Anda di halaman 1dari 14

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Definisi Kehamilan
Menurut

Federasi

Obstetri

Ginekologi

Internasional,

kehamilan

didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi (Adriaansz & Hanafiah, 2009).

2.2.

Penentuan Usia Kehamilan


Usia kehamilan adalah masa sejak terjadinya konsepsi sampai dengan saat

kelahiran, dihitung dari hari pertama haid terakhir. Penentuan usia kehamilan bisa
dilakukan mulai dari antenatal sampai setelah persalinan. Pada masa antenatal
ditentukan dengan cara sederhana yaitu dengan menghitung Hari Pertama Haid
Terakhir (HPHT) dan kejadian-kejadian selama kehamilan yang penting
(Damanik, 2008). Apabila usia kehamilan tidak dapat ditentukan dengan jelas,
maka sonografi mungkin sangat membantu (Cunningham et al., 2006).
No.

Tabel 2.1. Parameter Klinis dalam Estimasi Usia Kehamilan*


Prioritas untuk Estimasi Usia Kehamilan
Estimasi Deviasi

1.

Fertilisasi in vitro

<1 hari

2.

Induksi ovulasi

3-4 hari

3.

Catatan suhu basal tubuh

4-5 hari

4.

Ultrasonografi panjang ubun-ubun bokong 0,7 minggu


(CRL)

5.

Pemeriksaan fisik pada trimester pertama 1 minggu


(uterus normal)

6.

Ultrasonografi diameter biparietal sebelum 20 1minggu


minggu

7.

Ultrasonografi volume kantong gestasi

1,5 minggu

8.

Ultrasonografi diameter biparietal pada 20-26 1,6 minggu


minggu

9.

Tanggal HPHT dari pencatatan (riwayat 2-3 minggu

Universitas Sumatera Utara

baik)**
10.

Ultrasonografi diameter biparietal pada 26-30 2-3 minggu


minggu

11.

Tanggal HPHT dari ingatan (riwayat baik)**

3-4 minggu

12.

Ultrasonografi diameter biparietal setelah 30 3-4 minggu


minggu

13.

Pengukuran tinggi fundus uteri

4-6 minggu

14.

Tanggal HPHT dari ingatan (riwayat buruk)

4-6 minggu

15.

Denyut jantung fetus pertama kali terdengar

4-6 minggu

16.

Persepsi adanya gerakan janin

4-6 minggu

Keterangan:
* Kaidahnya adalah untuk selalu menggunakan pilihan indikator yang
lebih akurat daripada yang kurang akurat.
** Riwayat baik mewajibkan adanya pengetahuan panjang siklus
sebelumnya dengan siklus menstruasi yang teratur dan tidak adanya
penggunaan pil kontrasepsi selama 6 bulan dihitung dari hari pertama haid
terakhir.
Sumber : Bowie & Andreotti, 1983
2.2.1. Metode HPHT
Estimasi usia kehamilan berdasarkan Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)
merupakan metode estimasi usia kehamilan yang paling banyak digunakan di
dunia karena mudah digunakan dan tidak memerlukan biaya (Lynch & Zhang,
2007). Namun metode ini mengharuskan terpenuhinya beberapa syarat agar
memberikan keakuratan yang baik (Bowie & Andreotti, 1983), yaitu:
1. Mengetahui tanggal HPHT yang akurat dan panjang siklus sebelumnya
dengan siklus menstruasi yang teratur.
Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus
disertai pelepasan endometrium. Siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal
mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya. Hari pertama
keluarnya darah menstruasi pada siklus menstruasi yang terakhir disebut hari
pertama haid terakhir. Interval rata-rata pengulangan menstruasi diperkirakan 28

Universitas Sumatera Utara

hari, tetapi terdapat variasi yang cukup besar diantara wanita secara umum
(Hanafiah, 2009).

