Anda di halaman 1dari 25

60 Langkah Asuhan Persalinan Normal

Enam Puluh Langkah Asuhan Persalinan Normal (Kala II-


III-IV)
I. MELIHAT TANDA DAN GEJALA KALA DUA
1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua

Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.


Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan/atau vaginanya.
Perineum menonjol.
Vulva-vagina dan sfingter anal membuka.

II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN


2. Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial siap digunakan.
Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali pakai
di dalam partus set.

3. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.

4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci kedua tangan
dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu
kali pakai/pribadi yang bersih.

5. Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.

6. Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai sarung tangan
disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan kembali di partus set/wadah disinfeksi
tingkat tinggi atau steril tanpa mengkontaminasi tabung suntik).

III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DENGAN


JANIN BAIK
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke
belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air disinfeksi tingkat
tinggi. Jika mulut vagina, perineum atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,
membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang.
Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti
sarung tangan jika terkontaminasi ( meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan
benar di dalam larutan dekontaminasi, langkah #9).
8. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap.

Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan
amniotomi.

9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih


memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan kemudian
melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit. Mencuci kedua tangan (seperti di atas).

10. Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk memastikan
bahwa DJJ dalam batas normal ( 100 180 kali / menit ).

Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.


Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-hasil penilaian
serta asuhan lainnya pada partograf.

IV. MENYIAPKAN IBU & KELUARGA UNTUK


MEMBANTU PROSES PIMPINAN MENERAN.
11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Membantu ibu
berada dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya.

Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran. Melanjutkan pemantauan


kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan
mendokumentasikan temuan-temuan.

Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat mendukung dan memberi
semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran.

12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu utuk meneran. (Pada saat ada
his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman).

13. Melakukan pimpinan meneran saat Ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran :

Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinganan untuk meneran
Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.
Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (tidak meminta ibu
berbaring terlentang).
Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu.
Menganjurkan asupan cairan per oral.
Menilai DJJ setiap lima menit.
Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera dalam waktu 120
menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau 60/menit (1 jam) untuk ibu multipara,
merujuk segera.

Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran, maka :

Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang aman. Jika ibu
belum ingin meneran dalam 60 menit, menganjurkan ibu untuk mulai meneran pada
puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat di antara kontraksi.
Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera setalah 60 menit
meneran, merujuk ibu dengan segera.

V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI.


14. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, meletakkan handuk
bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.

15. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu.

16. Membuka partus set.

17. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

VI. MENOLONG KELAHIRAN BAYI


Lahirnya kepala

18. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan
satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kelapa bayi dan lakukan
tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar
perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernapas cepat
saat kepala lahir.

Jika ada mekonium dalam cairan ketuban, segera hisap mulut dan hidung setelah kepala
lahir menggunakan penghisap lendir DeLee disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau bola
karet penghisap yang baru dan bersih.

19. Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain atau kasa yang
bersih.

20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi,
dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi :

Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.
Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua tempat dan
memotongnya.

21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.

Lahir bahu

22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di masing-
masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya.
Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan kearah keluar hingga bahu anterior
muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke
arah luar untuk melahirkan bahu posterior.

Lahir badan dan tungkai

23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada di
bagian bawah ke arah perineum tangan, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke
tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum,
gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.
Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan
anterior bayi saat keduanya lahir.

24. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas (anterior) dari
punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat panggung dari kaki lahir.
Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.

VII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR


25. Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi
kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan
bayi di tempat yang memungkinkan).

26. Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian pusat.

27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan
urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari
klem pertama (ke arah ibu).

28. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong
tali pusat di antara dua klem tersebut.

29. Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang
bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi
mengalami kesulitan bernapas, mengambil tindakan yang sesuai.
30. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan
memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.

VIII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR


31. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk
menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.

32. Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.

33. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, memberikan suntikan oksitosin 10 unit
IM di 1/3 paha kanan atas ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.

Penegangan tali pusat terkendali

34. Memindahkan klem pada tali pusat

35. Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas tulang pubis,
dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan
uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.

36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke arah bawah
pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian
bawah uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan belakang (dorso kranial)
dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak
lahir setelah 30 40 detik, menghentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga
kontraksi berikut mulai.

Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota keluarga untuk
melakukan ransangan puting susu.

Mengluarkan plasenta.

37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat ke
arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurve jalan lahir sambil meneruskan
tekanan berlawanan arah pada uterus.

Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5 10 cm dari
vulva.

Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15 menit :

- Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.

- Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi kandung kemih dengan menggunakan teknik
aseptik jika perlu.
- Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.

- Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.

- Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak kelahiran bayi.

38. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan
menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati
memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan
selaput ketuban tersebut.

Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril
dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan
atau klem atau forseps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian
selapuk yang tertinggal.

Pemijatan Uterus

39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase uterus,
meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar
dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).

VIII. MENILAI PERDARAHAN


40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan selaput
ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan
plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.

Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selam 15 detik mengambil
tindakan yang sesuai.

41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi
yang mengalami perdarahan aktif.

IX. MELAKUKAN PROSEDUR PASCA PERSALINAN


42. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik. Mengevaluasi
perdarahan persalinan vagina.

43. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5
%, membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air disinfeksi
tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.

44. Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau mengikatkan tali
disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.
45. Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang berseberangan dengan simpul mati
yang pertama.

46. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin 0,5 %.

47. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya. Memastikan handuk atau
kainnya bersih atau kering.

48. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.

X. EVALUASI
49. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam :

2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.


Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.
Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan.
Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melaksanakan perawatan yang sesuai untuk
menatalaksana atonia uteri.

Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan dengan


anestesia lokal dan menggunakan teknik yang sesuai.

50. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan memeriksa
kontraksi uterus.

51. Mengevaluasi kehilangan darah.

52. Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama
satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca
persalinan.

Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama pasca
persalinan.

Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.

Kebersihan dan keamanan

53. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10
menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi

54. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai.
55. Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi. Membersihkan
cairan ketuban, lendir dan darah. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan
kering.

56. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI. Menganjurkan
keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan.

57. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan klorin
0,5% dan membilas dengan air bersih.

58. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, membalikkan bagian
dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

59. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

Dokumentasi

60. Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang)


ASUHAN PERSALINAN NORMAL

A. Pengertian
a. persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir
(Saifudin, abdul bari.2002)

b. Persalinan adalah proses pengluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melelui
vagina ke dunia luar (Wiknjosastro, 2006)

c. Persalinan normal adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala dengan ibu sendiri,
tanpa bantuan alat alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang
dari 24 jam (mochtar, rustam.1998)

B. Etiologi Persalinan
Sebab terjadinya persalinan sampai kini masih merupakan teori teori yang kompleks.
Faktor faktor humoral, pengaruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh
syaraf dan nutrisi di sebut sebagai faktor faktor yang mengakibatkan persalinan mulai.
Menurut Wiknjosastro (2006) mulai dan berlangsungnya persalinan, antara lain :
a. Teori penurunan hormon
Penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron yang terjadi kira kira 1 2
minggu sebelum partus dimulai. Progesterone bekerja sebagai penenang bagi otot otot
uterus dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar
progesterone turun.

b. Teori plasenta menjadi tua


Villi korialis mengalami perubahan perubahan, sehingga kadar estrogen dan
progesterone menurun yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah, hal ini akan
menimbulkan kontraksi rahim.

c. Teori berkurangnya nutrisi pada janin


Jika nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan segera di keluarkan.

d. Teori distensi rahim


Keadaan uterus yang terus menerus membesar dan menjadi tegang mengakibatkan
iskemia otot otot uterus. Hal ini mungkin merupakan faktor yang dapat menggangu sirkulasi
uteroplasenter sehingga plasenta menjadi degenerasi.

e. Teori iritasi mekanik


Tekanan pada ganglio servikale dari pleksus frankenhauser yang terletak di belakang
serviks. Bila ganglion ini tertekan, kontraksi uterus akan timbul.

f. Induksi partus (induction of labour)


Partus dapat di timbulkan dengan jalan :
1) Gagang laminaria : beberapa laminaria di masukkan dalam kanalis servikalis dengan tujuan
merangsang pleksus frankenhauser.
2) Amniotomi : pemecahan ketuban.
3) Oksitosin drips : pemberian oksitosin menurut tetesan infuse.

C. Patofisiologi Persalinan
a. Tanda tanda permulaan persalinan
Menurut Manuaba (1998), tanda tanda permulaan peralinan :
1) Lightening atau settling atau dropping Yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul
terutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu kentara.
2) Perut kelihatan lebih melebar, fundus uterus turun.

