Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN TUTORIAL

MODUL III
DISTOSIA

KELOMPOK VIII
Irmawati

: 10542029111

Muhammad Fajri Jarniady

: 10542029911

Nurul Hurun Iyn Aliah Yusuf

: 10542030311

Andi Hardianti Sucitra

: 10542046413

Indra Juniawan

: 10542046713

Gina Revana Dwi Aprilia

: 10542048613

Quraisy Jamal Sahil

: 10542051713

Nadziefah Ghina Faiqah

: 10542050113

Rasyidah Helviana

: 10542052313

Rezky Nurnadyah

: 10542052513

Sri Vitayanti

: 10542053513

BLOK REPRODUKSI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2015

BAB I
PENDAHULUAN
Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam
uterus melalui vagina ke dunia luar. Partus prematurus adalah suatu partus dari hasil
konsepsi yang dapat hidup tetapi belum a term (cukup bulan). Partus postmaturus atau
serotinus adalah partus yang terjadi 2 minggu atau lebih dari waktu partus yang
diperkirakan. Gravida adalah seorang wanita yang sedang hamil. Primigravida adalah
seorang wanita yang hamil untuk pertama kali. Para adalah seorang wanita yang pernah
melahirkan bayi yang dapat hidup. Nullipara adalah seorang wanita yang belum pernah
melahirkan bayi yang viable. Primipara adalh seorang wanita yang pernah melahirkan
bayi yang viable untuk pertama kali. Multipara atau pleuripara adalah seorang wanita
yang pernah melahirkan bayi yang viable untuk beberapa kali. Abortus adalah
pengehntian kehamilan sebelum janin viable; berat janin dibawah 1000 gram, atau tua
kehamilan dibawah 28 minggu. In partu adalah seorang wanita yang sedang dalam
keadaan persalinan.
Partus biasa atau partus normal atau partus spontan adalah bila bayi lahir dengan
letak belakang kepala tanpa memakai alat alat atau pertolongan istimewa serta tidak
melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam.
Partus luar biasa atau partus abnormal adalah bila bayi dilahirkan pervaginam
dengan cunam, atau ekstraktor vacum, versi dan ekstraksi, dekapitasi, embriotomi, dan
sebagainya.
Hampir 96 % janin berada dalam uterus dengan letak kepala dan pada letak kepala
ini ditemukan +- 58 % ubun ubun kecil terletak di kiri depan, +- 23% di kanan depan,
+- 11 % di kanan belakang, dan +- 8% di kiri belakang. Janin dengan presentase yang
tinggi berada dalam uterus dengan letak kepala disebabkan karena kepala relatif lebih
besar dan lebih berat. Mungkin pula bentuk uterus sedemikian rupa, sehingga volume
bokong dan ekstremitas yang lebih besar berada di atas, di ruangan yang lebih luas,
sedangkan kepala berada di bwaha, di ruangan yang lebih sempit. Ini dikenal sebagai
teori akomodasi. 3 faktor penting yang memegang peranan pada persalinan, yaitu: 1)
kekuatan kekuatan yang ada pada ibu seperti kekuatan his dan kekuatan mengedan, 2)
keadaan jalan lahir; 3) janinnya sendiri.

BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN
SKENARIO KASUS 2 :
Wanita, 35 tahun, hamil anak ketiga dan persalinan tidak maju. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan bahwa tanda vital batas normal, tinggi fundus 3 jari bawah prosesus
xyphoideus, punggung dikanani ibu, bagian terendah kepala, pelimaan 2/5. Jarak
antara simfisis pubis tinggi fundus uteri 37 cm, lingkar perut ibu 95 cm. Denyut
jantung janin 130x/menit. His 2 x dalam 10 menit dengan durasi 30 35 detik.
Pembukaan serviks 4 cm. Ketuban uth, penurunan sesuai bidang hodge 2 dengan
kondisi panggul dalam cukup.
KATA SULIT

Bidang Hodge: garis khayal dalam panggul untuk mengetahui seberapa jauh
penurunan kepala janin dalam panggul, dalam persalinan.

Bidang 1 : dibentuk pada lingkaran Pintu Atas Panggul atau bagian atas
Simpisis
Bidang 2 : sejajar bidang 1, dibawah bagian simpisis
Bidang 3 : sejajar bidang 1 dan 2, setinggi spina ischiadica kanan dan kiri
Bidang 4 : sejajar dengan bidang 1, 2, dan 3, setinggi os coccygeus.

Perlimaan: penurunan bagian terbawah/ vertex atau persentase janin yang diukur
seberapa jauh dari tepi simfisis pubis.

HIS: Kontraksi uterus yang teratur dan kontinyu , minimal 3x dalam 10 menit
dengan durasi 20 detik dari permulaan partus , 60-90 detik akhir kala.

KATA KUNCI

Hamil anak ke 3

Wanita, usia 35 tahun dan persalinan tidak maju

Pada pemfis didapatkan :


Tanda vital dalam batas normal
Tinggi fundus 3 jari dibawah processus xyphoideus
Perlimaan 2/5
Jarak antara symphisis pubis - tinggi fundus 37 cm
Lingkar perut 95 cm
DJJ 130 x / menit
His: 2x10 menit durasi 30-35 detik
Pembukaan serviks 4 cm
Ketuban utuh
Penurunan hodge 2

PERTANYAAN
1. Jelaskan Anatomi jalan lahir!
2. Jelaskan Fisiologi Persalinan normal!

3. Jelaskan teori-twori penyebab persalinan!


4. Jelaskan tanda-tanda Inpartu!
5. Jelaskan definisi distosia!
6. Jelaskan faktor-faktor yang menyebabkan persalinan macet!
7. Bagaimana proses pemeriksaan dan pemantauan persalinan?
8. Jelaskan pengaruh partus macet terhadap Ibu dan Janin!
9. Bagaimana Penanganan partus macet?
JAWABAN:
1. Anatomi Jalan Lahir
ANATOMI PELVIS
Panggul terdiri atas :

a. Bagian yang keras dibentuk oleh tulang


b. Bagian yang lunak yang dibentuk oleh otot-otot dan ligamentum
Tulang panggul sebenarnya terdiri dari 4 buah tulang :
a. 2 ossa coxae
b. 1 os sacrum

c. 1 os coccyges

Empat buah bidang panggul yakni :


a. Pintu atas panggul
Adalah batas-batas dari panggul kecil (pelvis minor) dengan bentuk bulat oval.
Batas-batasnya ialah : promontorium, os sacrum, articulasio sacroiliaca, linea
arcuarta, pecten ossis pubis, tuberculum pubicum, dan berakhir di symphisis
pubis. Biasanya 3 ukuran ditentukan dari PAP :
Ukuran muka belakang (diameter anteroposterior, conjugata vera)
Ukuran melintang (diameter transversa)
Kedua ukuran serong (diameter obliqua)
b. Pintu bawah panggul
Pintu bawah panggul bukan satu bidang, melainkan terdiri dari 2 segitiga dengan
dasar yang sama, ialah gatris yang menghubungkan kedua tuber ischiadicum kiri
dan kanan. Pada PBP biasanya ditentukan 3 ukuran :
Ukuran muka belakang, dari pinggir bawah simfisis ke ujung sakrum
Ukuran melintang, ukuran antara bentuk ischiadicum kiri dan kanan

sebelah dalam
Diameter sagittalis posterior, dari ujung sakrum ke pertengahan ukuran

melintang
c. Bidang luas panggul
Adalah biang dengan ukuran yang terbesar. Bidang ini terbentang antara
pertengahan simfisis, pertengahan acetabulum, dan pertemuan antara ruas S-2 dan
S-3
d. Bidang sempit panggul
Bidang dengan ukuran yang terkecil. Bidang ini terdapat setinggi pinggir bawah
simfisis, kedua spina ischiadicus dan memotong sacrum 1-2 cm diatas ujung
sacrum.
CALDWELL MOLOY mengemukakan 4 bentuk dasar panggul ialah :

a) Panggul gynecoid
Bentuk ini ialah khas pada wanita
Diameter sagittalis posterior lebih pendek daripada diameter sagittalis anterior
Batas samping segmen posterior membulat dan segmen anterior juga membulat
dan luwes
Diameter transversa kira-kira sama panjangnya dengan diameter anteroposterior
b) Panggul android
Diameter sagittalis posterior jauh lebih pendek dari diameter sagittalis anterior
Batas samping segmen posterior tak membulat dan membentuk sudut yang
runcing dengan pinggir samping segmen anterior
c) Panggul anthropoid
Diameter anteroposterior dari PAP lebih besar dari diameter transversa hingga
bentuk PAP lonjong ke depan
d) Panggul platypelloid
Bentuk ini sebenarnya panggul gynecoid yang menyempit pada arah muka

belakang
Ukuran melintang jauh lebih besar daripada ukuran muka belakang

2. Fisiologi Partus Normal


KALA PERSALINAN
Proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu:
Kala I (kala pembukaan)

Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap 10 cm.


Impartu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (bloody
show) karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar.
Darah bersal dari pecahnya pembuluh darah kapiler disekitar canalis cervicis akibat
pergeseran ketika servik mendatar dan membuka.
1. Fase laten : pembukaan serviks yang berlangsung lambat sampai pembukaan 3
cm, lamanya 7 8 jam.
2. Fase aktif: berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase:
a. Periode akselerasi : berlangsung 2 jam pembukaan menjadi 4 cm.
b. Periode dilatasi maksimal : berlangsung 2 jam pembukaannya cepat menjadi
9 cm.
c. Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan
menjadi 10 cm (lengkap).

