Anda di halaman 1dari 40

PERSALINAN NORMAL

Lintangkerty Suryanagari
Pembimbing: dr. Winarni Risanto Sp. OG
Persalinan Normal
Pelahiran bayi adalah periode awitan kontraksi
uterus yang reguler sampai ekspulsi plasenta.

Proses terjadinya disebut persalinan (labor)

Persalinan normal: Proses pengeluaran janin yang


terjadi pada kehamilan cukup bulan, lahir spontan
dengan presentasi belakang kepala tanpa
komplikasi baik pada ibu ataupun pada janin.
Faktor-faktor persalinan
Passage (Jalan lahir)
Passenger (Janin)
Power (Kekuatan)
Passage / Jalan lahir

Terdiri atas:
Jalan lahir keras
Pelvis

Jalan lahir lunak


SBR, serviks, vagina, introitus dan vulva
Pelvis / Panggul
Pelvis / Panggul

Pintu Atas Panggul (PAP)/ inlet


Bidang ini membentuk sudut 55
disebut inkinasi pelvis
Ukuran yang penting:
Konjugata vera: 11 cm
Diameter transversa: 12,5 cm-13 cm
Konjugata obtetrika: 10,6 cm
Konjugata vera: konjugata diagonalis-
1,5 cm
Pintu Tengah Panggul (PTP) / midlet
Merupakan bagian panggul paling sempit.
Batas-batas:
Batas depan: tepi bawah simfisis
Batas lateral: spina ischiadica
Batas belakang: sakrum setinggi S3-S4
Ukuran yang penting
Distansia interspinarum: 10,5 cm
Diameter anteroposterior: 12 cm
Pintu Bawah Panggul (PBP) / Outlet
Batas depan: tepi bawah simfisis
Batas lateral: tuber iskiadikum
Batas belakang: artikulatio sakrokoksigea
Ukuran yang penting
Diameter anteroposterior: 11,5 cm 12 cm
Distansia intertuberosum: 10,5 cm 11 cm
Arkus pubis: 90
Bidang Hodge

Untuk menentukan sampai di mana


bagian terendah janin turun.
Hodge I: Bidang pada PAP dengan
bagian atas simfisis dan
promontorium
Hodge II: sejajar Hodge I, terletak
setinggi tepi bawah simfisis
Hodge III: sejajar Hodge I dan II
setinggi sina iskiadika kanan dan kiri
Hodge IV: sejajar Hodge I, II, dan III
terletak setinggi artikulatio
sakrokoksigea
Station
Station: salah satu indikator untuk
menilai kemajuan persalinan yaitu
dengan cara menilai keadaan
hubungan antara bagian paling
bawah presentasi terhadap garis
imajinasi/bayangan setinggi spina
iskiadika. Penilaian station dengan
ukuran cm. Station 0 berarti bagian
bawah presentasi setinggi spina
iskhiadika. Hasil +1, +2, +3, berarti
presentasi berada dibawah spina
iskhiadika setinggi 1, 2, 3cm di atas
garis imajinasi spina iskhiadika.
Hasil -1, -2, -3, berarti presentasi
berada di atas 1, 2, 3 cm di bawah
garis imajinasi spina iskhiadika.
Panggul Sempit
PAP
Diameter transversa < 11cm
Diameter anteroposterior < 10 cm
Konjugata diagoanalis < 11,5 cm
PTP
Distansia interspinarum <9,5 cm
PBP
Distansia intertuberosum < 8 cm
Diameter anteroposterior <11,5 cm
DIT + Diameter sagital posterior < 15 cm
Passenger / Janin
Letak
Hubungan aksis panjang janin terhadap ibu:
Memanjang (99% pada kehamilan aterm)
Melintang

Faktor predisposisi: Multiparitas, plasenta previa,


hidramnion, dan anomali uterus
Letak oblik: membentuk sudut 45 derajat, tidak stabil.
Dapat menjadi letak memanjang atau melintang saat
persalinan
Passenger / Janin
Presentasi Janin
Bagian tubuh janin yang terendah pada jalan lahir.
Letak memanjang: presentasi kepala atau presentasi
bokong
Letak melintang: bahu yang terpresentasi
Presentasi Kepala
Diklasifikasikan berdasarkan hubungan antara kepala
dan tubuh janin menyentuh dada. Umumnya kepala
terfleksi maksimal sehingga dagu menyentuh dada.
Fontanel posterior terpresentasi. Disebut presentasi
vertex atau oksiput.

Presentasi
A. fontanel
posterior (UUK)
B. Fontanel
anterior (UUB)
C.Dahi
D. Wajah
Postur dan Sikap Janin
Pada beberapa bulan terakhir kehamilan, janin
membentuk postur khusus yang disebut sikap atau
habitus.
Normalnya janin akan membentuk ovoid yang
sesuai dengan bentuk rongga rahim.
Pengecualian pada presentasi wajah, kolumna
vertebralis ekstensi. Sehingga punggung konkaf.
Posisi Janin
Letak denominator pada empat kudran pelvis.
Letak fontanel bayi dan sutura sagitalis terhadap
panggul ibu
Power: His
His: kontraksi uterus
Karakteristik his yang baik
Teratur

Semakin sering, intensitas semakin kuat, durasi semakin


lama
Kontraksi dianggap adekuat: >/ 3kali dalam waktu 10 menit
dengan durasi >/ 40 detik
Dominasifundus
Menghasilkan pembukaan atau penurunan kepala
Hejan perut
Hejan perut (bearing down effort): usaha
mengeluarkan bayi dengan mengejan (disadari
ibu).
Hejan perut berfungsi pada kala II
Mengejan sebaiknya dilakukan saat ada his,
dengan mulut tertutup setelah mengambil nafas.
Fase Persalinan: Kala I
Kala I: dimulai sejak his teratur dan meningkat (frekuensi dan
kekuatannya) hingga serviks membuka dengan lengkap (10 cm)
Terdiri dari 2 fase:
Fase Laten: pembukaan serviks berlangsung lambat dimulai sejak awal
kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan secara bertahap
sampai pembukaan 3 cm
Fase Aktif:
- Periode akselerasi: dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm
- Periode dilatasi: dalam waktu 2 jam pembukaan sangat cepat dari 4 cm
menjadi 9 cm.
- Periode deselerasi yaitu pembukaan berlangsung lambat kembali,
dalam 2 jam pembukaan 10 cm atau lengkap
Fase-fase tersebut terjadi pada primigravida maupun multigravida,
biasanya kala I berlangsung 18-24 jam namun menjadi lebih cepat pada
multigravida.
Mekanisme membukanya serviks berbeda antara
primigravida dan multigravida. Pada Primigravida
pertama osteum uteri internum akan membuka
terlebih dahulu, sehingga serviks akan mendatar
dan menipis. Kemudian osteum uteri eksternum
membuka.
Pada multigravida osteum uteri internum sudah sedikit
terbuka. Ostium uteri internum dan eksternum serta
penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam
saat yang sama.
Penilaian dan Intervensi selama Kala I

Parameter Frekuensi pada Kala I Frekuensi pada kala I Aktif


Laten
Tekanan Darah Setiap 4 Jam Setiap 4 Jam
Suhu Setiap 4 jam Setiap 2 Jam
Nadi Setiap 30-60 menit Setiap 30-60 menit
Denyut Jantung Janin Setiap 1 Jam Setiap 30 menit
Kontraksi Setiap 1 Jam Setiap 30 menit
Pembukaan serviks* Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Penurunan Kepala* Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Warna cairan amnion* Setiap 4 jam Setiap 4 jam

*Dinilai pada setiap pemeriksaan dalam


Yang Harus Diperhatikan dalam Persalinan Kala I

Kemajuan Tanda dan Gejala Keterangan

Persalinan Kontraksi tidak progresif Persalinan lama


teratur
Kecepatan pembukaan
serviks 1cm/jam
Serviks tidak dipenuhi
bagian bawah janin
Kondisi Ibu Denyut nadi meningkat Kemungkinan dehidrasi atau
kesakitan

Tekanan Darah Turun Adakah perdarahan

Terdapat Aseton Urin Curiga asupan nutrisi kurang,


beri dextrose IV bila perlu
Kondisi bayi Denyut jantung <100 atau Curiga kemungkinan gawat
>180/menit janin

Posisi selain oksiput anterior


dengan fleksi sempurna
Kala II
Kala dua persalinan adalah kala pengeluaran bayi,
yang dimulai dari pembukaan serviks sudah lengkap
(10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi
Memeriksa dan mengenali tanda-tanda kala II

Bloody show semakin banyak


Keinginan untuk mengejan

Tekanan yang semakin meningkat pada rektum (perasaan


ingin defekasi) dan/atau vaginanya
Vulva-vagina dan sfingter ani membuka
Mekanisme penurunan kepala:
1. Engagement: primigravida terjadi 2 minggu menjelang aterm,
multipara pada awal persalinan.
2. Fleksi: agar kepala mampu melewati diameter panggul terkecil
3. Descent: penurunan kepala lebih lanjut karena adanya his dan
penipisan segmen bawah rahim, serta kontraksi otot perut.
4. Putar paksi dalam: terjadi bersama-sama descent. Merupakan
usaha penyesuaian kepala terhadap bidang panggul.
5. Ekstensi: terjadi setelah kepala muncul dari introitus dengan
oksiput di bawah simfisis.
6. Putar paksi luar: terjadi setelah kepala lahir, kebalikan putar
paksi luar

Kala II
1. Menyiapkan pertolongan Obat-obatan:
persalinan Lidocain
APD: kacamata goggle, Oxytosin 1 ml 10 IU
masker, apron, boot, sarung Metilergometrin
tangan steril
Partus set:
Heacting set (penjahitan
1 gunting episiotomy
episiotomi)
1 gunting tali pusat
Tabung suntik 10 ml beserta
1 gunting jaringan jarum suntik
2 klem lurus 1 Pinset anatomi
1 kateter logam 1 Pinset sirurgi
2 buah klem koher
1 needle holder
1 buah koher untuk
Jarum jahit kulit dan otot
memecahkan selaput ketuban
Benang chromic ukuran 2.0 atau
Kain alas ibu
Kala II
2. Memastikan pembukaan lengkap
3. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu
proses bimbingan meneran
4. Menyiapkan pertolongan kelahiran bayi
Jika kepala telah membuka vulva 5-6 cm, letakkan
handuk di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi
Letakkan kain dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu

Pastikan partus set lengkap

Pakai sarung tangan steril


Membantu lahirnya kepala
Setelah tampak kepala bayi dengan
diameter 5-6 cm, lindungi perineum
dengan satu tangan yang dilapisi kain
bersih dan kering, sementara tangan
yang lain menahan kepala bayi untuk
menahan posisi defleksi dan membantu
lahirnya kepala
Anjurkan ibu meneran ketika terdapat
his, dengan mulut tertutup (tidak
berteriak-berteriak)
Jika terjadi lilitan pusat yang masih
longgar, selipkan tali pusat lewat kepala
bayi.
Jika lilitan ketat, klem tali pusat di dua titik
lalu gunting diantaranya.
Tunggu bayi melakukan
putaran paksi luar secara
spontan
Melahirkan bahu

Pegang kepala bayi secara


biparetal. Anjurkan ibu
mengejan saat ada
kontraksi.
Melahirkan bahu depan:
gerakkan kepala ke arah
bawah hingga bahu
depan muncul di bawah
arkus pubis
Melahirkan bahu posterior:
gerakkan arah atas.
Membantu lahirnya bdan dan tungkai
Setelah kedua bahu lahir, geser tangan yang berada
di bawah ke arah perineum ibu untuk menyangga
kepala, lengan dan siku sebelah bawah.
Tangan yang berada di atas untuk menelusuri lengan
dan siku sebelah atas.

Setelah tubuh dan lengan bayi lahir, lanjutkan


penelusuran tangan yang berada di atas ke
punggung, bokong, tungkai, dan kaki bayi.
Pegang kedua kaki dan pegang masing-masing mata
kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya.
5. Penanganan Bayi Baru Lahir
Appearance (colour = warna kulit)
Pulse (heart rate = denyut nadi)
Grimace(refleks terhadap rangsangan)
Activity (tonus otot)
Respiration (usaha bernapas) .
6. Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tidak
ada bayi lain (hamil tunggal)
Kala III
Kala tiga persalinan dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya
plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.Tanda-tanda
plasenta lepas:
Keluar darah dari vagina
Tali pusat memanjang
Uterus mengeras, bentuk globular
Pada kala III persalinan, otot uterus (miometrium) berkontraksi
mengikuti berkurangnya ukuran rongga uterus secara tiba-tiba
setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran rongga uterus ini
menyebabkan berkurangnya ukuran tempat implantasi plasenta,
karena tempat implementasi menjadi semakin kecil, sedangkan
ukuran plasenta tidak berubah, maka plasenta akan menekuk,
menebal kemudian dilepaskan dari dinding uterus. Setelah lepas,
plasenta akan turun kebagian bawah uterus atau bagian atas
vagina (JNPK-KR, 2004).
Beberapa Prasat untuk mengetahui apakah plasenta lepas dari tempat
implantasinya :
Prasat Kustner. Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali
pusat. Tangan kiri menekan daerah di atas simfisis. Bila tali pusat ini
masuk kembali ke dalam vagina, berarti plasenta belum lepas dari
dinding uterus. Bila tetap atau tidak masuk kembali ke dalam vagina,
berarti plasenta lepas dari dinding uterus. Prasat ini hendaknya
dilakukan secara hati-hati. Apabila hanya sebagian plasenta terlepas,
perdarahan banyak akan dapat terjadi.
Prasat Strassmann. Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali
pusat. Tangan kiri mengetok-ngetok fundus uteri. Bila terasa getaran
pada tali pusat yang diregangkan ini berarti plasenta belum lepas dari
dinding uterus.
Prasat Klein. Wanita tersebut disuruh mengedan. Tali pusat tampak turun
ke bawah. Bila pengedanannya dihentikan dan tali pusat masuk
kembali ke dalam vagina, berarti plasenta belum lepas dari dinding
uterus.
Perasat Crede Dengan cara memijat uterus seperti memeras jeruk agar
plasenta lepas dari dinding uterus hanya dapat di pergunakan bila
terpaksa misalnya pendarahan. Perasat ini dapat mengakibatkan
kecelakaan perdarahan post partum
Manajemen aktif kala III:
1. Suntik oksitoksin 10 unit IM di sepertiga
paha atas bagian distal lateral untuk
membantu uterus berkontraksi. Suntikan
diberikan dalam 1 menit setelah bayi lahir
- Jika tidak ada oksitosin: rangsang puting
payudara ibu atau minta ibu menyusui

2. Penegangan tali pusat terkendali


Klem tali pusat berjarak 5 cm dari vulva.
Letakkan satu tangan di tepi atas simfisis
pubisdan tegangkan tali pusat dan klem
dengan tangan lainnya.
Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali
pusat ke arah bawah, tangan yang lain
mendorong uterus ke arah dorso kranial
secara hati-hati untuk mencegah inversio
uteri.
3. Pemijatan fundus uteri
Letakkan tangan pada fundus uteri.
Jelaskan tindakan pada ibu, minta
ibu menarik nafas dalam dan
tenang
Gerakkan tangan secara memutar
pada fundus uteri sehingga uterus
berkontraksi. Jika uterus tidak
berkontraksi, lakukan
penatalaksanaan atonia uteri
Periksa kelengkapan plasenta dan
selaputnya:
Periksa sisi maternal
Periksa sisi fetal
Menilai perdarahan
Periksa plasenta dan pastikan selaput lengkap dan utuh
Evaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan
lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan
aktif

Derajat robekan/ Laserasi Perineum


Derajat Penjelasan
1 Laserasi epitel vagina atau laserasi pada kulit perineum saja
2 Melibatkan kerusakan pada otot-otot perineum, tetapi tidak
melibatkan kerusakan sfingter ani
3 Kerusakan pada otot sfingter ani
3a: robekan <50% sfingter ani externus

3b: robekan >50% sfingter ani eksternus


3c: robekan juga meliputi sfingter ani eksternus
4 Robekan stadium tiga disertai robekan epitel anus
Kala IV
Kala IV: dimulai setelah lahirnya plasenta sampai 2 jam
setelahnya.
1. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak
terjadi perdarahan pervaginam
2. Mulai IMD, kontak ibu-bayi di dada ibu minimal 1 jam
3. Pada ibu, lanjutkan pemantauan kontraksi dan
pencegahan perdarahan pervaginam:
Setiap 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca salin
Setiap 15 menit pada 1 jam pasca salin
Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca salin
Lakukan penatalaksanaan yang sesuai untuk atonia uteri jika
kontraksi tidak baik
Kala IV
5. Ajarkan keluarga/ibu untuk masase uterus dan
menilai kontraksi, mewaspadai tanda bahaya
pada ibu dan kapan harus memanggil bantuan
medis
6 Periksa tekanan darah, nadi dan kandung kemih
ibu setiap 15 menit selama 1 jam pasca salin dan
setiap 30 menit selama jam kedua pascasalin.
Temperatur setiap jam selama 2 jam pasca salin.
7 Dekontaminasi alat dengan chlorin 0,5%
8 Bersihkan badan ibu

Anda mungkin juga menyukai