Gambar 1. Variasi Siklus Menstruasi


Sumber: Johnson, 2008
Panjang siklus menstruasi yang normal adalah 21-35 hari (Palter & Olive,
2002) dan kira-kira 97% wanita yang berovulasi siklus haidnya berkisar 18-42
hari. Jika siklusnya kurang dari 18 hari atau lebih dari 42 hari dan tidak teratur,
biasanya siklusnya tidak berovulasi (anovulatoar) (Hanafiah, 2009).
Siklus

menstruasi

normal

dapat

dipahami

dengan

baik

dengan

membaginya atas dua fase dan satu saat, yaitu fase folikuler, saat ovulasi, dan fase
luteal.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2. Siklus Menstruasi


Sumber: Womack, 2011
Hari 1-5 adalah menstrual phase (disebut juga haid atau menstruasi) saat
lapisan dalam uterus lepas dan keluar dalam bentuk darah, jaringan endometrium,
dan mukus. Aktivitas ovarium minimal, sehingga level hormon estrogen dan
progesteron menjadi relatif rendah. Ketika kadar hormon estrogen rendah,
hipofisis anterior akan memfasilitasi pengeluaran follicle-stimulating hormone
(FSH) lebih banyak dari luteinizing hormone (LH) proses ini sebenarnya terjadi
pada akhir di siklus sebelumnya dan berlanjut sampai menstrual phase pada siklus
berikutnya.
Hari 6-12 adalah proliferative, estrogenic, atau follicular phase. Pada fase
ini FSH dan LH yang disekresi oleh hipofisis anterior menstimulasi pembentukan
kantong berisi cairan yang disebut folikel. Setiap folikel merupakan tempat dari
ovum yang berkembang, namun hanya satu folikel yang akan mencapai maturitas
penuh. FSH kemudian menstimulasi folikel di dalam ovarium untuk
mengeluarkan estrogen. Pengeluaran estrogen ini menyebabkan penebalan

Universitas Sumatera Utara

endometrium. Peningkatan kadar estrogen akan menghambat sekresi FSH dan


meningkatkan kadar LH yang mencolok. Lonjakan LH membuat satu folikel
menjadi matur.
Hari 13-15 adalah ovulatory phase. Kira-kira 16-24 jam setelah lonjakan
LH. Folikel yang matur akan ruptur dan mengeluarkan ovum yang telah
berkembang. Fertilisasi dapat terjadi dalam rentang waktu ini. Peristiwa ini
disebut ovulasi, yang secara khas terjadi pada hari ke-14.
Hari 16-23 adalah secretory, progestational, atau luteal phase disaat
folikel yang telah kosong berubah menjadi struktur sel endokrin yang disebut
korpus luteum. Korpus luteum ini mensekresikan progesteron dalam jumlah yang
banyak dan estrogen dalam jumlah sedikit. Progesteron mempertahankan
penebalan dinding uterus dan menyebabkan sel-sel uterus mengeluarkan hormon
dan enzim lain untuk mempersiapkan endometrium sebagai tempat implantasi dari
ovum yang sudah difertilisasi.
Hari 24-28 adalah premenstrual phase. Jika ovum yang telah difertilisasi
tidak implantasi pada lapisan uterus, korpus luteum akan berdegenerasi sehingga
kadar progesteron dan estrogen akan menurun. Penurunan hormon ini akan
berakibat dalam spasme pembuluh darah arteriol yang menyebabkan luluhnya
endometrium. Akhirnya, kadar prostaglandin yang tinggi akan menyebabkan
kontraksi otot uterus, yang akan mengeluarkan jaringan endometrium, darah, dan
mukus (Johnson, 2008).
2. Tidak menggunakan pil kontrasepsi dalam 6 bulan terakhir.
Kontrasepsi ialah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan
(Albar, 2009). Metode kontrasepsi dibagi menjadi kontrasepsi hormonal dan
kontrasepsi non-hormonal. Kontrasepsi hormonal adalah kontrasepsi yang
menggunakan hormon seks steroid wanita seperti estrogen dan progesteron
sintetis (Stubblefield & Olive, 2002). Kontrasepsi ini tersedia dalam bentuk oral,
injeksi dan implan. Kontrasepsi oral adalah kombinasi estrogen dan progestin atau
hanya progestinmini pil dan merupakan jenis kontrasepsi hormonal yang paling
banyak digunakan di dunia.

Universitas Sumatera Utara

Efek kontraseptif obat-obat yang mengandung steroid bersifat multipel,


tetapi efek yang paling penting adalah mencegah ovulasi dengan menekan
gonadotropin-releasing

factors

dari

hipotalamus.