Kala II (kala pengeluaran janin)


Kala pengeluaran janin, sewaktu uterus dengan kekuatan His ditambah
kekuatan mengedan

mendorong janin keluar hingga lahir. Pada kala ini, his

terkoordinasi, kuat, cepat, dan lebih lama kira kira 2-3 menit sekali. Kepala janin
telah turun dan masuk keruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot- otot
dasar panggul yang melalui lengkung refleks menimbulkan rasa mengedan. Karena
tekanan pada rektum, ibu merasa seperti mau buang air besar, dengan tanda anus
terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka, dan
perineum meregang. Dengan his dan mengedan yang terpimpin, akan lahir kepala,
diikuti oleh seluruh badan janin. Kala 2 pada primi berlangsung selama 1 - 2 jam,
pada multi sampai 1 jam. Pada kala II terdapa seven cardinal movement, yang
terdiri, dari:
1. Engagement (kepala bayi masuk di pintu atas panggul)
2. Desensus (Kepala bayi sudah turun ke dasar panggul)
3. Fleksi (dagu bayi bertemu dengan dada bayi akibat dari tekanan diaphragma
pelvis)
4. Putaran paksi dalam / rotasi internal (kepala menurun ubun ubun memutar kearah
depan / dibawah symphysis)
5. Ekstensi (kepala telah mencapai vulva, occiput telah melewati bagian bawah
symphysis bagian posterior. Berturut turut lahirlah occiput, bregma, dahi,
hidung, mulut, dagu yang melewati perineum.
6. Putaran paksi luar / rotasi eksternal (kepala berputar sesuai dengan sumbu rotasi
tubuh, bahu masuk pintu atas panggul dengan posisi anterior posterior di bawah
symphysis, kemudian dilahirkan bahu depan dan bahu belakang)

7. Ekspulsi (setelah bahu lahir, bagian tubuh lahir dilakukan dengan mudah.
Lahirlah abdomen, toraks, lengan, trochanter, tungkai, dan kaki.

Kala III (kala pengeluaran plasenta)


Waktu untuk pelepasan dan pengeluaran plasenta / uri. Setelah bayi lahir,
kontraksi rahim beristirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uteri
setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi 2 kali lebih tebal dari sebelumnya.
Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5
10 menit, seluruh olasenta terlepas terdorong ke dalam vagina dan akan lahir spontan
atau dengan sedikit dorongan dari atas symphysis atau fundus uteri. Seluruh proses
biasanya berlangsung 5 30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta diserta

pengeluaran darah kira kira 100 200 cc.


Kala IV (Obeservasi)
Observasi mulai dari lahirnya plasenta, sampai satu atau dua jam partus. Kala
IV adalah kala pengawasan 1 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati
keadaan ibu, terutama terhadap bahaya perdarahan post partum. Sebelum
meninggalkan wanita postpartum, harus diperhatikan 7 pokok penting:
1) Kontraksi uterus harus baik
2) Tidak ada perdarahan dari vagina atau perdarahan perdarahan dalam alat
3)
4)
5)
6)
7)

genitalia lainnya.
Plasenta dan selaput ketuban harus telah lahir lengkap
Kandung kencing harus kosong
Luka luka pada perineum terawat dengan baik dan tidak ada hematoma
Bayi dalam keadaan baik
Ibu dalam keadaan baik. Nadi dan tekanan darah normal, tidak ada
pengaduan sakit kepala atau enek. Adanya frekuensi nadi yang menurun
dengan volume yang baik suatu gejala baik.

3. Tanda-tanda inpartu
Keluarnya lendir bersemu darah (bloody show).
Lendir yang bersemu darah ini berasal dari kanalis servikalis karena serviks mulai
membuka atau mendatar. Sedangkan darahnya berasal dari pembuluh-pembuluh
kapiler yang berada di sekitar kanalis servikalis itu pecah karena pergeseran

pergeseran ketika serviks membuka.


Adanya rasa nyeri akibat dari kontraksi his
Kekuatan his bertambah, makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi
makin pendek sehingga menimbulkan rasa sakit yang lebih hebat. Harus dibedakan

antara his sejati dan his palsu.


Kadang-kadang ketuban pecah dini
Pada pemeriksaan dalam, ditemukan pendataran dan dilatasi dari serviks.

4. Teori-teori penyebab persalinan


Teori penurunan hormon
Yang berperan adalah hormon progesteron, yang mana hormon ini
menimbulkan relaksasi otot-otot polos rahim sedangkan estrogen meninggikan
kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara
progesteron dan estrogen dalam darah tapi pada akhir kehamilan kadar
progesteron menurun sehingga timbul his. Pada akhir kehamilan, kadar oksitosin
bertambah oleh karena itu, timbul kontraksi otot-otot rahim.

Teori plasenta menjadi tua


Penuaan plasenta akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan
progesteron sehingga terjadi kekejangan pembuluh darah. Hal tersebut akan
menimbulkan kontraksi Rahim.

Teori distensi rahim


Rahim yang menjadi besar dan meregang akan menyebabkan iskemia otototot rahim sehingga mengganggu sirkulasi uteroplasenta.

Teori iritasi mekanik

Di belakang serviks (pleksus Frankenhausner). Apabila ganglion digeser


dan ditekan, misalnya oleh kepala janin, maka akan timbul kontraksi uterus.