3) Perasaan sering sering atau susah kencing (polakisuria) karena kandung kemih tertekan oleh
bagian terbawah janin.

4) Perasaan sakit di perut dan di pegang oleh adanya kontraksi. Kontraksi lemah di uterus, kadang
kadag di sebut traise labor pains.
5) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah juga bercampur darah
(bloody show)
6) Tanda tanda inpartu.
Menurut Mochtar (1998), tanda tanda inpartu :

1) Rasa sakit oleh adanya his yang dating lebih kuat, sering dan teratur.
2) Keluar lender bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan robekan kecil pada
serviks
3) Kadang kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
4) Pada pemeriksaan dalam : serviks mendatar dan pembukaan telah ada.

D. Pembagian Tahap Persalinan


a. Persalinan kala I
Menurut azwar (2004), persalinan kala I adalah pembukaan yang berlangsung antara
pembukaan nol sampai pembukaan lengkap.

Dengan ditandai dengan :

1) Penipisan dan pembukaan serviks.


2) Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi minimalm2 kali
dalam 10 menit).

3) Keluarnya lendir bercampur darah.


Menurut wiknjosasto, kala pembukaan di bagi atas 2 fase yaitu :
1) Fase laten

Pembukaan serviks berlangsung lambat, di mulai dari pembukaan 0 sampai pembukaan 3 cm,
berlangsung kira kira 8 jam.
2) Fase aktif

Dari pembukaan 3 cm sampai pembukaan 10 cm, belangsung kira kira 7 cm.

Di bagi atas :
a)Fase akselerasi : dalam waktu 2 jam, pembukaan 3 cm menjadi 4.
b) Fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari
pembukaan 4 cm menjadi 9 cm
c)Fase deselarasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan jadi 10 cm.

Kontraksi menjadi lebih kuat dan sering pada fase aktif. Keadaan tersebut dapat dijumpai
pada primigravida maupun multigravida, tetapi pada multigravida fase laten, fase aktif das fase
deselerasi terjadi lebih pendek.
(1) Primigravida
Osteum uteri internum akan membuka terlebih dahulu sehingga serviks akan mendatar dan
menipis. Keadaan osteum uteri eksternal membuka, berlangsung kira kira 13 14 jam.
(2) Multigravida
Osteu uteri internum sudah membuka sedikit sehingga osteum uteri internum dan eksternum
serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam waktu yang bersama.
b. Kala II (pengluaran)
Menurut winkjosastro (2002), di mulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai
bayi lahir. Pada primigravida berlangsung 2 jam dan pada multigravida berlangsung 1 jam.

Pada kala pengluaran, his terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama, kira kira 2 -3
menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadi tekanan pada otot
otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Karena tekanan
pada rectum, ibu merasa seperti mau buang air bersih, dengan tanda anus terbuka.

Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum
meregang. Dengan his mengedan maksimal kepala janin di lahirkan dengan suboksiput di
bawah simpisis dan dahi, muka, dagu melewati perineum. Setelah his istriadat sebentar, maka
his akan mulai lagi untuk meneluarkan anggota badan bayi.

c. Kala III (pelepasan uri)


Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengluaran uri (mochtar, 1998). Di mulai
segera setelah bayi baru lahir samapi lahirnya plasenta ysng berlangsung tidak lebih dari 30
menit (saifudin, 2001)
1) Tanda dan gejala kala III

Menurut depkes RI (2004) tanda dan gejala kala III adalah : perubahan bentuk dan tinggi
fundus uteri, tali pusat memanjang, semburan darah tiba tiba.
2) Fase fase dalam pengluaran uri (kala III)

Menurut Mochtar (1998) fase fase dalam pengluaran uri meliputa :

a) Fase pelepasan uri


Cara lepasnya luri ada beberapa macam, yaitu :
(1) Schultze : lepasnya seperti kita menutup payung , cara ini paling sering terjadi (80%). Yang
lepas duluan adalah bagian tengah, kemudian seluruhnya.
(2) Duncan : lepasnya uri mulai dari pinggir, uri lahir akan mengalir keluar antara selaput ketuban
pinggir plasenta.
b) Fase pengeluaran uri
Persat perasat untuk mengetahui lepasnya uri, antara lain :
(1) Kustner, dengan meletakkan tangan disertai tekanan pada atas simfisis, tali pusat di tegangkan
maka bila tali pusat masuk (belum lepas), jika diam atau maju ( sudah lepas).
(2) Klein, saat ada his, rahim kita dorong sedikit, bila tali pusat kembali ( belum lepas), diam atau
turun ( sudah lepas).
(3) Strassman, tegangkan tali pusat dan ketok fundus bila tali pusat bergetar (belum lepas), tidak
bergetar (sudah lepas), rahim menonjol di atas simfisis, tali pusat bertambah panjang, rahim
bundar dank eras, keluar darah secara tiba tiba.
d. Kala IV ( obsevasi )
Menurut saifudin (2002), kala IV dimulai dari saat lahirnya plasena sampai 2 jam pertama post
partum.
Observasi yang di lkukan pada kala IV adalah :
1) Tingkatk kesadaran
2) Pemeriksaan tanda tanda vital, tekanan darah, nadi dan pernafasan
3) Kontraksi uterus
4) Perdarahan : dikatakan normal jika tidak melebihi 500 cc.

E. Mekanisme Persalinan Normal


Menurut Manuaba (1999) gerakan gerakan janin dalam persalinan adalah sebagi berikut :
a. Engagement ( masuknya kepala ) : kepala janin berfiksir pada pintu atas panggul.
b. Descent ( penurunan )
Penurunan di laksanakan oleh satu / lebih.
1) Tekanan cairan amnion
2) Tekanan langsung fundus pada bokong kontraksi otot abdomen.
3) Ekstensi dan penelusuran badan janin.
4) Kekuatan mengejan.
c. Fleksion (fleksi)
Fleksi di sebabkan karena anak di dorong maju dan ada tekanan pada PAP, serviks, dinding
panggul atau dasar panggul. Pada fleksi ukuran kepala yang melalui jalan lahir kecil, karena
diameter fronto occopito di gantikan diameter sub occipito.
d. Internal rotation ( rotasi dalam)
Pada waktu terjadi pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah
dari janin memutar ke depan ke bawah simfisis ( UUK berputar ke depan sehingga dari dasar
panggul UUK di bawah simfisis)
e. Extensition ( ekstensi )
Ubun ubun kecil (UUK) di bawah simfisis maka sub occiput sebagai hipomoklion, kepala
mengadakan gerakan defleksi ( ekstensi ).
f. External rotation (rotasi luar)
Gerakan sesudah defleksi untuk menyesuaikan kedudukan kapala denga punggung anak.
g. Expulsion ( ekspusi ) : terjadi kelahiran bayi seluruhnya.

F. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan


Menurut mochtar ( 1998 ) faktor fakor yang berperan dalam persalinan antara lain :
a. Jalan lahir (passage)
1) Jalan lahir di bagi atas :

a) Bagian keras tulang tulang panggul ( rangka panggul ).


b) Bagian lunak panggul.
2) Anatomi jalan lahir

a) Jalan lahir keras : pelvis/panggul


Terdiri dari 4 buah tulang, yaitu :
(1) Os.coxae, terdiri dari : os. Illium, os. Ischium, os.pubis
(2) Os.sacrum : promontorium
(3) Os.coccygis.
Tulang panggul di pisahkan oleh pintu atas panggul menjadi 2 bagian :
(1) Pelvis major : bagian di atas pintu atas panggul dan tidak berkaitan dengan persalinan.
(2) Pelvis minor : menyerupai suatu saluran yang menyerupai sumbu melengkung ke depan.
b) Jalan lahir lunak : segmen bawah rahim, serviks, vagina, introitus vagina, dan vagina, muskulus
dan ligamentum yang menyelubungi dinding dalam dan bawah panggul.
3) Bidang bidang Hodge

Adalah bidang semu sebagai pedoman untuk menentukan kemajuan persalinan, yaitu seberapa
jauh penurunan kepala melalui pemeriksaan dalam.
Bidang hodge :
Hodge I : promontorium pinggir atas simfisis
Hodge II : hodge I sejajar pinggir bawah simfisis
Hodge III : hodge I sejajar ischiadika
Hodge IV: hodge I sejajar ujung coccygeus
Ukuran ukuran panggul :

Distansia spinarium (24 26 cm)


Distansia cristarium (28 30 cm)
Conjugate externa (18 20 cm)
Lingkar panggul (80-90 cm)
Conjugate diagonalis (12,5 cm)
b. Passenger ( janin dan plasenta )
1) Janin
Persalinan normal terjadi bila kondisi janin adalah letak bujur, presentasi belakang kepala, sikap
fleksi dan tafsiran berat janin <4000 gram.

