Anda di halaman 1dari 22

KALA DALAM PERSALINAN

Oleh :
Suyatini, SPd, M.Kes
Kala I
Fase-fase dalam Kala Satu Persalinan
Kala satu dimulai sejak trerjadinya kontraksi uterus dan
pembukaan serviks mencapai pembukaan lengkap /10 cm.
Persalinan kala satu dibagi menjadi 2 fase, antara lain:
1. Fase laten persalinan
– Dimana kontraksi masih tidak teratur atau sangat
lemah
– Dimulai sejak kontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap
– Pembukaan serviks kurang dari 4 cm
– Pada fase ini pembukaan sangat lambat sekitar dari
0 sampai 3 cm mengambil waktu ± 8 jam
2. Fase Aktif Persalinan
• Dimana kontraksi menjadi semakin sering, lebih
lama dan lebih kuat
• Pada fase ini pembukaan menjadi lebih cepat
• Fase ini dapt dibagi menjadi
 Fase accelerasi (fase percepatan) dari pembukaan 3
cm sampai 4 cm yang dicapai dalam 2 jam
 Fase kemajuan maksimal dari pembukaan 4 cm
sampai 9 cm yang dicapai dalam 2jam
 Fase decelerasi (kurangnya kecepatan) dari
permukaan 9 cm sampai 10 cm selama 2 jam
Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya
meningkat / kontraksi dianggap adekat / memadai
jika terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10 menit
dan berlangsung selama 40 detik
Serviks membuka 4 ke 10 cm, biasanya dengan
ekcepatan 1 cm atau lebih per jam hingga
pembukaan lengkap (10 cm)
Terjadi penurunan bagian terbawah janin
Menentukan penurunan janin
Nilai penurunan kepala janin dengan hitungan per lima
bagian kepala janin yang bisa dipalpasi di atas simfisis
pubis (ditentukan dari jumlah jari yang bisa ditempatkan di
bagian kepala diatas simfisis pubis)
Kepala janin adalah :
– 5 / 5 jika keseluruhan janin dapat diraba diatas simfisis
pubis
– 4 / 5 jika sebagian besar kepala janin teraba di atas
simfisis pubis
– 3 / 5 jika hanya 3 dari 5 jari kepala janin teraba diatas
simfisis pubis
– 2 / 5 jika hanya 2 dari 5 jari bagian kepala janin berada
di simfisis pubis, berarti hampir seluruh kepala telah
turun kedalam saluran panggung
– 1 / 5 jika kepala janin teraba di luar atau seluruhnya
sudah melalui simfisi pubsi
– 0 / 5 jika kepala janin teraba diluar atau seluruhnya
sudha melalui simfisis pubis
• Menggunakan partograf
Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase
aktif persalinan.
• Tujuan utama dari penggunaan partograf:
 Mencatat hasil observasi dan kemampuan persaliann dengan
menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam
 Mendeteksi apakah proses persalian berjalan secara normal.
Dengan demikian juga dapat melakukan deteksi secara dini
kemungkinan terjadinya partus lama
• Partograf harus digunakan
 Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu pesaliann sebagai
elemen penting asuhan persalinan.
 Partograf harus digunakan baik tanpa ataupun adanya penyulit.
 Partograf akan membantu penolong persalinan dalam
memantau, mengevalausi dan membuat keputusan klinik, baik
persalian normal maupun yang disertai dengan penyulit
 Selama persaliann dan kelahiran di semua tempat
(rumah, puskesmas, klinik, bidan swasata, rumah
sakit)
 Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang
memberikan asuhan kepada ibu selam persalinan dan
kelahiran
Mencatat temuan pada
partograf
a.Informasi tetang ibu
b.Kesehatan dan kenyamanan janin
1. Denyut jantung janin
2. Warna dan adanya air ketuban
• U:Ketuban utuh
• J:Ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
• M:Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur
mekonium
• D:Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
c.Moulage
Penyusupan adalah indicator penting tentang seberapa jauh kepala
bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian keras panggul ibu
Temuan gunakan lambang-lambang:
– 0:Tulang-tulang kepala janin terpisah, suara dengan
mudah dapat dipalpasi
– 1:Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
– 2:Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih,
tapi masih dapat dipisahkan
– 3:Tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak
dapat dipisahkan
Kala II (Kala Pengeluaran)
Pengertian
 Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah
lengkap(10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi.
 Dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi. Kala II
diawali dengan dilatasi sempurna serviks dan diakhiri dengan
kelahiran bayi.
 kontraksi pada kala II biasanya sangat kuat.
 Kemampuan ibu untuk menggunakan otot-otot abdomennya
dan posisi bagian presentasi mempengaruhi durasi kala II.
 Pada multipara kala II berakhir sekitar 20 menit.
 Pada primipara menghabiskan waktu sampai 2 jam untuk bayi
yang melewati serviks yang berdilatasi dan jalan lahir.
Tanda dan gejala kala dua persaliann
– Ibu merasakan ingin mengeran bersama
dengan adanya kontraksi
– Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan
pada rectum dan / vaginanya
– Perineum terlihat menonjol
– Vulva vagina dan sfingterani terlihat
membuka
– Peningkatan pengeluaran lender dan darah
Gejala-gejala lain pada kala II (Kala pengeluaran) ;