Teori induksi partus (induction of labour). Partus dapat pula ditimbulkan dengan :
Gagang laminaria : beberapa laminaria di masukkan dalam kanalis servisis
dengan tujuan merangsang pleksus Frankenhauser
Amniotomi : pemecahan ketuban
Tetesan oksitosin : melalui tetesan per-infus

5. Definisi Persalinan macet


Adalah persalinan yang abnormal/ sulit yang bisa disebabkan oleh
kelainan his dan atau kelainan janin dan atau kelainan jalan lahir.
6.

Faktor apa saja membuat persalinan macet?


Persalinan lama, disebut juga distosia, didefinisikan sebagai persalinan yang

abnormal/sulit. Sebab-sebabnya dapat dibagi dalam 3 golongan berikut ini :

Kelainan tenaga (kelainan power / his). His yang tidak normal dalam kekuatan
atau sifatnya menyebabkan kerintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada
setiap persalinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan mengalami hambatan

atau kemacetan.
Kelainan janin (Kelainan passanger) Persalinan dapat mengalami gangguan atau

kemacetan karena kelainan dalam letak atau dalam bentuk janin


Kelainan jalan lahir(Kelainan Passage) . Kelainan dalam ukuran atau bentuk jalan
lahir bisa menghalangi kemajuan persalinan atau menyebabkan persalinan macet.

POWER(KELAINAN HIS)
1. Pembagian dari kelainan HIS
a) Inersia Uteri
Disini his bersifat biasa dalam arti bahwa fundus berkontraksi lebih kuat dan
lebih dahulu daripada bagian-bagian lain, peranan fundus tetap menonjol. Kelainannya
terletak dalam hal kontraksi uterus lebih aman dan singkat dan jarang daripada biasa.
Selama ketuban masih utuh umumnyaa tidak berbahaya baik bagi ibu maupun janin,
kecuali persalinan berlangsung terlalu lama, dalam hal terakhir ini morbiditas ibu dan
mortalitas janin baik. Keadaan ini dinamakan inersia uteri sekunder. Karena dewasa ini
persalinan tidak dibiarkan berlangsung demikian lama sehingga dapat menimbulkan
kelelahan uteru, maka inersia uteri sekunder seperti digambarkan dibawah jarang

ditemukan, kecuali pada ibu yang tidak diberi pengawasan baik waktu persalinan. Dalam
menghadapi inersia uteri, harus diadakan penilaian yang seksama untuk menentukan
sikap yang harus diambil. Jangan dilakukan tindakan yang tergesa-gesa untuk
mempercepat lahirnya janin. Tidak dapat diberikan waktu yang pasti yang dapat dipakai
sebagai pegangan untuk membuat diagnosis inersia uteri atau untuk memulai terapi aktif.
Inersia terbagi atas dua, yaitu primer dan sekunder. Kalau primer, yaitu dari awal HIS
tidak adekuat/lemah, tidak nyeri, belum pecah ketuban, tidak berbahaya untuk janin dan
ibu. Sedangkan Inersia sekunder, yaitu His normal dalam waktu yang lama, kadang
kontraksi baik, kadang tidak (jarang).
b) His terlampau kuat
His terlampau kuat atau disebut juga hypertonic uterine contraction. Walaupun
pada golongan coordinated hypertonic uterine contraction bukan merupakan penyebab
distosia. His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan selesai dalam
waktu yang sangat sigkat. Partus yang sudah selesai kurang dari 3 jam dinamakan partus
presipitatus yang ditandai oleh sifat his yang normal, tonus otot diluar his juga biasa,
kelainannya terletak pada kekuatan his. Bahaya partus presipitatus bagi ibu adalah
terjadinya perlukaan luas pada jalan lahir, khususnya vagina dan perineum. Bayi bis
amengalami perdarahan dalam tengkorak karena bagian tersebut mengalami tekanan kuat
dalam waktu yang singkat.
c) Incoordinate uterine contraction
Disini sifat his berubah. Tonus otot uterus meningkat , juga diluar his, dan
kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak ada sinkronisasi kontraksi
bagian-bagiannya. Tidak adanya koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah, dan
bawah menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan pembukaan. Disamping itu,
tonus otot uterus yang menaik menyebabkan rasa nyeri yang lebih keras dan lama bagi
ibu dapat pula menyebabkan hipoksia pada janin. His jenis ini juga disebut sebagai
incoordinated hypertonic uterine contractin, kadang-kadang pada persalinan lama dengan
ketuban yang sudah lama pecah, kelainan his ini menyebabkan spasmus sirkuler
setempat, sehingga terjadi penyempitan kavum uteri pada tempat itu. Ini dinamakan
lingkaran kontraksi atau lingakaran konstriksi. Secara teoritis lingkaran ini dapat terjadi
dimana-mana, tetapi biasanya ditemukan pada batas antara bagianatas dengan segmen
bawah uterus.
2. Etiologi dari kelainan HIS

Kelainan his terutama ditemukan pada primigravida, khususnya primigravida tua.