Dengan

penekanan

gonadotropin releasing factors ini maka sekresi follicle stimulating hormone dan
luteinizing hormone dari hipofisis ikut terhambat.
Estrogen saja dalam dosis yang memadai akan menghambat ovulasi
dengan menekan gonadotropin. Estrogen ini juga mungkin akan menghambat
implantasi dengan mengubah pematangan endometrium. Estrogen mempercepat
transportasi ovum; namun progestin menyebabkan perlambatan.
Progestin menyebabkan terbentuknya mukus serviks yang kental, sedikit,
selular, dan menghambat perjalanan sperma. Kapasitasi sperma juga mungkin
terhambat. Seperti estrogen, progestin juga menyebabkan endometrium menjadi
kurang memungkinkan untuk implantasi blastokista. Akhirnya, progestin juga
dapat menghambat ovulasi dengan menekan gonadotropin (Cunningham et al.,
2006).
Setelah kontrasepsi oral dihentikan, siklus ovulasi kembali dalam beberapa
bulan (Stubblefield & Olive, 2002). Serupa dengan masa pascapartum, dalam 3
bulan setelah penghentian, paling tidak 90 persen wanita yang sebelumnya
berovulasi secara teratur akan kembali mengalaminya. Bracken et al. mengamati
penurunan angka konsepsi selama paling tidak enam siklus setelah penghentian
kontrasepsi ini (Cunningham et al., 2006).
Rumus Naegele dilakukan dengan cara menambahkan 7 hari ke hari
pertama haid terakhir dan menghitung mundur 3 bulan. Rumus Naegele dilakukan
dengan asumsi bahwa siklus haid rata-rata adalah 28 hari dengan ovulasi terjadi
pada hari ke-14 dan lama kehamilan rata-rata 280 hari dari hari pertama haid
terakhir. Kemungkinan kesalahan dalam perkiraan usia kehamilan dalam metode
ini dapat terjadi dalam setidaknya 4 aspek (Ananth, 2007), yaitu:
a. Panjang siklus menstruasi normal yang dapat berbeda-beda pada wanita.
Bahkan pada wanita dengan panjang siklus menstruasi rata-rata, waktu
terjadinya ovulasi dapat berbeda. Baird et al. melaporkan bahwa hanya 10%
wanita dengan siklus menstruasi 28 hari dan teratur ovulasi terjadi tepat pada hari

Universitas Sumatera Utara

ke-14. Ditemukan dari 75% wanita yang diteliti, ovulasi terjadi dalam 4 hari
dari hari ke-13 (Lynch & Zhang, 2007).
b. Wanita dengan siklus menstruasi yang tidak teratur atau anovulatoar tidak
dapat disertakan dalam asumsi bahwa ovulasi terjadi pada hari ke-14; pada
kenyataannya episode perdarahan yang tidak teratur terkadang dapat
merupakan keguguran kandungan spontan yang tidak diketahui.
c. Perdarahan pada awal kehamilan mungkin sering disalahartikan sebagai
periode menstruasi yang terlambat. Dengan demikian, dapat terjadi
kesalahan dalam tanggal periode menstruasi terakhir sebanyak 4 minggu.
d. Kesalahan dalam mengingat tanggal hari pertama haid terakhir.
Dari penelitian yang dilakukan, Hall et al menemukan bahwa diantara
11.602 wanita yang diteliti, 79% mengetahui tanggal HPHT pastinya (pasti dalam
1 minggu), 13% secara mengira-ngira mengetahui tanggal HPHT pastinya (pasti
dalam 2 minggu), dan 7% tidak dapat mengetahui tanggal HPHT pastinya (pasti
dalam 4 minggu) (Lynch & Zhang, 2007).
Untuk itu dalam menentukan usia kehamilan dengan menggunakan rumus
Naegele diperlukan anamnesis yang cermat. Riwayat menstruasi sangatlah
penting. Wanita yang mengalami menstruasi secara spontan dan teratur setiap
sekitar 28 hari kemungkinan besar berovulasi pada pertengahan daur. Apabila
daur menstruasinya secara bermakna lebih lama daripada 28 sampai 30 hari, maka
ovulasi lebih besar kemungkinannya terjadi jauh setelah 14 hari; atau apabila
interval terlalu lama dan tidak teratur, maka kemungkinan besar sebagian dari
episode-episode perdarahan vagina yang diidentifikasi sebagai menstruasi
didahului oleh anovulasi kronik. Tanpa menstruasi yang teratur, spontan, siklik,
dan dapat diperkirakan yang mengisyaratkan siklus ovulatorik, maka usia
kehamilan yang akurat sulit ditentukan.
Perlu dipastikan juga apakah wanita yang bersangkutan menggunakan
kontrasepsi steroid sebelum hamil. Wanita yang mengalami perdarahan lucut
berulang teratur selagi menggunakan kontrasepsi biasanya menghentikan
pemakaian kontrasepsi tersebut secara siklis dan langsung hamil tanpa mengalami
perdarahan mirip menstruasi lebih lanjut. Namun, ovulasi mungkin belum pulih