– His menjadi lebih kuat, kontraksinya selam 50-100


detik, datangnya tiap 2-3 menit. Ketuban biasanya
pecah dalam kala ini dan ditandai dengan keluarnya
cairan yang kekuning-kuningan secara sekonyong-
konyong dan banyak. Ada kalanya ketuban pecah
dalam kala I dan malahan selaput janin dapat robek
sebelum persalinan mulai
– Pasien mulai mengejan. Pada akhir kala II sebagai
tanda bahwa kepala nampak dalam vulva, tetapi
hilang lagi waktu his terhenti. Pada his berikutnya
bagian kepala yang nampak lebih besar lagi, tetapi
surut kembali kalau his terhenti dan kejadian ini
disebut dengan “Kepala membuka pintu”
• Diagnosis kala dua persalinan dapat
ditegakkan atas dasar hasil pemeriksaan
dalam yang menjukkan :
– Pembukaan serviks telah lengkap
– Terlihatnya bagian kepala bayi introitus
vagina
3. KALA TIGA
Pengertian
• Kala tiga masa/waktu dimulai stelah bayi lahir sampai
selurh plasenta dan selaput janin lahir lengkap.
• Kala tiga disebut sebagai kala uri / kala pengeluaran
plasenta.
• Setelah bayi dilahirkan, uterus secara spontan
berkontraksi.
• Kontraksi dan retraksi otot-otot uterus menyelesaikan
proses ini pada akhir persalinan.
• Sesudah berkontraksi, sel miometrium tidak relaksasi,
melainkan menjadi lebih pendek dan lebih tebal.
• Dengan kontraksi yang berlangsung kontinyu,
miometrium menebal secara progresif, dan kavum uteri
mengecil sehingga ukuran juga mengecil.
• Pengecilan mendadak uterus ini disertai mengecilnya
daerah tempat perlekatan plasenta.
Tanda-tanda lepasnya plasenta :
• Perubahan ukuran dan bentuk uterus
• Tali pusat memanjang
• Semburan darah tiba-tiba.
Fase-Fase Pelepasan Plasenta
• Fase laten, ditandai oleh menebalnya duding uterus yang bebas
tempat plasenta, namun dinding uterus tempat plasenta melekat
masih tipis.
• Fase kontraksi, ditandai oleh menebalnya dinding uterus tempat
plasenta melekat (dari ketebalan kurang dari 1 cm menjadi > 2
cm).
• Fase pelepasan plasenta, fase dimana plasenta menyempurnakan
pemisahannya dari dinding uterus dan lepas. Tidak ada hematom
yang terbentuk antara dinding uterus dengan plasenta.
Terpisahnya plasenta disebabkan oleh kekuatan antara plasenta
yang pasif dengan otot uterus yang aktif pada tempat melekatnya
plasenta, yang mengurangi permukaan tempat melekatnya
plasenta. Akibatnya sobek di lapisan spongiosa.
• Fase pengeluaran, dimana plasenta bergerak meluncur.
Proses Pelepasan plasenta
1. Saat plasenta bergerak turun, daerah pemisahan tetap tidak
berubah dan sejumlah kecil darah terkumpul di dalam rongga
rahim.
2. Ini menunjukkan bahwa perdarahan selama pemisahan plasenta
lebih merupakan akibat, bukan sebab.
3. Lama kala tiga pada persalinan normal ditentukan oleh lamanya
fase kontraksi.
4. Dengan menggunakan ultrasonografi pada kala tiga, 89%
plasenta lepas dalam waktu satu menit dari tempat
implantasinya.
5. Tanda-tanda lepasnya plasenta adalah sering ada pancaran darah
yang mendadak, uterus menjadi globuler dan konsistensinya
semakin padat, uterus meninggi ke arah abdomen karena
plasenta yang telah berjalan turun masuk ke vagina, serta tali
pusat yang keluar lebih panjang.
Teknik Pelepasan Plasenta
• Bertujuan untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif
sehingga dapat memperpendek waktu kala tiga persalinan dan
mengurangi perdarahan.