Pada multipara lebih banyak ditemukan kelainan yang bersifat inersia uteri. Faktor
herediter mungkin memegang peranam pula dalam kelainan his. Sampai seberapa jauh
faktor ialah apabila bagian bawah janin tidak berhubungan rapat dengan segmen bawah
uterus seperti pada kelainan letak janin atau pada disproporsi sefalopelvik. Peregangan
rahim yang berlebihan pada kehamilan ganda ataupun hidramnion juga dapat merupakan
penyebab inersia uteri yang murni. Akhirnya gangguan dalam pembentukan uterus pada
masa embrional, misalnya uterus bikornis unikolis, dapat pula mengakibatkan kelainan
his. Akan tetapi, pada sebagian besar kasus kurang lebih separuhnya, penyebab inersia
uteri tidak diketahui.
3. Penanganan dari kelainan HIS
Dalam menghadapi persalinan lama oleh sebab apapun, keadaan ibu yang
bersangkutan harus diawasi dengan seksama. Tekanan darah diukur tiap empat jam,
bahkan pemeriksaan ini perlu dilakukan lebih sering apabila ada gejala preeklampsia.
Denyut jantung janin dicatat setiap setengah jam dalam kala I dan lebih sering dalam kala
II. Kemungkinan dehidrasi dan asidosis harus mendapat perhatian sepenuhnya. Karena
ada persalinan lama selalu ada kemungkinan untuk melakukan tindakan pembedahan
dengan narkosis, hendaknya ibu jangan diberi makan biasa melainkan dalam bentuk
cairan. Sebaiknya diberikan infus larutan glukosa 5% dan larutan NaCl isotonik secara
intravena berganti-ganti. Untuk mengurangi rasa nyeri dapat diberikan petidin 50 mg
yang dapat diulangi; pada permulaan kala I dapat diberikan 10 mg morfin. Pemeriksaan
dalam perlu dilakukan, tetapi harus selalu disadari bahwa setiap pemeriksaan dalam
mengandung bahaya infeksi. Apabila persalinan berlangsung 24 jam tanpa kemajuan
yang berarti, perlu diadakan penilaian yang seksama tentang keadaan. Selain penilaian
keadaan umum, perlu ditetapkan apakah persalinan sudah mulai atau masih dalam tingkat
false labour, apakah ada inersia uteri atau incoordinate uterine action, dan apakah tidak
ada disproporsi sefalopelvik biarpun ringan.
PASSANGER
Kelainan pada factor janin (malpresentasi, malposisi, janin besar / makrosomia,

letak plasenta)
Salah satu penyebabnya, yaitu akibat intake yang berlebihan ataukah ibu yang
DM.
Taksiran Berat Janin(TBJ):
Lingkar perut ibu x tinggi fundus uteri: 95x37: 3515 gr = 3,5 kg
TBJ = NORMAL

Presentase terendah kepala = TIDAK ADA KELAINAN

PASSAGE
Tipe ukuran panggul
Kemampuan serviks untuk membuka
Salah satu penyebabnya, yaitu pengaruh pola gizi yang kurang / malnutrisi.
Berdasarkan skenario, bidang Hodge 2 perlimaan 2/5 = TIDAK SESUAI
Normal hodge 2 = perlimaan 3/5
7. Bagaimana proses pemeriksaan dan pemantauan persalinan?
1. Pemeriksaan Leopold
1.1.

Pemeriksaan Leopold I

Tujuan: untuk menentukan usia kehamilan dan juga untuk mengetahui bagian janin apa
yang terdapat di fundus uteri (bagian atas perut ibu).
Teknik:

Memposisikan ibu dengan lutut fleksi


(kaki ditekuk 450 atau lutut bagian dalam
diganjal bantal) dan pemeriksa menghadap ke
arah ibu

Menengahkan

uterus

dengan

menggunakan kedua tangan dari arah samping


umbilical

Kedua tangan meraba fundus kemudian menentukan TFU

Meraba bagian Fundus dengan menggunakan ujung kedua tangan, tentukan


bagian janin.

Gambar 1: Palpasi Leopold 1

Hasil:

Apabila kepala janin teraba di bagian fundus, yang akan teraba adalah
keras,bundar dan melenting (seperti mudah digerakkan)

Apabila bokong janin teraba di bagian fundus, yang akan terasa adalah lunak,
kurang bundar, dan kurang melenting

Apabila posisi janin melintang pada rahim, maka pada Fundus teraba kosong.

1.2. Pemeriksaan Leopold II


Tujuan: untuk menentukan bagian janin yang berada pada kedua sisi uterus, pada letak
lintang tentukan di mana kepala janin.
Teknik:

Posisi ibu masih dengan lutut fleksi


(kaki ditekuk) dan pemeriksa menghadap
ibu

Meletakkan telapak tangan kiri pada


dinding perut lateral kanan dan telapak
tangan kanan pada dinding perut lateral
kiri ibu secara sejajar dan pada ketinggian
yang sama

Mulai dari bagian atas tekan secara bergantian atau bersamaan (simultan) telapak
Gambar 2: Palpasi Leopold 1I

tangan tangan kiri dan kanan kemudian geser ke arah bawah


dan rasakan adanya bagian yang rata dan memanjang (punggung) atau bagian-bagian
kecil (ekstremitas).
Hasil:

