PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cairan sangat penting untuk mempertahankan keseimbangan atau homeostasis
tubuh. Gangguan keseimbangan cairan dapat mempengaruhi fungsi fisiologis
tubuh. Pemenuhan kebutuhan cairan termasuk kebutuhan fisiologis yang berarti
merupakan kebutuhan yang mendasar, untuk itu pada makalah ini dibahas
mengenai cairan, jenis cairan, fungsi cairan, mekanisme dalam tubuh,
masalahnya dan juga tindakan keperawatan nya dalam menangani masalah
kebutuhan cairan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu definisi kebutuhan cairan?
2. Apa itu volume dan distribusi cairan tubuh?
3. Bagaimana pergerakan cairan dalam tubuh?
4. Sistem apa aja yang berperan dalam kebutuhan cairan?
5. Bagaimana keseimbangan cairan dan pengaturannya dalam tubuh?
6. Faktor apa saja yang mempengaruhi kebutuhan cairan?
7. Apa masalah yang terkait dengan kebutuhan cairan?
8. Bagaimana menghitung kebutuhan cairan dan keseimbangan cairan?
9. Apa saja tindakan dalam menangani masalah kebutuhan cairan?
1
BAB II
LANDASAN TEORI
2
TBW pada orang dewasa berkisar antara 45-75% dari berat badan. Kisaran
ini tergantung pada tiap individu yang memiliki jumlah jaringan adipose
yang berbeda, yang mana jaringan ini hanya mengandung sedikit air.
TBW pada wanita lebih kecil dibanding dengan laki-laki dewasa pada
umur yang sama, karena struktur tubuh wanita dewasa yang umumnya
lebih banyak mengandung jaringan lemak.
TBW pada neonatus lebih tinggi yaitu sekitar 70-80% berat badan
Untuk beberapa alasan, obesitas serta peningkatan usia akan menurunjkan
jumlah kandungan total air tubuh
TBW dibagi dalam 2 komponen utama yaitu cairan intraseluler (CIS) dan
cairan ekstraseluler (CES):
1. Cairan Intraseluler (CIS)
Cairan intraseluler merupakan 40% dari TBW. Pada seorang laki- laki
dewasa dengan berat 70 kg berjumlah sekitar 27 liter. Sekitar 2 liter berada
dalam sel darah merah yang berada di dalam intravaskuler. Komposisi CIS
dan kandungan airnya bervariasi menurut fungsi jaringan yang ada. Misalnya,
jaringan lemak memiliki jumlah air yang lebih sedikit dibanding jaringan
tubuh lainnya.
Komposisi dari CIS bervariasi menurut fungsi suatu sel. Namun terdapat
perbedaan umum antara CIS dan cairan interstitial. CIS mempunyai kadar
Na+, Cl dan HCO3 yang lebih rendah dibanding CES dan mengandung lebih
banyak ion K+ dan fosfat serta protein yang merupakan komponen utama
intra seluler.
Komposisi CIS ini dipertahankan oleh membran plasma sel dalam keadaan
stabil namun tetap ada pertukaran. Transpor membran terjadi melalui
mekanisme pasif seperti osmosis dan difusi, yang mana tidak membutuhkan
energi sebagaimana transport aktif.
2. Cairan Ekstraseluler (CES)
Cairan ekstraseluler (CES), yaitu seluruh cairan di luar sel. cairan ini
terdiri atas plasma (cairan intravaskuler) 5%, cairan interstisial (cairan di
sekitar tubuh seperti limfe) 10-15%, dan transeluler (misalnya, cairan
3
serebrospinalis, sinovia, cairan dalam peritonium, cairan dalam rongga mata,
dan lain-lain) 1-3%.
Dua kompartemen terbesar dari cairan ekstrasluler adalah cairan
interstisial, yang merupakan tiga perempat cairan ekstraseluler, dan plasma,
Plasma adalah bagian darah nonselular dan terus menerus berhubungan
dengan cairan interstisiel melalui celah-celah membran kapiler. Celah ini
bersifat sangat permeabel terhadap hampir semua zat terlarut dalam cairan
ekstraseluler, kecuali protein. Karenanya, cairan ekstraseluler terus
bercampur, sehingga plasma dan interstisiel mempunyai komposisi yang
sama kecuali untuk protein, yang konsentrasinya lebih tinggi pada plasma.
Cairan transeluler merupakan cairan yang disekresikan dalam tubuh
terpisah dari plasma oleh lapisan epithelial serta peranannya tidak terlalu
berarti dalam keseimbangan cairan tubuh, akan tetapi pada beberapa keadaan
dimana terjadi pengeluaran jumlah cairan transeluler secara berlebihan maka
akan tetap mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Cairan
yang termasuk cairan transseluler yaitu :Cairan serebrospinal, cairan dalam
kelenjar limfe, cairan intra okular, cairan gastrointestinal dan empedu, cairan
pleura, peritoneal, dan perikardial.
4
Osmosis merupakan bergeraknya pelarut bersih seperti air, melalui membran
semipermeabel dari larutan yang berkonsentrasi lebih rendah ke konsentrasi
yang lebih tinggi yang sifatnya menarik.
3. Transpor Aktif
Partikel bergerak dari konsentrasi rendah ke tinggi karena adanya daya aktif
dari tubuh seperti pompa jantung.
5
2.1.5 Keseimbangan Cairan dan Pengaturannya dalam Tubuh
Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake (masukan) cairan dan output
(pengeluaran) cairan. Pemasukan cairan berasal dari minuman dan makanan.
Kebutuhan cairan setiap hari antara 1.800-2.500 ml/hari. Sekitar 1.200 ml
berasal dari minuman dan 1.000 ml dari makanan. Sedangkan pengeluaran
cairan melalui ginjal dalam bentuk urine 1.200-1500 ml/hari, feses 100 ml, paru-
paru 300-500 ml, dan kulit 600-800 ml (Tarwoto & Wartonah, 2006).
6
4. Prostaglandin
Prostagladin adalah asam lemak alami yang terdapat dalam banyak jaringan
dan berfungsi dalam merespon radang, pengendalian tekanan darah, konstruksi
uterus, dan mobilitas gastrointestinal. Dalam ginjal, prostaglandin berperan
mengatur sirkulasi ginjal, respons natrium, dan efek ginjal pada ADH.
5. Glukokortikoid
Meningkatkan resorpsi natrium dan air, sehingga volume darah naik dan
terjadi retensi natrium. Perubahan kadar glukokortikoid menyebabkan perubahan
pada keseimbangan volume darah.
7
2.1.7 Masalah Terkait Pemenuhan Kebutuhan Cairan
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2006), masalah keseimbangan cairan terdiri
dari dua bagian yaitu:
1. Hipovolemik
Hipovolemik adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan
ekstraseluler (CES), dan dapat terjadi karena kehilangan cairan melalui kulit,
ginjal, gastrointestinal, pendarahan sehingga menimbulkan syok hipovolemik.
Mekanisme kompensasi pada hipovolemik adalah peningkatan rangsangan saraf
simpatis (peningkatan frekuensi jantung, kontraksi jantung, dan tekanan
vaskuler), rasa haus, pelepasan hormon ADH dan aldosteron. Hipovolemik yang
berlangsung lama dapat menimbulkan gagal ginjal akut.
Gejala: pusing, lemah, letih, anoreksia, mual muntah, rasa haus, gangguan
mental, konstipasi dan oliguri, penurunan tekanan darah, HR meningkat, suhu
meningkat, turgor kulit menurun, lidah kering dan kasar, mukosa mulut kering.
Tanda-tanda penurunan berat badan akut, mata cekung, pengosongan vena
jugularis. Pada bayi dan anak-anak adanya penurunan jumlah air mata. Pada
pasien syok tampak pucat, HR cepat dan halus, hipotensi, dan oliguri.
2. Hipervolemik
Hipervolemik adalah penambahan atau kelebihan volume CES, dapat terjadi
pada saat:
Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air
Fungsi ginjal abnormal dengan penurunan ekskresi natrium dan air
Kelebihan pemberian cairan
Perpindahan cairan dari interstisial ke plasma
Gejala yang mungkin terjadi adalah sesak napas, peningkatan dan penurunan
tekanan darah, nadi kuat, edema, adanya ronchi, kulit lembab.
8
2.1.8 Menghitung Kebutuhan Cairan dan Keseimbangan Cairan
Dewasa :
BB 10 kg pertama = 1000cc
BB 10 kg kedua = 500 cc
20 cc x sisa bb
+
Anak :
4 x 10kg pertama = 40cc
2 x 10kg kedua = 20 cc
1 x sisa bb
+
Rumus IWL = 15 X BB
24 jam
IWL adalah insensible water loss : jumlah cairan yang keluarnya tidak kita
sadari dan sulit di hitung, seperti keringat dan uap hawa
Input / cairan masuk : infus, obat, minum, makanan, oksidasi metabolik
Output / cairan keluar : urin, feses
9
2.2 Prosedural Keperawatan dalam Memenuhi Kebutuhan Pasien
Berhubungan dengan Gangguan Kebutuhan Cairan
10
Meja periksa atau tempat tidur
Stetoskop
Buku catatan tanda vital
Pen
Prosedur Kerja :
1. Tahap Interaksi
Melakukan verifikasi data sebelumnya
Menyiapkan alat
Mencuci tangan
2. Tahap Orientasi
Memberi salam dan menyapa nama pasien
Memperkenalkan diri
Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada pasien atau keluarga
Menanyakan persetujuan / kesiapan pasien
Mencuci tangan dengan benar
3. Tahap Kerja
Atur posisi pasien.
Letakkan lengan yang hendak di ukur tekanan darah dengan posisi
terlentang.
Lengan baju di buka.
Pasang manset pada lengan kanan atas sekitar 3cm di atas fossa cubiti
(jangan terlalu ketat maupun longgar).
Tentukan denyut nadi arteri radialis dekstra.
Pompakan udara ke dalam manset sampai denyut nadi arteri radialis
dekstra tidak teraba dengan tekanan rata-rata tekanan normal.
Letakkan diafragma stetoskop di atas arteri brakhialis dan dengarkan.
Keluarkan udara dalam manset secara perlahan dan berkesinambungan
dengan memutas sekrup pada pompa udara berlawanan arah jarum jam.
Catat hingga mmHg pada manometer di mana arteri pertama berdenyut
kembali.
11
Catat tinggi mmHg pada manometer
Fase Korotkoff I: Menunjukkan besarnya tekanan sistolik secara
auskultasi.
Fase Korotkoff IV / V: Menunjukkan besarnya tekanan diastolik secara
auskultasi.
Cuci tangan.
Catat hasil.
4. Tahap Terminasi
Merapikan pasien
Melakukan evaluasi tindakan
Merapikan alat
Berpamitan
Mencuci tangan
12
Berikut ini merupakan jumlah denyut nadi normal per menit:
a. Bayi sampai usia 1 tahun: 100-160 kali per menit
b. Anak usia 1-10 tahun: 70-120 kali per menit
c. Anak usia 11-17 tahun: 60-100 kali per menit
d. Dewasa: 60-100 kali per menit
Umumnya, denyut nadi yang berada di kisaran paling bawah (60 kali per
menit misalnya pada orang dewasa) saat keadaan istirahat menunjukkan
bahwa jantung bekerja dengan efisien saat memompa darah dan tubuh Anda
lebih bugar. Orang yang aktif memiliki otot jantung yang lebih baik sehingga
jantung tidak perlu bekerja keras untuk mempertahankan fungsi tubuh.
Beberapa hal yang dapat memengaruhi jumlah denyut nadi Anda per menit
adalah:
a. Aktivitas fisik
Denyut nadi ketika kita sedang beristirahat cenderung lambat. Setelah
melakukan aktivitas fisik, denyut nadi umumnya akan lebih cepat. Terutama
jika aktivitasnya cukup berat seperti berolahraga.
Perubahan denyut nadi akibat aktivitas fisik seperti olahraga terjadi karena
tubuh membutuhkan lebih banyak supplai oksigen yang dibawa oleh darah.
Sehingga darah yang membawa oksigen ke seluruh tubuh pun lebih banyak
dan meningkatkan julmah denyut nadi.
b. Suhu udara
Umumnya denyut nadi akan lebih cepat ketika kita berada di suhu udara
yang lebih tinggi dari biasanya. Kenaikan denyut nadi akibat kenaikan suhu
biasanya sekitar 5-10 kali per menit.
c. Posisi tubuh
Posisi tubuh yang berubah juga bisa memicu perubahan pada jumlah
denyut nadi. Ketika kita sedang dalam posisi berbaring, lalu kemudian kita
berdiri, denyut nadi akan cenderung naik pada detik-detik awal.
d. Emosi
13
Beberapa kondisi seperti marah, sedih, cemas, takut, stres, hingga terlalu
senang bisa merubah denyut nadi seseorang. Biasanya denyut nadi akan
semakin cepat ketika kita merasakan emosi tertentu.
e. Ukuran tubuh
Orang dengan berat badan yang lebih besar biasanya cenderung memiliki
denyut nadi yang lebih cepat dari yang lain. Tetapi angka normal
maksimalnya tetap pada 100 kali per menit.
f. Obat-obatan
Penggunaan obat sering kali menimbulkan efek samping, salah satunya
adalah perubahan pada denyut nadi. Terdapat jenis obat-obatan yang bisa
memperlambat denyut nadi dan ada juga yang memberikan efek sebaliknya.
Tidak masalah jika kita tidak memiliki jumlah denyut nadi yang sama
dengan orang lain. Pada dasarnya jika denyut nadi masih berada di kisaran
normal, maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Denyut nadi dapat diukur di beberapa titik dalam tubuh , seperti:
1. Pergelangan tangan
2. Siku bagian dalam
3. Sisi leher bagian bawah
Persiapan Alat:
1. Arloji
2. Buku catatan
Prosedur Pelaksanaan:
1. Tahap Interaksi
Melakukan verifikasi data sebelumnya
Menyiapkan alat
Mencuci tangan
2. Tahap Orientasi
Memberi salam dan menyapa nama pasien
Memperkenalkan diri
Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada pasien atau keluarga
14
Menanyakan persetujuan / kesiapan pasien
Mencuci tangan dengan benar
3. Tahap Kerja
Mendekatkan alat ke samping klien
Memberitahu klien tentang prosedur dan tujuannya
Mencuci tangan
Membantu klien untuk melakukan posisi telentang atau duduk
Menempatkan dua atau tiga jari tangan pemeriksa di pergelangan
tangan di lekukan radiasi searah ibu jari klien.
Berikan tekanan ringan diatas radius, abaikan denyutan awal dan
kemudian tekanan rileks sehingga denyutan menjadi mudah di palpasi.
Saat denyutan teratur, hitung frekuensi denyut dengan jam tangan
berdetik
Hitung selama 1 menit penuh.
Kaji kekuatan, irama, kesetaraan denyut.
Bantu klien dalam posisi nyaman.
Mendokumentasikan dalam catatan perawatan.
4. Tahap Terminasi
Merapikan pasien
Melakukan evaluasi tindakan
Merapikan alat
Berpamitan
Mencuci tangan
Berikut adalah masalah yang mungkin terjadi ketika denyut nadi tidak
normal:
Takikardia adalah kondisi di mana denyut jantung lebih cepat dan tidak
seperti biasanya. Kondisi ini bisa menyababkan sirkulasi darah bermasalah
sehingga suplai darah ke seluruh tubuh jadi tidak tercukupi. Kondisi ini bisa
terindikasi jika Anda memiliki denyut nadi lebih dari 120 kali per menit.
15
Bradikardia adanya kebalikan dari takikardia, yaitu kondisi di mana
denyut jantung lebih lambat dari angka normalnya. Jika denyut nadi di bawah
angka 50 kali per menit, kemudian dibarengi dengan berbagai gejala lain
seperti sesak napas, nyeri di dada, dan lemas, maka perlu waspada akan
kondisi ini.
2.2.3 Pemeriksaan Rumple leed
Test rumple leed bermaksud untuk menguji ketahanan kapiler darah dengan
cara melakukan pembendungan kepada vena, sehingga darah menekan dinding
kapiler. Dinding kapiler yang oleh suatu sebab kurang kuat akan rusak oleh
pembendungan itu, sehingga darah dari dalam kapiler itu keluar dari kapiler dan
merembes kedalam jaringan sekitarnya sehingga tampak sebagai bercak merah
kecil pada permukaan kulit; bercak itu disebut petechiae (petekie) sebagai salah
satu manifestasi perdarahan.
Petekie adalah ektravasasi sel darah merah (eritrosit) ke dalam kulit atau
selaput lendir (mukosa) dengan manifestasi berupa makula kemerahan
superficial berukuran milier dengan diameter kira-kira 2 mm, yang tidak hilang
pada penekanan. Petekie dapat mengalami perubahan warna, awalnya merah
kemudian menjadi kebiruan, semakin memudar dan akhirnya hilang. Petekie
dapat timbul dengan dua cara yaitu secara spontan, karena kelainan hematologi,
atau diprovokasi dengan melakukan uji tourniquet (rumple leed test).
Prosedur pemeriksaan Rumple leed tes yaitu:
1. Pasang ikatan sfigmomanometer pada lengan atas dan pump sampai tekanan
100 mmHg (jika tekanan sistolik pesakit < 100 mmHg, pump sampai tekanan
ditengah-tengah nilai sistolik dan diastolik).
2. Biarkan tekanan itu selama 10 menit
3. Lepas ikatan dan tunggu sampai tanda-tanda statis darah hilang kembali.
Statis darah telah berhenti jika warna kulit pada lengan yang telah diberi
tekanan tadi kembali lagi seperti warna kulit sebelum diikat atau menyerupai
warna kulit pada lengan yang satu lagi (yang tidak diikat).
4. Cari dan hitung jumlah petechiae yang timbul dalam lingkaran bergaris
tengah 5 cm kira-kira 4 cm distal dari fossa cubiti
16
Catatan:
Jika ada > 10 petechiae dalam lingkaran bergaris tengah 5 cm kira-kira 4
cm distal dari fossa cubiti test Rumple Leede dikatakan positif. Seandainya
dalam lingkaran tersebut tidak ada petechiae, tetapi terdapat petechiae pada
distal yang lebih jauh daripada itu, test Rumple Leede juga dikatakan positif.
Warna merah didekat bekas ikatan tensi mungkin bekas jepitan, tidak
ikut diikut sebagai petechiae
Derajat laporan:
(-) = tidak didapatkan petechiae
(+1) = timbul beberapa petechiae dipermukaan pangkal lengan
(+2) = timbul banyak petechiae dipermukaan pangkal lengan
(+3) = timbul banyak petechiae diseluruh permukaan pangkal lengan &
telapak tangan muka & belakang
(+4) = banyak sekali petechiae diseluruh permukaan lengan, telapak
tangan & jari, muka & belakang
Ukuran normal: negative atau jumlah petechiae tidak lebih dari 10
17
Membawa baki dekat pada pasien
Memberitahu pasien dan memberi penjelasan seperlunya
Membaringkan pasien seenak mungkin jika diperbolehkan kepala lebih
ditinggikan / posisi fowler
Membentangkan serbet di bawah dagu pasien
Membantu pasien untuk minum
Membersihkan mulut pasien
Merapikan pasien
Bereskan alat
Cuci tangan
4. Dokumentasi
Respon pasien didokumentasikan
Waktu pemasangan
Jenis minuman yang diberikan, banyaknya minuman yang diberikan
Dokumentasi dicatat dengan jelas atau mudah dibaca
Dokumentasi ditandatangani dan diberi nama Iengkap dan jelas
Rumus IWL = 15 X BB
24 jam
IWL adalah insensible water loss : jumlah cairan yang keluarnya tidak kita
sadari dan sulit di hitung, seperti keringat dan uap hawa
Input / cairan masuk : infus, obat, minum, makanan, oksidasi metabolik
18
Output / cairan keluar : urin, feses
Persiapan Alat :
1. Alat tulis
2. Gelas ukur urine / urine bag
Prosedur Tindakan :
1. Tahap Interaksi
Melakukan verifikasi data sebelumnya
Menyiapkan alat
Mencuci tangan
2. Tahap Orientasi
Memberi salam dan menyapa nama pasien
Memperkenalkan diri
Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada pasien atau keluarga
Menanyakan persetujuan / kesiapan pasien
Mencuci tangan dengan benar
3. Tahap Kerja
Menentukan jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh
Menghitung intake oral ( makan dan minum )
Menghitung intake parenteral / intravena
Menentukan jumlah cairan yang keluar dari dalam tubuh
Menghitung output urine
Menghitung output feces
Menghitung output abnormal (muntah, pendarahan)
Menghitung ouput IWL
Menghitung balance cairan
4. Tahap Terminasi
Merapikan pasien
Melakukan evaluasi tindakan
Merapikan alat
19
Berpamitan
Mencuci tangan
Prosedur tindakan :
1. Tahap Pre interaksi
Membaca program tindakan
Menyiapkan alat
2. Tahap Orientasi
Memberi salam dan menyapa nama pasien
Memperkenalkan diri
Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada pasien atau keluarga
20
Menanyakan persetujuan / kesiapan pasien
Mencuci tangan dengan benar
3. Tahap Kerja
Menggunakan sarung tangan
Meletakan perlak dan pengalas di bawah lengan pasien
Membuka balutan infus yang kotor dengan pinset bersih
Mengkaji tanda infeksi pada luka tusukan
Membersihkan luka tusukan infus dengan larutan antiseptik
Menutup luka tusukan infus dengan kasa steril
Memfiksasi selang infus dengan plester
4. Tahap Terminasi
Mengevaluasi perasaan pasien setelah di lakukan tindakan
Mengakhiri kegiatan
Merapikan alat
Melepas sarung tangan
Membuka sampiran
Mencuci tangan
Dokumentasi
21
menyediakan saluran terbuka untuk pemberian obat-obatan. Berikut adalah
langkah-langkahnya:
Persiapan Alat
a. Botol atau kantong cairan infus
b. Label untuk mencatat tanggal penggantian
c. Jam tangan,
d. Plester
e. Kapas alkohol
Prosedur Pelaksanaan
1. Tahap Pre interaksi
Membaca program tindakan
Menyiapkan alat
2. Tahap Orientasi
Memberi salam dan menyapa nama pasien
Memperkenalkan diri
Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada pasien atau keluarga
Menanyakan persetujuan / kesiapan pasien
Mencuci tangan dengan benar
3. Tahap Kerja
Gunakan sarung tangan
Siapkan botol infus yang baru sesuai dengan macam infus.
Buka tutup botol, lakukan desinfeksi tutup botol cairan
Klem selang infus
Tarik jarum dari botol yang lama dan segera tusukkan pada botol infus
yang baru
Gantungkan botol infus pada tiang infus
Buka klem dan hitung kembali tetesan infus sesuai dengan dosis tetesan
Pasang label pada botol infus.
4. Tahap Terminasi
Mengevaluasi perasaan pasien setelah di lakukan tindakan
22
Mengakhiri kegiatan
Merapikan alat
Melepas sarung tangan
Membuka sampiran
Mencuci tangan
Dokumentasi
Faktor tetes :
- Infus set (Makro & Mikro)
- Merk
MAKRO
- Otsuka = 1cc = 15 tetes
- Terumo = 1 cc = 20 tetes
Persiapan alat :
Alat ukur waktu (arloji atau jam tangan yang ada detiknya)
Alat tulis dan buku catatan
Prosedur pelaksanaan :
1. Tahap Pre interaksi
Membaca program tindakan
Menyiapkan alat
23
2. Tahap Orientasi
Memberi salam dan menyapa nama pasien
Memperkenalkan diri
Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada pasien atau keluarga
Menanyakan persetujuan / kesiapan pasien
Mencuci tangan dengan benar
3. Tahap Kerja
Mencari tahu kalibrasi dalam tetesan per milliliter dari set infuse
(sesuai petunjuk pada bungkus)
Mencuci tangan
Memakai sarung tangan
Menetapkan kecepatan aliran dengan menghitung tetesan pada bilik
drip selama satu menit dengan jam
Atur klem pengatur untuk menaikkan atau menurunkan kecepatan
infuse.
Memeriksa kecepatan ini setiap jam.
4. Tahap Terminasi
Mengevaluasi perasaan pasien setelah di lakukan tindakan
Mengakhiri kegiatan
Merapikan alat
Melepas sarung tangan
Membuka sampiran
Mencuci tangan
Dokumentasi
24
Persiapan Alat :
Perlak pengalas
Sarung tangan
Kapas alcohol larutan antiseptic
Plester
Kassa
Gunting plester
Bengkok
Prosedur Pelaksanaan :
1. Tahap Pre interaksi
Membaca program tindakan
Menyiapkan alat
2. Tahap Orientasi
Memberi salam dan menyapa nama pasien
Memperkenalkan diri
Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada pasien atau keluarga
Menanyakan persetujuan / kesiapan pasien
Mencuci tangan dengan benar
3. Tahap Kerja
Memasang perlak pengalas
Memakai sarung tangan
Membasahi plester yang melekat pada kulit dengan kapas alcohol
Melepas plester dan kassa dari kulit
Menekan tempat tusukan dengan kapas alcohol dan anjurkan klien
menarik nafas dan cabut infus pelan-pelan
Lalu fiksasi dengan plester
4. Tahap Terminasi
Mengevaluasi perasaan pasien setelah di lakukan tindakan
Mengakhiri kegiatan
Merapikan alat
25
Melepas sarung tangan
Mencuci tangan
Dokumentasi
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bahwa setiap manusia itu membutuhkan cairan untuk memenuhi kebutuhan
cairan dalam tubuh agar tubuh bisa melakukan aktivitas . jika tubuh kekurangan
cairan maka sistem kerja tubuh tidak seimban karena cairan merupakan suatu hal
penting untuk manusia dapat melakukan aktivitasnya. Kekurangan volume
cairan bisa di definisikan adalah suatu keadaan pada individu yang mengalami
dehidrasi intrasel, vaskular, atau selular yang berhubungan dengan kehilangan
yang aktif.
3.2 Saran
Dari kesimpulan diatas kita sebagai manusia harus selalu menjaga
keseimbangan cairan dalam tubuh agar tubuh tidak mengalami gangguan dan
tidak mengalam ketidakseimbangan cairan yang bisa menimbulkan akibat yang
lebih dari ketidakseimbangan cairan tersebut
27
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, AH. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta: EGC.
28