• Keuntungan-keuntungan manajemen aktif kala 3


 Kala persalinan lebih singkat
 Mengurangi perdarahan
 Mengurangi kejadian retensio plasenta.

• Management aktif kala tiga terdiri dari 3 langkah utama :


 Pemberian suntikan oksitosin
 Melakukan penegangan tali pusat terkendali
 Rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri.
Sebelum dikerjakan, penderita disiapkan pada posisi litotomi.
KALA IV
Kala IV
Kala IV dimulai sejak lahir plasenta lengkap sampai 1 s/d 2jam .
Tujuan agar penolong persalinan masih mendampingi sampai selesai
bersalin, sekurang-kurangnya satu jam pospartum.
Dengan cara ini diharapkan kecelakaan dapat dikurangi atau dihindari

Ada 7 pokok penting dakam kala IV :


– Kontarsi uterus harus baik
– Tidak ada perdarahan dari vagina atau pendarahan dalam alat
genetalia lainnya
– Plasenta dan selaput ketuban harus telah lahir lengkap
– Kandung kemih harus kosong
– Luka-luka perineum perawatan dengan baik dan tidak ada hematoma
– Bayi dalam keadaaan baik
– Nadi dan tekanan darah normal, tidak ada pengadaan sakit kepala
ASUHAN DAN PEMANTAUAN PADA KALA IV.
Setelah lahir plasenta :
• Lakukan rangsangan taktil (pemijatan uterus). Untuk merangsang
uterus berkontraksi.
• Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan anda secara
melintang antara pusat dan fundus uteri. Fundus uteri harus sejajar
dengan pusat atau lebih bawah, misalnya jika dua jari bisa
diletakkan dibawah pusat dan diatas fundus uterus, disebut ” dua
jari dibawah pusat”.
• Perkirakan kehilangan darah.
• Periksa perineum dari perdarahan aktif (misalnya apakah dari
lesesari atau episotomi).
• Evaluasi kondisi ibu secara umum.
• Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama kala empat
persamaan.
• Sebelum meninggalkan ibu, pastikan bahwa ibu bisa berkemih
sendiri dan ibu dan kelurganya mengetahui bagaimana cara mencari
pertolongan jika tanda-tanda bahaya
TANDA-TANDA BAHAYA
• Demam.
• Perdarahan aktif.
• Bekuan darah yang banyak.
• Bau busuk.
• Pusing.
• Lemas luar biasa.
• Penyulit dalam menyusui.
• Nyeri panggul atau abdomen yang lebih dari
kram uterus biasa.

Anda mungkin juga menyukai