Anda di halaman 1dari 62

60 Langkah Asuhan Persalinan Normal

PERSALINAN NORMAL
60 Langkah Asuhan Persalinan
Kala dua tiga empat

I. MELIHAT TANDA DAN GEJALA KALA DUA


1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua.
Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada
rektum dan/atau vaginanya.
Perineum menonjol.
Vulva-vagina dan sfingter anal membuka.
II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
2. Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan
esensial siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin
10 unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali
pakai di dalam partus set.
3. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik
yang bersih.
4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di
bawah siku, mencuci kedua tangan dengan sabun dan
air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan
dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih.
5. Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk
semua pemeriksaan dalam.
6. Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik
(dengan memakai sarung tangan disinfeksi tingkat
tinggi atau steril) dan meletakkan kembali di partus

set/wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa


mengkontaminasi tabung suntik).
III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP
DENGAN JANIN BAIK
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya
dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan
menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air
disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum
atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,
membersihkannya dengan seksama dengan cara
menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau
kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar.
Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi
(meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan
benar di dalam larutan dekontaminasi, langkah # 9).
8. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan
pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa
pembukaan serviks sudah lengkap.
Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan
pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.
9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara
mencelupkan tangan yang masih memakai sarung
tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan
kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta
merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit.
Mencuci kedua tangan (seperti di atas).
10. Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah
kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam
batas normal ( 100 180 kali / menit ).

Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ


tidak normal.
Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam,
DJJ dan semua hasil-hasil penilaian
serta asuhan lainnya pada partograf.
IV. MENYIAPKAN IBU & KELUARGA UNTUK
MEMBANTU PROSES PIMPINAN MENERAN.
11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan
keadaan janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi
yang nyaman sesuai keinginannya.
Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk
meneran. Melanjutkan pemantauan kesehatan dan
kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan
pedomanpersalinan aktif dan mendokumentasikan
temuan-temuan.
Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana
mereka dapat mendukung dan memberi semangat
kepada ibu saat ibu mulai meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan
posisi ibu utuk meneran. (Pada saat ada his, bantu ibu
dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa
nyaman).
13. Melakukan pimpinan meneran saat Ibu
mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran :
Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai
keinganan untuk meneran
Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu
untuk meneran.
Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai
pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang).

Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara


kontraksi.
Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan
memberi semangat pada ibu.
Menganjurkan asupan cairan per oral.
Menilai DJJ setiap lima menit.
Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan
terjadi segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran
untuk ibu primipara atau 60/menit (1 jam) untuk ibu
multipara, merujuk segera.
Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk
meneran
Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau
mengambil posisi yang aman. Jika ibu belum ingin
meneran dalam 60 menit, menganjurkan ibu untuk
mulai meneran pada puncak kontraksi-kontraksi
tersebut dan beristirahat di antara kontraksi.
Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan
terjadi segera setalah 60 menit meneran, merujuk ibu
dengan segera.
V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN
BAYI.
14. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan
diameter 5-6 cm, meletakkan handuk bersih di atas perut
ibu untuk mengeringkan bayi.
15. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di
bawah bokong ibu.
16. Membuka partus set.
17. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua
tangan.

VI. MENOLONG KELAHIRAN BAYI


Lahirnya kelapa
18. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter
5-6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang
dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kelapa
bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak
menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala
keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk
meneran perlahan-lahan atau bernapas cepat saat
kepala lahir.
Jika ada mekonium dalam cairan ketuban, segera hisap
mulut dan hidung setelah kepala lahir menggunakan
penghisap lendir DeLee disinfeksi tingkat tinggi atau
steril atau bola karet penghisap yang baru dan bersih.
19. Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung
bayi dengan kain atau kasa yang bersih.
20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil
tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian
meneruskan segera proses kelahiran bayi :
Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar,
lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.
Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat,
mengklemnya di dua tempat dan memotongnya.
18. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran
paksi luar secara spontan.
Lahir bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar,
tempatkan kedua tangan di masing-masing sisi muka
bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi
berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah
dan kearah keluar hingga bahu anterior muncul di

bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut


menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan
bahu posterior.
Lahir badan dan tungkai
23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan
tangan mulai kepala bayi yang berada di bagian bawah
ke arah perineum tangan, membiarkan bahu dan lengan
posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan
kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum,
gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh
bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior
(bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan
anterior bayi saat keduanya lahir.
24. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan
tangan yang ada di atas (anterior) dari punggung ke
arah kaki bayi untuk menyangganya saat panggung
dari kaki lahir.
Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati
membantu kelahiran kaki.
VII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
25. Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan
bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit
lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu
pendek, meletakkan bayi di tempat yang
memungkinkan).
26. Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala
dan badan bayi kecuali bagian pusat.
27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3
cm dari pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat
mulai dari klem ke arah ibu dan memasang klem kedua 2
cm dari klem pertama (ke arah ibu).

28. Memegang tali pusat dengan satu tangan,


melindungi bayi dari gunting dan memotong tali pusat
di antara dua klem tersebut.
28. Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti
bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering,
menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka.
Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, mengambil
tindakan yang sesuai.
30. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan
ibu untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI
jika ibu menghendakinya.
VIII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
Oksitosin
31. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan
palpasi abdomen untuk menghilangkan kemungkinan
adanya bayi kedua.
32. Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
33. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi,
memberikan suntikan oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha
kanan atas ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya
terlebih dahulu.
Penegangan tali pusat terkendali
34. Memindahkan klem pada tali pusat.
35. Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di
perut ibu, tepat di atas tulang pubis, dan menggunakan
tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan
menstabilkan uterus.
Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian
melakukan penegangan ke arah bawah pada tali pusat
dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah

pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus


ke arah atas dan belakang (dorso kranial) dengan hatihati untuk membantu mencegah terjadinya inversio
uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 40 detik,
menghentikan penegangan tali pusat dan menunggu
hingga kontraksi berikut mulai.
Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau
seorang anggota keluarga untuk melakukan ransangan
puting susu.
Mengluarkan plasenta.
37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk
meneran sambil menarik tali pusat ke arah bawah dan
kemudian ke arah atas, mengikuti kurve jalan lahir
sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada
uterus.
Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem
hingga berjarak sekitar 5 10 cm dari vulva.
Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan
penegangan tali pusat selama 15 menit :
- Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.
- Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi kandung
kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu.
- Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
- Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit
berikutnya.
- Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30
menit sejak kelahiran bayi.
38. Jika plasenta terlihat di introitus vagina,
melanjutkan kelahiran plasenta dengan menggunakan
kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan
dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput

ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan


selaput ketuban tersebut.
Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan
disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa
vagina dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan
jari-jari tangan atau klem atau forseps disinfeksi tingkat
tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selapuk yang
tertinggal.
Pemijatan Uterus
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir,
melakukan masase uterus, meletakkan telapak tangan di
fundus dan melakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi
(fundus menjadi keras).
VIII. MENILAI PERDARAHAN
40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel
ke ibu maupun janin dan selaput ketuban untuk
memastikan bahwa selaput ketuban lengkap dan utuh.
Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau
tempat khusus.
Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan
masase selam 15 detik mengambil tindakan yang sesuai.
41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan
perineum dan segera menjahit laserasi yang mengalami
perdarahan aktif.
IX. MELAKUKAN PROSEDUR
PASCA PERSALINAN
42. Menilai ulang uterus dan memastikannya
berkontraksi dengan baik.
Mengevaluasi perdarahan persalinan vagina.

43. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung


tangan ke dalam larutan klorin 0,5 %, membilas kedua
tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan
air disinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya
dengan kain yang bersih dan kering.
44. Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat
tinggi atau steril atau mengikatkan tali disinfeksi tingkat
tinggi dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1
cm dari pusat.
45. Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang
berseberangan dengan simpul mati yang pertama.
46. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke
dalam larutan klorin 0,5 %.
47. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian
kepalanya. Memastikan handuk atau kainnya bersih
atau kering.
48. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
EVALUASI
49. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan
perdarahan pervaginam :
2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.
Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.
Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan.
Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik,
melaksanakan perawatan yang sesuai untuk
menatalaksana atonia uteri.
Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan,
lakukan penjahitan dengan anestesia lokal dan
menggunakan teknik yang sesuai.

50. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana


melakukan masase uterus dan memeriksa kontraksi
uterus.
51. Mengevaluasi kehilangan darah.
52. Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan
kandung kemih setiap 15 menit selama satu jam pertama
pasca persalinandan setiap 30 menit selama jam kedua
pasca persalinan.
Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam
selama dua jam pertama pasca persalinan.
Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang
tidaknormal.
Kebersihan dan keamanan
53. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan
klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci
dan membilas peralatan setelah dekontaminasi.
54. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke
dalam tempat sampah yang sesuai.
55. Membersihkan ibu dengan menggunakan air
disinfeksi tingkat tinggi. Membersihkan cairan ketuban,
lendir dan darah. Membantu ibu memakai pakaian yang
bersih dan kering.
56. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu
memberikan ASI. Menganjurkan keluarga untuk
memberikan ibu minuman dan makanan yang
diinginkan.
57. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk
melahirkan dengan larutan klorin 0,5% dan membilas
dengan air bersih.
58. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan
klorin 0,5%, membalikkan bagian dalam ke luar dan

merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10


menit.
59. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air
mengalir.
Dokumentasi
60. Melengkapi partograf (halaman depan dan
belakang)

Untuk melakukan asuhan persalinan normal (APN) dirumuskan 58 langkah asuhan


persalinan normal sebagai berikut:
1. Mendengar & Melihat Adanya Tanda Persalinan Kala Dua.
2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan
ampul oksitosin & memasukan alat suntik sekali pakai 2 ml ke dalam wadah
partus set.
3. Memakai celemek plastik.
4. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dgn sabun & air
mengalir.
5. Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan digunakan untuk
pemeriksaan dalam.

6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan
oksitosin dan letakan kembali kedalam wadah partus set.
7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah yang telah dibasahi oleh
air matang (DTT), dengan gerakan vulva ke perineum.
8. Melakukan pemeriksaan dalam pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput
ketuban sudah pecah.
9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%,
membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan
klorin 0,5%.
10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai pastikan DJJ
dalam batas normal (120 160 x/menit).
11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta
ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada
saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa
nyaman.
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran.
14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman,
jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
15. Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala
bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 6 cm.
16. Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu
17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan
18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 6 cm, memasang
handuk bersih pada perut ibu untuk mengeringkan bayi jika telah lahir dan kain
kering dan bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu. Setelah itu kita
melakukan perasat stenan (perasat untuk melindungi perineum dngan satu tangan,
dibawah kain bersih dan kering, ibu jari pada salah satu sisi perineum dan 4 jari
tangan pada sisi yang lain dan tangan yang lain pada belakang kepala bayi. Tahan
belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi pada saat keluar secara
bertahap melewati introitus dan perineum).

20. Setelah kepala keluar menyeka mulut dan hidung bayi dengan kasa steril
kemudian memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental.
Menganjurkan
kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala kearah
bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian
gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk
menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas.
24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong
dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan ari telinjuk
tangan kiri diantara kedua lutut janin)
25. Melakukan penilaian selintas :
a. Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan?
b. Apakah bayi bergerak aktif ?
26. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan
handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi atas perut ibu.
27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus.
28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus berkontraksi baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM
(intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikan oksitosin).
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm
dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali
pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
31. Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi),
dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.
32. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada
sisi lainnya.

33. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala
bayi.
34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva
35. Meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk
mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
36. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan,
sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah doroskrainal. Jika
plasenta tidak lahir setelah 30 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan
menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.
37. melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas,
minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai
dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan
dorso-kranial).
38. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hatihati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan
lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah
robeknya selaput ketuban.
39. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan
menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan
kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
40. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk
memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan
masukan kedalam kantong plastik yang tersedia.
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan
penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
42. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
43. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit
1 jam.
44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata
antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral.
45. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di
paha kanan anterolateral.
46. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.

47. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1
jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca
persalinan.
50. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik.
51. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi.
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
53. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan sisa cairan
ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering.
54. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu
apabila ibu ingin minum.
55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
56. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung
tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
57. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
58. Melengkapi partograf.
Sumber :
Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi (JNPK-KR).
Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JNPK-KR, Maternal & Neonatal Care,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002

Perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi selama kehamilan

1. Sistem reproduksi
a. Uterus
Merupakan organ yang telah dirancang sedemikian rupa, baik struktur, posisi, fungsi dan lain
sebagainya., sehingga betul betul sesuai dengan kepentingan prosese fisiologis pembentukan
manusia.
Bentuk uterus, yang seperti buah apulkat kecil (pada saat sebelum hamil) akan berubah bentuk
menjadi globuler pada awal kehamilan dan ovoid (membulat) apabila kehamilan memasuki
trimester kedua. Setelah 3 bulan kehamilan, volume uterus menjadi cepat bertambah sebagai
akibat adanya pertumbuhan yang cepat pula dari konsepsi dan produk ikutannya. Seiring dengan
semakin membesarnya uterus, korpus uteri dan fundus semakin keluar dari rongga pelvik
sehingga lebih sesuai disebut sebagai organ abdomen.
Pertumbuhan uterus ke arah kavum abdomen disertai dengan sedikit rotasi kea rah kanan sumbu
badan ibu atau dikenal dengan istilah dekstrorotasi. Kodisi ini disebabkan oleh adanya kolon
rektosigmoid yang mengisi sebaggian besar ruang abdominopelvikum kiri. Kecepatan
pembesaran uterus pada primigravida dan multi gravida dapat sedikit berbeda (kisaran 1-2
minggu) dan ini menimbulkan variasi dalam estimasi besar uterus pada permulaan pemeriksaan
kehamilan awal atau trausia kehamilan edngan menggunakan titik anatomi tertentu (misalnya
fundus uteri setinggi umbilicus).
b. Serviks uteri
Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis (perbatasan atau menembus dinding dalam
vagina) dan pars supravaginalis terdiri dari 3 komponen utama: otot polos, jaringan-jaringan ikat
(kolagen dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar di dalam organ vagina yaitu portio cervicis
uteri (dinding), dengan lubang okstium uteri externum (luar, arah vagina) dilapisi epitel
skuamokolumnar mukosa serviks, dan ostium uteri internum (dalam, arah cavum).
Sebelum melahirkan lubang externum berupa bulatan kecil, setelah pernah atau riwayat
melahirkan bentuknya berupa garis melintang. Posisi serviks mengarah ke kaudal-posterior,
seringgi spina ischiadica. Kelenjar mukosa serviks menghasilkan lendir getah serviks yang
mengandung glikoprotein kaya karbohidrat (musin) dan larutan berbagai garam, peptide dan air.
Ketebalan mukosa dan viskovitas lender serviks dipengaruhi oleh siklus haid.
c.

Corpus uteri
Terdiri dari: paling luar, lapisan serosa/peritoneum yang melekat pada ligamentum latum uteri di
intra abdomen, tengah lapisan muscular/myometrium berupa otot polos 3 lapis (dari luar ke
dalam, arah serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta dalam lapisan endometrium
yang melapisi dinding cavum uteri menebal dan runtuh sesuai siklus haid akibat pengaruh
hormone ovarium. Posisi corpus intra abdomen mendatar dengan flesi ke anterior fundus uteri
berada di atas vesica urinaria. Proporsi ukuran corpus terhadap isthmus dans erviks uterus
bervariasi selama pertumbuhan dan perkembangan perempuan.
d. Ligamenta penyangga uterus

e.

f.

g.
h.

i.

j.
k.

Ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum cardinal, ligamentum ovarii,
ligamentum sacrouterina propium, ligamentum infundibulopelvicum, ligamentum vesicouterina,
ligamentum rektouterina.
Vaskularisasi uterus
Terutama dari arteri uterine cabang arteri hipolastica dari iliaca interna, serta arteri ovarica
cabang aorta abdominalis.
Salping/tuba falopii
Embriologik uterus dan tuba berasal dari duktus muleri. Sepasan tuba kiri kanan panjang 8-14
cm berfungsi sebagai jalan transportassi ovum dari ovarium sampai kavum uteri. Diding tuba
terdiri atas 3 lapisan: serosa, muscular (longitudinal dan sirkular), serta mukosa dengan epitel
bersilia. Bagian ini terdiri dari pars interstitialis, pars isthimica, pars ampularis, serta pars
infundibulum dengan fimbria, dengankarakteristik silia dan ketebalan dinding yang berbeda pada
setiap bagian.
Pars istmica (proksimal/isthmus)
Merupakan bagian dengan lumen tersempit, terdapat sfingter uterotuba pengendli transfer gamet.
Pars ampularis (medial/ampula)
Tempat yang sering terjadi fertilisasi adalah daerah ampula / infundibulum, dan pada hamil
ektopik (patologik) sering juga terjadi implantasi di dinding tuba bagian ini.
Pars infundibulum (distal)
Dilengkapi dengan fimbrie serta ostium tubae abdominale pada ujungnya, melekat dengan
permukaan ovarium. Fimbriae berfungsi untuk menangkap ovum yang keluar saat ovulasi dari
permukaan ovarium, dan membawanya ke dalam tuba
Mesosalping
Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya mesenterium pada usus).
Ovarium
Organ endrokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga peritoneum, sepasang kiri-kanan.
Ovarium dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat dan jalan pembuluh darah dan saraf, terdiri
dari korteks dan medulla. Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel
menjadi ovum (dari sel epitel germinal primordial dilapisan terluar epitel ovarium pada korteks),
ovulasi (pengeluaran ovum), sintesis dan sekresi hormone-hormone steroid (estrogen oleh teka
interna folikel, progesterone oleh korpus luteum pasca ovulasi). Ovarium berhubungan dengan
pars infundibulum tuba falopi melalui perlekatan fimbriae. Fimbriae menangkap ovum yang
dilepaskan pada saat ovulasi. Ovarium terfiksasi oleh ligamentum ovarii proprium, ligamentum
infundibulopelvicum dan jaringan ikat mesovarium. Vaskularisasi dari cabang aorta abdominalis
inferior terhadap arteri renalis.
Uterus tumbuh membesar primer, maupun sekunder, akibat pertumbuhan isi konsepsi
intrauterine. Estrogen menyebabkan adanya hiperplasi jaringan., sedangkan progesterone
berperan untuk elastisitas / kelenturan uterus. Taksiran kasar perbesaraan uterus pada perabaan
tinggi fudus adalah:
Tidak hamil/ normal: sebesar telur ayam ( 30 g)
Kehamilan 8 minggu : telur bebek

Kehamilan 12 minggu: telur angsa


Kehamilan 16 minggu : pertengahan simfisis (pusat)
Kehamilan 20 minggu: pinggir bawah pusat
Kehamilan 24 minggu: pinggir atas pusat
Kehamilan 28 minggu: sepertiga pusat (xyphoid)
Kehamilan 32 minggu: pertengahan pusat (xyphoid)
Kehamilan 32-42 minggu: 3 sampai 1 jari bawah xyphoid
2.2 Perubahan dan adaptasi psikologis dalam masa kehamilan
1. Pada kehamilan trimester I
Segera setelah konsepsi, kadar hormone progesterone dan estrogen dalam tubuh akan
meningkat. Ini menyebabkan timbulnya mual dan muntah pada pagi hari, lemah, lelah, dan
membesarnya payudara. Ibu merasa tidak sehat dan seringkali membenci kehamilannya. Banyak
ibu yang merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan, dan kesedihan. Seringkali, pada awal
masa kehamilan ibu berharap untuk tidak hamil.
Pada trimester pertama, seorang ibu akan selalu mencari tanda-tanda untuk lebih
meyakinkan bahwa dirinya memang hamil. Setiap perubahan yang terjadi pada tubuh akan selalu
diperhatikan secara seksama. Karena perutnya masih kecil, kehamilan merupakan rahasia
seorang ibu yang mungkin diberitahu atau dirahasiakan.
Hasrat untuk melakukan hubungan seksual, pada perempuan di trimester pertama ini
berbeda-beda. Walau beberapa perempuan mengalami gairah seks yang lebih tinggi, kebanyakan
mengalami penurunan libido selama periode ini. Libido sangat dipengaruhi oleh kelelahan, rasa
mual, pembesaran payudara, keprihatinan, dan kekhawatiran.
2. Pada kehamilan trimester II
Trimester kedua biasanya ibu sudah merasa sehat. Tubuh ibu telah terbiasa dengan kadar
hormone yang lebih tinggi dan rasa tidak nyaman karena hamil sudah berkurang. Ibu telah
menerima kehamilannya dan mulai dapat menggunakan energi serta pikirannya secara lebih
konstuktif. Pada trimester ini pula ibu mampu merasakan gerakan janinnya. Banyak ibu yang
merasa terlepas dari rasa kecemasan dan rasa tidak nyaman, seperti yang dirasakan pada
trimester pertama dan merasakan naiknya libido.
3. Pada kehamilan trimester III
Trimester ketiga seringkali disebut periode menunggu dan waspada sebab pada saat itu
ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Kadang ibu merasa khawatir bila bayinya
lahir sewaktu-waktu. Ibu sering merasa khawatir kalau-kalau bayinya lahir tidak normal.
Kebanyakan ibu juga akan bersikap melindungi bayinya dan cenderung menghindari orang atau
benda apa saja yang dianggapnya membahayakan bayi.
Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali pada trimester ketiga dan banyak
ibu merasa aneh atau jelek. Di samping itu ibu mulai merasa sedih karena akan berpisah dari
bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima semasa hamil. Trimester tiga adalah saat

persiapan aktif untuk kelahiran bayi dan kebahagiaan dalam menanti seperti apa rupa bayi
nantinya.

ASUHANKEPERAWATANIntraNatalCare
Intra Natal Care

A. PENGERTIAN
Intranatal / Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang dapat
hidup dari dalam uterus melalui vagina keduni luar.
Persalinan normal adalah suatu proses dimana janin cukup bulan,dengan presentasi belakang kepala,
masuk melalui jalan lahir sesuai dengan kurva partopgraf normal dan lahir secara spontan.
Bentuk persalinan :

Persalinan spontan
jalan lahir

: persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri melalui

Persalinan buatan
: persalinan yang dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi
dengan forcep atau tindakan operasi
Persalinan anjuran
: persalinan terjadi bila bayi sudah cukup besar untuk hidup diluar,
tetapi tidak sedemikian besarnya sehingga menimbulkan kesulitan dalam persalinan dengan
pemberian proyein atau prostatglandin (sulaiman sastrawinata, 1993)

B.

SEBAB-SEBAB TERJADINYA PERSALINAN

Pada akhir kehamilan, uterus secara progresif lebih peka sapaio akhirnya mulai berkontraksi
kuat secara ritmik dengan kekuatan sedemikian rupa sehingga bayi dilahirkan.
Penyebab peningkatan aktivitas uterus yang sebenarnya tidak diketahui, tetapi sedikitnya ada 2
kategori pengaruh utama yang menyebabkan timbulnya puncak kontraksi yang berperan dalam
persalinan :

1.

Faktor Hormonal Yang Menyebabkan Peningkatan Kontraksi Uterus

a.

Rasio Estrogen Terhadap Progesteron

Progesteron menghambat kontraksi uterus selama kehamilan, sedangkan estrogen


cenderung meningkatkan derajat kontraktilitas uterus, sedikitnya terjadi karena
estrogen meningkatkan jumlah gap jungtion antara sel-sel otot polos uterus yang
berdekatan.
Baik estrogen maupun progesteron disekresikan dalam jumlah yang secara
progresif makin bertambah selama kehamilan, tetapi mulai kehamilan bulan ke-7
dan seterusnya sekresi estrogen terus meningkat sedangkan sekresi progesteron
tetap konstan atau mungkin sedikit menurun. Oleh karena itu diduga bahwa rasio
estrogen terhadap progesteron cukup meningkat menjelang akhir kehamilan,
sehingga paling tidak berperan sebagian dalam peningkatan kontraksi uterus.

b.

Pengaruh oksitosin pada uterus

Oksitosin merupakan suatu hormon yang disekresikan oleh neurohipofise yang


secara khusus menyebabkan kontraksi uterus. 3 alasan peranan oksitosin :
1)
Otot uterus meningkatkan jumlah reseptor-reseptor oksitoksin, oleh karena
itu meningkatkan responnya terhadap dosis oksitosin yang diberikan selama
beberapa bulan terakhir kehamilan.
2)
Kecepatan sekresi oksitosin oleh neurohipofise sangat meningkat pada saat
persalinan.
3)
Iritasi oleh regangan pada serviks uteri, dapat menyebabkan kelenjar hipofise
posterior meningkatkan sekresi oksitosinnya.

c.

Pengaruh Hormon Fetus Pada Uterus

Kelenjar hipopisis fetus juga mensekresikan oksitoksin yang jumlahnya semakin


meningkat, dan kelenjar adrenalnya mensekresikan sejumlah besar kortisol yang
merupakan suatu stimulan uterus. Selain itu, membran fetus melepaskan
prostagladin dalam kosentrasi tinggi pada saat persalinan. Prostagladin
meningkatkan intensitas kontraksi uterus.

2.

Faktor Mekanis Yang Meningkatkan Kontraktilitas Uterus

a.

Regangan otot-otot uterus

Regangan sederhana otot-otot polos meningkatkan kontraktilitas otot-otot tersebut.


Selanjutnya regangan intermitten seperti yang terjadi berulang-ulang pada uterus
karena pergerakan fetus juga meningkatkan kontraksi otot polos.
b.

Regangan atau iritasi serviks

Regangan atau iritasi saraf pada serviks mengawali timbulnya refleks pada korpus
uteri, tetapi efek ini juga secara sederhana dapat terjadi akibat transmisi iogenik
sinyal-sinyal dari serviks ke korpus uterus.

C.

TANDA-TANDA PERMULAAN PERSALINAN

Kepala turun mamasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida


Perut kelihatan lebih melebar fundus uteri turun
Perasaan sering atau susah kencing karena kandung kemih tertekan oleh bagian
terbawah janin
Perasaan sakit diperut dan dipinggang oleh adanya kontraksi
Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa
bercampur darah (bloody show)

D.

TANDA TANDA INPARTU

rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, dan teratur
keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan kecil pada
serviks
kadang-kadang ketuban peceh sendirinya
pada pemeriksaan dalam : serviks mendatar dan pembukaan telah ada

E.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPERAN DALAM PERSALINAN

Power (kekuatan mendorong janin keluar)


His
Kontraksi otot
Kontraksi diagfragma pelvis
Ketegangan dan kontraksi ligamentum rotundum
Passenger (janin dan plasenta)
Passage (jalan lahir)
Posisi : posisi ibu
Psikologi ibu
Penolong

F.

TAHAP - TAHAP PERSALINAN

1.

Kala I (kala pembukaan)

Tanda dan gejala :


His sudah Adekuat
Penipisan dan pembukaan serviks sekurang kurangnya 3 cm
Keluar cairan dari vagina dalam bentuk lendir bercampur darah

His dianggap Adekuat bila :

His bersifat teratur, minimal 2x tiap 10 menit dan berlangsung sedikitnya 40


detik


Uterus mengeras pada waktu kontraksi, sehingga tidak didapatkan cekungan
lagi bila dilakukan penekanan diujung jari

Serviks membuka.

Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase :


1)
Fase laten : berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lembut
sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
2)

Fase aktif : dibagi dalam 3 fase lagi, yakni :

a)

Fase akselerasi : dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm

b)
Fase dilaktasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan brlangsung sangat
cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
c)
Fase diselarasi : pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam
pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap ( 10 cm )
Fase fase tersebut dijumpai pada primigavida. Pada multigrafida pun terjadi
demikian, akan tetapi fase laten, aktif, dan diselerasi terjadi lebih pendek.
Pemeriksaan dalam
1.

perabaan serviks

lunak dan pendataran serviks


masih tebal atau tipis
pembukaan dan arah serviks
2.

ketuban

sudah pecah atau belum


pembukaan hampit lengkap : pecahkan ketuban
3.

bagian terendah dan posisinya

leopold 3 dan 4
kepala : keras, bulat teraba sutura
letak kepala : penurunan kadar bidang hodge, ada caput succadeneum atau
tidak, berapa besarnya
bokong dikenal : lunak, deminatornya tulang sacrum
4.

sifat flour albus

5.
keadaan patologis : tumor, kekakuan serviks, halangan penurunan bagian
terendah

Pemeriksaan dalam idealnya dilakukan minimal 4 jam sekali


Bidang Hodge : untuk menentukan sampai dimanakah bagian terendah janin turun
dalam panggul
HI
: bidang hodge yang sudah dibentuk pada lingkaran PAP dengan
bagian atas simfisis dan promontorium
H II

: sejajar dengan hodge I, setinggi bagian bawah simfisis

H III

: sejajar hodge I, II, setinggi spina ischiadica kiri dan kanan

H IV

: sejajar bidang hodge I,II,III setinggi os coccigeus

2.

Kala II

Persalinan kala II dimilai ketika pembukaan lengkap dan berakhir dengan lahirnya
seluruh janin
Tanda dan gejala :
Ibu ingin meneran
Perineum menonjol

Vulva dan anus membuka


Meningkatnya pengeluaran darah dan lendir
Kepala telah turun didasar panggul

Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2-3 menit sekali,
kepala janin biasanya sudah masuk diruang panggul, maka pada his dirasakan
tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa
meneran. Pada primigravida kala II berlangsung rata-rata 45 60 menit, dan
multipara 15-30 menit.

3.

Kala III (kala uri)

a.
Persalinan kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta.
b.

Kontraksi dengan amplitudo sama dengan kala I dan II

c.

Terjadi penciutan permukaan kavum uteri (tempat implantasi plasenta)

Pelepasan plasenta
a.

Menurut Matthew Duncan

: dimulai dari pinggir plasenta (margina)

b.

Menurut Schutze

: dimulai dari tengah

c.

Kombinasi keduanya

Cara Menguji
a.

Perasat Kustner

Tangan kanan : tali pusat, tangan kiri fundus uteri taki pusat masuk kembali
belum lepas, tetap/tidak masuk lepas

b.

Perasat Klein

Ibu dimnta mengedan tali pusat turun kebawah, berhenti mengedan tali pusat
tetap lepas tali pusat mesuk kembali belum lepas
c.

Peerasat Strassinan

Tangan kanan menarik sedikit tali pusat tangan kiri mengetok-ngetok fundus
uteri terasa getaran : belum lepas

Tanda pelepasan plasenta


a.

Perubahan bentuk uterus dan TFU

Setelah bayi dilahirkan dan sebelum meomitrium menyesuaikan dengan perubahan


ukuran rongga uterus, uterus berada dalam bentuk diskoid dan TFU berada
dibawah umbilikus.
Setalah uterus berkontraksi dan plasenta didorong kebawah, bentuk uterus menjadi
globular dan TFU menjadi diatas pusat ( sering kali mengarah kesisi kanan ).
Biasanya plasenta lepas dalam 15 30 menit, dapat ditunggu sampai 1 jam.
b.

Tali pusat memanjang

Semburan darah yamg tiba tiba yang diikuti dengan memanjangnya tali pusat
keluar vagina menandakan kelepasan plasenta dari dinding uterus.
c.

Semburan darah tiba tiba

Darah yang terkumpul dibelakang plasenta akan membantu mendorong plasenta


keluar bersama bantuan dari gravitasi. Semburan darah yang tiba tiba
menandakan bahwa kantung yang terjadi retroplasenta telah robek ketika plasenta
memisah.
Hal-Hal yang perlu diperhatikan
a.

Perdarahan

b.

Kelengkapan plasenta

c.

Ada tidaknya plasenta suksenturiata

d.

Kontraksi rahim, lakukan massage ringan pada korpus uteri

e.

Pengosongan kandung kemih >> mencegah atonia uteri

f.

Pemberian uterotunika bila perlu

g.

Observasi ruptur perineium atau luka episiotomi yang ada >> hecting

Tertinggalnya sebagian jaringan plasenta


a.

Perdarahan peurperium berkepanjangan

b.

Bahaya infeksi

c.

Polip plasenta

d.

Degenerasi gana >> kuriokarsinoma

4.

Kala IV

Kala IV adalah kala pemulihan masa yang kritis ibu dan anaknya, bukan hanya
proses pemulihan secara fisisk setelah melahirkan tetapi juga mengawali hubungan
yang baru selama satu sampai dua jam. Pada kala IV ibu masih membutuhkan
pengawasan yang intensive karena perdarahan dapat terjadi, misalnya karena
atonia uteri, robekan pada serviks dan perineum. Rata-rata jumlah perdarahan
normal adalah 100 300 cc, bila perdarahan diatas 500 cc maka dianggap patologi.
Perlu diingat ibu tidak boleh ditinggalkan sendiri dan belum boleh dipindahkan ke
kamarnya.

Hal hal yang harus diperhatikan


a.

Kontraksi uterus harus baik

b.

Tidak ada perdarahan pervagina atau alat genetalia lain

c.

Plasenta dan selaput ketuban harus telah lahir lengkap

d.

Kandung kemih harus kosong

e.

Luka perineum terawat baik, tidak ada hematoma

f.

Bayi dalam keadaan baik

g.

Ibu dalam keadaan baik

Penanganan Nyeri Pada persalinan


1.

Pengertian Nyeri

Merupakan suatu fenomena yang neurofisiologi yang bersifat subjektif dan


merupakan pengalaman pribadi
2.

Teknik Mengurang Rasa Nyeri

Pada saat yang tepat hasil konsepsi akan dikeluarkan dari uterus, hal ini akan
menimbulkan adanya kontraksi uterus yang menimbulkan rasa sakit. Adapun yang
menimbulkan sakit pada persalinan yaitu :
Emosi seperti takut dan utero servikal
Tarikan peritonium dan utero cervikal
Tekanan pada organ servikal
Hipoksia miometrium dan sekitarnya

Rasa sakit dapat mengakibatkan


Meningkatkan efektivitas saraf simpatis ditandai dengan : meningkatnya nadi,
pernapasan, tekan darah dan tonus otot
Gerakan tubuh seperti : mengepal, mencari peregangan
Ucapan verbal seperti : berteriak

Ekspresi wajah
Respon terhadap lingkungan menurun
Kebutuhan akan kontak fisik

3.

Metode Mengurangi Rasa Nyeri

Ada beberapa cara yang dilakukan dalam membantu mengurangi rasa sakit saat
melahirkan yaitu :
Kenyamanan
Kenyamanan meliputi posisi dan pengelolaan selama sakit, posisi yang dianjurkan
miring kekiri untuk mengurangi untuk mengurangi penekanan pada vena cava,
kepala ditinggikan 45 derajat agar kerja jantung dan paru ringan. sedangkan
pengelolaan selama rasa sakit adalah pengosongan kandung kemih, kebersihan,
alat tenun bersih dan rapi.
Relaksasi
Distraksi / pengalihan perhatian
Mengurangi kecemasan dan ketakutan
Memanfaatkan orang terdekat

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DAN BAYI PADA MASA INTRA NATAL
PROSES PERSALINAN
Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plasenta, dan membran dari dalam
rahim melalui jalan lahir. Berbagai perubahan terjadi pada sistem reproduksi wanita
dalam hitungan hari dan minggu sebelum persalinan dimulai.
ADAPTASI TERHADAP PERSALINAN
Ibu dan janin harus beradaptasi secara anatomis dan fisiologis selama proses
persalinan. Pengkajian ibu dan janin yang akurat membutuhkan pengetahuan tentang
adaptasi yang diharapkan terjadi
ADAPTASI JANIN :
Denyut jantung janin
Pemantauan djj memberi informasi yang dapat dipercaya dan dapat digunakan untuk
memprediksi keadaan janin yang berkaitan dengan oksigenasi,djj rata-rata pada aterm
adalah 140 denyut / menit,batas normalnya adalah 110 sampai 160 denyut / menit.Pada
kehamilan yang lebih muda djj lebih tinggi dengan nilai rata-rata 160 denyut / menit
Sirkulasi darah janin
Sirkulasi darah janin dapat dipengaruhi oleh banyak faktor,diantaranya adalah posisi
ibu,kontraksi uterus,tekanan darah dan aliran darah tali pusat,kebanyakan apabila janin
yang sehat mampu mengompensasi stres ini,biasanya aliran darah tali pusat tidak
terganggu oleh kontraksi uterus atau posisi janin
Pernafasan dan gerakan janin
Pada waktu persalinan pervaginam 7 sampai 42 ml air ketuban diperas keluar dari paruparu, tekanan oksigen janin menurun, tekanan karbondioksida arteri meningkat,gerakan
janin masih sama seperti masa kehamilan tetapi akan menurun setelah ketuban pecah
ADAPTASI IBU :
Perubahan kardiovaskuler
Perubahan pada sistem kardiovaskuler wanita selama proses persalinan,pada setiap
kontraksi 400 ml darah akan dikeluarkan dari uterus dan masuk ke sistem vaskuler
ibu,hal ini akan meningkatkan curah jantung sekitar 10% sampai 15% pada tahap

pertama persalinan dan sekitar 30% sampai 50% pada tahap kedua persalinan,untuk
mengantisipasi perubahan tekanan darah,ada beberpa faktor yang mengubah tekanan
darah ibu.Aliran darah yang menurun pada arteri uterus akibat kontraksi dialirkan
kembali ke pembuluh darah perifer,timbul tahana perifer,tekanan darah meningkat dan
frekwensi denyut nadi menurun.Pada persalinan tahap pertama,kontraksi uterus
meningkatkan tekanan sistolik 10 mmHg sedangkan pada tahap kedua sekitar 30
mmHg dan tekanan diastolik sampai 25 mmHg.
Perubahan pernafasan
Peningkatan aktivitas fisik dan peningkatan pemakaian oksigen terlihat dari peningkatan
frekuensi pernafasan,pada tahap kedua persalinan jika ibu tidak diberi obat-obatan
maka ia akan memakai oksigen hampir dua kali lipat
Perubahan pada ginjal
Pada trimester kedua kandung kemih menjadi organ abdomen,apabila terisi,kandung
kemih akan teraba diatas simpisis pubis.Selama persalinan wanita dapat mengalami
kesulitan berkemih secara spontan akibat berbagai alasan : edema jaringan akibat
tekanan bagian presentasi,perasaan tidak nyaman dan rasa malu
Perubahan integumen
Adaptasi sistem integumen jelas terlihat khususnya pada daerah introitus
vagina,meskipun daerah itu dapat meregang namun dapat terjadi robekan-robekan kecil
pada kulit sekitar introitus vagina sekalipun tidak dilakukan episiotomi atau tidak terjadi
laserasi
Perubahan muskuloskeletal
Sistem ini mengalami stres selama persalinan,nyeri punggung dan nyeri sendi terjadi
sebagai akibat semakin renggangnya sendi pada masa aterm,proses persalinan itu
sendiri dan gerakan meluruskan jari-jari kaki dapat menimbulkan kram tungkai
Perubahan neurologi
Sistem neurologi menunjukkan bahwa timbul stres dan rasa tidak nyaman selama
persalinan,perubahan sensoris terjadi saat memasuki tahap persalinan pertama dan
masuk ke tahap berikutnya
Perubahan pencernaan
Persalinan mempengaruhi sistem saluran cerna ,bibir dan mulut menjadi kering akibat

bernafas lewat mulut ,dehidrasi dan sebagai respons emosi terhadap persalinan.selama
persalinan motilitas dan absorpsi saluran cerna menurun dan pada waktu pengosongan
lambung menjadi lambat,seringkali ada rasa mual dan memuntahkan makanan yang
belum dicerna,mual dan sendawa juga terjadi sebagai respons refleks terhadap dilatasi
serviks lengkap.
Perubahan endokrin
Sistem endokrin aktif selama persalinan,awal persalinan dapat diakibatkan penurunan
kadar progesteron dan peningkatan kadar estrogen,prostaglandin dan
oksitosin,metabolisme meningkat dan kadar glukosa darah dapat menurun akibat
proses persalinan
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAJUAN PERSALINAN DAN
KELAHIRAN
Usia Ibu
Berat badan ibu
Jarak kelahiran
Berat bayi dan usia gestasi
Posisi fetus
Kondisi selaput ketuban
Tempat menempelnya plasenta
Faktor psikologi
KEKUATAN PERSALINAN
Passage
Passenger
Power
Psikologi
PASSAGE : PANGGUL
*Tulang panggul terdiri dari sepasang tulang innominata ( ilium,iskium,pubis ),sakrum
dan koksigis
* Bidang panggul : pap,bidang tengah panggul dan pintu bawah panggul

PASSENGER : FETUS
Berat janin,tapsiran berat janin TFU(cm)-12 x 155
Letak,presentasi,posisi
Letak yaitu hubungan sumbu panjang ibu dengan sumbu panjang janin,dimana janinnya
bisa melintang atau memanjang
Presentasi yaitu bagian terendah janin yang berada di pap; kepala,bokong.bahu,muka
Posisi yaitu hubungan presentasi dengan kanan kiri ibu
Station yaitu turunnya bagian terendah janin di pap
Sinclitismus dan asynclitismus
Moulage
POWER : KONTRAKSI UTERUS
Teori mulainya persalinan
Kontraksi uterus,karakteristik,durasi,intensitas,frekuensi
Perubahan uterus selama persalinan,perkembangan semen,pembukaan dan penipisan
serviks
PSIKOLOGIS
Sikap negatif terhadap peralinan dipengaruhi oleh:
Persalinan sebagai ancaman terhadap keamanan
Persalinan sebagai ancaman pada self-image
Medikasi persalinan
Nyeri persalinan dan kelahiran
ASUHAN KEPERAWATAN INTRANATAL
Beberapa definisi
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam
uterus melalui vagina ke dunia luar
Partus immaturus adalah partus kurang 28 minggu lebih 20 minggu dengan berat janin
antara 500-1000 gram
Partus prematurus adalah suatu partus dari hasil konsepsi yang dapat hidup tetapi

belum a term ( cukup bulan ) dengan berat antara 1000-2500 gram atau tua kehamilan
antara 28-36 minggu
Partus postmaturus atau serotinus adalah partus yang terjadi 2 minggu atau lebih dari
waktu partus yang ditentukan
Partus biasa atau partus fisiologis adalah partus bayi lahir dengan presentasi belakang
kepala tanpa memakai alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi
dan umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.
Partus pathologis atau partus abnormal adalah bayi dilahirkan pervaginam dengan
cunam atau ekstraksi vacum,dekapitasi,embriotomi.
Proses persalinan adalah saat yang menegangkan dan mencemaskan bagi wanita dan
keluarganya. Pada kebanyakan wanita, persalinan dimulai saat terjadinya kontraksi
uterus pertama dan dilanjutkan dengan kerja keras selama jam-jam dilatasi dan
melahirkan,perawatan ditujukan untuk mendukung wanita dan keluarganya dalam
melalui proses persalinan
Berlangsungnya persalinan normal
Persalinan dibagi menjadi 4 kala :
KALA I disebut juga kala pembukaan,dimulai dari mulai adanya his yang
progresif,teratur yang meningkat kekuatan ,frekwensi dan durasi,ibu mengeluarkan
dicapai hasil yang optimal bagi semua yang terlibat.
Persalinan dibagi dalam 4 kala lendir bercampur darah.Kala I ini dibagi 2 fase :
Fase laten berlangsung selama 8 jam,pembukaan sangat lambat sampai pembukaan
servix 3 cm
Fase aktif;fase ini dibagi 3 fase lagi:
Fase akselerasi,dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm jadi 4 cm
Fase dilatasi maksimal,dalam waktu 2 jam pembukaan 4 cm menjadi 9 cm
Fase deselarasi,dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap
Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida,pada multigravida fase laten,fase aktif
fase deselerasi lebih pendek

KALA II disebut juga kala pengeluaran, dimana pada tahap ini janin dikeluarkan, tahapI
ini dimulai dari dilatasi serviks lengkap(10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi
Tanda obyektif yang pasti tahap kedua persalinan dimulai adalah melalui pemeriksaan
dalam.Ada tanda-tanda lain yang menunjukkan tahap kedua dimulai adalah sebagai
berikut :
1.Muncul keringat tiba-tiba diatas bibir
2.Adanya muntah
3.Aliran darah ( show ) meningkat
4.Ekstremitas bergetar
5.Semakin gelisah
6.Usaha ingin mengedan
Tanda-tanda ini seringkali muncul pada saat serviks berdilatasi lengkap
Pemantauan yang kontinyu pada tahap kedua dan mekanisme persalinan,respons
fisiologis dan respons emosi ibu serta respons janin terhadap stres.
UPAYA MENGEDAN
Saat kepala janin mencapai dasar panggul,secara otomatis akan ada rasa ingin
mengedan,usaha mengedan adalah respons refleks involunter terhadap tekanan bagian
presentasi pada reseptor regangan otot panggul
MEKANISME PERSALINAN
Posisi untuk melahirkan dapat berupa posisi SIMS,posisi DORSAL,atau posisi
LITOTOMI
Pada saat akan mulai persalinan,vulva dicuci kemudian memberi semangat untuk
mengedan apabila ada his,DJJ dipantau setiap 15 menit ,pada saat serviks telah
berdilatasi lengkap terjadilah penurunan kepala,kepala akan maju setiap ada his dan
sedikit naik ke atas pada saat tidak ada his,penurunan berlangsung konstan dan pada
akhir tahap kedua kepala akan mencapai dasar panggul,penonjolan perinium terjadi
pada saat tahap penurunan yaitu pada saat bagian presentasi janin menekan
perineum,kepala makin lama makin turun setiap kali mengedan,tetapi crowning baru

terjadi jika bagian terlebar kepala ( diameter biparietal )meregang vulva sesaat sebelum
melahirkan.Sesaat sebelum melahirkan perineum sangat teregang,apabila perlu
dilakukan episiotomi inilah saatnya untuk melakukan supaya kerusakan jaringan lunak
minimal,kepala dilahirkan melalui ekstensi dan setelah lahir akan kembali ke posisi
semula,bahu berotasi di dalam sehingga berada pada diameter antero posterior
pangguk,terlihat rotasi eksternal kepala.
Kelahiran Kepala
Pertama-tama muncul verteks,diikuti dahi,muka,dagu dan leher,kecepatan kelahiran
kepala harus dikendalikan karena kelahiran kepala yang mendadak dapat
mengakibatkan robekan yang hebat sampai ke sfingter ani atau sampai ke rectum ibu,
ada 3 usaha untuk mengendalikan kelahiran kepala :
1.Memberi tekanan ke arah rektum,menarik ke bawah untuk membantu fleksi kepala
sewaktu kepala bagian belakang berada di bawah simfisis pubis
2.Memberi tekanan ke arah atas dari daerah koksigeus untuk meluruskan kepala
sewaktu kelahiran sebenarnya berlangsung sehingga otot perineum terlindung
3.Membantu ibu untuk mengendalikan usaha mengedan dengan memimpinnya
bernafas pendek dan cepat.
Tali pusat sering melilit leher,tetapi jarang sampai ketat sehingga menimbulkan
hipoksia,tali pusat harus diregangkan,lendir dan darah pada saluran hidung dan mulut
dapat menghambat bayi untuk bernafas,untuk itu bisa dipakai kasa untuk mengusap
hidung dan mulut,kemudian pompa dimasukan ke dalam mulut dan orofaring
Kelahiran Bahu
Sebelum dapat dilahirkan bahu harus masuk ke dalam pintu atas panggul,rotasi internal
bahu harus lebih dahulu disertai restitusi dan rotasi eksternal kepala,sehingga bahu
sekarang ada dalam diameter anteroposterior pintu atas panggul,kepala ditarik ke
bawah untuk melahirkan bahu anterior,kemudian bahu ditarik ke atas untuk melahirkan
bahu posterior
Kelahiran Tubuh dan Ekstremitas
Ekspulsi dikendalikan sehingga dapat berlangsung perlahan-lahan,sewaktu fleksi lateral

berlangsung tangan bawah menahan berat bayi untuk mencegah trauma


perineum,sedikit rotasi tubuh kearah kanan atau kiri membantu kelahiran,setelah bayi
lahir maka dinilai APGAR pada 1 menit pertama,kemudian tali pusat diklem dan
dipotong dan dinilai APGAR pada 5 menit kedua
KALA III
Tahap ketiga persalinan berlangsung sejak bayi lahir sampai plasenta lahir,tujuan
penanganan kala III adalah pelepasan dan pengeluaran plasenta yang aman
Plasenta melekat pada lapisan desidua,setelah janin dilahirkan dengan adanya
kontraksi uterus yang kuat,sisi plasenta akan jauh lebih kecil sehingga tonjolan vili akan
pecah dan plasenta akan lepas dari perlekatannya
Tanda-tanda plasenta sudah lepas :
1.Fundus yang berkontraksi kuat
2.Perubahan bentuk uterus dari bentuk cakram menjadi bentuk oval bulat,sewaktu
plasenta bergerak kebagian segmen bawah
3.Darah berwarna gelap keluar dengan tiba-tiba dari introitus
4.Tali pusat bertambah panjang dengan majunya plasenta mendekati introitus
Ada 3 cara untuk menentukan plasenta sudah lepas :
1.Strassman yaitu dengan cara tangan kanan meregangkan atau menarik tali
pusat,tangan kiri mengetuk fundus uteri apabila plasenta belum lepas maka tali pusat
akan bergetar
2.Kustner yaitu tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat ,tangan kiri
menekan diatas simfisisbagian apabila tali pusat bertambah panjang berarti plasenta
sudah lepas
3.Klein yaitu klien disuruh mengedan apabila tali pusat keluar dan tidak masuk lagi
berarti plasenta sudah lepas
Ada 2 cara pelepasan plasenta yaitu :
1.Menurut Schultze yaitu pelepasan plasenta dari tengah atau sentral
2.Menurut Duncan yaitu pelepasan plasenta dari sisi plasenta atau marginal

Pada waktu mengeluarkan plasenta dilakukan dengan hati-hati,setelah bayi lahir


selama 6 sampai 15 menit,bila plasenta telah lepas spontan maka dilihat bahwa uterus
berkontraksi dan terdorong keatas,dengan tekana ringan pada fundus uteru plasenta
akan mudah dilahirkan tanpa menyuruh mengedan.
Perasat crede dengan cara memijat uterus seperti memeras jeruk agar supaya plasenta
lepas dari dinding uterus cara ini hanya dapat digunakan spabila terjadi
perdarahan,setelah plasenta lahir harus diteliti apakah kotiledon-kotiledon lengkap atau
masih tertinggal dalam kavum uteri,apabila telah selesai maka selanjutnya dilakukan
penjahitan luka perineum.
KALA IV
Kala IV atau kala observasi dimulai dari plasenta lahir sampai 2 jam,dengan cara ini
diharapkan kejadian perdarahan post partum bisa dhindari.
Ada 7 pokok penting sebelum meninggalkan ibu post partum :
1.Kontraksi uterus harus baik.
2.Tidak ada perdarahan dari vagina atau perdarahan-perdarahan dalam alat genitalia
lainnya
3.Plasenta atau selaput ketuban harus sudah lahir lengkap
4.Kandung kemih harus kosong
5.Luka pada perineum terawat dengan baik dan tidak ada hematoma
6.Bayi dalam keadaan baik
7.Ibu dalam keadaan baik,nadi dan tekanan darah baik,tidak ada keluhan sakit kepala
atau enek.
PERSALINAN PATOLOGI
Distosia didefinisikan sebagai persalinan yang panjang,sulit atau abnormal yang timbul
akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan lima faktor persalinan
1.Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau akibat upaya
mengedan ibu

2.Perubahan struktur pelvis


3.Sebab-sebab pada janin melalui kelainan presentasi atau kelainan posisi,bayi besar
dan jumlah janin
4.Posisi ibu selama persalinan dan melahirkan
5.Respons psikologis ibu terhadap persalinan yang berhubungan dengan
pengalaman,persiapan,budaya serta sistem pendukung
PERSALINAN DISFUNGSONAL
Disfungsi kontraksi uterus lebih jauh dapat dijelaskan sebagai disfungsi kontraksi uterus
primer dan sekunder atau disfungsi uterus hipertonik dimana kecemasan muncul ketika
pertamakali mengalami kontraksi uterus yang nyeri,disfungsi uterus ini tidak akan
mengalami pendataran atau dilatasi
Distosia Pelvis
Distosia pelvis dapat menyertai terjadinya kontraktur diameter pelvis yang mengurangi
kapasitas tulang pelvis,termasuk pintu atas panggul,panggul tengah dan pintu bawah
panggul
Kontraktur pintu atas panggul dapat ditegakkan bila konjugata vera kurang dari 11,5 cm.
Kontraktur panggul tengah merupakan penyebab umum terjadinya distosia pelvis,dapat
ditegakkan bila diameter sagitalis posterieor panggul tengah kurang atau sama dengan
13,5 cm,penurunan janin tertahan karena kepala tidak dapat melakukan putaran paksi
dalam.
Kontraktur pintu bawah panggul jarang terjadi
Sebab pada janin
Anomali :asites yang besar,hidrosefalus adalah kelainan janin yang dapat menyebabkan
distosia,kelainan ini dapat mempengaruhi hubungan antomi janin dengan kapasitas
pelvis maternal,sehingga janin janin gagal menuruni jalan lahir
Disproforsi Sefalopelvis atau disproforsi fetopelvis yang berhubungan dengan ukuran

janin yang berlebihan.


Malposisi yang paling umum adalah posisi oksipitoposterior,biasanya persalinan
menjadi lama pada kala II,ibu mengeluh nyeri punggung akibat tekanan pada sakrum
Malpresentasi Janin : presentasi bokong ,selama persaslinan penurunan kepala bisa
melambat karena bokong tidak cukup baik berdilatasi seperti kepala janin.
Kehamilan multi janin adalah kehamilan kembar dua atau tiga
Posisi Ibu
Hubungan fungsional antara kontraksi uterus,janin dan panggul ibu berubah akibat
perubahan posisi ibu,selain itu pengaturan posisi dapat memberi kauntungan atau
kerugian mekanisme persalinan dengan mengubah efek gravitasi dan hubungan antara
bagian-bagian tubuh yang penting bagi kemajuan persalinan
Respons Psikologis
Hormon yang dilepas sebagai respons terhadap stress dapat menyebabkan
distosia,sumber stres berbeda pada setiap individu tetapi nyeri dan tidak adanya
pendukung merupkan faktor yang mempengaruhi,tirah baring dan membatasi gerak
akan menambah stres psikologis yang berpotensi menambah stres fisiologis,apabila
rasa cemas berlebihan akan menghambat dilatasi serviks normal.

ADAPTASI BAYI BARU LAHIR TERHADAP KEHIDUPAN DI LUAR KANDUNGAN


Suhu tubuh
Setiap kali prosedur dilakukan,upayakan untuk mencegah dan mengurangi hilangnya
panas pada bayi baru lahir,stres dingin akan mengganggu kesehatan bayi baru
lahir,suhu axila harus diukur setiap jam sampai temperatur stabil,Pada jam ke 12
temperatur bayi harus stabil dan berada dalam rentang normal(termoregulasi),pada
waktu bayi lahir segera keringkan dan dibungkus dengan selimut hangat,bayai dapat
diletakkan diatas abdomen atau dada ibu,apabila tidak bersama ibu selama satu
sampai dua jam setelah lahir,bayi dikeringkan di atas pemanas dengan tubuh telanjang

sampai temperaturnya stabil


Menghangatkan Bayi yang mengalami Hipotermia
Menghangatkan bayi hipotermia dilakukan dengan hati-hati,menghangatkan atau
mendinginkan bayi dengan cepat dapat menyebabkan bayi mengalami apnoe dan
asidosisi,oleh karena itu proses penghangatan dipantau supaya berlangsung secara
perlahan selama dujam sampai empat jam
Suplai oksigen yang adekuat
Mempertahankan jalan nafas yang paten merupakan tujuan utama selama proses
kelahiran berlangsung.
Kondisi yang penting untuk mempertahankan suplai oksigen yang adekuat :
1.Jalan nafas bersih
2.Usaha bernafas
3.Sisten cardiopulmoner berfungsi
4.Dukungan panas
Mempertahankan bersihan jalan nafas
Pada umumnya bayi yang alhir cukup bulan dan lahir pervaginam tidak mengalami
kesulitan untuk membersihkan jalan nafas,bayi dipertahankan dalam posisi berbaring
miring,apabila ditemukan banyak lendir,bagian kaki dapat ditinggikan sedikit dan
orofaring disedot dengan alt penghisap.
Nutrisi ( pemberian ASI )
Bayi dapat disusui segera setelah lahir atau sekurang-kurangnya dalam 4 jam setelah
lahir dan pastikan refleks hisap dan menelan baik
PEMERIKSAAN FISIK PADA IBU MASA INTRANATAL
ANAMNESA
Selamat pagi,siang atau malam, bu?
Perkenalkan nama saya Zr..,nama ibu siapa? Nama suami ibu siapa?
Berapa umur ibu? Pekerjaan dan alamat

Apa yang ibu rasakan saat ini?


Seberapa besar ibu merasakannya dan pada daerah mana yang ibu rasakan?
Kapan gejala mulai timbul,berapa lama yang dirasakan ?
Kehamilan yang keberapa dan pernah keguguran?
Kehamilan sebelumnya ibu melahirkan dimana?(apabila ibu sudah pernah melahirkan)
Apakah normal melahirkannya?
Berat badan bayi ibu waktu lahir berapa?
Apakah tadi sudah ada cairan yang keluar?
PEMERIKSAAN FISIK
1.Penampilan umum klien ( kesadaran,postur tubuh dan penampilan)
2.Tanda-tanda vital ( tekanan darah dan nadi monitor tiap 1 jam,pernafasan dan
temperatur monitor tiap 4 jam )
3.TB dan BB saat ini dan sebelum hamil
4.Muka dan kepala ( rambut,mata,kloasma,gigi dan mulut )
5.Leher ( kelenjar tiroid dan JVP )
6.Dada ( jantung,paru dan payudara ),jantung inspeksi dan palpasi untuk mengetahui
ketidaknormalandenyutan,auskultasi untuk mengetahui bunyi jantung.Paru inspeksi
dada saat bernafas,bentuk dada,frekwensi pernafasan,perkusi bunyi nafas,auskultasi
aliran dan suara nafas.Payudara inspeksi ukuran,bentuk,warna areola,penonjolan
putting,palpasi untuk mengetahui adanya nyeri atau adanya benjolan
7.Abdomen ( observasi bising usus,Leopold dan DJJ )
Inspeksi bentuk perut ada bekas operasi atau tidak,gerakan perut saat inspirasi dan
ekspirasi,auskultasi dengar bising usus
Palpasi dengan cara Leopold :
Leopold I : untuk menentukan tuanya kehamilan dan bagian apa yang ada di fundus
Leopold II: untuk menentukan di mana letak punggung janin dan menentukan DJJ
Leopold III: untuk menentukan apa yang terdapat di bagian bawah dan apakah sudah
masuk PAP belum
Leopold IV: untuk menentukan sejauh mana bagian bawah janin masuk PAP
8.Ekstremitas ( edema.varices dan refleks patela )

9.Vulva dan vagina ( varices, edema, keluaran, bila keluaran darah segar jangan
dilakukan periksa dalam )
Untuk PD sebelumnya lakukan Vulva hygiene ;
* Masukan jari telunjuk dan jari tengah ke vagina,rotasi tangan sehingga ibu jari berada
di atas,tangan yang lain berada di fundus
* Nilai jalan lahir apakah ada kelainan atau tidak,jari dapat meraba serviks,kemudian
menilai : Portio dan serviks apakah ada dilatasi atau belum,nilai selaput
ketuban,presentasi,posisi,station,maulage,kondisi panggul
* Keluarkan jari dan jelaskan hasilnya kepada klien,keringkan perineum.
10. Moulage : Jika 0 = sutura tidak mendekat dapat lahir spontan
- 1 = sutura mendekat dapat lahir spontan
- 2 = sutura bertumpuk lahir tidak normal,dengan vacum
11. Pembukaan serviks : pembesaran osteum eksternum lengkap 10 cm, bibir portio
pendek dan rata, SBR,serviks dan vagina satu saluran
PENGELOLAAN KALA I,II,III DAN IV
KALA I
Tahap pertama persalinan dimulai dengan kontraksi uterus yang teratur dan diakhiri
dengan dilatasi serviks:
Awitan kontraksi uterus yang progresif,teratur yang meningkat kekuatan ,frekwensi dan
durasinya
Rabas vagina yang mengandung darah
Rabas cairan pada vagina
Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada waktu pertama kali kontak,formulir penerimaan dapat
memberi arahan untuk memperoleh informasi penting dari klien yang akan melahirkan:
1.Catatan prenatal untuk mengidentifikasi kebutuhan dan resiko individu,misalnya ibu
yang berusia 14 dan 40 tahun memiliki kebutuhan yang spesifik yang berbeda dan usia
mereka memberi risiko masalah yang berbeda pula,hubungan tinggi dan berat badan
juga penting diketahui untuk mengidentifikasi risiko CPD,faktor lain adalah kesehatan
umum,kondisi medis,status pernafasan dan riwayat pembedahan,riwayat obstetri dan

kehamilan masa lalu dan saa ini,perdarahan pervaginam,hipertensi akibat


kehamilan,anemia,DM dan penyakit infeksi lainnya
2.Wawancara keluhan atau alasan ibu datang,diminta untuk menjelaskan hal-hal
sebagai berikut :
* Frekwensi dan lama kontraksi
* Lokasi dan karakteristik rasa tidak nyaman akibat adanya kontraksi
* Menetapnya kontraksi meskipun terjadi perubahan posisi
* Keberadaan dan karakter rabas atau show dari vagina
* Status membran amnion,misalnya semburan atau rembesan cairan
3.Faktor-faktor Psikososial, penampilan dan perilaku secara keseluruhan merupakan
petunjuk yang berharga tentang jenis dukungan yang diperlukan,faktor yang perlu dikaji
adalah sebagai berikut :
* Interaksi verbal : dapatkah ibu meminta apa yang ibu perlukan,apakah ibu bebas
berbicara kepada petugas atau hanya berespons terhadap pertanyaan
* Bahasa tubuh : apakah ibu santai atau tegang,sejauh mana tingkat kecemasannya
* Kemampuan persepsi : apakah ibu memahami apa yang petugas katakan,adakah
hambatan dalam bahasa,apakah tingkat kecemasannya membutuhkan penjelasan
* Tingkat ketidaknyamanan : sejauh mana ibu mengekspresikan apa yang
dialami,apakah mengeluh tentang ketidaknyamanan,apakah meminta suatu tindakan
untuk mengurangi ketidaknyamanan
* Stres dalam persalinan : tingkat kekhawatiran pada proses persalinan sering
diutarakan mengenai diri dan janinnya
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan awal menentukan waktu dimulainya persalinan sejati,hasil pemeriksaan
merupakan dasar pengkajian kemajuan persalinan,pemeriksaan fisik awal mencakup
pemeriksaan sistem umum,perasat Leopold,DJJ,kontraksi uterus,pemeriksaan vagina
untuk mengetahui dilatasi dan penipisan serviks dan status membran amnion
Pengkajian pada kala I yang cermat memberi arahan pilihan dan tindakan keperawatan
yang perlu diterapkan
Kala I dibagi dalam 2 fase :
1.Fase latent pembukaan 0-3 cm berlangsung 7-8 jam
2.Fase aktif :

* Akselerasi 3-4 cm berlangsung 2 jam


* Dilatasi maksimal 4-9 cm berlangsung 2 jam
* Deselerasi 9-10 cm berlangsung 2 jam
Selaput ketuban dapat pecah dengan spontan setiap saat selama proses
persalinan,DJJ harus diobservasi setelah terjadi ketuban pecah
1.Warna : cairan amnion dalam kondisi normal berwarna seperti jerami dan dapat
mengandung serpihan verniks kaseosa,cairan amnion yang berwarna kekuningan
menunjukkan adanya hipoksia janin yang terjadi 36 jam atau lebih sebelum ketuban
pecah,cairan amnion yang berwarna anggur minuman ( kemerahan ) dapat
menunjukkan plasenta lepas dini,cairan amnion yang bercampur mekonium merupakan
hal yang normal bagi presentasi sungsang,apabila pada presentasi kepala
kemungkinan setelah bayi lahir mempunyai resiko gangguan pernafasan
2.Karakter : cairan amnion dalam keadaan normal mempunyai konsistensi seperti air
dan baunya tidak menyengat,apabila baunya menyengat dan cairan menjadi kental
perlu dicurigai adanya infeksi
3.Jumlah : dalam keadaan normal volume cairan amnion berkisar antara 500-1200 ml
Tanda masalah yang potensial
Pengkajian temuan berfungsi sebagi dasar evaluasi kemajuan yang dialami selama
proses kala I persalinan,meskipun beberapa komplikasi persalinan telah diantisipasi
tetapi komplikasi lain baru dapat dilihat pada waktu persalinan.
Masalah yang mungkin terjadi :
1.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan pada kala I
2.Perubahan eliminasi urine
3.Nyeri yang berhubungan dengan kontraksi yang kuat
4.Defisit volume cairan yang berhubungan dengan kurangnya asupan cairan
5.Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan presentasi janin,status selaput
ketuban,pemantauan janin
6.Koping keluarga tidak efektif yang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang tindakan yang akan dilakukan
Rencana Keperawatan :
1.Tingkatkan nutrisi dan hidrasi
2.Suppotr ibu untuk berkemih minimal tiap 2 jam.

3.Tingkatkan penggunaan tehnik pernafasan terfokus,tawarkan untuk pengurutan


4.Tingkatkan asupan cairan melalui oral ataupun IV
5.Dorong ambulasi dan perubahan posisi
6.Dorong pendukung untuk berpartisipasi dengan memberi kata-kata yang menghibur
dan melakukan tindakan untuk mengurangi rasa nyeri dan membuat rileks
Ambulasi dan Pengaturan Posisi
Ambulasi sedapat mungkin dianjurkan jika selaput ketuban masih utuh,jika bagian
presentasi janin sudah masuk panggul ( engaged ) setelah ketuban ruptur,duduk atau
berdiri selama awal persalinan terbukti lebih nyaman daripada berbaring
Ambulasi dikontraindikasikan sesuai dengan status ibu dan janin,apabila berbaring di
tempat tidur ibu dianjurkan berbaring miring untuk membantu aliran uteroplasental dan
aliran darah ginjal optimal
Upaya dukungan
Perawatan untuk ibu bersalin dilakukan dengan :
Membantu ibu berpartisipasi sejauh yang diinginkan dalam melahirkan anaknya
Memenuhi harapan ibu akan hasil skhir persalinannya
Membantu ibu menghemat tenaganya
Membantu mengendalikan rasa nyerinya
Suami / Pasangan selama proses persalinan
Suami adalah pasangan istri yang mendukungnya dalam proses persalinan,peran
suami sangat ideal sebagai pemimpin persalinan,diharapkan untuk membantu secara
aktif dalam menghadapi persalinan
Banyak rumah sakit mendorong suami untuk hadir selama persalinan dan melahirkan
karena peran suami sangat berarti bagi ibu yang akan bersalin
Dukungan orang tua selama proses persalinan
Adalah penting mendukung orang tua dan memperlakukan mereka dengan hormat
terutama dalam situasi di mana mereka menggantikan suami sebagai pemimpin
persalinan,mereka mungkin memiliki cara untuk meredakan nyeri berdasarkan
pengalamannya
Saudara kandung bayi selama proses persalinan

Persiapan untuk menerima seorang anak baru akan membantu proses ikatan
bathin,persiapan menghadapi persalinan ibu dan partisipasi anak di dalamnya dapat
membantu anak yang lebih besar untuk menerima perubahan ini,usia dan tingkat
perkembangan anak mempengaruhi respons mereka oleh karena itu persiapan harus
memenuhi kebutuhan setiap anak
KALA II
Kala dua persalinan adalah dimana tahap janin dilahirkan,tahap ini dimulai dari dilatasi
serviks lengkap dan berakhir dengan lahirnya bayi,tahap ini terdiri dari 2 atau 3
fase,fase-fase ini ditandai dengan perilaku verbal dan nonverbal,kondisi aktivitas
uterus,keinginan untuk mengedan dan penurunan janin.
Fase pertama dimulai ketika ibu menyatakan ingin mengedan biasanya pada puncak
kontraksi,ibu mengeluhkan peningkatan nyeri,tetapi diantara kontraksi akan tengan dan
akan memejamkan mata
Fase kedua ibu semakin ingin mengedan dan sering kali mengubah posisinya untuk
mencari posisi mengedan yang lebih nyaman,usaha mengedan akan lebih ritmik dan
seringkali memberi tahu awal kontraksi dan semakin bersuara sewaktu mengedan
Fase ketiga bagian presentasi sudah berada di perineum dan usaha mengedan menjadi
paling efektif untuk melahirkan
Pengkajian
Tanda obyektif yang pasti bahwa tahap kedua persalinan telah dimulai adalah melalui
pemeriksaan dalam,tanda-tanda lain yang menunjukkan tahap kedua telah dimulai
adalah :
Muncul keringat yang tiba-tiba di atas bibir
Adanya muntah
Aliran darah meningkat
Ekstremitas bergetar
Semakin gelisah dan ada pernyataan saya tidak kuat
Usaha mengedan yang semakin kuat
Tanda-tanda ini muncul saat serviks berdilatasi lengkap

Durasi tahap kedua


Kala II yang berlangsung lebih dari 2 jam pada kehamilan pertama dan 1,5 jam pada
kehamilan berikutnya dianggap abnormal dan harus melakukan kolaborasi,faktor lain
yang harus dipertimbangkan adalah pola DJJ,penurunan presentasi,kualitas kontraksi
uterus.
Masalah keperawatan
1.Nyeri yang berhubungan dengan usaha mengedan dan distensi perineum
2.Ansietas berhubungan dengan ketidakmampuan mengendalikan defekasi saat
mengedan
3.Resiko tinggi cedera pada ibu yang berhubungan dengan posisi tungkai ibu pada
penopang kaki tidak tepat
4.Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan pengarahan persalinan yang
berlawanan dengan keinginan fisiologis ibu untuk mengedan
Rencana keperawatan
1.Dukung ibu untuk mengedan
2.Atur posisi dorsal untuk menurunkan tingkat leserasi perineum,ibu merasa nyaman
karena telapak kaki menekan
3.Tingkatkan pengetahuan ibu tentang cara-cara mengedan yang benar
MEKANISME PERSALINAN
Bentuk dan diameter panggul wanita berebeda,bagian presentasi janin menempati jalan
lahir dalam proporsi yang besar supaya dapat dilahirkan,janin harus beradaptasi
dengan jalan lahir selama proses penurunan.Apabila diameter biparietal kepala
melewati PAP berarti kepala telah menancap pada PAP ( enggaged ),segera setelah
kepala yang turun tertahan oleh serviks,dinding panggul atau dasar panggul dalam
keadaan normal fleksi terjadi dengan diameter suboksipitobregmatika(9,5cm) dapat
masuk kedalam pintu bawah panggul,supaya kepala janin bisa keluar maka kepala janin
melakukan rotasi atau putaran paksi dalam,saat kepala janin mencapai perineum
kepala akan depleksi kearah anterior,mula-mula oksiput melewati permukaan bawah
simpisis pubis,kemudian kepala muncul keluar akibat ekstensi pertama-tama oksiput

kemudian wajah dan akhirnya dagu,setelah kepala lahir,bayi berputar,putaran paksi luar
terjadi saat bahu engaged dan turun dengan gerakan mirip dengan gerakan
kepala,kepala dipegang secara biparietal ditarik ke anterior untuk melahirkan bahu
posterior dan ditarik kearah posterior untuk melahirkan bahu bahu anterior sampai
bebas keluar dari introitus vagina,setelah bahu keluar,kepala dan bahu diangkat ke atas
tulang pubis ibu dan bayi badan bayi dikeluarkan,kemudian lakukan penilaian APGAR
SCORE dan penghisapan lendir,maka berakhirlah persalinan tahap kedua
Pengkajian pada bayi
Saat kepala bayi lahir cek adanya lilitan tali pusat atau komplikasi lainnya,perhatikan
adanya distosia bahu
Masalah keperawatan pada bayi
1.Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b/d aspirasi cairan
2.Resiko tinggi cedera pada bayi b/d lahir terlalu cepat
Rencana keperawatan
1.Bebaskan jalan nafas,lakukan bonding attachment
2.Bantu persalinan kepala,lahirkan bahu dan tubuh bayi
KALA III
Tahap ketiga persalinan dimulai sejak bayi lahir sampai plasenta lahir,tujuan
penanganan tahap ketiga persalinan adalah pelepasan dan ekspulsi plasenta segera
yang dicapai dengan cara yang paling mudah dan paling aman,setelah bayi lahir
dengan adanya kontraksi uterus yang kuat,sisi plasenta akan jauh lebih kecil sehingga
tonjolan vili akan pecah dan plasenta akan lepas dari perlekatannya,dalam keadaan
normal lima sampai tujuh menit setelah kelahiran bayi plasenta akan lahir,pelepasan
plasenta diindikasikan dengan tanda-tanda sebagai berikut :
1.Fundus yang berkontraksi kuat
2.Perubahan bentuk uterus dari bentuk cakram menjadi bulat oval,sewaktu plasenta
bergeser ke bawah segmen rahim
3.Darah yang berwarna gelap tiba-tiba keluar dari introitus
4.Tali pusat bertambah panjang dengan mendekati introitus

5.Vagina akan penuh oleh plasenta


Setelah dicek,plasenta sudah lepas dari perlekatannya,tangan kanan memegang tali
pusat dan tangan kiri menekan fundus secara perlahan tali pusat ditarik kemudian
tangan kiri menekan simpisisi pubis,plasenta dilahirkan tanpa ibu mengedan,setelah
plasenta lahir periksa kotiledon dan selaputnya,ketika tahap ketiga selesai robekan
diperbaiki atau jika ada luka episiotomi maka robekan tersebut dipebaiki dan setelah
selesai vulva dibersihkan dengan perlahan-lahan dan pembalut dipasangkan
Keluarga pada tahap ketiga
Kebanyakan orang tua akan merasa senang jika dapat memegang,menggendong dan
membersihkan bayi setelah lahir,tubuh ibu akan bersentuhan dengan tubuh bayi akan
mempertahankan suhu tubuh bayi
Masalah ke[erawatan
1.Resiko tinggi infeksi b/d trauma jalan lahir
2.Resiko tinggi cedera b/d inversio uteri
3.Resiko tinggi kurangnya volume cairan b/d perdarahan
Rencana keperawatan
1.Pertahankan tehnik aseptik dan alat-alat steril
2.Lakukan massage fundus uteri,jika diperlukan beri uterotonika
3.Ukur darah yang hilang,beri uterotonika
Episiotomi
Episiotomi adalah insisi pada perineum untuk memperbesar mulut vagina,manfaat
episiotomi :
1.mencegah robekan perineum,insisi yang bersih dan dilakukan pada posisi yang benar
akan lebih cepat sembuh daripada robekan yang tidak teratur
2.Mengurangi regangan otot penyangga kandung kemih atau rektum yang terlalu kuat
yang bisa menyebabkan inkontinensia urine atau prolaps vagina
3.Mengurangi tahap kedua yang mungkin penting bagi ibu
4.Memperbesar vagina jika diperlukan
Jenis episiotomi ditentukan berdasarkan tempat dan arah insisi
Episiotomi garis medial palin sering dilakukan dan mudah diperbaiki dan biasanya nyeri

yang timbul lebih ringan,kadang-kadang dapat terjadi perluasan melalui perluasan ke


sfingter rectum
Episiotomi mediolateral dilakukan pada persalinan dengan tindakan jika ada
kemungkinan terjadi perluasan ke posterior,meskipun dengan demikian robekan derajat
empat dapat dihindari,tetapi robekan derajat tiga dapat terjadi,selain itu jika
dibandingkan dengan episiotomi medial,kehilangan darah akan lebih banyak dan
perbaikan lebih sulit dan lebih nyeri
Laserasi
Laserasi perineum biasanya terjadi sewaktu kepala janin dilahirkan,luas robekan
didefinisikan berdasarkan kedalaman robekan :
1.Derajat pertama ,robekan mencapai kulit dan jaringan penunjang superfisial sampai
ke otot
2.Derajat dua,robekan mencapai otot-otot perineum
3.Derajat tiga,robekan berlanjut ke otot sfingter ani
4.Derajat empat,robekan mencapai dinding rektum anterior
Laserasui vagina sering menyertai robekan perineum,robekan vagina cenderung
mencapai dinding lateral dan jika cukup dalam dapat mencapai levator ani
Cedera serviks dapat terjadi jika serviks beretraksi melalui kepala janin yang
keluar,laserasi yang luas dapat terjadi pada usaha yang tergesa-gesa untuk
memperluas pembukaan serviks.
KALA IV
Tahap ke empat persalinan ( tahap pemulihan ) merupakan periode yang kritis untuk ibu
dan bayi yang baru lahir,selama 2 jam pertama setelah melahirkan,organ-organ ibu
mengalami penyesuaian terhadap keadaan sebelum hamil dan sistem tubuh mulai stabil
Pengkajian
Pengkajian dimulai dengan meninjau kembali catatan prenatal dan persalinan,hal yang
paling penting adalah keadaan-keadaan yang dapat menyebabkan predisposisi
perdarahan pada ibu,misalnya :
Persalinan yang cepat

Bayi yang bnesar


Grande multipara
Persalinan dengan induksi
Faktor-faktor ini merupakan bahaya yang mungkin terjadi pada persalinan tahap
keempat
Selama jam pertama dalam ruang pemulihan perlu dilakukan pemeriksaan fisik dengan
sering,semua faktor kecuali suhu tubuh diperiksa setiap 15 menit selama 1 jam,setelah
pemeriksaan setiap 15 menit yang keempat,jika semua parameter stabil dalam batasbatas normal,pemeriksaan diulang lagi sebanyak 2 kali setiap 30 menit
Masalah keperawatan
1.Resti kurangnya volume cairan b/d relaksasi uterus setelah persalinan
2.Retensi urine b/d dampak persalinan pada sensasi berkemih
3.Nyeri b/d gangguan integritas kulit akibat persalinan
4.Resti cedera ibu b/d ambulasi dini
Rencana keperawatan
1.Kaji kontraksi uterus,palpasi uterus,cegah perdarahan,kaji jumlah perdarahan
2.Cegah distensi kandung kemih,palpasi kandung kemih,support untuk miksi secara
alami,bila gagal lakukan kateterisasi
3.Kaji tingkat nyeri,anjurkan untuk relaksasi,beri analgetika
4.Pertahankan keamanan,yakinkan kondisi ibu stabil saat akan ambulasi dini
Mencegah perdarahan
Perdarahan pasca partum dianggap terjadi jika kehilangan darah mencapai 500 ml atau
lebih dalam 24 jam pertama setelah melahirkan,tanda-tanda vital harus diperiksa,dicatat
dan harus dalam batas normal,uterus harus sering dipalpasi untuk memastikan uterus
tidak berisi darah,pemberian uterotonika dan melakukan masage uterus bisa
meningkatkan kontraksi uterus sehingga perdarahan bisa diatasi

Mencegah distensi kandung kemih

Distensi kandung kemih bisa terjadi pada atonia uteri,kandung kemih yang penuh akan
menekan uterus ke atas dan kesebelah garis kanan bawah ,posisi ini akan
menyebabkan uterus relaksasi akibatnya terjadi perdarahan,dorong ibu untuk berkemih
spontan
Menjaga keamanan
Ibu dibiarkan beristirahat dengan nyaman ditempat tidur,perlu banyak istirahat agar
sistem tubuhnya dapat beradaptasi kembali terhadap perubahan volume cairan,pada
waktu akan melakukan ambulasi dapat dilakukan dalam 2 jam pertama atau tergantung
pada tekanan darah,jumlah kehilangan darah jenis dan jumlah obat anestesi dan
analgesia yang diberikan selama persalinan kelahiran, tingkat nyeri yang jelas terlihat
waktu ibu bergerak.
Mempertahankan kenyamanan
Kontraksi uterus dapat menimbulkan tingkat kenyamanan dan rasa tidak enak yang
dikenal sebagai nyeri pasca melahirkan (afterpain)
Selama 2 jam pertama setelah melahirkan kontraksi uterus menjadi teratur dan
kuat,untuk membantu memberi rasa tidak nyaman, melakukan hal-hal berikut :
1.Menjelaskan fisiologi normal nyeri setelah melahirkan
2.Menolong ibu mempertahankan kandung kemih kosong
3.Menempatkan selimut hangat di atas perut ibu
4.Memberi analgesik
5.Anjurkan latihan relaksasi dan pernafasan
Menjaga kebersihan
Perawatan perineum akan menambah kenyamanan dan keamanan ibu ( pencegahan
infeksi ),dianjurkan untuk mengganti pembalut setiap kali ke kamar mandi
Mempertahankan keseimbangan cairan dan nutrisi
Pembatasan asupan cairan dan nutrisi serta kehilangan cairan ( darah,keringat dan
muntah ) selama proses persalinan dapat membuat tiba-tiba ingin segera makan dan
minum setelah melahirkan,jenis makanan dan cairan yang diberikan tergantung pada

beberapa faktor ,seperti jenis anestesi yang diberikan,jumlah perdarahan yang hilang
waktu melahirkan.

A.

PERUBAHAN ANATOMI dan ADAPTASI PISIOLOGI pada IBU


HAMIL TRIMESTER I,II,dan III
Anatomi manusia atau antropotomi ialah sebuah bidang khusus
dalam anatomi yang mempelajari struktur tubuh manusia.
Sedangkan Fisiologi manusia adalah ilmu mekanik,fisik, dan
biokimia, fungsi manusia yang sehat, organ-organ , dan sel-sel.

Tingkat utama fokus dari fisiologi adalah pada tingkat organ dan
sistem.
Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa
embrio atau fetus di dalam tubuhnya. Dalam kehamilan dapat
terjadi banyak gestasi (misalnya, dalam kasus kembar,
atautriplet).
Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu antara waktu
menstruasi terakhir dan kelahiran (38 minggu dari pembuahan).
Istilah medis untuk wanita hamil adalah gravida, sedangkan
manusia di dalamnya disebut embrio (minggu-minggu awal) dan
kemudian janin (sampai kelahiran). Seorang wanita yang hamil
untuk pertama kalinya disebut primigravida atau gravida 1.
Seorang wanita yang belum pernah hamil dikenal sebagai gravida
0.
Dalam banyak masyarakat definisi medis dan legal kehamilan
manusia dibagi menjadi tiga
yaitu:
Trimester I,II dan III,pada masa-masa ini
terjadi perubahan-perubahan seperti perubahan pisik(anatomi
dan fisiologi) maupun perubahan psikis.
Pada ibu hamil, perubahan anatomi sistem-sistem pada tubuh
berkembang sesuai tahap usia kehamilannya. Mulai dari trimester
I, sampai trimester III kehamilan. Sistem-sistem tersebut
meliputi :
Sistem pencernaan, sistem perkemihan, sistem
muskuluskeletalsistem respirasi, ,sistem sirkulasi atau
kardiopaskular,sistem metabolisme.
1. SISTEM PENCERNAAN
Pada bulan pertama kehamilan terdapat perasaan tidak enak
[ nausae ], akibat kadar hormon estrogen yang meningkat. Tonus
otot-otot traktus digestivus menurun, sehingga morbilitas seluruh
taktus digestivusi juga kurang. Makanan lebih lama berada
dilambung dan apa yang telah dicernakan lebih lama berada
dalam usus-usus. Gejalah muntah biasanya terjadi pada pagi hari
yang biasa dikenal dengan morning sickness hal ini di sebapkan
karna hormon Estrogen dan HCG meningkat. Pada beberapa
wanita ditemukan adanya ngidam makanan yang mungkin

berkaitan dengan persepsi wanita tersebut tentang suatu


keinginan yang berlebihan terhadap suatu makanan.
Terjadi konstipasi karena pengaruh hormone progesterone yang
meningkat. Selain itu perut kembung juga terjadi karena adanya
tekanan uterus yang membesar dalam rongga perut yang
mendesak organ-organ dalam perut khususnya
saluran pencernaan, usus besar,kearah atas dan lateral dan
penurunan asam lambung, melambatkan pengosongan lambung
Sistem gastrointestinal terpengaruh dalam beberapa hal karena
kehamilan. Tingginya kadar progesteron mengganggu
keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kolesterol darah dan
melambatkan kontraksi otot-otot polos. Sekresi saliva menjadi
lebih asam dan lebih banyak dan asam lambung menurun.
Pembesaran uterus menekan diagfragma, lambung dan intestine.
Gigi berlubang terjadi lebih mudah pada saliva yang bersifat
asam selama masa kehamilan dan membutuhkan perawatan
yang baik untuk mencegah karies gigi.
Pada bulan-bulan terakhir, nyeri ulu hati dan
regurgitas (pencernaan asam) merupakan ketidak nyamanan
yang disebabkan tekanan keatas dari pembesaran uterus.
Pelebaran pembuluh darah rectum (hemoroid) dapat terjadi. Pada
persalinan, rectum dan otot-otot yang memberikan sokongan
sangat tegang

2.
SISTEM PERKEMIHAN
Bila satu organ membesar, maka organ lain akan mengalami
tekanan, dan pada kehamilan tidak jarang terjadi gangguan
berkemih pada saat kehamilan. Ibu akan merasa lebih sering ingin
buang air kecil. Pada bulan pertama kehamilan kandung kemih
tertekan oleh uterus yang mulai membesar
Pada minggu-minggu pertengahan kehamilan, frekuensi berkemih
meningkat. Hal ini umumnya timbul antara minggu ke- 16 sampai
minggu ke- 24 kehamilan.
Pada akhir kehamilan, bila kepala janin mulai turun kandung
kemih tertekan kembali sehinggal timbul sering kencing.

Perubahan struktur ginjal merupakan aktifitas hormonal


[ estrogen dan progesteron ], tekanan yang timbul akibat
pembesaran uterus, dan peningkatan volume darah. Sehingga
minggu ke-10 gestasi, pelvis ginjal dan uretra berdilatasi.
Pada kehamilan normal fungsi ginjal cukup banyak berubah. Laju
filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal meningkat pada awal
kehamilan. Ginjal wanita harus mengakomodasi tuntutan
metabolism dan sirkulasi ibu yang meningkat dan juga
mengekskresi produk sampah janin. Ginjal pada saat kehamilan
sedikit bertambah besar, panjangnya bertambah 1-1,5 cm. Ginjal
berfungsi paling efisien saat wanita berbaring pada posisi
rekumbeng lateral dan paling tidak efisien pada saat posisi
telentang. Saat wanita hamil berbaring telentang, berat uterus
akan menekan vena kava dan aorta, sehingga curah jantung
menurun. Akibatnya tekanan darah ibu dan frekuensi jantung
janin menurun, begitu jg dengan volume darah ginjal.
3. SISTEM MUSKULOSKELETAL
Pada trimester pertama tidak banyak perubahan pada
muskuloskeletal. Keseimbangan kadar kalsium selama kehamilan
biasanya normal apabila asupan nutrisi khususnya produk susu
terpenuhi. Tulang dan gigi biasanya tidak berubah pada
kehamilan yang normal. Selama masa kehamilan wanita
membutuhkan kira-kira 1/3 lebih banyak kalsium dan posfor.
Karies gigi tidak disebabkan oleh dekalasifikasi, sejak kalsium dan
gigi dibentuk. Terdapat bukti bahwa saliva yang sama pada saat
hamil membuat aktifitas penghancur bakteri email yang
menyebabkan karies
Pada trimester II, peningkatan berat wanita hamil menyebabkan
postur dan cara berjalan wanita berubah secara menyolok. Otot
dinding perut meregang dan akhirnya sedikit kehilangan tonus
otot.
Selama trimester ketiga, otot rektus abdominalis dapat memisah
menyebabkan isi perut menonjol digaris tengah. Umbilikus
menjadi lebih datar atau menonjol.
Setelah melahirkan, tonus otot secara bertahap kembali tetapi,
pemisahan otot (diastasi recti) menetap

Dilain pihak, sendi pelvis pada saat kehamilan sedikit dapat


bergerak. Postur tubuh wanita secara bertahap mengalami
perubahan karenan janin membesar dalam abdomen.Untuk
mengkompensasikan penambahan berat ini, bahu lebih tertarik
kebelakang dan tulang belakang lebih melengkung, sendi tulang
belakang lebih lentur, dapat menyebabkan nyeri tulang punggung
pada wanita. Payudara yang besar dan posisi bahu yang bungkuk
saat berdiri akan semakin membuat kurva punggung dan lumbal
menonjol. Pergerakan menjadi lebih sulit.
Kram otot-otot tungkai dan kaki merupakan masalah umum
selama kehamilan. Penyebabnya tidak diketehui, tetapi
berhubungan dengan metabolisme otot, atau postur yang tidak
seimbang.
Wanita muda yang cukup berotot dapat mentoleransi perubahan
ini tanpa keluhan. Akan tetapi wanita yang tua dapat mengalami
gangguan punggung atau nyeri punggung yang cukup berat
selama kehamilan.

4.
Sitem respirasi
Kebutuhan oksigen meningkat sampai 20%, selain itu diafragma
juga terdorong ke kranial -> terjadi hiperventilasi dangkal (2024x/menit) akibat kompliansi dada (chest compliance) menurun.
Volume tidal meningkat. Volume residu paru (functional residual
capacity) menurun. Kapasitas vital menurun.
5.
Sistem sirkulasi atau kardiovaskular
Perubahan fisiologi pada kehamilan normal, yang terutama
adalah perubahan HEMODINAMIK maternal, meliputi:

Retensi cairan,bertambah beban volume dan curah jantung

Anemia relatif

Tekanan darah arterial menurun

Curah jantung bertambah 30-50%, maksimal ahir trimester


I,menetap sampai ahir kehamilan
Volume darah maternal keseluruhan bertambah sampai
50%
Vlume plasma bertambah lebih cepat pada awal
kehamilan, kemudian bertambah secara perlahan sampai akhir
kehamilan.

Pada trimester pertama, terjadi:


Penambahan curah jantung, volume plasma dan volume
cairan ekstaselular disertai peningkatan aliran plasma ginjal dan
laju filtrasi glomerulus.
Penamabahan / retensi air dan natrium yang dapat ditukar
di dalam tubuh, peningkatan TBW / total body water.
akibatnya terjadi aktifasi sistem renin-angiotensin dan
penurunan ambang osmotik untuk pelepasan mediator vasopresin
dan stimulasi dahaga.
akibatnya pula terjadi penurunan konsentrasi natrium
dalam plasma dan penurunan osmolalitas plasma, sehingga
terjadi edema pada 80% wanita yang hamil.
Terjadi peningkatan volume plasma sampai 25-45%, dengan
jumlah eritrosit meningkat hanya sedikit (kadar hemoglobin
menurun akibat anemia relatif). Cardiac output meningkat sampai
20-40%. Resistensi perifer juga menurun, sering tampak sebagai
varisces tungkai. Leukosit meningkat sampai 15.000/mm3, akibat
reaksi antigen-antiibodi fisiologik yang terjadi pada kehamilan.
Infeksi dicurigai bila leukosit melebihi 15.000/mm3. Trombosit
meningkat sampai 300.000-600.000/mm3, tromboplastin penting
untuk hemostasis yang baik pada kehamilan dan persalinan.
Fibrinogen juga meningkat 350-750 mg/dl (normal 250-350
mg/dl). Laju endap darah meningkat. Protein total meningkat,
namun rasio albumin-globulin menururn karena terjadi penurunan
albumin alfa-1, alfa-2 dan beta diikuti peningkatan globulin alfa-1,
alfa-2 dan beta. Faktor-faktor pembekuan meningkat.
Metabolisme
Basal metabolic rate meningkat sampai 15%, terjadi juga
hipertrofi tiroid. Kebutuhan karbohidrat meningkat sampai 2300
kal/hari (hamil) dan 2800 kal/hari (menyusui). Kebutuhan protein
1 g/kgbb/hari untuk menunjang pertumbuhan janin. Kadar
kolesterol plasma meningkat sampai 300 g/100ml. Kebutuhan
kalsium, fosfor, magnesium, cuprum meningkat. Ferrum
dibutuhkan sampai kadar 800 mg, untuk pembentukan
hemoglobin tambahan.
Khusus untuk metabolisme karbohidrat, pada kehamilan normal,
terjadi kadar glukosa plasma ibu yang lebih rendah secara
bermakna karena:
Ambilan glukosa sirkulasi plasenta meningkat

Produksi glukosa dari hati menurun


Produksi alanin (salah satu prekursor glukoneogenesis)
menurun
Aktivitas ekskresi ginjal meningkat
efek hormon-hormon gestasional (human placental
lactogen, hormon2 plasenta lainnya, hormon2 ovarium, hipofisis,
pankreas, adrenal, growth factors, dsb).
Selain itu terjadi juga perubahan metabolisme lemak dan asam
amino. Terjadi juga peningkatan aktifitas enzim-enzim
metabolisme pada umumnya.
6.
PERUBAHAN PADA ORGAN-ORGAN SISTEM REPRODUKSI
Uterus
Tumbuh membesar primer, maupun sekunder akibat
pertumbuhan isi konsepsi intrauterin. Estrogen menyebabkan
hiperplasi jarigan, progesteron berperan untuk elastisitas /
kelenturan uterus.
Taksiran kasar perbesaran uterus pada perabaab tinggi fundus:
tidak hamil / normal: sebesar telur ayam (+30g)
kehamilan 8 minggu: telur bebek
kehamilan 12 minggu : telur angsa
kehamilan 16 minggu : pertangaha simfisis-pusat
kehamilan 20 minggu : pinggir bawah pusat
kehamilan 24 minggu : pinggir atas pusat
kehamilan 28 minggu : sepertiga pusat-xyphoid
kehamilan 32 minggu : pertengahan pusat-xyphoid
kehamilan 36-42 minggu : 3 sampai 1 jari bawah xyphoid
Ismus uteri, bagian dari serviks, batas anatomik menjadi sulit
ditentukan, pada kehamilan trimester I memanjang dan lebih
kuat. Pada kehamilan 16 minggu menjadi satu bagian dengan
korpus, dan pada kehamilan akhir di atas 32 minggu menjadi
segmen bawah uterus. Vaskularisasi sedikit, lapis muskular tipis,
mudah ruptur, kontraksi minimal -> berbahaya jika lemah, dapat
ruptur, mengancam nyawa janin dan nyawa ibu. Serviks uteri
mengalami hipervaskularisasi akibat stimulasi estrogen dan
perlunakan akibat progesteron (-> tanda Hegar), warna menjadi
livide / kebiruan.
Sekresi lendir serviks meningkat pada kehamilan memberikan
gejala keputihan.

Vagina / vulva
Terjadi hipervaskularisasi akibat pengaruh estrogen dan
progesteron, warna merah kebiruan (tanda Chadwick).
Ovarium
Sejak kehamilan 16 minggu, fungsi diambil alih oleh plasenta,
terutama fungsi produksi progesteron dan estrogen. Selama
kehamilan ovarium tenang/beristirahat. Tidak terjadi
pembentukan dan pematangan folikel baru, tidak terjadi ovulasi,
tidak terjadi siklus hormonal menstruasi.
Payudara
Akibat pengaruh estrogen terjadi hiperplasia sistem duktus dan
jaringan interstisial payudara. Hormon laktogenik plasenta
(diantaranya somatomammotropin) menyebabkan hipertrofi dan
pertambahan sel-sel asinus payudara, serta meningkatkan
produksi zat-zat kasein, laktoalbumin, laktoglobulin, sel-sel lemak,
kolostrum. Mammae membesar dan tegang, terjadi
hiperpigmentasi kulit serta hipertrofi kelenjar Montgomery,
terutama daerah areola dan papilla akibat pengaruh melanofor.
Puting susu membesar dan menonjol. PENINGKATAN BERAT
BADAN SELAMA HAMIL
Normal berat badan meningkat sekitar 6-16 kg, terutama dari
pertumbuhan isi konsepsi dan volume berbagai organ / cairan
intrauterin.
Berat janin + 2.5-3.5 kg, berat plasenta + 0.5 kg, cairan amnion
+ 1.0 kg, berat uterus + 1.0 kg, penambahan volume sirkulasi
maternal + 1.5 kg, pertumbuhan mammae + 1 kg, penumpukan
cairan interstisial di pelvis dan ekstremitas + 1.0-1.5 kg.

Anda mungkin juga menyukai