Universitas Sumatera Utara

dalam 2 minggu setelah awitan perdarahan lucut terakhir, tetapi mungkin terjadi
pada tanggal-tanggal selanjutnya yang sangat bervariasi. Dalam hal ini kita sulit
memperkirakan waktu ovulasi (Cunningham et al., 2006).

2.2.2. Metode USG


Dengan HPHT yang tidak pasti, USG sering digunakan untuk menentukan
usia kehamilan dan taksiran tanggal persalinan. HPHT tidak dapat dipercaya pada
keadaan seperti: tanggal HPHT tidak diketahui dengan tepat, siklus haid rata-rata
bukan 28 hari, siklus haid tidak teratur, ibu hamil tersebut baru berhenti
mengkonsumsi pil kontrasepsi dalam tiga bulan terakhir, dan terjadi perdarahan
awal kehamilan (Chudleigh & Thilaganathan, 2004). Perkiraan usia kehamilan
dengan USG dilakukan dengan mengukur biometri janin. Banyak parameter yang
telah digunakan untuk menentukan usia kehamilan. Parameter yang paling sering
digunakan adalah:
a. Mean Sac Diameter
b. Pengukuran Kantung Gestasi
c. Pengukuran Panjang Ubun-ubun Bokong (CRL)
Pengukuran panjang ubun-ubun bokong dilakukan pada minggu 5-14
kehamilan dan merupakan cara yang paling akurat dalam menentukan usia
kehamilan pada trimester pertama (Shan & Madheswaran, 2010).
d. Diameter Biparietal (BPD)
e. Panjang Tulang Femur (FL)

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.2. Keakuratan Penentuan Usia Kehamilan dengan Ultrasonografi


Usia Kehamilan
Ukuran Ultrasonografi
Rentang Keakuratan
(minggu)
<8

Ukuran kantong gestasi

10 hari

8-12

Jarak kepala bokong

7 hari

12-14

Jarak kepala bokong,

14 hari

BPD
15-20

BPD, HC, FL, AC

10 hari

20-28

BPD, HC, FL, AC

2 minggu

>28

BPD, HC, FL, AC

3 minggu

BPD = biparietal diameter (diameter biparietal)


HC = head circumference (lingkar kepala)
FL = femur length (panjang femur)
AC = abdominal circumference (lingkar abdomen)
Sumber : Duroseau & Blakemore, 2002
2.3.

Pertumbuhan Janin
Kehidupan janin di dalam rahim (intrauterus) dibagi dalam fase-fase,

yaitu:
A. Fase Ovum, Zigot, dan Blastokista
Fase perkembangan yang terjadi adalah :
1. Ovulasi
2. Fertilisasi ovum
3. Pembentukan blastokista bebas
4. Implantasi blastokista
Hal ini dapat diidentifikasi selama 2 minggu pertama setelah ovulasi.
Setelah implantasi vili korionik primitif segera berkembang. Dengan terbentuknya
vili korionik, produk konsepsi sebaiknya disebut sebagai mudigah.
B. Fase Mudigah
Periode

mudigah

dimulai

sejak

awal

minggu

ketiga

setelah

ovulasi/fertilisasi, yang bersamaan dengan waktu perkiraan menstruasi berikutnya

Universitas Sumatera Utara

seharusnya dimulai. Pada saat ini, sebagian besar uji kehamilan yang mengukur
gonadotropin korionik manusia (hCG) akan memberi hasil positif dan lempeng
embrionik sudah terbentuk. Periode mudigah berakhir pada minggu ke-8 setelah
fertilisasi. Pada waktu ini, semua struktur esensial sudah mulai berkembang.
C. Fase Janin
Fase ini terjadi 8 minggu setelah fertilisasi, atau 10 minggu setelah awitan
menstruasi terakhir (Cunningham et al., 2006).
Tabel 2.3. Peristiwa-peristiwa Penting Perkembangan Prenatal
Minggu
Peristiwa Perkembangan
1

Fertilisasi dan implantasi; mulai masa embrional

Endoderm dan ektoderm muncul (embrio bilaminar)

Masa henti menstruasi pertama; mesoderm muncul (embrio


trilaminar); somit mulai dibentuk

Fusi neural fold pelipatan embrio ke dalam bentuk sepertimanusia; tunas lengan dan kaki muncul; panjang kepala (korona)
sampai pantat, 4-5 mm

Plakode lensa, mulut primitif, garis jari pada tangan

Hidung primitif, filtrum, palatum primer, panjang kepala-pantat,


21-23 mm

Kelopak mata mulai

Ovarium dan testes dapat dibedakan

Masa janin mulai, panjang kepala pantat, 5cm;berat, 8 g

20

Genitalia eksterna dapat dibedakan

10

Batas kehidupan bawah biasa; berat, 460 g; panjang, 19 cm

25

Trimester ke 3 mulai; berat 900 g; panjang, 25 cm

28

Mata membuka; janin memutar kepala ke bawah; berat 1.300 g

38

Cukup bulan
Sumber : Needlman, 2000

Universitas Sumatera Utara

2.4.

Prematuritas
Kelahiran prematur didefinisikan sebagai bayi yang dilahirkan sebelum

lengkap 37 minggu. Berdasarkan usia kehamilan, ada 3 subkategori kelahiran


prematur:
a. Extremely preterm (<28 minggu)
b. Very preterm (<32 minggu)
c. Moderate to late preterm (32 - <37 minggu)
Induksi persalinan atau seksio sesaria tidak boleh dilakukan sebelum
lengkap 39 minggu kecuali ada indikasi medis (WHO, 2012).
Kelahiran prematur terjadi secara spontan sebanyak 40%-50%, dengan
sisanya disebabkan oleh preterm premature rupture of membranes (PPROM)
sebanyak 25%-40% dan induksi persalinan atau seksio sesaria atas indikasi medis
yang terlalu cepat sebanyak 20%-25% (Goldenberg, 2002).
Penatalaksanaan kelahiran prematur termasuk pemakaian antibiotik,
kortikosteroid antenatal atau induksi persalinan dilakukan berdasarkan usia
kehamilan. Pada PPROM dengan usia kehamilan 34 minggu atau lebih, induksi
persalinan dapat dilakukan secara elektif. Insidensi Respiratory Distress
Syndrome (RDS) dan morbiditas neonatus yang lahir pada 34 minggu tidak
berbeda dengan yang lahir pada 35 dan 36 minggu. Intervensi seperti
kortikosteroid dan antibiotik tidak lagi diindikasikan. Pada usia kehamilan 34
minggu,

induksi

kelahiran

dengan

PPROM

menurunkan

insidensi

chorioamnionitis dan sepsis neonatal. Pada usia kehamilan 32 sampai 33 minggu,


induksi kelahiran dilakukan apabila paru-paru janin sudah matang berdasarkan
amniosintesis. Pada 24-32 minggu, berikan antibiotik dan kortikosteroid,
monitoring infeksi dan komplikasi lainnya. Jika tidak ada bukti keadaan yang
membahayakan janin dan persalinan tidak terjadi secara spontan, kehamilan ini
harus dipertahankan sampai 34 minggu (Sayres, 2011).
2.4.1. Komplikasi Prematuritas
Pada bayi prematur terdapat peningkatan risiko komplikasi neonatal dan
kesulitan jangka panjang seperti:

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.4. Komplikasi dan Ketidakmampuan Berhubungan dengan Prematuritas


Neonatal
Jangka Pendek
Jangka Panjang
Sindrom

kegawatan Kesulitan

makan

dan Cerebral palsy

pernapasan (RDS)

gangguan pertumbuhan

Perdarahan

Infeksi

Defisit sensoris

Apnea

Kebutuhan

intraventrikular
Leukomalasia
periventikular
Paten duktus arteriosus

Enterokolitis

pelayanan

kesehatan khusus
Gangguan

Incomplete

neurodevelopmental

growth

Retinopati

Kesulitan di sekolah

Distonia transien

Masalah tingkah laku

catch-up

nekrotikans
Infeksi
Abnormalitas endokrin

Penyakit

paru-paru

kronis
Defisiensi nutrisi
Sumber : Perkin Elmer, 2009
2.5.

Postmaturitas
Postmaturitas atau kehamilan memanjang adalah kehamilan 42 minggu

lengkap (294 hari atau taksiran tanggal persalinan ditambah 14 hari) atau lebih
sejak hari pertama haid terakhir (Gumus, Kamalak & Turhan, 2009). Penyebab
tersering kehamilan memanjang adalah penentuan usia kehamilan yang tidak tepat
(ACOG Practice Bulletin No. 55, 2004).
2.5.1. Komplikasi Postmaturitas
Risiko kehamilan postmatur adalah:
a. Risiko terhadap Janin
Pada kehamilan pada 42 minggu terdapat peningkatan mortalitas perinatal
2 kali dibandingkan dengan kehamilan pada 40 minggu dan meningkat 4 kali
lipat pada kehamilan 43 minggu dan 5 sampai 7 kali lipat pada kehamilan 44
minggu (Gumus, Kamalak & Turhan, 2009). Penyebab peningkatan kematian

Universitas Sumatera Utara

perinatal ini disebabkan oleh insufisiensi uteroplasenta, aspirasi mekonium, dan


infeksi intrauteri. Kehamilan postterm juga merupakan faktor risiko independen
untuk menyebabkan rendahnya pH arteri umbilikus pada saat melahirkan dan
rendahnya skor Apgar pada 5 menit pertama (ACOG Practice Bulletin No. 55,
2004).
Bayi lebih bulan mempunyai ukuran lebih besar dan daripada bayi cukup
bulan dan mempunyai insidensi lebih tinggi untuk makrosomia. Komplikasi yang
berkaitan dengan makrosomia adalah partus lama, cephalopelvic disproportion,
dan distosia bahu dengan risiko kerusakan ortopedi dan neurologi (ACOG
Practice Bulletin No. 55, 2004).
Kira-kira 20% bayi lebih bulan mempunyai sindrom dismaturitas, dimana
karakteristiknya menyerupai retardasi pertumbuhan intrauteri kronis yang
disebabkan

oleh

insufisiensi

uteroplasenta.

Kehamilan

ini

mempunyai

peningkatan risiko terhadap kompresi tali pusat karena oligohidramnion, aspirasi


mekonium, dan komplikasi neonatus jangka pendek (seperti hipoglikemia, kejang,
dan insufisiensi pernapasan) (ACOG Practice Bulletin No. 55, 2004).
Peningkatan risiko kematian dalam 1 tahun pertama kehidupan juga
dialami oleh bayi lebih bulan. Beberapa kematian ini disebabkan oleh komplikasi
peripartum (seperti sindrom aspirasi mekonium), dan kebanyakan penyebab
kematian ini tidak diketahui (ACOG Practice Bulletin No. 55, 2004).
b. Risiko terhadap Ibu Hamil
Risiko kehamilan lebih bulan terhadap ibu hamil adalah meningkatnya
distosia persalinan, meningkatnya trauma perineum berat yang disebabkan oleh
makrosomia, dan meningkatnya kemungkinan dilakukannya persalinan sesar.
Persalinan seksio sesaria dapat mengakibatkan beberapa komplikasi, seperti
endometritis, perdarahan, dan penyakit tromboemboli. Terakhir, kehamilan lebih
bulan dapat menjadi sumber kecemasan yang besar bagi ibu hamil (ACOG
Practice Bulletin No. 55, 2004).
Penentuan

usia

kehamilan

yang

akurat

sangat

penting

dalam

meminimalisasi kesalahan diagnosis kehamilan memanjang (ACOG Practice


Bulletin No. 55, 2004). Penggunaan ultrasonografi dalam penentuan usia

Universitas Sumatera Utara

kehamilan menurunkan insidensi kehamilan memanjang secara signifikan (Roos


et al., 2010). Menurut Bennet et al. (2004), penggunaan ultrasonografi pada
trimester pertama secara signifikan menunjukkan penurunan induksi persalinan
pada kehamilan 41 minggu dan lebih (5%) dibandingkan dengan penggunaan
ultrasonografi trimester kedua (13%).

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai