Anda di halaman 1dari 62

 Pengertian dan tanda kala II

 Perubahan fisiologi kala II


 Kontraksi , dorongan otot-oto dinding uterus
 Pergeseran organ dasar panggul
 Ekspulsi janin
 Asuhan sayang ibu dan posisi meneran
 Mekanisme persalinan normal
 Asuhan kala II
 Pemantauan ibu dan janin
 Amniotomi dan episiotomi
 Menolong persalinan sesuai APN
 Pemenuhan kebutuhan selama persalinana kala II
 Pendokumentasian asuhan kala II
 Persalinan kala dua dimulai ketika pembukaan
serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir
dengan lahirnya bayi.

 Kala dua juga disebut sebagai kala pengeluaran


bayi.
 Gejala dan tanda kala dua persalinan adalah:
› Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan
terjadinya kontraksi.
› Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan
pada rektum dan/atau vaginanya.
› Perineum menonjol.
› Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.
› Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur
darah.
 Tanda pasti kala dua ditentukan melalui periksa
dalam (informasi obyektif)
› pembukaan serviks telah lengkap, atau
› terlihatnya bagian kepala bayi melalui
introitus vagina.
 Kontraksi:
› Amplitudo uterus meningkat terus
sampai 60 mmHg pada akhir kala I
› Frekuensi his 4-5 kali dalam 10 menit
› Durasi his meningkat menjadi 60-90
detik
 Dorongan Otot-otot Dinding Uterus
› Dinding korpus uteri yang terdiri dari otot-otot
menjadi lebih tebal dan memendek
› Bagian bawah uterus dan serviks mendatar
hingga pembukaan lengkap
› Kepala janin makin masuk ke rongga panggul
dan sebagai benda keras mengadakan tekanan
pada serviks
› Kekuatan uterus yang optimum, menimbulkan
kontraksi diafragma dan otot-otot dinding
abdomen
 Kepala janin yang terdorong makin maju
menyebabkan:
› membuka diafragma pelvis, vulva , vagina dan
perinium
› Peregangan persendian ramus pubis, pergeseran os
cocygeus ke posterior 1-2 cm
 Peregangan tersebut menimbulkan rasa sakit
menjalar ke paha sebelah dalam
 Penurunan kepala
 Fleksi maksimal
 Rotasi internal ke arah anteroposterior
 Ekstensi/defleksi
 Restitusi
 Rotasi eksternal diikuti bahu
 Bahu posterior meregang perinium
 Bahu lahir diikuti seluruh tubuh bayi
 Anjurkan agar ibu selalu didampingi oleh
keluarganya selama proses persalinan
 fasilitasi keluarga ikut terlibat dalam
asuhan
› Membantu ibuberganti posisi
› melakukan rangsangan taktil
› memberikan makanan dan minuman
› teman bicara
› memberikan dukungan dan semangat selama
persalinan dan melahirkan bayinya.
 jelaskan tahapan dan kemajuan proses persalinan
atau kelahiran bayi kepada mereka
 Tenteramkan hati ibu dalam menghadapi dan
menjalani kala dua persalinan
 Bantu ibu untuk memilih posisi yang nyaman
saat meneran
Posisi Ibu Saat Meneran

Posisi setengah duduk


Jongkok atau berdiri

Mempercepat kemajuan kala II dan mengurangi nyeri


Merangkak, miring kiri

Membabtu putaran
oksiput, mengurangi
nyeri punggung,
mengurangi laserasi
perinium
 meneran mengikuti dorongan alamiahnya selama
kontraksi.
 Beritahukan untuk tidak menahan nafas saat
meneran.
 Minta untuk berhenti meneran dan beristirahat di
antara kontraksi.
 Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ia
akan lebih mudah untuk meneran jika lutut ditarik ke
arah dada dan dagu ditempelkan ke dada.
 Minta ibu untuk tidak mengangkat bokong saat
meneran.
 Tidak diperbolehkan untuk mendorong fundus untuk
membantu kelahiran bayi
 Persalinan Kepala
 Persalinan Bahu
 Persalinan Seluruh Tubuh Bayi
 Memasuki persalinan kala II:
› Kepala sudah berada di dasar panggul /setinggi os
cocygeus
› Fleksi maksimal
› UUK pada posisi jam 12
 Dengan dorongan meneran perlahan kepala
membuka vulva
 Sub occiput sebagai hipomoclion, kepala akan
defleksi
 Dengan defleksi lahir berturut-turut:
› Dahi
› Mata
› Hidung
› Mulut
› dagu
 Setelah kepala lahir, bahu melakukan putaran
paksi dalam
 Posisi bahu anteroposterior
 bahu lahir perlu bantuan penolong persalinan
 Lahir bahu depan
 Lahir bahu belakang
 Setelah kedua bahu lahir dengan dorongan
meneran ringan akan lahir:
› Kedua tangan,
› Badan
› Kaki
 Melihat tanda kala II
 Memastikan alat lengkap
 Memastikan pembukaan lengkap
 Memastiakn kondisi janin
 Mengatur posisi
 Membimbing meneran
 Menolong kelahiran kepala
 Menolong kelahiran bahu
 Menolong kelahiran seluruh badan bayi
 Ibu mengatakan ingin mengedan/merasakan ada
dorongan meneran
 Ibu merasakan ada tekanan pada anus
 Perinium menonjol
 Vulva membuka

“doranteknusperjolvulka”
 Perlengkapan penolong
 Perlengkapan ibu dan bayi
 Instrumen dan obat-obatan
 Meja dan alat resusitasi
 Tempat pakaian kotor dan sampah
 Tempat plasenta
 Ada tanda kala II merupakan salah sati indikasi
boleh dilakukan VT
 Indikator yang diperiksa:
› Vulva dan vagina
› Pembukaan serviks : tidak teraba (pembukaan
lengkap/10 cm
› Selaput ketuban
› Presentasi
› Denominator dan posisi
› Moulase
› Penurunan bagian terendah
› Tali pusat dan bagian kecil janin
› panggul
 Memeriksa denyut jantung janin di luar his
 Hitung djj selama 60 detik
 Interpretasi hasil: frekuensi , kekuatan dan irama
 Normalnya djj 120-160 kuat dan teratur
 Prinsip: posisi sesuai dengan keinginan ibu
 Bila pembukaan belum lengkap : miring kiri
 Pembukaan lengkap kepala belum didasar panggul:
jongkok
 Pembukaan lengkap kepala didasar panggul:
setengah duduk
 Ibu boleh dipimpin meneran bila:
› Pembukaan lengkap
› Kepala didasar panggul
› UUK di depan
› Ketuban sudah pecah/dipecahkan
› DJJ normal
 Meneran efektif : pada saat ada his
 Bila pembukaan sudah lengkap, namun kepala
masih tinggi dan atau UUK belum didepan:
› Atur ibu dalam posisi miring
› Nafas tiup-tiup untuk mengendalikan dorongan
meneran
 Teknik meneran:
› Meneran pendek-pendek (saat his tarik nafas dalam,
hembuskan sedikit lalu meneran pendek, ulangi
sampai his hilang)
› Bila perinium terlihat meregang dan nampak pucat,
berhenti meneran , tunggu sejenak hingga berwarna
kemerahan, meneran kembali dengan teknik yang
sama
› Pada saat kepala akan defleksi , stop meneran , nafas
tiup-tiup seperti meniup lilin, sampai kepala lahir

Ingat, lakukan pemantauan his dan djj selama memimpin kala II


 Saat kepala bayi membuka vulva (5-6 cm),
letakkan kain yang bersih dan kering yang
dilipat 1/3 nya di bawah bokong ibu
 siapkan kain atau handuk bersih di atas perut
ibu (untuk mengeringkan bayi segera setelah
lahir)
 Lindungi perineum dengan satu tangan
(dibawah kain bersih dan kering
 Tahan belakang kepala bayi agar posisi kepala
tetap fleksi pada saat keluar secara bertahap
melewati introitus dan perineum.
Posisi tangan membantu kelahiran kepala
 Setelah kepala bayi lahir, minta ibu untuk berhenti
meneran sarankan bernafas cepat.
 Periksa leher bayi apakah terlilit oleh tali pusat.
 Jika ada dan lilitan di leher bayi cukup longgar
maka lepaskan lilitan tersebut dengan melewati
kepala bayi.
 Jika lilitan tali pusat sangat erat maka jepit tali
pusat dengan klem pada 2 tempat dengan jarak 3 cm,
kemudian potong tali pusat di antara 2 klem tersebut.
Memeriksa belitan tali pusat
 Setelah menyeka mulut dan hidung bayi dan
memeriksa tali pusat, tunggu kontraksi berikut
sehingga terjadi putaran paksi luar secara spontan.
 Letakkan tangan posisi biparietal, minta ibu meneran
sambil menekan kepala ke arah bawah dan lateral
tubuh bayi hingga bahu depan melewati simfisis.
 Setelah bahu depan lahir, gerakkan kepala keatas dan
lateral tubuh bayi sehingga bahu bawah dan seluruh
dada dapat dilahirkan
Menolong kelahiran bahu
 Saat bahu posterior lahir, geser tangan bawah (posterior) ke
arah perineum dan sanggah bahu dan lengan atas bayi pada
tangan tersebut.
 Gunakan tangan yang sama untuk menopang lahirnya siku
dan tangan posterior saat melewati perineum.
 Tangan bawah (posterior) menopang samping lateral tubuh
bayi saat lahir (Gambar A).
 Secara simultan, tangan atas (anterior) untuk menelusuri dan
memegang bahu, siku dan lengan bagian anterior.
 Lanjutkan penelusuran dan memegang tubuh bayi ke bagian
punggung, bokong dan kaki (Gambar B).
 Dari arah belakang, sisipkan jari telunjuk tangan atas di
antara kedua kaki bayi yang kemudian dipegang dengan ibu
jari dan ketiga jari tangan lainnya. (Gambar C).
 Letakkan bayi di atas kain atau handuk yang telah disiapkan
pada perut bawah ibu dan posisikan kepala bayi sedikit lebih
rendah dari tubuhnya.
 Segera keringkan sambil melakukan rangsangan taktil pada
tubuh bayi dengan kain atau selimut di atas perut ibu.
Pastikan bahwa kepala bayi tertutup dengan baik.
B
A

C
 Pemantauan ibu
› Kontraksi
› Tanda kala II
› Keadaan umum
› Kemajuan persalinan
 Pemantauan janin
› Saat janin belum lahir
 Denyut jantung
 Moulage

› Setelah lahir:
 Tangis
 gerak
 Pengertian Amniotomi
› Tindakan untuk membuka selaput amnion dengan
jalan membuat robekan kecil yang kemudian akan
melebar secara spontan akibat gaya berat cairan dan
adanya tekanan di dalam rongga amnion.
 Indikasi Amniotomi
› Jika ketuban belum pecah dan pembukaan lengkap.

› Akselerasi persalinan.

› Persalinan pervaginam menggunakan instrumen.


 Prinsip amniotomi
› Pembukaan sudah lengkap
› Tidak teraba bagian kecil janin/tali pusat
› Tidak ada gawat janin
› Dilakukan pada saat puncak his mulai menurun
 DEFINISI
 insisi dari perinium untuk memudahkan
persalinan dan mencegah ruptur perinii totalis
(Bagian Obsgyn, UNPAD).

 Sedangkan menurut Harry Oxorn (1996),


Episiotomi adalah insisi perinium untuk
memperlebar ruang pada lubang keluar jalan lahir
sehingga memudahkan kelahiran bayi
› Adalah pemisahan jaringan perineum yang
bertujuan mencegah kerusakan yang lebih berat
pada jaringan lunak akibat daya regang yang
melebihi kapasitas elastisitas jaringan tersebut.
(Manternal Neonatal 2000)

› Adalah insisi bedah pada perineum untuk


melebarkan mur vulva. (Ruth johnson dan wendy
Taylor 2004)

› Adalah insisi pada perineum yg menyebabkan


terpotongnya selaput lendir vagina, cincin himen,
jaringan seputum rektovaginal. Melebarkan jalan
lahir sehingga mempermudah kelahiran (Mansjoer
Arif, dkk. 2001 : 338)
 TUJUAN EPISIOTOMI
Mempercepat persalinan dgn melebarkan jalan lahir
lunak/mempersingkat kala II

Mengurangi tekanan pada kepala anak

Mengendalikan robekan perineum u/ memudahkn


menjahit
 INDIKASI EPISIOTOMI
› Terjadi gawat janin dan persalinan mungkin harus
diselesaikan dengan bantuan alat (ekstraksi cunam
atau vakum)
› Adanya penyulit (distosia bahu, persalinan sungsang)
› Adanya perut yang menghambat proses pengeluaran
bayi
› Perinium kaku/ terlalu teregang
 JENIS – JENIS EPISIOTOMI
• Episiotomi Medialis adalah yang dibuat di garis
tengah.

• Episiotomi Mediolateralis dari garis tengah ke


samping menjauhi anus.

• Episiotomi Lateralis 1-2 cm diatas commisuro


posterior ke samping.
 Jenis Mediolateralis
› Pemotongan dimuali dari garis tengah fossa vestibula
vagina ke posterior ditengah antara spina ischiadica
dan anus. Dilakukan pada ibu yang memiliki
perineum pendek,  pernah ruptur grade 3.

› Keuntungan:
 Perluasan laserasi akan lebih kecil kemungkinannya
menjani spincter ani
› Kekurangan mediolateralis
 Penyembuhan terasa lebih sakit dan lama
 Mungkin kehilangan  darah lebih banyak
 lebih sulit dijahit
 Bekas luka parut kurang baik
 Pelebaran introitus vagina
 Kadangkala diikuti dispareunia (nyeri saat
berhubungan)
 Episiotomi Medialis :
› Sayatan dimuali dari garis tengah fossa vestibula
vagina ke arah anus hingga 2-3 cm diatas anus
› Keuntungan:
 mudah dijahit, anatomi maupun fungsionil sembuh
dengan baik, nyeri masa nifas ringan,
› Kerugian:
 dapat menjadi ruptur perinii totalis
 His dan djj ditulis dalam partograf sampai bayi
lahir
 Lengkapi partograf halaman 2 (dibaliknya)
 SOAP awal kala II
› S: ibu ingin mengedan
› O: Perlimaan 0/5, His 5 kali 10 menit durasi 50 detik,
ada dorongan meneran, perinium menonjol , vulva
terbuka . VT: v/v normal, porsio tidak teraba, ketuban
positif, presentasi kepala UUK jam 12, tidak ada
moulase, penurunan setinggi os cocygeus TTTPBK.
DJJ 155 kali dalam 1 menit kuat teratur
› A: GIP0000 uk 40 minggu T/H pres kep U + PK II
› P:
 memberi informasi hasil pemeriksaan, keluarga menerima
 Melakukan amniotomi, ketuban jernih
 Pimpin persalinan, hasil terlampir dalam partograf

Anda mungkin juga menyukai