Cardinal Movement
Bishop Score
Salah satu metode yang dapat dikuantifikasi dan bersifat prediktif terhadap keberhasilan
induksi persalinan. Skor bishop diperoleh dari pemeriksaan serviks yang terdiri dari 5
karakteristik: pembukaan, pendataran, statiom, konsistensi, dan posisi serviks yang biasanya
menandai permulaan persalinan spontan dengan skor berkisar dari 0-13.
Suatu indeks prognosis untuk menilai lebih tepat apakah persalinan dengan letak sungsang
dapat dilahirkan pervaginam.
Bidang Hodge
Bidang Hodge I: bidang datar yang melalui bagian atas simfisis dan promontorium.
Bidang Hodge II: bidang yang sejajar dengan bidang hodge I terletak setinggi bagian bawah
simfisis
Bidang Hodge III Bidang yang sejajar dengan Hodge I dan II terletak setinggi spina iskiadika
kanan dan kiri
Bidang Hodge IV: Bidang yang sejajar dengan bidang Hodge I, II, III, dan terletak setinggi
os. Koksigis
Tahapan Persalinan
Dibagi menjadi 4:
Fase Laten
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviksd
secara bertahap, berlangsung hingga serviks membuka <4cm selama ± 7-8jam.
Selama fse ini, presentasi mengalami penurunan sedikit hingga tidak sama sekali.
Fase Aktif
Merupakan periode frekuensi dan lama kontraksi akan meningkat secara bertahap.
Kontraksi adekuat jika terjadi >3x dalam 10 menit dengan durasi > 40 detik.
Penurunan bagian presentasi janin yang progresif terjadi selama akhir fase aktif dan
selama kala dua persalinan.
Fase aktif dibagi dalam 3 fase:
Fase Akselerasi, yaitu dalam 2jam pembukaan 3cm menjadi 4 cm
Fase Dilatasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan sangat cepat dari 4cm menjadi
9cm
Fasi Deselerasi, yaitu pembukaan menjadi lamban kembali dalam waktu 2jam
pembukaan 9cm menjadi lengkap
2. Kala 2 (Pengeluaran Janin)
Persalinan kala 2 dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10cm) dan
berakhir saat lahirnya bayi. Ibu merasakan ingin mengejan bersamaan dengan
terjadinyakontraksi, terjadi peningkatan tekanan pada rectum atau vagina, perineum
terlihat menonjol, vulva dan sfingter ai terlihat membuka, peningkatan keluarnya
lendir campur darah.
Pada Kala 2 his terkoordinir, kuat, cepatm dan lama kira – kira 203menit sekali.
Kepala janin turun masukke ruang panggul sehingga terjadi tekanan pada otot –otot
dasar panggul yang secara reflekstoris timbul rasa ingin mengedan karena tekanan
pada rectum dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai terlihat,
vulva terbuka dan perineum meregang. Dengan his terpimpin lahir kepala dengan
diikuti seluruh badan janin.
Umumnya kepala janin yang telah masuk ke PAP ketuban yang menonjol akan pecah
dengan sendirinya atau dibantu oleh penolong untuk dipecahkan. Apabila kepala janin
telah sampai di dasang panggul, vulva mulai terbuka, rambut mulai kelihatan. Setiap
his, kepala akan makin maju, anus terbuka, perineum mengembang.
Penolong menahan perineum dengan tangan kanan beralaskan kain / doek steril agar
tidak terjadi robekan / ruptur. Pada primigravida, dianjurkan dilakukan episiotomi.
Episiotomi dilakukan jika perinium menipis dan kepala janin tidak masuk ke dalam
vagina. Tujuannya agar tidak terjadi obekan perinium yang tidak teratur dan robekan
pada sfingter ani. Selanjutnya dapat dilakukan Ekspresi Kristeler dengan mendorong
fundus uteri sewaktu ibu mengedan untuk membantu tenaga ibu melahirkan kepala.
Ketika periniu menipis, tangan kiri penolong menekan bagian belakang kepala jain ke
arah anus, tangan kanan di perinium. Dengan ujung – ujung jari tangan kana dicoba
gait dagu janin untuk didorong pelan ke arah simfisis. Lahir berturut turut; kepala,
ubun – ubun, dahi, muka, dagu. Perhatikan jika ada lilitan tali pusat pada leher.
Lahirkan bahu depan dengan menarik kepala ke arah anus lalu bahu belakang dengan
menarik pelan ke arah simfisis, lahirkan badan, bokong, dan kaki.
Catat jam kelahiran bayi / spontan letak kepala segera menangis, BBL, PBL, Apgar
Score.
Sementara jalan nafas dibersihkan dengan penghisap lendir, tali putar diklem dengan
klem umbilikal dengan jarak + 5 cm dari umbilikus. Kemudian tali pusat diurut ke
arah ibu + 3 cm lalu diklem dengan klem kocher. Sementara tangan kiri penolong
melindungi kepala bayi tali pusat digunting diantara kedua klem.
Lakukan pemeriksaan ulang pada ibu; kontraksi atau palpasi rahim, kandung kemih
penuh atau tidak. Kandung kemih harus dikosongkan sebab dapat menghalangi
kontraksi rahim dan menyulikan kelahiran plasenta.
3. Kala 3
Dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput
ketuban. Pala kala tiga persalinan, miometrium berkontraksi mengikuti penyusutan
volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan
berkurangnya ukuran pelekatan plasenta karena tempat pelekatan menjadi semakin
kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal
dan lepas dari dinding uterus.
Manajemen aktif kala 3 yaitu dengan:
- Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir
- Melakukan penegangan tali pusat terkendali
- Masase fundus uteri segera setelah plasenta lahir
4. Kala 4
Dimulai setelah lahirnya plasenta sampai 1 jam. Periksa fundus uteri tiap 15 menit
pada 1 jam pertama dan tiap 20-30 menit pada jam kedua. Periksa TTV, pendarahan
tiap 15 menit jam pertama dan 30 menit jam kedua. Istirahatkan ibu dan
dokumentasikan semua temuanpersalinan dalam partograf.