Bagian punggung: akan teraba jelas, rata, cembung, kaku/tidak dapat digerakkan

Bagian-bagian kecil (tangan dan kaki): akan teraba kecil, bentuk/posisi tidak jelas
dan menonjol, kemungkinan teraba gerakan kaki janin secara aktif maupun pasif.
1.3. Pemeriksaan Leopold III

Tujuan: untuk menentukan bagian janin apa


(kepala atau bokong) yang terdapat di bagian
bawah perut ibu, serta apakah bagian janin
tersebut sudah memasuki pintu atas panggul
(PAP).
Teknik:

Posisi ibu masih dengan lutut fleksi


(kaki ditekuk) dan pemeriksa menghadap
ibu

Gambar 3: Palpasi Leopold 1II

Meletakkan ujung telapak tangan kiri pada dinding lateral kiri bawah, telapak
tangan kanan bawah perut ibu

Menekan secara lembut dan bersamaan/bergantian untuk mentukan bagian


terbawah bayi

Gunakan tangan kanan dengan ibu jari dan keempat jari lainnya kemudian
goyang bagian terbawah janin.

Hasil:

Bagian keras,bulat dan hampir homogen adalah kepala sedangkan tonjolan yang
lunak dan kurang simetris adalah bokong

Apabila bagian terbawah janin sudah memasuki PAP, maka saat bagian bawah
digoyang, sudah tidak bias (seperti ada tahanan).
1.4. Pemeriksaan Leopold IV

Tujuan: untuk mengkonfirmasi ulang bagian janin apa yang terdapat di bagian bawah
perut ibu, serta untuk mengetahui seberapa jauh bagian bawah janin telah memasuki pintu
atas panggul.

Teknik:

Pemeriksa menghadap ke arah kaki


ibu, dengan posisi kaki ibu lurus

Meletakkan ujung telapak tangan kiri


dan kanan pada lateral kiri dan kanan
uterus bawah, ujung-ujung jari tangan kiri
dan kanan berada pada tepi atas simfisis

Menemukan kedua ibu jari kiri dan


kanan kemudian rapatkan semua jari-jari tangan yang
meraba
dindingLeopold
bawah 1V
uterus.
Gambar
4: Palpasi

Perhatikan sudut yang terbentuk oleh jari-jari: bertemu (konvergen) atau tidak
bertemu (divergen)

Setelah itu memindahkan ibu jari dan telunjuk tangan kiri pada bagian terbawah
bayi (bila presentasi kepala upayakan memegang bagian kepala di dekat leher dan
bila presentasi bokong upayakan untuk memegang pinggang bayi)

Memfiksasi bagian tersebut ke arah pintu atas panggul kemudian meletakkan jarijari tangan kanan diantara tangan kiri dan simfisis untuk menilai seberapa jauh
bagian terbawah telah memasuki pintu atas panggul.

Hasil:

Apabila kedua jari-jari tangan pemeriksa bertemu (konvergen) berarti bagian


terendah janin belum memasuki pintu atas panggul, sedangkan apabila kedua tangan
pemeriksa membentuk jarak atau tidak bertemu (divergen) mka bagian terendah janin
sudah memasuki Pintu Atas Panggul (PAP)

Penurunan kepala dinilai dengan: 5/5 (seluruh bagian jari masih meraba kepala,
kepala belum masuk PAP), 1/5 (teraba kepala 1 jari dari lima jari, bagian kepala yang
sudah masuk 4 bagian), dan seterusnya sampai 0/5 (seluruh kepala sudah masuk
PAP)

2. Menilai dan melaporkan his

Meletakkan kedua tangan di atas uterus sambil melihat jam selama 10 menit

Menilai frekuansi his (ada berapa his dalam 10 menit) dan durasi his (lama his)

Menilai simetrisitas, dominansi, relaksasi, interval, intensitas

Melaporkan hasil pemeriksaan


Contoh laporan : His 2 kali / 10 menit, durasi 35-35 detik yang menandakan his
tidak adekuat.

Pada skenario, sudah pembukaan 4 cm yang menandakan sudah masuk ke


fase aktif, biasanya fase ini berlangsung lebih pendek dari fase persiapan.
Kegiatan rahim mulai lebih aktif dan banyak kemajuan yang terjadi dalam
waktu singkat. Kontraksi semakin lama (berlangsung 40-60 detik), kuat,
dan sering (3-4 menit sekali).

3. Menilai dan melaporkan DJJ

Meletakkan laenec / doppler di punggung janin

Memeriksa DJJ selama 1 menit sebelum, saat dan sesudah his (doppler) atau tiap
5 detik sebanyak 3 kali dikali 4 (laenec)

Melaporkan hasil pemeriksaan


Contoh laporan : DJJ 130 kali / menit (Normal)
4.

Melakukan persiapan pemeriksaan dalam

Ibu dipersiapkan dalam posisi litotomi

Mempersiapkan alat dan bahan (sarung tangan, savlon, kassa steril, klem kassa)

Mempersiakan pemeriksa (cuci tangan dan memakai sarung tangan dengan teknik
aseptik)

5. Melakukan pemeriksaan dalam

Inspeksi daerah vulva dan perineum


Adakah luka ?
Adakah massa ?
Adakah sikatrik ?
Adakah cairan / darah / mekoneum keluar dari liang vagina ?
Disinfeksi vulva dan perineum dengan cara yang benar dan teknik aseptic
Melakukan pemeriksaan vaginal toucher secara benar

Menilai dan melaporkan keadaan jalan lahir


Adakah massa di jalan lahir ?

Menilai dan melaporkan keadaan panggul


Apakah promontorium teraba ?
Apakah terdapat penonjolan spina ischiadika ? Tajam / tumpul ?
Linea terminalis teraba berapa bagian / seluruh ?
Berapa besar arcur pubis ?

Menilai kondisi portio serviks

Konsistensi, posisi (anterior, tengah, belakang), dilatasi, penipisan

Menilai kondisi selaput ketuban Utuh / sudah pecah

Menilai kondisi janin


Presentasi
Denominator
Turunnya presentasi sampai Hodge
Moulage / penyusupan kepala janin
0 : tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura mudah dipalpasi
1 : tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih bisa
dipisahkan
3 : tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan
Ada / tidak caput suksedaneum

Menilai sarung tangan


Ada / tidak lendir darah

Melaporkan hasil pemeriksaan secara lengkap

6.

Melakukan tindakan dekontaminasi

Mengumpulkan alat yang telah digunakan dan dimasukkan dalam tempat yang
berisi larutan klorin 0,5 %

Membuang sampah medis pada tempatnya

Memasukkan dan merendam sarung tangan dalam larutan klorin 0,5 %, dilepas
dan direndan selama 10 menit

Mencuci tangan dengan sabun dan membilas di air mengalir - mengeringkan


dengan handuk

7. Melakukan pemantauan partus

Menetapkan diagnosis inpartu fase aktif / laten

8. Menilai kemajuan persalinan

Melakukan pemeriksaan dalam tiap 4 jam untuk menilai kemajuan persalianan


(pembukaan dan penipisan serviks, penurunan kepala, putaran paksi dalam,
selaput ketuban, moulage)

Melakukan penilaian his setiap 30 menit

Menilai kondisi janin (DJJ) setiap 30 menit

Menilai kondisi ibu


keadaan umum, kesadaran, tekanan darah setiap 4 jam, nadi setiap 4 jam, suhu
setiap 4 jam, kondisi urin tiap 2-4 jam, obat-obatan cairan IV yang diberikan

Melaporkan kemajuan persalinan

9. Memasukkan hasil pemantauan ke dalam lembar partograf,


menyimpulkan hasil pemantauan dan buat rencana persalinan

Bila kemajuan persalinan normal, melanjutkan pemantauan hingga tercapai Kala


II sesuai partograf

Bila kemajuan persalinan tidak normal, menentukan adanya tindakan yang perlu
dilakukan dan merujuk pasien ke sarana pelayanan yang memadai

10. Memberi edukasi pada ibu

Meminta ibu berjalan-jalan jika ketuban belum pecah, miring ke kiri, cukup
intake makanan, cairan dan istirahat cukup

Mengajarkan bernapas saat kontraksi (tarik napas panjang lewat hidung, tahan
sebentar, lepaskan dengan cara meniup udara lewat mulut

Memotivasi ibu jika terjadi nyeri

PATOGRAF
Partograf adalah catatan grafik mengenai kemajuan persalinan untuk memantau
keadaan ibu dan janin, untuk menentukan adanya persalinan abnormal yang menjadi
petunjuk untuk tindakan bedah kebidanan dan menemukan disproporsi kepala panggul
(CPD) jauh sebelum persalinan menjadi macet (Sumapraja,1993).13 Sedangkan menurut
(WHO,1994) partograf merupakan suatu sistem yang tepat untuk memantau keadaan ibu
dan janin dari yang dikandung selama dalam persalinan waktu ke waktu.
Partograf APN dapat digunakan:
Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan merupakan elemen
penting dari asuhan persalinan.
Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat (rumah, puskesmas,
klinik bidan swasta, rumah sakit, dan lain-lain).
Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan
persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayinya (dokter spesialis obstetrik, bidan,
dokter umum, PPDS obgin dan mahasiswa kedokteran).

Cara pengisian partograf APN Menurut WHO (2000) dan Depkes (2004)
Cara pengisian partograf modifikasi WHO atau yang dikenal dengan partograf APN
meliputi:
1 : Informasi tentang ibu
A. Identitas pasien.
Nama pasien, riwayat kehamilan, riwayat persalinan, nomor register pasien, tanggal
dan waktu kedatangan dalam "jam" mulai dirawat, waktu pecahnya selaput ketuban.
Selain itu juga mencatat waktu terjadinya pecah ketuban, pada bagian atas partograf
secara teliti.
B. Kesehatan dan kenyamanan janin
(1) Hasil pemeriksaan DJJ setiap 30 menit atau lebih sering jika ada tanda-tanda gawat
janin.
(2) Warna dan adanya air ketuban, penilaian air ketuban setiap kali melakukan
pemeriksaan dalam, dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah.
(3) Molase atau penyusupan tulang-tulang kepala janin,
C. Kemajuan persalinan kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan
kemajuan persalinan.
Angka 0-10 yang tertera di tepi kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks.
Setiap angka/kotak menunjukkan besarnya pembukaan serviks. Kotak yang satu
dengan kotak yang lain pada lajur di atasnya, menunjukkan penambahan dilatasi

sebesar 1 cm. Skala angka 1-5 menunjukkan seberapa jauh penurunan kepala janin.
Masing-masing kotak di bagian ini menyatakan waktu 30 menit.
Kemajuan persalinan meliputi:
(1) Pembukaan serviks, penilaian dan pencatatan pembukaan serviks dilakukan setiap
4 jam atau lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit.
(2) Pencatatan penurunan bagian terbawah atau presentasi janin, setiap kali melakukan
pemeriksaan dalam atau setiap 4 jam, atau lebih sering jika ada tanda-tanda penyulit.
(3) Garis waspada dan garis bertindak, garis waspada dimulai pada pembukaan
serviks 4 cm. dan berakhir pada titik dimana pembukaan lengkap, diharapkan terjadi
laju pembukaan 1 cm per jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai di
garis waspada.
D. Pencatatan jam dan waktu, meliputi:
(1) Waktu mulainya fase aktif persalinan,
(2) Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan,
F. Kesehatan dan kenyamanan ibu ditulis dibagian terakhir pada lembar depan partograf
berkaitan dengan kesehatan dan kenyamanan ibu, meliputi:
(1) Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh, angka di sebelah kiri bagian partograf
berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu. Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit
selama fase aktif persalinan atau lebih sering jika dicurigai adanya penyulit
(2) Volume urin, protein atau aseton, ukur dan catat jumlah produksi urin ibu
sedikitnya setiap 2 jam atau setiap kali ibu berkemih spontan atau dengan kateter.
G. Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya
Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik di sisi luar kolom
partograf, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan. Cantumkan juga
tanggal dan waktu saat membuat catatan persalinan. Asuhan, pengamatan dan

keputusan klinik mencakup: 1) jumlah cairan per oral yang diberikan; 2) keluhan sakit
kepala atau pengelihatan kabur; 3) konsultasi dengan penolong persalinan lainnya
(spesialis obgin, ataupun dokter umurn); 4) persiapan sebelum melakukan rujukan; 5)
upaya rujukan.

8. Jelaskan pengaruh partus macet terhadap Ibu dan Janin!


KOMPLIKASI
- Pada ibu :
Infeksi intrapartum
Rupture uteri
Cincin retraksi patologis
Pembentukan fistula
Cedera otot-otot dasar panggul
-

Pada janin :
Caput suksedoneum
Molase kepala janin

9. Bagaimana Penanganan partus macet?


Periksa keadaan serviks, presentasi, posisi, dan turunnya kepala janin dalam
panggul.
Bila passage dan passanger baik maka tindakan sederhana dengan memberi
minum makan cukup dan berjalan-jalan disertai dukungan emosional.
Bila keadaan HIS tidak baik, pemberian oksitosin 5 Unit dalam 500 cc larutan
fisiologis secara intravena dengan kecepatan awal 8-12 tetes/menit yang
dinaikkan setiap 30 menit 4 tetes sampai his menjadi adekuat.

PANDANGAN AGAMA ISLAM:


Setiap wanita yang hendak melahirkan mengalami cobaan yang begitu berat
apalagi ketika mengalai kesulitan ketika melahirkan sebagaimana dalam ayat Al-quran
surah Luqman ayat 14 Allah mengabadikan perjuangan ibu selama kehamilan dan
persalinanannya.

Terjemahannya:
Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya.
Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah , dan
menyapihnya dalam usia dua tahun, bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang
tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.
Sementara ayat yang menceritakan tentang rasa sakit dalam persalinan seperti
firman Allah Taala dalam QS. Maryam: 22-23 yang menjelaskan tentang proses
kelahiran Nabi Isa as.
Terjemahannya:
Maka dia (Maryam) mengandung, lalu dia mengasingkan diri dengan kandungannya
itu ketempat yang jauh. Kemudian rasa sakit akan melahirkan memaksanya (bersandar)

pada pangkal pohon kurma, dia Maryam berkata, Wahai, betapa (baiknya) aku mati
sebelum ini, dan aku menjadi seorang yang tidak diperhatikan dan dilupakan.
Dalam ayat tersebut, menunjukan bahwa Maryam mengandung dan melahirkan
nabi Isa sebagaimana seorang ibu biasa mengandung dan melahirkan anaknya. Hal ini
jelas membuktikan bahwa nabi Isa yang berkedudukan sebagai Rasul karena ia hanyalah
manusia biasa, akan tetapi Allah menunjukan kebesaran-Nya dengan proses kehamilan
dan kelahiran Maryam yang mengandung tanpa terlebih dahulu ada pembuahan. Tentunya
ini adalah mukjizat yang begitu luar biasa yang Allah.

DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. P.T. Bina Pustaka:Jakarta.

F. Gant, Norman. Cunningham, F. Gary.2010. Dasar dasar Ginekologi &


Obstetri. Penerbit Buku Kedokteran:Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai