Anda di halaman 1dari 7

Nama : Anisa Dwi Tyastuti

NIM : 30101800021
TUGAS PENGGANTI APN
Pembimbing Klinik: dr. Hj. Rini Aryani, Sp.OG

1. Sebutkan langkah melahirkan bayi!

Melihat tanda kala 2


 Mendengar dan melihat tanda Kala Dua persalinan.
 Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran
 Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan / vaginanya
 Perineum menonjol
 Vulva dan sfingter ani membuka

Menyiapkan pertolongan persalinan


 Memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong
persalinan dan menatalaksana komplikasi segera pada ibu dan bayi baru lahir.
 Mengenakan baju penutup atau celemek plastik bersih yang tidak tembus cairan dan
sepatu boot.
 Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai. Mencuci kedua tangan
dengan sabun dan air bersih yang mengalir kemudian mengeringkan tangan dengan
tissue atau handuk yang bersih dan kering satu kali pakai
 Memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau steril untuk semua
pemeriksaan dalam.
 Menghisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik.

Memastikan pembukaan lengkap dan janin keadaan baik


 Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke
belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air disinfeksi
tingkat tinggi.
 Buang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang tersedia.
 Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.
 Bila selaput ketuban masih utuh saat pembukaan sudah lengkap maka lakukan
amniotomi.
 Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi uterus mereda untuk memastikan
bahwa DJJ dalam batas normal (120-160 kali per menit).
 Beritahu pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, kemudian
bantu ibu menemukan posisi yang nyaman sesuai keinginannya.
 Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran jika ada rasa ingin meneran atau
kontraksi yang kuat. Pada kondisi tersebut, ibu diposisikan setengah duduk atau posisi
lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman.
 Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ingin meneran atau timbul
kontraksi yang kuat.
 Segera rujuk jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera setelah
pembukaan lengkap dan dipimpin meneran ≥ 120 menit (2 jam) pada primigravida atau
≥ 60 menit (1 jam) pada multigravida.
 Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut bawah ibu, jika kepala
bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
 Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian sebagai alas di bawah bokong ibu.
Lahirnya kepala
 Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva, lindungi perineum
dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan kering, letakkan tangan yang lain
menahan belakang kepala bayi untuk mempertahankan posisi defleksi dan membantu
lahirnya kepala perlahan-lahan. Anjurkan ibu untuk meneran secara efektif atau
bernapas cepat dan dangkal.
 Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika
terjadi dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi: 1. Jika tali pusat melilit leher dengan
longgar, lepaskan lilitan lewat bagian atas kepala bayi, 2. Jika tali pusat melilit leher
bayi dengan erat, klem tali pusat di dua tempat, dan potong tali pusat di antara dua klem
tersebut.
 Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.

Lahirnya bahu
 Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang kepala bayi secara biparietal.
Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke
arah bawah dan distal hingga bahu anterior muncul di bawah arcus pubis dan kemudian
gerakkan ke arah atas dan ke distal untuk melahirkan bahu posterior.

Lahirnya badan dan tungkai


 Setelah kedua bahu lahir geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menopang
kepala dan bahu. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku
sebelah atas.
 Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong,
tungkai dan kaki.

2. Bagaimana langkah manajemen aktif kala III?

1. Memindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.


2. Meletakan satu tangan di atas kain pada perut bawah ibu, di tepi atas simfisis, untuk
mendeteksi kontraksi. Tangan lain memegang klem untuk menegangkan tali pusat.
3. Setelah uterus berkontraksi tegangkan tali pusat dengan tangan kanan kearah bawah
sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorso-kranial) secara
hati-hati (untuk mencegah inversion uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik,
hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya.
4. Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota keluarga untuk
melakukan rangsangan puting susu.
5. Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus ke arah dorsal ternyata diikuti
dengan pergeseran tali pusat kea rah distal, maka lanjutkan dorongan ke arah kranial
hingga plasenta dapat dilahirkan.
6. Ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya ditegangkan (jangan ditarik secara kuat
terutama jika uterus tidak berkontraksi) sesuai dengan sumbu jalan lahir.
7. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari
vulva dan lahirkan plasenta.
8. Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15 menit:
 Ulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.
 Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi kandung kemih dengan menggunakan
teknik aseptik jika kandung kemih penuh.
 Memberikan edukasi kepada keluarga dan menyiapkan rujukan.
 Mengulangi tekanan dorso-kranial dan penegangan tali pusat 15 menit berikutnya.
 Jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak bayi lahir atau terjadi
perdarahan maka segera lakukan tindakan plasenta manual.
9. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang
dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan
plasenta pada wadah yang telah disediakan.
10. Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan
eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem ovum DTT / steril
untuk mengeluarkan selaput yang tertinggal.
11. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase, letakkan telapak
tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga
uterus berkontraksi (fundus teraba keras).
12. Lakukan tindakan yang diperlukan (Kompresi Bimanual Internal, Kompresi Aorta
Abdominalis, Tampon Kondom-Kateter) jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik
setelah rangsangan taktil/masase.
3. Apa perbedaan pengawasan di kala I dan kala III?
Pengawasan Kala I
 KU
 Tensi
 Nadi
 Respirasi
 Suhu
 HIS
 DJJ
 PPV
 Bundle ring
 Tanda-tanda kala 2
Pengawasan Kala III
 KU ibu
 TFU
 HIS
 PPV
 BAB dan BAK
4. Apa perbedaan point-point USG Obstetri di TM 1 dan TM 3?
USG Obstetri Trimester 1
Minggu 5: gestasional sac
Minggu 5-6: yolk sac
Minggu 6: embrio
Minggu 6-7: DJJ
Minggu 8: limb bud
Minggu 9-10: gerak (+)
a. Gestasional sac

Cara mengukur: inner to inner pada 3 bidang (L,A,P,T  MSD). Tidak dipakai apabila
sudah tampak CRL. Isi: yolk sac, embrio, bakal plasenta, cairan khorion dan amnion.
a) Bentuk: bulat agak oval
b) Lokasi: fundus (dikelilingi echo terang (dinding hiperekoik: double decidual sign)
c) Implantasi (intra/ekstrauterine): intrauterine, extraamnion
d) Ukuran
e) Jumlah
f) Yolk sac: berbentuk bundar seperti cincin, dinding hperekoik, dihubungkan dengan
embrio/janin melalui duktus vitelinus
b. Embrio/ Fetal pole
a) Jumlah
b) CRL/ Crown Rump Length (jarak terpanjang embrio / tepi luar kepala sampai dnegan
tepi luar bokong). CRL terbaik pada usia kehamilan 10-13 minggu. CRL merupakan
ukuran paling tepat untuk menentukan usia kehamilan (kesalahan 3-5 hari).
c) DJJ. Adanya embrio dengan aktivitas kardiak pada saat pemeriksaan USG. Pertama
kali dideteksi pada embrio berumur 37 hari. Analisa DJJ memakai M-mode
Frekuensi DJJ Normal:
 5 – 6 minggu: 100 dpm, teratur
 9 minggu: 175 dpm, teratur
 Trimester 2: 150 dpm, teratur

d) Gerak
 Pemeriksaan Nuchal Translucency
Cara: posisi netral, sagital, median (tampak ujung hidung) diperbesar, kepala dan sepertiga
atas thoraks, terpisah dari selaput amnion, calipers on to on
Pada usia kehamilan 11 – 13+6 minggu dengan CRL 45 – 84 mm merupakan waktu yang
optimal untuk mendeteksi anomali mayor.

Trimester 3
 Orientasi dan eksplorasi
Mulai dari supra simfisis posisi transduser transversal, tegak lurus lantai nilai
rongga pelvik menuju prosesus sifoideus ke lateral kanan lateral kiri bila perlu
potongan longitudinal
 Hamil / tidak
 Intra / ekstrauterin
 Jumlah

 Hidup / mati

 Presentasi

 Bentuk
 Biometri (BPD, HC, AC,) taksiran berat janin (TBJ/ EFW)
a) BPD
 Potongan axial (transversal) kepala
 Tampak gambaran Thalamus, falx, CSP
 Tidak boleh ada gambaran cerebellum
 Pengukuran BPD Outer to inner, dan harus tegak lurus falx cerebri

b) HC
 Potongan axial (transversal) kepala
 Tampak gambaran Thalamus, falx, CSP
 Tidak boleh ada gambaran cerebellum
 Pengukuran lingkar kepala Outer to Outer, berbentuk elips

c) AC
 Usahakan bentuk abdomen sebulat mungkin (probe jangan terlalu ditekan ke perut
ibu)
 Cara : Cari potongan longitudinal tubuh janin hingga tampak jantung putar 36 
tampak jantung  turunkan beberapa mm ke arah inferior hingga tampak lingkar
perut
 Harus tampak gambaran gaster
 Tampak gambaran bagian dari vena umbilikalis berbentuk C atau J SHAPE
 Tidak boleh tampak jantung, ginjal, insersi vena umbilicus dan > 1 costae
 Pengukuran lingkar perut Outer to Outer, berbentuk elips

d) FL
 Placenta (lokasi)
 Cairan ketuban

SDP (Single Deepest Pocket) Normal 2-8 cm


 Perdarahan antepartum : solusio plasenta , plasenta previa

Anda mungkin juga menyukai