Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang
dapat menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh
manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh
manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan
oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperatur
hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas,tubuh akan melakukan
mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti
tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang
disebut titik tetap (set point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh
inti konstan pada 37°C. Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap,
hipotalamus akan merangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme
untuk mempertahankan suhu dengan cara menurunkan produksi panas dan
meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik
tetap.Upaya-upaya yang kita dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh yaitu
mengenakan pakaian yang tipis, banyak minum, banyak istirahat, beri
kompres, beri obat penurun panas (Harold S. Koplewich, 2005). Ada
beberapa teknik dalam memberikan kompres dalam upaya menurunkan suhu
tubuh antara lain kompres hangat basah, kompres hangat kering (buli-buli),
kompres dingin basah, kompres dingin kering (kirbat es), bantal dan selimut
listrik, lampu penyinaran, busur panas (Anas Tamsuri, 2007). Dalam
postingan kali ini, kita akan berfokus pada penggunaan teknik kompres
hangat dalam upaya menurunkan suhu tubuh.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Konsep Keseimbangan Suhu Tubuh?
2. Bagaimana SOP mengukur suhu Oral, Aksila, Rectal?
3. Bagaimana SOP melakukan kompres hangat?
4. Bagaimana SOP melakukan kompres dingin?

1
1.3 Tujuan
1. Mengetahui Konsep Keseimbangan Suhu Tubuh
2. Mengetahui SOP mengukur suhu Oral, Aksila, Rectal
3. Mengetahui SOP melakukan kompres hangat
4. Mengetahui SOP melakukan kompres dingin

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Keseimbangan Suhu Tubuh


A. Definisi
Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu
benda dan alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah
thermometer. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat untuk mengukur
suhu cenderung menggunakan indera peraba. Tetapi dengan adanya
perkembangan teknologi maka diciptakanlah termometer untuk
mengukur suhu dengan valid.
Suhu tubuh merupakan perbedaan antara jumlah panas yang
diproduksi oleh proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke
lingkungan luar. Suhu tubuh mencerminkan kesimbangan antara
produksi dan pengeluaran panas dari tubuh, yang diukur dalam unit panas
yang disebut derajat. Pusat pengaturan suhu tubuh adalah hipotalamus
yang bekerja sebagai termostat.

B. Cara Produksi Panas


1. Metebolisme tubuh: merupakan serangkaian reaksi kimia untuk
menghasilkan energi (panas).
2. Sekresi hormon tyroid: meningkatan metabolisme dalam pemecahan
glukosa dan lemak.
3. Kerja otot: latihan akan meningkatkan metabolisme.
4. Rangsangan pada sistem syaraf: saat gula darah menurun terjadi
rangsangan pada saraf simpatik yang kemudian akan terjadi sekresi
epinefrin dan non-epinefrin yang akan mmeningkatkan suhu tubuh.

3
C. Mekanisme Kehilangan Panas Melalui Kulit
1. Radiasi
Radiasi adalah mekanisme kehilangan panas tubuh dalam bentuk
gelombang panas inframerah. Gelombang inframerah yang
dipancarkan dari tubuh memiliki panjang gelombang 5 – 20
mikrometer. Tubuh manusia memancarkan gelombang panas ke
segala penjuru tubuh. Radiasi merupakan mekanisme kehilangan
panas paling besar pada kulit (60%) atau 15% seluruh mekanisme
kehilangan panas. Panas adalah energi kinetic pada gerakan molekul.
Sebagian besar energi pada gerakan ini dapat di pindahkan ke udara
bila suhu udara lebih dingin dari kulit. Sekali suhu udara bersentuhan
dengan kulit, suhu udara menjadi sama dan tidak terjadi lagi
pertukaran panas, yang terjadi hanya proses pergerakan udara
sehingga udara baru yang suhunya lebih dingin dari suhu tubuh.
2. Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas akibat paparan langsung kulit
dengan benda-benda yang ada di sekitar tubuh. Biasanya proses
kehilangan panas dengan mekanisme konduksi sangat kecil.
Sentuhan dengan benda umumnya memberi dampak kehilangan suhu
yang kecil karena dua mekanisme, yaitu kecenderungan tubuh untuk
terpapar langsung dengan benda relative jauh lebih kecil dari pada
paparan dengan udara, dan sifat isolator benda menyebabkan proses
perpindahan panas tidak dapat terjadi secara efektif terus menerus.
3. Evaporasi
Evaporasi ( penguapan air dari kulit ) dapat memfasilitasi
perpindahan panas tubuh. Setiap satu gram air yang mengalami
evaporasi akan menyebabkan kehilangan panas tubuh sebesar 0,58
kilokalori. Pada kondisi individu tidak berkeringat, mekanisme
evaporasi berlangsung sekitar 450 – 600 ml/hari. Hal ini
menyebabkan kehilangan panas terus menerus dengan kecepatan 12
– 16 kalori per jam. Evaporasi ini tidak dapat dikendalikan karena

4
evaporasi terjadi akibat difusi molekul air secara terus menerus
melalui kulit dan system pernafasan.
4. Konveksi
Perpindahan panas dengan perantaraan gerakan molekul, gas atau
cairan. Misalnya pada waktu dingin udara yang diikat/dilekat pada
tubuh akan menjadi dipanaskan (dengan melalui konduksi dan
radiasi) kurang padat, naik dan diganti udara yang lebih dingin.
Biasanya ini kurang berperan dalam pertukaran panas.

D. Mekanisme Tubuh Ketika Suhu Tubuh Berubah


Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh meningkat yaitu :
a. Vasodilatasi
Vasodilatasi pembuluh darah perifer hampir dilakukan pada
semua area tubuh. Vasodilatasi ini disebabkan oleh hambatan dari
pusat simpatis pada hipotalamus posterior yang menyebabkan
vasokontriksi sehingga terjadi vasodilatasi yang kuat pada kulit,
yang memungkinkan percepatan pemindahan panas dari tubuh ke
kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak.
b. Berkeringat
Pengeluaran keringat melalui kulit terjadi sebagai efek
peningkatan suhu yang melewati batas kritis, yaitu 37°C.
pengeluaran keringat menyebabkan peningkatan pengeluaran panas
melalui evaporasi. Peningkatan suhu tubuh sebesar 1°C akan
menyebabkan pengeluaran keringat yang cukup banyak sehingga
mampu membuang panas tubuh yang dihasilkan dari metabolisme
basal 10 kali lebih besar. Pengeluaran keringat merupakan salh satu
mekanisme tubuh ketika suhu meningkat melampaui ambang kritis.
Pengeluaran keringat dirangsang oleh pengeluaran impuls di area
preoptik anterior hipotalamus melalui jaras saraf simpatis ke seluruh
kulit tubuh kemudian menyebabkan rangsangan pada saraf
kolinergic kelenjar keringat, yang merangsang produksi keringat.

5
Kelenjar keringat juga dapat mengeluarkan keringat karena
rangsangan dari epinefrin dan norefineprin.
c. Penurunan pembentukan panas
Beberapa mekanisme pembentukan panas, seperti termogenesis
kimia dan menggigil dihambat dengan kuat.

Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh menurun, yaitu :


a) Vasokontriksi kulit di seluruh tubuh
b) Vasokontriksi terjadi karena rangsangan pada pusat simpatis
hipotalamus posterior
Rangsangan simpatis menyebabkan otot erektorpili yang melekat
pada folikel rambut berdiri. Mekanisme ini tidak penting pada
manusia, tetapi pada binatang tingkat rendah, berdirinya bulu ini
akan berfungsi sebagai isolator panas terhadap lingkungan.
c) Peningkatan pembentukan panas
Pembentukan panas oleh sistem metabolisme meningkat melalui
mekanisme menggigil, pembentukan panas akibat rangsangan
simpatis, serta peningkatan sekresi tiroksin.

E. Macam-Macam Suhu Tubuh


Macam-macam suhu tubuh menurut (Tamsuri Anas 2007) :
 Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C
 Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36 – 37,5°C
 Febris / pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5 – 40°C
 Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C
Berdasarkan distribusi suhu di dalam tubuh, dikenal suhu inti (core
temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada jaringan dalam, seperti
kranial, toraks, rongga abdomen, dan rongga pelvis. Suhu ini biasanya
dipertahankan relatif konstan (sekitar 37°C). selain itu, ada suhu
permukaan (surface temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada kulit,

6
jaringan sub kutan, dan lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi
sebesar 20°C sampai 40°C.

F. Rentang Normal Suhu Tubuh


 Rentang normal suhu tubuh berkisar antara 36-38°C
 Tergantung pada tempat pengukuran suhu, yaitu :
 Suhu Oral, rata-rata 37°C
 Suhu Rektal, rata-rata 37,5°C
 Suhu Aksila, rata-rata 36,5°C

G. Tempat Pengukuran Suhu


 Suhu inti : suhu jaringan dalam tubuh (rongga abdomen dan rongga
pelvis), suhu ini relatif konstan. Untuk mengukur suhu inti dapat
dilakukan dibeberapa tempat, diantaranya:
1. Rektum
2. Membran tympani
3. Esofagus
4. Arteri pulmoner
5. Kandung kemih

 Suhu permukaan : suhu permukaan tubuh (kulit, sebkutan, dan


lemak), suhu ini dapat naik dan turun merespon terhadap lingkungan.
Untuk mengukur suhu permukaan dapat dilakukan dibeberapa
tempat antara lain:
1. Kulit
2. Aksila
3. Oral

7
H. Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh
1. Exercise
Semakin beratnya exercise maka suhunya akan meningkat 15 x,
sedangkan pada atlet dapat meningkat menjadi 20 x dari
basalratenya.
2. Hormon
(Thyroxine dan Triiodothyronine) adalah pengatur pengatur
utama basal metabolisme rate. Hormon lain adalah testoteron,
insulin, dan hormon pertumbuhan dapat meningkatkan metabolisme
rate 5-15%.
3. Sistem syaraf
Selama exercise atau situasi penuh stress, bagian simpatis dari
system syaraf otonom terstimulasi. Neuron-neuron post ganglionik
melepaskan norepinephrine (NE) dan juga merangsang pelepasan
hormon epinephrine dan norephinephrine (NE) oleh medulla adrenal
sehingga meningkatkan metabolisme rate dari sel tubuh.
4. Suhu tubuh
Meningkatnya suhu tubuh dapat meningkatkan metabolisme rate,
setiap peningkatan 1 % suhu tubuh inti akan meningkatkan
kecepatan reaksi biokimia 10 %.
5. Asupan makanan
Makanan dapat meningkatkan 10 – 20 % metabolisme rate
terutama intake tinggi protein.
6. Usia
Pada saat lahir, mekanisme kontrol suhu masih imatur. Produksi
panas meningkat seiring dengan pertumbuhan bayi memasuki masa
anak-anak. regulasi suhu akannormal setelah anak mencapai
pubertas. Lansia sensitif terhadap suhu yang ekstrem akibat turunnya
mekanisme kontrol suhu (terutama kontrol vasomotor), penurunan
jumlah jaringan subkutan, penurunan aktivitas kelenjar keringat,
penurunan metabolism.

8
7. Olahraga
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dan
metabolisme lemak dankarbohidrat.
8. Kadar Hormon
Suhu tubuh wanita lebih fluktuatif dibandingkan pria
9. Stres
Stress fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi
hormonal dan persyarafan
10. Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan,
artinya panas tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan
yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat
mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara
manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit.
Mekanisme kontrol suhu tubuh akan dipengaruhi oleh suku
disekitar. Walaupun terjadi perubahan suhu tubuh, tetapi tubuh
mempunyai mekanisme homeostasis yang dapat dipertahankan
dalam rentang normal. Suhu tubuh yang normal adalah mendekati
suhu tubuh inti yaitu sekitar 37 0 C. suhu tubuh manusia mengalami
fluktuasi sebesar 0,5 – 0,7 0 C, suhu terendah pada malam hari dan
suhu tertinggi pada siang hari. Panas yang diproduksikan harus
sesuai dengan panas yang hilang.
11. Demam ( peradangan ).
Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan
metabolisme sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C.
12. Aktivitas
Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme,
mengakibatkan gesekan antar komponen otot / organ yang
menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas) dapat meningkatkan
suhu tubuh hingga 38,3 – 40,0 °C.

9
13. Gangguan organ.
Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada
hipotalamus, dapat menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh
mengalami gangguan. Berbagai zat pirogen yang dikeluarkan pada
saai terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan suhu tubuh.
Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga
dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu.
14. Emosi
Saat emosi tidak stabil misalnya dalam keadaan marah akan
menyebabkan meningkatnya suhu tuhuh.Sedangkan apatis dan
depresi menyebabkan menurunya suhu tubuh.
15. Waktu
Bervariasi 1,1-1,6 C
16. Jenis Kelamin
Wanita biasanya lebih baik dalam mengisolasi panas dan
menjaga suhu internal.Peningkatan progesteron selama ovulasi
menyebabkan perubahan suhu sekitar 0,3-0,5 C.

I. Gangguan Pengaturan Suhu tubuh


Diantaranya disebabkan oleh:
1. Demam
Demam merupakan mekanisme pertahanan yang penting.
Peningkatan ringan suhu sampai 39°C meningkatkan sistem imun
tubuh. Demam juga merupakan bentuk pertarungan akibat infeksi
karena virus menstimulasi interferon (substansi yang bersifat
melawan virus).Pola demam berbeda bergantung pada pirogen.
Peningkatan dan penurunan jumlah pirogen berakibat puncak demam
dan turun dalam waktu yang berbeda.Selama demam, metabolisme
meningkat dan konsumsi oksigen bertambah. Metabolisme tubuh
meningkat 7% untuk setiap derajat kenaikan suhu. Frekuensi jantung
dan pernapasan meningkat untuk memenuhi kebutuhan metabolik

10
tubuh terhadap nutrient. Metabolisme yang meningkat menggunakan
energi yang memproduksi panas tambahan.
2. Kelelahan akibat panas
Kelelahan akibat panas terjadi bila diaforesis yang banyak
mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan.
Disebabkan oleh lingkungan yang terpajan panas. Tanda dan gejala
kurang volume cairan adalah hal yang umum selama kelelahan
akibat panas. Tindakan pertama yaitu memindahkan klien ke
lingkungan yang lebih dingin serta memperbaiki keseimbangan
cairan dan elektrolit.
3. Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan
tubuh untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan
produksi panas adalah hipertermia. Setiap penyakit atau trauma pada
hipotalamus dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas.
Hipertermia malignan adalah kondisi bawaan tidak dapat mengontrol
produksi panas, yang terjadi ketika orang yang rentan menggunakan
obat-obatan anastetik tertentu.
4. Heatstroke
Paparan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan
dengan suhu tinggi dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran
panas. Kondisi ini disebut heatstroke, kedaruratan yang berbahaya
panas dengan angka mortalitas yang tinggi. Klien beresiko termasuk
yang masih sangat muda atau sangat tua, yang memiliki penyakit
kardiovaskular, hipotiroidisme, diabetes atau alkoholik. Yang
termasuk beresiko adalah orang yang mengkonsumsi obat yang
menurunkan kemampuan tubuh untuk mengeluarkan panas (mis.
fenotiazin, antikolinergik, diuretik, amfetamin, dan antagonis
reseptor beta-adrenergik) dan mereka yang menjalani latihan
olahraga atau kerja yang berat (mis. atlet, pekerja konstruksi dan
petani).

11
Tanda dan gejala heatstroke termasuk gamang, konfusi,
delirium, sangat haus, mual, kram otot, gangguan visual, dan bahkan
inkontinensia. Tanda lain yang paling penting adalah kulit yang
hangat dan kering.
Penderita heatstroke tidak berkeringat karena kehilangan
elektrolit sangat berat dan malfungsi hipotalamus. Heatstroke dengan
suhu yang lebih besar dari 40,5°C mengakibatkan kerusakan jaringan
pada sel dari semua organ tubuh. Tanda vital menyatakan suhu tubuh
kadang-kadang setinggi 45°C, takikardia dan hipotensi. Otak
mungkin merupakan organ yang terlebih dahulu terkena karena
sensitivitasnya terhadap keseimbangan elektrolit. Jika kondisi terus
berlanjut, klien menjadi tidak sadar, pupil tidak reaktif. Terjai
kerusakan neurologis yang permanen kecuali jika tindakan
pendinginan segera dimulai.
5. Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap dingin
memengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas
sehingga akan mengakibatakanhipotermia.
Tingkatan hipotermia:
 Ringan 34,6 - 36,5°C per rektal
 Sedang 28,0 - 33,5°C per rektal
 Berat 17,0 - 27,5°C per rektal
 Sangat berat 4,0 - 16,5°C per rektal
Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berangsur dan
tidak diketahui selama beberapa jam. Ketika suhu tubuh turun
menjadi 35°C, orang yang mengalami hipotermia mengalami
gemetar yang tidak terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan tidak
mampu menilai. Jika suhu tubuh turun dibawah 34,4°c, frekuensi
jantung, pernapasan, dan tekanan darah turun. Jika hipotermia terus
berlangsung, disritmia jantung akan berlangsung, kehilangan

12
kesadaran, dan tidak responsif terhadap stimulus nyeri. Kita dapat
mengukur suhu tubuh pada tempat-tempat berikut:
1. ketiak/ axilae: termometer didiamkan selama 7-10 menit
2. anus/ dubur/ rectal: termometer didiamkan selama 5 menit
3. mulut/ oral: termometer didiamkan selama 2-3 menit.
Adapun suhu tubuh normal menurut usia dapat dilihat pada tabel
berikut:
USIA SUHU(DERAJAT CELCIUS)
3 Bulan 37,5°C
6 Bulan 37,5°C
1 Tahun 37,7°C
3 Tahun 37,2°C
5 Tahun 37,0°C
7 Tahun 36,8°C
9 Tahun 36,7°C
11 Tahun 36,7°C
13 Tahun 36,6°C
Dewasa 36,4°C
>70 Tahun 36,0°C

2.2 PROSEDURAL KEPERAWATAN DALAM BERHUBUNGAN


DENGAN GANGUAN KESEIMBANGAN SUHU TUBUH
A. Mengukur Suhu Tubuh Oral, Aksila, Rektal
a) Definisi
Suhu badan adalah derajat panas yang dihasilkan oleh tubuh manusia
sebagai keseimbangan pembakaran dalam tubuh dengan pengeluaran
panas melalui keringat, pernafasan, sisa – sisa pembuangan
(ekskresi) dan penyinaran (radiasi), hantaran (konduksi) dan
convection (konveksi).

b) Tujuan
Mengetahui suhu badan pasien, apakah suhu badannya normal atau
tidak.

13
c) Tempat pengambilan suhu
1. Pengambilan suhu secara oral (mulut)
2. Pengambilan suhu secara rectal (Anus)
3. Pengambilan suhu secara Aksila (Ketiak)

d) Indikasi
1. Pada pasien baru
2. Menurut peraturan rumah sakit secara rutin 3 kali sehari (06.00 ;
12.00 ; 18.00)
3. Sewaktu – waktu bila pasien demam, sesudah mengigil atas
instruksi dokter
4. Pada saat bersamaan dengan pengukuran tekanan darah, denyut
Nadi dan Pernafasan

e) Kontraindikasi
 Kontraindikasi thermometer Oral
1. Tidak kooperatif
2. Gelisah
3. Tidak sadarkan diri
4. Mengigil
5. Mengalami gangguan Jiwa
6. Batuk
7. Bayi atau anak-anak
8. Tidak dapat bernapas melalui hidung
9. Menjalani pembedahan oral
10. Sangat lemah
11. Berada dalam kewaspadaan kejang
 Kontraindikasi thermometer Rectal
1. Diare
2. Impaksi fekal

14
3. Mengalami perdarahan rektal
4. Hemoroid
5. Menjalani pembedahan rektal

f) Persiapan Alat
1. Thermometer air raksa atau digital
2. 3 gelas yang berisi : Larutan sabun, desinfektan, dan air bersih
dalam tempatnya
3. Handscoon bersih
4. Tissue 3 buah
5. Bengkok
6. Pena dan lembar dokumentasi

g) Prosedur Tindakan
Tahap Pra Interaksi
1. Pelajari data tentang pasien sebagai persiapan melakukan
pekerjaan
2. Mencuci tangan
3. Siapkan alat sesuai dengan intruksi kerja
Tahap Orientasi
1. Sampaikan salam teraupetik pada klien/pasien
2. Jelaskan instruksi kerja yang akan dilakukan
3. Tanyakan kesiapan pasien dalam tindakan instruksi kerja
Tahap kerja
 Pemeriksaan suhu Oral
1. Menjaga privacy
2. Cuci tangan
3. Gunakan handscoon bersih
4. Atur posisi pasien dengan posisi supinasi/telentang
5. Tentukan letak dibawah lidah
6. Turunkan suhu thermometer dibawah antara 34oC – 35oC

15
7. Letakkan thermometer di bawah lidah sejajar dengan Gusi
8. Anjurkan mulut di katupkan 3-5 menit
9. Angkat thermometer dan bacakan hasilnya
10. Mengusap thermometer dengan tissue
11. Rapihkan Pasien
12. Bereskan alat
 Pemeriksaan suhu Aksila
1. Menjaga privacy
2. Cuci tangan
3. Gunakan handscoon bersih
4. Atur posisi pasien dengan posisi supinasi
5. Membersihkan Aksila pasien dengan tissue pada lengan
yang jauh
6. Memeriksa thermometer air raksa, pastikan skala dibawah
35oC bila belum turun, turunkan dengan cara menggibaskan
thermometer
7. Memasang thermometer tepat pada tengah aksila
8. Menyilangkan tangan pasien di depan dada pasien,
memegang bahu
9. Mengangkat thermometer setelah 3-7 menit
10. Mengusap thermometer dengan tissue
11. Membacakan hasinya
12. Rapihkan pasien
13. Bereskan alat
 Pemeriksaan suhu Rectal
1. Menjaga privacy
2. Mencuci tangan
3. Gunakan handscoon bersih
4. Atur posisi pasien dengan posisi miring/sims
5. Turunkan pakaian bagian bawah sampai dibawah glutea
(dibawah bokong)

16
6. Tentukan letak rectal, dan oleskan gel
7. Turunkan skala thermometer dibawah 34oC – 35oC
8. Letakkan telapak tangan pada sisi glutea pasien, masukkan
thermometer ke dalam rectal dengan perlahan- lahan, jangan
sampai berubah posisi dan ukuran suhu
9. Mengangkat thermometer Setelah 3-5 menit
10. Angkat thermometer dengan tissue dan bacakan hasil
11. Rapihkan pasien dan bereskan alat
Tahap Terminasi
1. Bereskan alat
 Membersihkan thermometer : dengan cara menyiapkan air
desinfektan, air sabun, air bersih dan tissue, selanjutnya
turunkan skala thermometer hingga 34-35oC. Setelah itu
masukkan thermometer kedalam air desinfektan selama
beberapa detik lalu angkat dan masukkan kedalam air
sabun selama beberapa detik setelah itu angkat dan bilas
dengan air bersih angkat dan keringkan dengan tissue
dengan arah dari badan thermometer ke bagian kepala
thermometer atau dari atas ke bawah (satu arah).
 Dan kembalikan pada tempatnya
2. Evaluasi tindakan
3. Berpamitan pada pasien
4. Cuci tangan
5. Dokumentasikan

B. Memberikan Kompres Hangat


a) Pengertian
Kompres hangat adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan
menggunakan cairan atau alat yang hangat pada bagian tubuh yang
memerlukan.

17
b) Tujuan
1. Memperlancar sirkulasi darah
2. Mengurangi rasa sakit
3. Memberi rasa hangat, nyaman, dan tenang pada klien
4. Merangsang peristatik usus

c) Indikasi
Kompres Panas
1. Klien yang kedinginan (suhu tubuh menurun)
2. Klien dengan perut kembung
3. Klien yang punya penyakit peradangan, seperti radang
persendian
4. Adanya abses (bisul), hematoma (memar/lebam)
5. Spasme (kram) otot

d) Persiapan Alat
 Kompres panas basah
1. Kom berisi air hangat sesuai dengan kebutuhan (40-46oC)
2. Bak steril berisi dua buah kassa dengan ukuran yang sesuai
3. Kassa perban atau kain segitiga
4. Pengalas
5. Handscoon bersih
6. Bengkok 2 buah ( satu kosong, satu berisi larutan Lysol 3%)
7. Washlap 4 buah/tergantung kebutuhan
8. Pinset anatomi 2 buah
9. Korentang
 Kompres panas kering dengan buli – buli panas
1. Buli – buli panas dan sarungnya
2. Termos berisi air panas
3. Gelas ukur
4. Lap kerja

18
e) Prosedur tindakan
Tahap Pra Interaksi
1. Pelajari data tentang pasien sebagai persiapan melakukan
pekerjaan
2. Mencuci tangan
3. Siapkan alat sesuai dengan intruksi kerja
Tahap Orientasi
1. Sampaikan salam teraupetik pada klien/pasien
2. Jelaskan instruksi kerja yang akan dilakukan
3. Tanyakan kesiapan pasien dalam tindakan instruksi kerja
Tahap Kerja
 Kompres panas basah
1. Menjaga privacy
2. Dekatkan alat-alat kedekat pasien
3. Cuci tangan
4. Atur posisi pasien yang nyaman
5. Pasang pengalas dibawah daerah yang akan di kompres
6. Gunakan handscoon bersih
7. Kemudian buka balutan perban bila diperban, dan buang ke
bengkok yang kosong
8. Ambil beberapa potong kassa dengan pinset anatomi lalu
masukkan ke dalam kom yang berisi cairan hangat
9. Kemudian ambil kassa tersebut, lalu bentangkan dan
letakkan pada area yang akan di kompres
10. Bila klien menoleransi kompres hangat tersebut, lalu
ditutup/dilapisi dengan kassa kering. Selanjutnya dibalut
dengan kassa kering, selanjutnya dibalut dengan kassa
perban atau kain segitiga
11. Lakukan prasat ini selama 15-30 menit atau sesuai program
dengan anti balutan kompres tiap 5 menit
12. Setelah selesai, rapihkan pasien

19
13. Atur kembali posisi nyaman pasien
14. Bereskan alat
Hal yang haru di perhatikan :
1. Kain kassa harus di ganti pada waktunya dan suhu kompres
dipertahankan tetap hangat
2. Cairan jangan terlalu panas, hindarkan agar kulit jangan
sampai terbakar
3. Kain kompres harus lebih besar dari pada area yang akan di
kompres
4. Untuk kompres hangat pada luka terbuka, peralatan harus
steril, pada luka tertutup seperti memar atau bengkak,
peralatan tidak perlu steril karena yang penting bersih
 Kompres panas kering dengan buli – buli panas
1. Menjaga privacy
2. Cuci tangan
3. Lakukan pemasangan terlebih dahulu pada buli – buli panas
dengan cara : mengisi buli – buli dengan air panas,
kencangkan penutupnya kemudia membalik posisi buli – buli
berulang – ulang, lalu kosongkan isinya. Siapkan dan ukur air
yang diinginkan (50-60oC)
4. Isi buli-buli dengan air panas sebanyak kurang lebih setengah
bagian dari buli-buli tersebut.lalu keluarkan udaranya dengan
cara :
 Letakkan atau tidurkan buli – buli di atas meja atau
tempat datar
 Bagian atas buli-buli di lipat sampai kelihatan pernukaan
air di leher buli-buli
 Kemudian penutup buli –buli di tutup dengan rapat/
benar
5. Periksa apakah buli-buli bocor atau tidak lalu kerigkan
dengan lap kerja dan masukkan ke dalam sarung buli-buli

20
6. Bawa buli-buli ke dekat pasien
7. Letakkan atau pasang buli-buli pada area yang memerlukan
8. Kaji secara teratur kondisi klien untuk mengetahui kelainan
yang timbul akibat pemberian kompres dengan buli-buli
panas, seperti kemerahan, ketidak nyamanan, kebocoran, dsb.
9. Ganti buli-buli panas setelah 30 menit di pasang dengan air
panas lagi, sesuai yang dikehendaki
10. Rapihkan pasien
11. Bereskan alat
Hal yang perlu diperhatikan
1. Buli-buli panas tidak boleh diberikan pada klien perdarahan
2. Pemakaian buli-buli panas pada bagian abdomen, tutup buli-
buli mengarah ke atas atau ke samping
3. Pada bagian kaki, tutup buli-buli mengarah ke bawah atau ke
samping
4. Buli-buli harus diperiksa dahulu atau tidak licin karet pada
penutupnya
Tahap Terminasi
1. Evaluasi tindakan
2. Berpamitan dengan pasien
3. Mencuci tangan
4. Dokumentasikan

C. Memberikan Kompres Dingin


a) Pengertian
Kompres dingin adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan
menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan dingin pada
bagian tubuh yang memerlukan.

b) Tujuan
1. Menurunkan suhu tubuh

21
2. Mencegah peradangan meluas
3. Mengurangi kongesti (pembendungan darah)
4. Mengurangi perdarahan setempat
5. Mengurangi rasa sakit pada daerah setempat

c) Indikasi
1. Klien dengan suhu tubuh yang tinggi
2. Klien dengan batuk dan muntah darah
3. Pasca tonsilektomi
4. Radang, memar

d) Persiapan alat
 Kompres Dingin basah dengan larutan obat anti septic
1. Kom steril
2. Bak steril berisi pinset steril anatomi 2 buah, beberapa kain
kassa sesuai kebutuhan
3. Cairan antiseptic berupa PK 1:4000, revanol 1:1000 sampai
1:3000, larutan betadin
4. Pembalut bila perlu
5. Perlak pengalas
6. Handscoon bersih
 Kompres dingin basah dengan air biasa/air es
1. Kom kecil berisi air biasa/air es
2. Perlak pengalas
3. Beberapa buah washlap/ kain kassa dengan ukuran tertentu
4. Handscoon bersih
 Kompres dingin kering dengan kirbat es (eskap)
1. Kirbat es/eskap dengan sarungnya
2. Kom berisi potongan-potongan kecil es dan satu sendok the
garam agar es tidak cepat mencair
3. Air dalam kom

22
4. Lap kerja
5. Perlak pengalas

e) Prosedur tindakan
Tahap Pra Interaksi
1. Pelajari data tentang pasien sebagai persiapan melakukan
pekerjaan
2. Mencuci tangan
3. Siapkan alat sesuai dengan intruksi kerja
Tahap Orientasi
1. Sampaikan salam teraupetik pada klien/pasien
2. Jelaskan instruksi kerja yang akan dilakukan
3. Tanyakan kesiapan pasien dalam tindakan instruksi kerja
Tahap kerja
 Kompres dingin basah dengan larutan obat anti septic
1. Menjaga privacy
2. Dekatkan alat ke dekat pasien
3. Mencuci tangan
4. Gunakan handscoon
5. Pasang perlak pada area yang akan di kompres
6. Mengocok obat atau larutan bila terdapat endapan
7. Tuangkan cairan ke dalam kom steril
8. Masukkan beberapa potong kassa ke dalam kom tersebut
9. Peras kain kassa tersebut dengan menggunakan pinset
10. Bentangkan kain kassa dan letakkan kassa di atas area yang
di kompres dan di balut
11. Rapihkan posisi klien
12. Bereskan alat-alat
Hal yang perlu di perhatikan :
1. Kain kassa harus sering dibasahi agar tetap basah
2. Pada luka bakar kotor, kassa di ganti tiap 1-2 jam

23
3. Perhatikan kulit setempat/sekitarnya. Bila terjadi iritasi
segera laporkan
4. Pada malam hari agar kelembapan kompres bertahan lama,
tutupi dengan kapan sublimat.
 Kompres dingin basah air biasa/air es
1. Menjaga privacy
2. Dekatkan alat ke dekat pasien
3. Mencuci tangan
4. Gunakan handscoon
5. Pasang pengalas pada area yang akan dikompes
6. Masukkan washlap/kain kassa ke dalam air biasa atau air es
lalu diperas sampai lembab
7. Letakkan washlap/kain kassa tersebut pada area yang akan
di kompres
8. Ganti washlap/ kain kassa tiap kali dengan washlap/kain
kassa yang sudah terendam dalam air biasa atau air es
9. Lakukan berulang sampai suhu tubuh turun
10. Rapihkan pasien
11. Bereskan alat
Hal yang harus diperhatikan:
1. Bila suhu tubuh 39oC atau lebih, tempat kompres dilipat
paha dan ketiak
2. Pada pemberian kompres dilipat paha, selimut diangkat dan
dipasang busur selimut diatas dada dan perut klien agar
sprei atas tidak basah
 Kompres dingin kering dengan kirbat es
1. Menjaga privasi
2. Dekatkan alat ke dekat pasien
3. Mencuci tangan
4. Gunakan handscoon

24
5. Masukkan batnan es ke dalam kom air supaya pinggir es
tidak tajam
6. Isi kirbat es dengan potongan es sebanyak kurang lebih
setengah bagian dari kirbat tersebut
7. Keluarkan udara dari eskap dengan melipat bagian yang
kosong, lalu tutup rapat
8. Periksa skrap, adakah kebocoran atau tidak
9. Keringkan eskap dengan lap, lalu masukkan ke dalam
sarungnya
10. Buka area yang akan di kompres dan atur yang nyaman
pada klien
11. Pasang perlak pengalas pada bagian tubuh yang akan di
kompres
12. Letakkan eskap pada bagian yang memerlukan kompres
13. Kaji keadaan kulit setiap 20 menit terhadap nyeri, mati rasa,
dan suhu tubuh
14. Angkat eskap bila sudah selesai
15. Atur posisi klien kembali pada posisi yang nyaman
16. Bereskan alat
Hal yang perlu diperhatikan:
1. Bila klien kedinginan atau sianosis, kirbat es harus segera di
angkat
2. Selama pemberian kirbat es, perhatikan kulit kllien terhadap
keberadaan iritasi dan lain lain
3. Pemberian kirbat es untuk menurunkan suhu tubuh, maka
suhut tubuh harus di kontrol setiap 30-60 menit. Bila suhu
sudah turun kompres di hentikan
4. Bila tidak ada kirbat es bisa menggunakan kantong plastic
5. Bila es dalam kirbat es sudah mencair harus segera diganti
(bila perlu)

25
Tahap Terminasi
1. Evaluasi tindakan
2. Berpamitan dengan pasien
3. Mencuci tangan
4. dokumentasikan

26
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan


melalui pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil
melalui anastomosis arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan
aliran dalam fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang mencapai 30%
total curah jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke
kulit menjadi sangat efisien. Dengan demikian, kulit merupakan radiator
panas yang efektif untuk keseimbangan suhu tubuh.Bila tubuh merasa panas,
ada kecendrungan tubuh meningkatkan kehilangan panas kelingkungan; bila
tubuh merasa dingin, maka kecendrungannya menurunkan kehilangan panas.
Jumlah panas yang hilang ke lingkungan melalui radiasi dan konduksi –
konveksi sangat ditentukan oleh perbadaan suhu antara kilit dan lingkungan
eksterna.

3.2 Saran
Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi semua
mahasiswa/mahasiswi yang membacanya. Dengan adanya makalah ini
diharapkan dapat membantu mata kuliah “Keperawatan Dasar”. Selain itu
diperlukan lebih banyak referensi dalam penyusunan makalah ini agar lebih
baik.

27
DAFTAR PUSTAKA

Kukus, Yondry., Supit, Wenny., & Lintong, Fransiska. Suhu Tubuh: Homeostatis
Dan Efek Terhadap Kinerja Tubuh Manusia. Journal Biomedik, 1(2), 107-118.

https://www.scribd.com/document/376243098/Makalah-Keseimbangan-Suhu-
Tubuh

https://id.scribd.com/doc/266124294/SOP-Kompres

28

Anda mungkin juga menyukai