2) Plasenta
Plasenta berada di segmen atas rahim (tidak menhalangi jalan rahim). Dengan tuanya plasenta
pada kehamilan yang bertambah tua maka menyebabkan turunya kadar estrogen dan
progesterone sehinga menyebabkan kekejangan pembuluh darah, hal ini akan menimbulkan
kontraksi.

c. Power (kekuatan)
Yaitu faktor kekuatan ibu yang mendorong janin keluar dalam persalinan terdiri dari :
1) His (kontraksi otot rahim)

His yang normal mempunyai sifat :

Kontraksi dimulai dari salah satu tanduk rahim.


Fundal dominan, menjalar ke seluruh otot rahim.
Kekuatannya seperti memeras isi rahim dan otot rahim yang berkontraksi tidak kembali ke
panjang semula sehinnga terjadi refleksi dan pembentukan segmen bawah rahim.
2) Kontraksi otot dinding perut.

3) Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan

4) Ketegangan dan kontraksi ligamentum.


G. Perubahan Perubahan Fisiologis Dalam Persalinan
Menurut pusdiknakes 2003, perubahan fisiologis dalam persalinan meliputi :
a. Tekanan darah
Tekanan darah meningkat selama kontraksi uterus dengan kenaikan sistolik rata rata 10
20 mmHg dan kenaikan diastolic rata rata 5-10 mmHg. Diantara kontraksi uterus, tekanan
darah kembali normal pada level sebelum persalinan. Rasa sakit, takut dan cemas juga akan
meningkatkan tekanan darah.
b.Metabolism
Selama persalinan metabolism karbohidrat aerobic maupun metabolism anaerobic akan naik
secara berangsur disebabkan karena kecemasan serta aktifitas otot skeletal. Peningkatan inni
ditandai dengan kenaikan suhu badan, denyut nadi, pernafasan, kardiak output, dan kehilangan
cairan.
c. Suhu badan
Suhu badan akan sedikit meningkat selam persalinan, terutama selam persalinan dan segera
setelah kelahiran. Kenaikan suhu di anggap normal jika tidak melebihi 0.5 1 C.
d. Denyut jantung
Berhubungan dengan peningkatan metabolisme, detak jantung secara dramatis naik selama
kontraksi. Antara kontraksi, detak jantung sedikit meningkat di bandingkan sebelum persalinan.

e. Pernafasan
Karena terjadi peningkatan metabolisme, maka terjadi peningkatan laju pernafasan yang di
anggap normal. Hiperventilasi yang lama di anggap tidak normal dan bias menyebabkan
alkalosis.

f. Perubahan pada ginjal


Poliuri sering terjadi selama persalinan, mungkin di sebabkan oleh peningkatan filtrasi
glomerulus dan peningkatan aliran plasma ginjal. Proteinuria yang sedikit di anggap biasa
dalam persalinan.

g.Perubahan gastrointestinal
Motilitas lambung dan absorpsi makan padat secara substansial berkurang banyak sekali
selama persalinan. Selai itu, pengeluaran getah lambung berkurang, menyebabkan aktivitas
pencernaan hamper berhenti, dan pengosongan lambung menjadi sangat lamban. Cairan tidak
berpengaruh dan meninggalkan perut dalam tempo yang biasa. Mual atau muntah biasa terjadi
samapai mencapai akhir kala I.
h. Perubahan hematologi
Hematologi meningkat sampai 1,2 garam/100 ml selama persalinan dan akan kembali pada
tingkat seperti sebelum persalinan sehari setelah pasca persalinan kecuali ada perdarahan post
partum.

H. Perubahan Psikologi Pada Ibu Bersalinan Menurut Varney (2006) :


a. Pengalaman sebelumnya
Fokus wanita adalah pada dirinya sendiri dan fokus pada dirinya sendiri ini timbul
ambivalensi mengenai kehamilan seiring usahanya menghadapi pengalaman yang buruk yang
pernah ia alami sebelumnya, efek kehamilan terhadap kehidupannya kelak, tanggung jawab
,yang baru atau tambahan yang akan di tanggungnya, kecemasan yang berhubungan dengan
kemampuannya untuk nenjadi seorang ibu.
b. Kesiapan emosi
Tingkat emosi pada ibu bersalin cenderung kurang bias terkendali yang di akibatkan oleh
perubahan perubahan yang terjadi pada dirinya sendiri serta pengaruh dari orang orang
terdekatnya, ibu bersalin biasanya lebih sensitive terhadap semua hal. Untuk dapat lebih tenang
dan terkendali biasanya lebih sering bersosialisasi dengan sesame ibu ibu hamil lainnya untuk
saling tukar pengalaman dan pendapat.
c. Persiapan menghadapi persalinan ( fisik, mental,materi dsb)
Biasanya ibu bersalin cenderung mengalami kekhawatiran menghadapi persalinan, antara
lain dari segi materi apakah sudah siap untuk menghadapi kebutuhan dan penambahan
tanggung jawab yang baru dengan adnya calon bayi yang akan lahir. Dari segi fisik dan mental
yang berhubungan dengan risiko keselamtan ibu itu sendiri maupun bayi yang di kandungnya.
d. Support system
Peran serta orang orang terdekat dan di cintai sangat besar pengaruhnya terhadap
psikologi ibu bersalin biasanya sangat akan membutuhkan dorongan dan kasih saying yang le
bih dari seseorang yang di cintai untuk membantu kelancaran dan jiwa ibu itu sendiri.

I. 58 LANGKAH ASUHAN PERSALINAN NORMAL


Mengenali Gejala dan Tanda Kala II
1.Mengenali dan Melihat adanya tanda persalinan kala II Yang dilakukan adalah: tingkat
kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda :

a. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran

b. Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vaginanya.

c. Perineum menonjol .

d. Vulva vagina dan sfingter ani membuka.

Menyiapkan Pertolongan Persalinan .

2. Memastikan perlengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong


persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk resusitasi tempat
datar, rata, bersih, kering dan hangat, 3 handuk atau kain bersih dan kering, alat penghisap
lendir, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm diatas tubuh bayi.

a. Menggelar kain diatas perut ibu. Dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi.

b. Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set.

3. Pakai celemek plastik yang bersih.

4. Melepaskan dan menyimpan semua periasan yang dipakai, mencuci kedua tangan dengan
sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk pribadi yang
kering dan bersih.

5. Memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk pemeriksaan dalam.

6. Masukan oksitosin 10 unit kedalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung
tangan disinfeksi tinggkat tinggi atau steril.

Memastikan Pembukaan Lengkap Dan keadaan Janin Bayi.

7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan kebelakang
dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah di basahi air disinfeksi tingkat tinggi.

a. Jika Introitus vagina, perineum, atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan kasa dari
arah depan ke belakang.

b. Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia.
c. Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam larutan
klorin 0,5 % langkah 9.

8. Lakukan Periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap

Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan
amniotomi.

9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai
sarung tangan kotor ke dalam larutan korin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan
terbalik serta merendamnya selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan
dilepaskan.
10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ
dalam batas normal.

Menyiapkan Ibu Dan Keluarga Untuk Membantu proses pimpinan meneran.

11.Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, membantu ibu dalam
posisi yang nyaman sesuai keinginannya.

12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran.

( pada saat adanya his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan dia merasa
nyaman ).

13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran.

14. Ajarkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum
merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.

Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi

15. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm meletakan handuk bersih
diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi.

16. Meletakan kain yang bersih di lipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.

17. Membuka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.

18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.


Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi.

Lahirnya kepala.

19. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan satu
tangan yang dilapisi kain tadi, letakan tangan yang lain di kepala bayi untuk menahan posisi
defleksi dan membantu lahirnya kepala, menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan saat
kepala lahir.

20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika terjadi lilitan tali pusat.

a. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.

b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat didua tempat dan potong diantara
kedua klem tersebut.

21. menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran peksi luar secara spontan.Lahirnya Bahu

22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tepatkan ke dua tangan di masing-masing sisi
muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya, dengan lembut
menariknya kearah bawah dan kearah luar sehingga bahu anterior muncul di bawah arkus
pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan kearah luar untuk melahirkan
bahu posterior. Lahirnya badan dan tungkai

23. Setelah kedua bahu di lahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada di
bagian bawah ke arah perineum, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ketangan
tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan
tangan bagian bawah saat menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.Menggunakan tangan anterior
(bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior saat bayi keduanya lahir.

24. Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas

( anterior ) dari punggung kearah kaki bayi untuk menyangga saat punggung dan kaki lahir
memegang kedua mata kaki bayi dan dengan hati hati membantu kelahiran kaki.

Penanganan Bayi Baru Lahir.


25. Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakan bayi diatas perut ibu di posisi kepala bayi
sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakan bayi di tempat yang
memungkinkan).

26. Segera mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali
tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering.
Biarkan bayi diatas perut ibu.

27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal).

28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik..

29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntukan oksitosin 10 unit IM (Intara muskuler) 1/3
paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).

30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat
bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem dari arah bayi dan memasang klem ke
dua 2 cm dari klem pertama ke arah ibu.

31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat

a. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan
penguntungan tali pusat diantara dua klem tersebut.

b. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali
benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.

c. Lepaskan klem dan masukan dalam wadah yang telah disediakan.

32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan bayi tengkurap didada ibu.
Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada/perut ibu. Usahan kepala bayi berada
diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu.

33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi dikepala bayi.

Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala III.

Oksitosin

34. Memindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva.
35. Meletakan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat diatas tulang pubis, dan
menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus,
memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.

36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain
mendorong uterus ke arah belakang atas ( dorso kranial) secara hati-hati (untuk mencegah
inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan
tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur diatas.

Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk
melakukan stimulasi puting susu.

Mengeluarkan Plasenta
37. Lakukan penegangnan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu
meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah
atas, mengikuti poros jalan lahir, (tetap lakukan tekanan dorso-kranial)

a. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva
dan lahirkan plasenta.

b. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:

1. Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM

2. Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh.

3. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan.

4. Ulangi penegangna tali pusat 15 menit berikutnya.

5. Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila terjadi perdarahan,
segera lakukan plasenta manual.

38. Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan menggunakan ke dua
tangan, pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilih kemudian lahirkan dan
tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.
Jika selaput ketuban robek, pakia sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan
eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril
untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
Rangsangan Taktil (Masase) Uterus.

39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan Masase uterus, meletakan
telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut
hingga uterus berkontraksi ( Fundus menjadi keras).

Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik
masase.

Menilai Perdarahan
40. Memeriksa kedua sisi placenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput ketuban
lengkap dan utuh. Masukan plesenta kedalam kantung plastik atau tempat khusus.

41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi
yang mengalami perdarahan aktif.

Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif segera lakukan penjahitan.

Melakukan Prosedur paska persalinan

42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.

43. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.

a. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 30-60
menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit bayi cukup menyusu dari
satu payudara.

b. Biarkan bayi berada didada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu.

44. Setelah 1 jam, lakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir, beri antibiotika salep mata
pencegahan, dan vit K 1 mg IM di paha kiri anterolateral.

45. Setelah 1 jam pemberian vit K berikan suntikan imunisasi hepatitis B di paha kanan
anterolateral. Letakan bayi didalam jangkawan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan. Letakan
kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu 1 jam pertama dan biarkan
sampai bayi berhasil menyusu.

Evaluasi

46. Lakukan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.

1) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.

2) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama paska persalinan.

3) Setiap 20-30 menit pada jam kedua paska persalinan

4) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai untuk
menatalaksanaan atonia uteri.

47. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.

48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama
paska persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua paska persalinan.

a. Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama paska persalinan

b. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.

50. Periksa kembali bayi dan pantau setiap 15 menit untuk pastikan bahwa bayi bernapas
dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,5 0C).

Jika bayi sulit bernapas, merintih atau retraksi, diresusitasi dan segera merujuk kerumah
sakit.
Jika bayi napas terlalu cepat, segera dirujuk.
o Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Kembalikan bayi kulit kekulit
dengan ibunya dan selimuti ibu dan bayi dengan satu selimut.

Kebersihan Dan keamanan


51. Tempatkan semua peralatan dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi

( 10 menit ), mencuci dan membilas peralatan setelah didekontaminasi.


52. Buang bahan bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai.

53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi. Bersihkan sisa cairan
ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu untuk memakai pakaian yang bersih dan kering.

54. Pastikan bahwa ibu nyaman, membantu ibu memberikan ASI, menganjurkan keluarga untuk
memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan.

55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan klorin 0,5% .

56. Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5% membalikan bagian sarung
tangan dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

57. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air yang mengalir.

Pendokumentasian

58. Lengkapi patograf (Halaman depan dan belakang, periksa tanda vital dan asuhan kala IV). (
APN 2008)

Anda mungkin juga menyukai