan dagu melewati perineum. Setelah
istirahat sebentar, his mulai lagi untuk mengelurakan badan dan anggota bayi.
Diagnosis kala II ditegakkan atas dasar pemeriksaan dalam yang menunjukkan:

- Pembukaan serviks telah lengkap.


- Terlihat bagian kepala bayi pada introitus vagina.
3. Kala III : Kala uri
Yaitu waktu pelepasan dan pengeluaran uri (plasenta). Waktu untuk pelepasan dan
ekspulsi plasenta. Dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban. Setelah bayi lahir kontraksi rahim berhenti sebentar,
uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat dan berisi plasenta yang
menjadi tebal 2 kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his pengeluaran dan
pelepasan uri, dalam waktu 1-5 menit plasenta terlepas terdorong ke dalam vagina
dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan (seluruh proses biasanya
berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir). Dan pada pengeluaran plasenta biasanya
disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100- 200cc.
Sifat His:
Amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang, aktivitas uterus
menurun. Plasenta dapat lepas spontan dari aktivitas uterus ini, namun dapat juga
tetap menempel (retensio) dan memerlukan tindakan aktif (manual aid).
Tanda kala III terdiri dari 2 fase:
a) Fase pelepasan uri
Setelah anak lahir, his berhenti sebentar, tetapi timbul lagi setelah beberapa menit.
His ini dinamakan his pelepasan uri yang berfungsi melepaskan uri, sehingga
terletak pada segmen bawah rahim atau bagian atas vagina. Pada masa ini, uterus
akan teraba sebagai tumor yang keras, segmen atas melebar karena mengandung
plasenta, dan fundus uteri teraba sedikit di bawah pusat Lamanya kala uri kurang
lebih 8,5 menit, dan pelepasan plasenta hanya memakan waktu 2-3 menit.
Mekanisme pelepasan uri terdiri atas:
1) Schultze
Data ini sebanyak 80% yang lepas terlebih dahulu di tengah kemudian terjadi
retero plasente rhematoma yang menolak uri mula-mula di tengah kemudian
seluruhnya, menurut cara ini perdarahan biasanya ti- dak ada sebelum uri lahir
dan banyak setelah uri lahir.
2) Dunchan
Lepasnya uri mulai dari pinggirnya, jadi lahir terlebih dahulu dari pinggir
(20%). Darah akan meng- alir semua antara selaput ketuban
3) Serempak dari tengah dan pinggir plasenta
Tanda-tanda pelepasan plasenta:
- Uterus menjadi bundar dan lebih kaku
- Keluar darah yang banyak (+250 cc) dan tiba-tiba
- Memanjangnya bagian tali pusat yang lahir
- Naiknya fundus uteri karena naiknya rahim di dalam abdomen sehingga
lebih mudah digerakkan.
- Kelahiran plasenta sebaiknya tidak boleh dipaksa sebelum pelepasan
plasenta karena dapat menyebabkan inverse uterus.
b) Fase pengeluaran uri
Pelahiran plasenta sebaiknya tidak boleh dipaksa sebelum pelepasan plasenta
karena dapat menyebabkan inverse uterus. Perasat-perasat untuk mengetahui
lepasnya uri yaitu:
1. Kustner
Meletakkan tangan dengan tekanan pada/di atas simfisis, tali pusat
diregangkan, bila plasenta masuk berarti belum lepas, bila tali pusat diam dan
maju (memanjang) berarti plasenta sudah terlepas.
2. Klien
Sewaktu ada his kita dorong sedikit rahim, bila tali pusat kembali berarti
belum lepas, bila diam/turun berarti sudah terlepas.
3. Strastman
Tegangkan tali pusat dan ketuk pada fundus, bila tali pusat bergetar berarti
belum lepas, bila tidak bergetar berarti sudah terlepas.
4. Rahim menonjol di atas symfisis
5. Tali pusat bertambah Panjang
6. Rahim bundar dan keras
7. Keluar darah secara tiba-tiba

Perubahan psikologis kala III:

a. Ibu ingin melihat, menyentuh, dan memeluk bayinya.


b. Merasa gembira, lega, dan bangga akan dirinya; juga merasa sangat lelah.
c. Memusatkan diri dan kerap bertanya apakah vagina perlu dijahit.
d. Menaruh perhatian terhadap plasenta
4. Kala IV: Kala pengawasan
Yaitu waktu setelah bayi lahir dan uri selama 1-2 jam dan waktu di mana
untuk mengetahui keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum. Satu
jam setelah plasenta lahir lengkap.
Merupakan kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati
keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum.
 Pokok penting yang harus diperhatikan pada kala 4:
a. Kontraksi uterus harus baik
b. Tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain
c. Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap
d. Kandung kencing harus kosong e. Luka-luka di perineum harus dirawat dan
tidak ada hematoma
e. Resume keadaan umum bayi, dan
f. Resume keadaan umum ibu.
 Observasi yang harus dilakukan pada kala IV:
- Tingkat kesadaran.
- Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi,dan pernapasan.
- Kontraksi uterus.
- Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal jika jumlahnya
tidak melebihi 400 sampai 500 cc.
 Asuhan dan pemantauan pada kala IV:
1. Lakukan rangsangan taktil (seperti pemijatan) pada uterus, untuk merangsang
uterus berkontraksi.
2. Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara melintang antara
pusat dan fundus uteri.
3. Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan. d. Periksa perineum dari
perdarahan aktif (misalnya apakah ada laserasi atau episiotomi).
4. Evaluasi kondisi ibu secara umum. f. Dokumentasikan semua asuhan dan
temuan selama

kala IV persalinan di halaman belakang partograf segera setelah asuhan diberikan


atau setelah penilaian dilakukan.
C. Tanda persumtif kehamilan
1. Lightening
Yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul (PAP) terutama pada primi para.
Lightening yang dimulai dirasa kira-kira dua minggu sebelum persalinan adalah
penurunan bagian presentasi bayi ke dalam pelvis minor. Pada presentasi sefalik,
kepala bayi biasanya menancap setelah lightening. Wanita sering menyebut lightening
sebagai "kepala bayi sudah turun". Hal-hal spesifik berikut akan dialami ibu:
a. Ibu jadi sering berkemih karena kandung kemih ditekan sehingga ruang yang
tersisa untuk ekspansi berkurang.
b. Perasaan tidak nyaman akibat tekanan panggul yang menyeluruh, yang
membuat ibu merasa tidak enak dan timbul sensasi terus-menerus bahwa
sesuatu perlu dikeluarkan atau ia perlu defekasi.
c. Kram pada tungkai, yang disebabkan oleh tekanan foramen ischiadikum
mayor dan menuju ke tungkai.
d. Peningkatan statis vena yang menghasilkan edema depen- den akibat tekanan
bagian presentasi pada pelvis minor menghambat aliran balik darah dari
ekstremitas bawah.
2. Perubahan Serviks
Mendekati persalinan, serviks semakin "matang". Kalau tadinya selama masa hamil,
serviks dalam keadaan menutup, panjang dan lunak, sekarang serviks masih lunak
dengan konsistensi seperti pudding, dan mengalami sedikit penipisan (effacement)
dan kemungkinan sedikit dilatasi. Evaluasi kematangan serviks akan tergantung pada
individu wanita dan paritasnya sebagai contoh pada masa hamil. Serviks ibu
multipara secara normal mengalami pembukaan 2 cm, sedangkan pada primigravida
dalam kondisi normal serviks menutup. Perubahan serviks diduga terjadi akibat
peningkatan instansi kontraksi Braxton Hicks. Serviks menjadi matang selama
periode yang berbeda-beda sebelum persalinan. Kematangan serviks mengindikasikan
kesiapannya untuk persalinan.
3. Persalinan Palsu
Persalinan palsu terdiri dari kontraksi uterus yang sangat nyeri, yang memberi
pengaruh signifikan terhadap serviks. Kontraksi pada persalinan palsu sebenarnya
timbul akibat kontraksi Braxton Hicks yang tidak nyeri, yang telah terjadi sejak
sekitar enam minggu kehamilan.
4. Ketuban Pecah Dini
Pada kondisi normal, ketuban pecah pada akhir kala I persalinan. Apabila terjadi
sebelum waktu persalinan, kondisi itu disebut Ketuban Pecah Dini (KPD). Hal ini
dialami oleh sekitar 12% wanita hamil. Kurang lebih 80% wanita yang mendekati
usia kehamilan cukup bulan dan mengalami KPD mulai mengalami persalinan
spontan mereka pada waktu 24 jam.
5. Bloody Show
Bloody show merupakan tanda persalinan yang akan terjadi, biasanya dalam 24
hingga 48 jam. Akan tetapi bloody show bukan merupakan tanda persalinan yang
bermakna jika pemeriksaan vagina sudah dilakukan 48 jam sebelumnya karena rabas
lendir yang bercampur darah selama waktu tersebut mungkin akibat trauma kecil
terhadap atau perusakan plak lendir saat pemeriksaan tersebut dilakukan.
6. Lonjakan Energi
Terjadinya lonjakan energi ini belum dapat dijelaksan selain bahwa hal tersebut
terjadi alamiah, yamg memung- kinkan wanita memperoleh energi yang diperlukan
untuk menjalani persalinan. Wanita harus diinformasikan tentang kemungkinan
lonjakan energi ini untuk menahan diri menggunakannya dan justru menghemat untuk
persalinan.
7. Gangguan Saluran Cerna
Ketika tidak ada penjelasan yang tepat untuk diare, kesulitan mencerna, mual, dan
muntah, diduga hal-hal tersebut gejala menjelang persalinan walaupun belum ada
penjelasan untuk kali ini. Beberapa wanita mengalami satu atau beberapa gejala
tersebut

D. Perubahan Fisiologi dan Psikologi pada persalinan


1. Perubahan Fisiologi persalinan
Menjelang persalinan terjadi perubahan pada ibu hamil yang berperan
mendukung/menginduksi proses persalinan. Adapun perubahan-perubahan tersebut
meliputi perubahan pada sistem hormonal, struktur anatomi dan fisiologi pada tubuh
ibu, terutama pada sistem reproduksi.
1. Perubahan Hormonal
Tidak banyak terjadi perubahan pada kadar hormon estrogen dan
progesteron menjelang partus. Meski didapat peningkatan kerja hormon estrogen
dan insufisiensi efek progesteron, hal ini lebih disebabkan perubahan pada
reseptor hormon. Menjelang partus, PRA (progesteron reseptor A) yang bekerja
menginhibisi efek progesteron, jumlahnya meningkat sedang PRB (progesteron
receptor B) yang kerjanya berkebalikan dengan PRA malah menurun. Hal inilah
yang menyebabkan fungsi utama progesteron untuk menjaga kehamilan jadi
berkurang.
Hal ini juga didukung dengan peningkatan reseptor estrogen a (ERA).
ERA selama kehamilan dihambat kerjanya oleh progesteron, sehingga
peningkatan jumlah reseptor ini akan membantu peningkatan aktifitas estrogen.
Di mana estrogen sangat berperan untuk merangsang kontraksi uterus. Efek
estrogen yang berperan menunjang kontraksi adalah efeknya dalam aktivasi
formasi gap-junction, meningkatkan reseptor oxytocin dan COX-2 serta
meningkatkan sintesis prostaglandin.
Prostaglandin dan oxytocin juga meningkat menjelang partus. Selain
dipengaruhi peningkatan estrogen, sekresi PG juga berasal langsung dari paru
janin yang juga mensekresikan PAF. Membran janin juga mensekresi PAF
(platelets activating factors) yang berperan menginisiasi kontraksi uterus.
Satu sampai dua minggu sebelum persalinan terjadi penurunan hormon esterogen
dan progresteron. Di mana progresteron bekerja sebagai relaksasi otot polos.
Sehingga aliran darah berkurang dan hal ini menyebabkan atau merangasang
pengeluaran prostaglandin merangsang dilepaskannya oksitosin. Hal ini juga
merangsang kontraksi uterus. Faktor struktur uterus atau rahim membesar dan
menekan, menyebabkan iskemia otot-otot rahim sehingga menganggu sirkulasi
otot plasenta yang berakibat degenerasi.
2. Perubahan Anatomi
Perubahan anatomi yang penting terjadi menjelang persalinan adalah pada
jalan lahir dan jaringan lunak rongga panggul. Di bawah pengaruh estrogen
jaringan otot dan ligamen berelaksasi sehingga memudahkan akomodasi dari
panggul ketika bayi melewati rongga panggul. Pada uterus, miometrium
membesar dan menjelang persalinan akan mulai muncul HIS (kontraksi uterus).
Setiap selesai kontraksi HIS, miometrium akan memendek. Hal ini akan
menyebabkan tarikan pada SBR (ismus) yang memiliki jaringan otot yang lebih
sedikit, dan selanjutnya akan menyebabkan tarikan pada serviks sehingga serviks
akan mulai menipis dan berdilatasi.
3. Faktor Syaraf
Karena pembesaran janin dan masuknya janin ke panggul maka akan
menekan dan menggesek ganglion servikalis yang akan merangsang timbulnya
kontraksi uterus
4. Faktor kekuatan plasenta
Plasenta yang mengalami degenerasi akan mengakibatkan penurunan
produk hormon progrestero dan esterogen.
5. Faktor nutrisi Suplai nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan
dikeluarkan.
6. Faktor partus Partus sengaja ditimbulkan oleh penolong dengan menggunakan
oksitosin, amniotomo gagang laminaria.
7. Perubahan Fisiologis
Menjelang persalinan akan dimulai suatu kontraksi uterus yang disebut
HIS persalinan. Selain itu, karena pengaruh estrogen dan prostaglandin serviks
akan menjadi makin lunak hipermukus dan hipervaskularisasi. Hal ini akan
menyebabkan sekresi lendir oleh kelenjar yang nantinya akan memberikan
tampakan bloody show (mukus bercampur darah) yang merupakan salah satu
tanda in partu. Apabila pembukaan sudah lengkap, ibu akan mulai memiliki
refleks meneran yang nantinya dapat membantu kelahiran bayi.
2. Perubahan Psikologis persalinan
1. Perubahan psikologis ibu bersalin Kala I
Ibu hamil banyak mengalami perubahan, baik fisik maupun psikologis. Perubahan
psikologis selama persalinan perlu diketahui oleh penolong persalinan dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pendamping atau penolong persalinan.
Beberapa keadaan dapat terjadi pada ibu dalam persalinan, terutama pada ibu
yang pertama kali melahirkan antara lain:
a. Perasaan tidak enak
b. Takut dan ragu akan persalinan yang akan dihadapi
c. Sering memikirkan tentang apakah persalinan berjalan normal
d. Menganggap persalinan sebagai percobaan
e. Apakah penolong persalinan dapat sabar dan bijaksana dalam
menolongnya?
f. Apakah bayinya normal apa tidak?
g. Apakah ibu sanggup merawat bayinya?
h. Ibu merasa cemas
Perubahan psikologis pada kala I dipengaruhi oleh :
a) Pengalaman sebelumnya
b) Persiapan menghadapi persalinan (fisik, mental, dan materi)
c) Lingkungan
d) Mekanisme koping, dan
e) Sikap terhadap kehamilan.
2. Perubahan psikologis ibu bersalin pada Kala II
Perubahan psikologis yang sering timbul antara lain rasa jengkel, tidak nyaman,
saat bersalin ibu merasakan nyeri akibat kontraksi uterus yang semakin kuat dan
semakin sering, berkeringat, dan mules juga menyebabkan ketidaknyamanan.
a. Badan selalu kegerahan, karena saat ini metabolisme ibu meningkat,
denyut jantung meningkat, nadi, suhu, pernapasan meningkat ibu,
berkeringat lebih banyak, akibatnya ibu merasa lelah sekali, kehausan
ketika bayi sudah di lahirkan karena tenaga habis dipakai untuk meneran.
b. Ibu tidak sabaran, sehingga harmoni antara ibu dan janin yang
dikandungnya terganggu. Hal ini disebabkan karena bagian terendah janin
sudah memasuki panggul dan timbul kontraksi pada uterus. Muncul rasa
kesakitan dan ingin segera mengeluarkan janinnya.
c. Setiap ibu akan tiba pada tahap persalinan dengan antisipasi dan tujuannya
sendiri serta rasa takut dan kekhawatiran. Para ibu mengeluh bahwa bila
mampu mengejan "terasa lega". Tetapi ibu lain sangat berat karena
intensitas sensasi yang dirasakan. Efek yang dapat terjadi pada ibu karena
mengedan yaitu exhaustion, ibu merasa lelah karena tekanan untuk
mengejan sangat kuat. Ibu merasa dirinya distress dengan
ketidaknyamanan panggul ibu karena terdesak oleh bagian terendah janin.
Serta ibu akan panik jika janinnya tidak segera keluar dan takut
persalinannya lama.
3. Perubahan psikologis ibu bersalin pada Kala III
Perubahan psikologis yang terjadi meliputi:
a) Bahagia Kelahiran bayi adalah waktu yang telah lama di tunggu, dan ibu
merasa bahagia karena sudah menjadi wanita yang sempurna (bisa
melahirkan, dan memberikan anggota keluarga yang baru), serta bahagia
karena bisa melihat anaknya.
b) Cemas dan takut
Cemas dan takut yang ibu alami meliputi:
- Cemas dan takut kalau terjadi bahaya atas dirinya saat persalinan karena
persalinan dianggap sebagai suatu keadaan antara hidup dan mati,
- Cemas dan takut karena pengalaman yang lalu,
- Takut tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya.
4. Perubahan Psikologis ibu bersalin Kala IV
Perubahan psikologis yang normal akan terjadi selama persalinan, hal ini
bertujuan untuk mengetahui perubahan- perubahan yang dapat dilihat secara
klinis dan bertujuan untuk dapat secara tepat dan cepat menginterpretasikan
tanda-tanda, gejala tertentu, penemuan perubahan fisik, dan laboratorium pada
kala IV.
Perubahan psikologis yang terjadi meliputi:
a. Phase honeymoon
Phase honeymoon ialah phase anak lahir dimana terjadi intimasi dan kontak
yang lama antara ibu-ayah-anak. Hal ini dapat dikatakan sebagai 'psikis
honeymoon' yang tidak memerlukan hal-hal romantik. Masing-masing saling
memperhatikan anaknya dan hubungan yang baru.menciptakan
b. Ikatan kasih (Bounding dan Attachment)
Bounding attachment pada kala IV, terjadi dimana adanya kontak antara ibu-
ayah-anak, dan tetap dalam ikatan kasih, penting bagi tenaga kesehatan untuk
memikirkan bagaimana agar hal tersebut dapat terlaksana, dan partisipasi
suami dalam proses persalinan merupakan salah satu upaya untuk proses
ikatan kasih tersebut.
c. Phase pada masa nifas
1) Phase taking in
Pada fase ini perhatian ibu terutama terhadap kebutuhan dirinya, mungkin
pasif dan tergantung. Keadaan ini berlangsung 1-2 hari. Ibu tidak
menginginkan kontak dengan bayinya tetapi bukan berarti tidak
memperhatikan. Dalam fase ini yang diperlukan ibu adalah informasi
tentang bayinya, bukan cara merawat bayi.
2) Phase taking hold
Phase taking hold yaitu ibu berusaha mandiri dan berinisiatif. Perhatian
terhadap kemampuan mengatasi fungsi tubuhnya misalnya kelancaran
buang air besar, hormon, dan peran transisi. Hal-hal yang berkontribusi
dengan postpartum blues adalah rasa tidak nyaman, kelelahan, dan
kehabisan tenaga. Dengan menangis sering dapat menurunkan tekanan.
Bila orang tua kurang mengerti hal ini maka akan timbul rasa yang dapat
bersalah
E. Integrasi Keislaman yang terkait

Dalam ayat ini Allah menyebutkan empat tahapan penciptaan manusia yang ada dalam
hadits di atas dan menambah tiga tahapan yang lain. sehingga menjadi tujuh tahapan.
Ibnu Abbas ra. berkata, “Anak adam diciptakan melalui tujuh tahapan”, lalu ia membaca
ayat di atas.” Hikmah diciptakannya manusia secara bertahap, padahal sebenarnya Allah
Swt.
mampu untuk menciptakan secara langsung dan dalam waktu yang singkat, adalah untuk
menyesuaikan dengan sunatullah yang berlaku di alam semesta. Semuanya berjalan
sesuai hukum sebab akibat. Semua ini justru menandakan kekuasaan Allah Swt. yang
sangat besar. Hikmah lainnya, agar manusia berhati-hati dalam melakukan segala
urusannya, tidak terburu-buru. Juga mengajarkan kepada manusia bahwa untuk
mendapatkan hasil yang maksimal dan sempurna, baik dalam masalah-masalah batin
ataupun zahir, adalah dengan melakukannya dengan penuh hati-hati dan bertahap.

Anda mungkin juga menyukai