Anda di halaman 1dari 6

2.

Jelaskan tanda dan gejala persalinan


a. Lightening: kepala turun memasuki pintu atas panggul (PAP) terutama pada primi
para
b. Perut kelihatan lebih besar/melebar, fundus uteri menurun
c. Pola kesuria dan sasuk miksi karena kandung kemih tertekan bagian bawah janin
d. False labair pain yaitu perasaan sakit di perut dan pinggang karena adanya kontraksi
lemah dari uterus
e. Serviks menjadi lembek, mendatar dan mengeluarkan sekresi lendir, darah dari
vagina

Perbedaan antara kontraksi sejati dan kontraksi palsu

Sebelum terjadinya kontraksi sejati, seorang calon ibu bisa merasakan his palsu atau
kontrksi rahim yang tidak teratur. Kontraksi ini disebut kontraksi Braxton Hicks.
Ini merupakan hal yang normal dan mungkin lebih sering muncul pada sore hari.

Mungkin sulit untuk membedakan his sejati dari kontraksi palsu. Biasanya kontraksi palsu tidak
sesering dan tidak sekuat kontraksi asli. Kadang satu-satunya cara untuk mengetahui perbedaan
antara kontraksi sejati dan kontraksi palsu adalah melakukan pemeriksaan dalam. Pada
pemeriksaan dalam bisa diketahui adanya perubahan pada serviks yang menandakan dimulainya
proses persalinan.

Perbedaan antara kontraksi palsu dan kontraksi sejati

Jenis
Kontraksi palsu Kontraksi sejati
perubahan
Timbul secara teratur dan
Karakteristik Tidak teratur & tidak semakin sering
semakin sering, berlangsung
kontraksi (disebut kontraksi Braxton Hicks)
selama 30-70 detik
Pengaruh Jika ibu berjalan atau beristirahat atau Meskipun posisi/gerakan ibu
gerakan tubuh jika posisi tubuh ibu berubah, kontraksi berubah, kontraksi tetap
akan menghilang/berhenti dirasakan
Kekuatan Biasanya lemah & tidak semakin kuat
Kontraksinya semakin kuat
kontraksi (mungkin menjadi kuat lalu melemah)
Biasanya berawal di
Nyeri karena Biasanya hanya dirasakan di tubuh
punggung dan menjalar ke
kontraksi bagian depan
depan

Presentasi janin

Tiga presentasi utama berupa :

1. Presentasi sefalik (kepala pertama), terjadi pada 96% kelahiran.


2. Presentasi bokong (pantat atau kaki terlebih dahulu), terjadi pada 3% kelahiran
3. Presentasi bahu ditemukan pada 1% kelahiran.

Bagian yang dipresentasikan adalah bagian tubuh janin yang dirasakan pertama kali oleh
jari pemeriksa selama pemeriksaan vagina. Pada presentasi sefalik, bagian yang
dipresentasikan biasanya adalah oksiput, pada presentasi bokong adalah ssakrum, dan
pada presentasi bahu adalah scapula. Ketika bagian yang dipresentasikan adalah oksiput,
presentasi ini disebut sebagai vertex. Faktor yang mempengaruhi bagian yang
dipresentasikan meliputi letak janin, sikap janin, dan ekstensi atau fleksi kepala janin.

Proses Persalinan

Kala 1 : (Fase Pematangan / Pembukaan Serviks)

Dimulai pada waktu serviks membuka karena kontraksi uterus yang teratur,
makin lama, makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri, disertai pengeluaran darah-
lendir yang tidak lebih banyak daripada darah haid. Kemudian, berakhir pada waktu
pembukaan serviks telah lengkap (pada periksa dalam, bibir porsio serviks tidak dapat
diraba lagi). Selaput ketuban biasanya pecah spontan pada saat akhir kala I.
Terdapat dua fase yang terjadi saat pembukaan kala 1, yaitu:
1. Fase laten terjadi ketiak pembukaan sampai mencapai 3 cm dan berlangsung sekitar 8
jam.
2. Fase aktif terjadi ketika pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), dan
berlangsung sekitar 6 jam. Fase aktif sendiri terbagi atas 3 fase, yaitu:
a. fase akselerasi yang terjadi sekitar 2 jam, serta pembukaan 3 cm sampai 4 cm.
b. fase dilatasi maksimal yang terjadi sekitar 2 jam, serta pembukaan 4 cm sampai 9
cm.
c. fase deselerasi yang terjadi sekitar 2 jam, serta pembukaan 9 cm sampai lengkap
(+ 10 cm).

Pada persalinan kala 1 teradapat tanda-tanda yang terjadi bisa dilihat oleh perawat,
sebagai berikut:

1. Keluar lendir / darah (bloody show) akibat terlepasnya sumbat mukus (mucous
plug) yang selama kehamilan menumpuk di kanalis servikalis, akibat terbukanya
vaskular kapiler serviks, dan akibat pergeseran antara selaput ketuban dengan
dinding dalam uterus.
2. Ostium uteri internum dan eksternum terbuka sehingga serviks menipis dan
mendatar.
3. Selaput ketuban pecah spontan (beberapa kepustakaan menyebutkan ketuban
pecah dini jika terjadi pengeluaran cairan ketuban sebelum pembukaan 5 cm).
Pematangan dan pembukaan serviks (cervical effacement) pada primigravida berbeda
dengan pada multipara :
1. Pada primigravida terjadi penipisan serviks lebih dahulu sebelum terjadi
pembukaan pada multipara serviks telah lunak akibat persalinan sebelumnya,
sehingga langsung terjadi proses penipisan dan pembukaan
2. Pada primigravida, ostium internum membuka lebih dulu daripada ostium
eksternum (inspekulo ostium tampak berbentuk seperti lingkaran kecil di tengah)
pada multipara, ostium internum dan eksternum membuka bersamaan
(inspekulo ostium tampak berbentuk seperti garis lebar)
3. Periode kala 1 pada primigravida lebih lama (+ 20 jam) dibandingkan multipara
(+14 jam) karena pematangan dan pelunakan serviks pada fase laten pasien
primigravida memerlukan waktu lebih lama.

Persalinan Kala 2 : Fase Pengeluaran Bayi

Pada persalinan kala 2 prosesnya dimulai pada saat pembukaan serviks telah
lengkap. Kemudian, berakhir pada saat bayi telah lahir lengkap. Pada saat ini kontraksi
yang dirasakan oleh ibu menjadi lebih kuat, lebih sering, lebih lama, dan semakin lama
semakin sangat kuat. Selaput ketuban mungkin juga baru pecah spontan pada awal kala 2.

Tanda-tanda penting yang terjadi di persalinan kala 2, sebagai berikut:


1. Bagian terbawah janin (pada persalinan normal : kepala) turun sampai dasar
panggul.
2. Ibu timbul perasaan / refleks ingin mengejan yang makin berat.
3. Perineum meregang dan anus membuka (hemoroid fisiologik)
4. Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan suboksiput di bawah simfisis (simfisis pubis
sebagai sumbu putar / hipomoklion), selanjutnya dilahirkan badan dan anggota
badan.
5. Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk memperbesar
jalan lahir (episiotomi).

Waktu yang dibutuhkan saat persalinan kala 2 pada primigravida lebih dari 1.5 jam, dan
untuk multipara lebih dari 0.5 jam.

Di persalian kala dua, gerakan utama pengeluaran janin sudah mulai terjadi dengan posisi
pada persalinan dengan letak belakang kepala
1. Kepala masuk pintu atas panggul : sumbu kepala janin dapat tegak lurus dengan
pintu atas panggul (sinklitismus) atau miring / membentuk sudut dengan pintu
atas panggul (asinklitismus anterior / posterior).
2. Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibat :
a. Tekanan langsung dari his dari daerah fundus ke arah daerah bokong,
b. Tekanan dari cairan amnion
c. Kontraksi otot dinding perut dan diafragma (mengejan), dan 4) badan
janin terjadi ekstensi dan menegang.
3. Fleksi terjadi dengan kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala
berubah dari diameter oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter
suboksipito-bregmatikus (belakang kepala).
4. Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya kepala, putaran
ubun-ubun kecil ke arah depan (ke bawah simfisis pubis), membawa kepala
melewati distansia interspinarum dengan diameter biparietalis.
5. Ekstensi terjadi setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah oksiput
melewati bawah simfisis pubis bagian posterior. Lahir berturut-turut : oksiput,
bregma, dahi, hidung, mulut, dagu.
6. Rotasi eksterna (putaran paksi luar) ketika kepala berputar kembali sesuai dengan
sumbu rotasi tubuh, bahu masuk pintu atas panggul dengan posisi anteroposterior
sampai di bawah simfisis, kemudian dilahirkan bahu depan dan bahu belakang.
7. Ekspulsi terjadi setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluarkan dengan
mudah. Selanjutnya lahir badan (toraks,abdomen) dan lengan, pinggul / trokanter
depan dan belakang, tungkai dan kaki.

Persalinan Kala 3 : Fase Pengeluaran Plasenta

Pada fase kala 3, prosesnya dimulai sejak saat bayi telah lahir lengkap. Kemudian
berakhir dengan lahirnya plasenta. Kelahiran plasenta adalah lepasnya plasenta dari
insersi pada dinding uterus, serta pengeluaran plasenta dari kavum uteri. Lepasnya
plasenta dari insersinya dilihat dari sentral (Schultze) ditandai dengan perdarahan baru,
atau dari tepi / marginal (Matthews-Duncan) jika tidak disertai perdarahan, atau mungkin
juga serempak sentral dan marginal. Pelepasan plasenta terjadi karena perlekatan plasenta
di dinding uterus adalah bersifat adhesi, sehingga pada saat kontraksi mudah lepas dan
berdarah.
Pada keadaan normal, kontraksi uterus bertambah keras, fundus setinggi sekitar /
di atas pusat. Plasenta lepas spontan 5-15 menit setelah bayi lahir. Jika lepasnya plasenta
terjadi sebelum bayi lahir, disebut solusio/abruptio placentae, maka terjadi keadaan gawat
darurat obstetrik

Kala 4 : Observasi Pasca Persalinan

Pada proses persalinan kala 4, terjadi tujuh pokok penting yang harus
diperhatikan oleh perawat, yaitu:
1. Kontraksi uterus harus baik,
2. Tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain,
3. Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap,
4. Kandung kemih harus kosong,
5. Luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma,
6. Observasi keadaan umum bayi, dan
7. Observasi keadaan umum ibu.

Sumber : Lowedrmilk,dkk. 2013. Keperawatan Maternitas Edisi 8. Jakarta: Elsevier

Anda mungkin juga menyukai