Anda di halaman 1dari 23

CASE BASED DISCUSSION

FRAKTUR RADIUS
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah
Satu Syarat Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Bedah
di Rumah Sakit Tentara TK II dr. Soedjono, Magelang

Pembimbing:
dr. Ronald Iskandar, Sp. OT

Disusun oleh:
Anisa Dwi Tyastuti
30101800021

BAGIAN ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
PERIODE 25 April 2020 – 28 Mei 2022
LEMBAR PENGESAHAN
CASE BASED DISCUSSION

FRAKTUR RADIUS

Disusun dan diajukan untuk memenuhi persyaratan tugas


Kepaniteraan Klinik Departemen Bedah Rumah Sakit TK.II
dr. Soedjono Magelang

Oleh :

Anisa Dwi Tyastuti


30101800021

Magelang, Februari 2023


Telah dibimbing dan disahkan oleh,

Pembimbing,

dr. Ronald Iskandar, Sp. OT

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan Karunia-

Nya saya dapat menyelesaikan tugas penyusunan Case Based Discussion yang berjudul

“FRAKTUR RADIUS”.

Adapun laporan ini dibuat untuk memenuhi syarat Kepaniteraan Klinik Bedah

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang yang dilaksanakan di Rumah

Sakit Tentara TK II dr. Soedjono, Magelang.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada dr. Ronald Iskandar, Sp. OT yang telah
membimbing dalam penyelesaian laporan kasus ini serta pihak yang secara langsung
maupuntidak langsung membantu dalam penyusunan laporan kasus ini.
Akhir kata bila ada kekurangan dalam pembuatan laporan kasus ini saya mohon kritik

dan saran yang bersifat membangun menuju kesempurnaan dengan berharap laporan kasus

ini bermanfaat bagi pembacanya.

Magelang, Februari 2023

Penyusun

3
LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : An. KEG
Usia : 14 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Bayanan Wetan
No. RM : 233***
Ruang : Edelweiss – C4
Tanggal Masuk : 13 Februari 2023

B. Data
1. Anamnesis

Keluhan Utama: Nyeri di lengan bawah dan pergelangan tangan kanan


Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RST dr. Soedjono Magelang tanggal 13 Februari 2023
dengan keluhan nyeri pada lengan bawah dan pergelangan tangan sebelah kanan.
Pasien mengaku masih lengan bawah terasa kaku dan sulit menggerakkan
pergelangan tangan kanan. Dari anamnesis ditemukan bahwa keluhan pasien
bermula setelah baru saja terjatuh dari sepeda setelah menabrak tiang listrik
dengan posisi menumpu dengan lengan sebelah kanan.
Riwayat Penyakit Dahulu

● Riwayat trauma (-)

● Keluhan serupa (-)

● Alergi obat (-)

● Alergi makanan (-)

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga pasien yang mengalami hal serupa.


Riwayat Sosial - Ekonomi
Pasien merupakan seorang pelajar yang gemar naik sepeda kayuh ke sekolah.

2. Pemeriksaan Fisik

A. Status Generalis
• Keadaan umum : Tampak sakit sedang
• Kesadaran : Komposmentis
• Vital sign
• Tekanan darah : 128/78 mmHg
• Heart rate : 99 x/mnt
• Respiratory rate: 20 x/mnt
• Suhu tubuh : 36,6o C
• SpO2 : 100%
• Skala Nyeri :6

B. Pemeriksaan Fisik Umum


1. Kepala
Kepala : simetris, mesocephal
Mata : mata simetris, konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks
cahaya (+/+), pupil isokor ⱷ 3mm/3mm
Hidung : kelainan bentuk (-), rhinorea (-)
Telinga : kelainan bentuk (-), otorrhea (-)
Mulut : simetris, bibir pucat (-), mukosa oral kering (+) dan hiperemis (-),
gusi berdarah (-)
2. Leher
Jejas (-), deformitas tulang belakang leher (-), pergerakan leher bebas ke
segala arah, pembesaran KGB (-).
3. Thorax
Inspeksi : bentuk dan ukuran thorax normal, pergerakan dinding dada
kanan dan kiri simetris, iktus kordis tidak tampak, jejas (-).
Palpasi : pergerakan dinding dada kanan dan kiri simetris, nyeri tekan (-)
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi :
cor : S1-S2 tunggal regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Suara napas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-

4. Abdomen
Inspeksi : bentuk datar, supel, distensi (-), jejas (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani pada keempat kuadran abdomen

5. Ekstremitas Atas
Ekstremitas atas Kanan Kiri

Nyeri + -
ROM Terbatas Aktif
Deformitas - -
Otot massa Eutrofi Eutrofi
Tonus Normotonus Normotonus
Luka terbuka - -
CRT <2 dtk <2 dtk

C. Status lokalis
“Status Lokalis Regio Antebrachii Dextra”

Look :
o Ekskoriasi (-)
o Deformitas (+) pemendekan tulang (-)
o Oedem (-)
o Jejas (-)
o Tanda radang akut (-)

Feel :
o Nyeri tekan setempat (+)
o Sensibilitas (+) (normal)
o Suhu rabaan hangat
o Krepitasi (-)
o Capillary Refill Time < 2 detik (normal)
o Keadaan vaskularisasi distal pada arteri radialis dan arteri ulnaris baik
Move :
o Gerak aktif dan pasif terhambat
o ROM aktif-pasif fleksi-ekstensi siku kanan normal
o ROM pronasi dan supinasi lengan bawah kanan terbatas karena nyeri
o ROM aktif-pasif fleksi-ekstensi wrist kanan terbatas karena nyeri

3. Pemeriksaan Penunjang

- Pemeriksaan Laboratorium (13 Februari 2023)

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

HEMATOLOGI

MCHC 34,6 32-36 g/dL

LYM% 23 24-45 %

CT 14 8-18 Menit

GRA% 69 34-64 %

MID% 8 2-8 %

KIMIA KLINIK

Creatinine 0,8 0,8-1,3 mg/dL

Ureum 23 13-43 mg/dL

HEMATOLOGI

PLT 194.000 154.000-442.000 uL

WBC 10.100 4.500-13.000 uL

RBC 5,48 3,7-5,8 106 uL

HGB 15,7 13,1-17,5 g/dL

HCT 45,4 31-45 %

MCV 82,9 80-100 fL


MCH 28,7 23-34 pg

BT 3 2-6 Menit

IMUNOLOGI

Rapid Antigen SARS- Negatif


CoV-2

- Pemeriksaan Radiologi ( 13 Februari 2023)


Rontgen regio antebrachii dextra AP/Lateral view
Dx klinis : suspect fracture antebrachia dextra

Kesan:
- Fracture komplet radius dextra 1/3 distal, displaced
- Tak tampak dislokasi
Abnormalitas Data

Anamnesis

1. Nyeri lengan kanan bawah dan pergelangan tangan kanan


2. Lengan kanan bawah terasa kaku dan pergelangan tangan sulit digerakkan

Px. Fisik

3. Px. Ekstremitas “Status Lokalis Regio Humerus Dextra”


- Deformitas (+)
- Nyeri tekan setempat (+)
- Gerak aktif dan pasif terhambat
- ROM pronasi dan supinasi lengan bawah kanan terbatas karena nyeri
- ROM aktif-pasif fleksi-ekstensi wrist kanan terbatas karena nyeri

Px. Penunjang

4. Pemeriksaan laboratorium
- Limfositosis
- Granulositosis
- Peningkatan hematokrit
5. Pemeriksaan radiologi humerus dextra AP/Lateral view
Kesan:
- Fracture komplet radius dextra 1/3 distal, displaced

Diagnosis

✔ Fraktur tertutup os radius dextra 1/3 distal dextra inkomplet displaced non
komplikata
✔ Pembahasan Problem List

● Assesment

✔ Pasien anak laki-laki berusia 14 tahun dengan diagnosis “fraktur tertutup os. Radius

dextra 1/3 distal inkomplet displaced non komplikata” akan dilakukan tindakan 04
Mei 2022.

● Planning

Jenis tindakan : Close reduction of fracture without internal fixation, radius and ulna
Jenis anestesi : General

Laporan Operasi

1. Pasien posisi supine stadium anestesi


2. Dilakukan close reduction
3. Imobilisasi dengan short arm cast
4. Operasi selesai

Instruksi Pasca Operasi

1. Pasien diperbolehkan pulang sore hari


2. Ibuprofen Tab 400 mg 2 x ½
3. Calcium lactate Tab 2 x 1
TINJAUAN PUSTAKA

1. ANATOMI

Radius merupakan tulang lengan bawah yang lebih kecil dan terletak di aspek
lateral (sisi ibu jari) lengan bawah (Gambar 1). Radius menyempit pada ujung
proksimalnya dan melebar pada ujung distalnya. Ujung proksimal radius memiliki
caput berbentuk cakram yang berartikulasi dengan kapitulum humerus dan takik radial
ulna. Di bawah caput terdapat colum yang menyempit. Area kasar di bawah colum di
sisi anteromedial, tuberositas radial, menjadi perlekatan tendon otot biseps brachii.
Poros radius melebar ke distal untuk membentuk prosesus styloid di sisi lateral, yang
dapat dirasakan proksimal ibu jari. Ujung distal radius berisi cekungan sempit, takik
ulnaris, yang berartikulasi dengan caput ulna. Prosesus styloid menyediakan perlekatan
untuk otot brachioradialis dan untuk perlekatan ligamen kolateral radial ke pergelangan
tangan (Tortora & Derrickson, 2016).

Gambar 1 Tulang radius dan ulna dextra


Ulna dan radius berartikulasi dengan humerus pada sendi siku. Artikulasi terjadi
di dua tempat (Gambar 2), di mana caput radius berartikulasi dengan kapitulum
humerus, dan di mana lekukan trochlear ulna berartikulasi dengan trochlea humerus.
Ulna dan radius terhubung satu sama lain di tiga lokasi. Pertama, luas, datar, jaringan
ikat berserat yang disebut membran interoseus bergabung dengan poros dari dua tulang
(Gambar 1). Selaput ini juga menyediakan tempat perlekatan beberapa otot rangka
dalam lengan bawah. Ulna dan radius berartikulasi langsung pada ujung proksimal dan
distalnya (Gambar 2). Secara proksimal, caput radius berartikulasi dengan takik radial
ulna membentuk artikulasi sendi radioulnar proksimal. Distal, caput ulna berartikulasi
dengan takik ulnaris dari radius membentuk artikulasi sendi radioulnar distal. Ujung
distal radius berartikulasi dengan tiga tulang pergelangan untuk membentuk sendi
radiocarpal (pergelangan tangan) (Tortora & Derrickson, 2016).

Gambar 2 Persendian antara Tulang Radius dan Ulna

Sebagian besar otot yang menggerakkan radius dan ulna (tulang lengan bawah)
menyebabkan fleksi dan ekstensi pada siku. Otot fleksor terdiri dari otot biceps brachii,
brachialis, dan brachioradialis, sedangkan otot ekstensor terdiri daru otot triceps brachii
dan anconeus (Gambar 3). Terdapat beberapa otot yang menggerakkan radius dan ulna
yang terlibat dalam pronasi dan supinasi pada sendi radioulnar, yaitu otot pronator teres
dan pronator quadratus dan otot supinator (Tortora & Derrickson, 2016).

Gambar 3 Otot Lengan yang Menggerakkan Tulang Radius dan Ulna


Tabel 1 Otot-Otot yang Menggerakkan Tulang Radius dan Ulna
Otot Origo Insertio Mekanisme Inervasi

Fleksor Lengan Bawah

M. bicep brachii Caput longum: Bagian posterior Fleksi lengan bawah N.


tuberositas tuberositas radius pada sendi siku, musculocutaneus
supraglenoidalis) dan aponeurosis supinasi lengan (C5,C6)
bicipital. bawah pada sendi
Caput brevis: processus radioulnar, dan
coracoideus fleksi lengan pada
sendi bahu

M.brachialis Setengah bawah Tuberositas ulnaris Fleksi lengan bawah N.


permukaan depan dari dan processus pada sendi siku. musculocutaneus
humerus, intermuscular coronoideus (C5,C6) dan N.
septum radialis (C7)

M. brachioradialis Diatas 2/3 lateral Sisi lateral dari Fleksi lengan bawah N. radialis
supracondylus humerus, radius di atas pada sendi siku; (C6,C7)
lateral intermuscular processus styloideus supinasi dan pronasi
septum lengan bawah pada
sendi radioulnar ke
posisi netral.

Ekstensor Lengan Bawah

M. tricep brachii Caput longum: Olekranon ulna. Rentangkan lengan N.radialis (C6-
tuberculum infraglenoid bawah pada sendi C8)
siku dan rentangkan
Caput lateral: lengan pada sendi
permukaan lateral dan bahu.
posterior humerus

Caput medial: seluruh


permukaan posterior
humerus inferior ke
sulcus n.radialis

M. anconeus Permukaan belakang Permukaan lateral Rentangkan lengan N.radialis (C6-


epicondylus lateral olecranon, bawah pada sendi C8)
humerus seperempat atas siku.
permukaan
belakang ulna

Pronator Lengan Bawah

M. pronator teres Caput humerus: Pertengahan dari Pronasi lengan N.medianus


epicondylus medialis permukaan lateral bawah pada sendi (C6,C7)
humeri radius radioulnar dan
fleksikan lengan
Caput ulnaris: processus bawah pada sendi
croronoideus siku dengan lemah.

M. pronator quadratus Bagian bawah dari Bagian bawah dari Pronasi lengan N.medianus
permukaan depan ulna permukaan depan bawah pada sendi (C7,C8)
radius radioulnar.

Supinator Lengan Bawah

M. supinator Epicondylus lateralis Fascies anterior Supinasi lengan Posterior


humeri, ligamentum radii (proksimal dan bawah pada sendi interosseus
colaterale radiale, dan distal dari radioulnar. nerve (C6,C7)
anulare radii, crista tuberositas radii)
musculi supinatori ulna

2. FRAKTUR RADIUS

a. Definisi
Fraktur merupakan istilah dari hilangnya Sebagian atau seluruh kontinuitas
jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa,
trauma, dapat berupa trauma langsung dan dapat berupa trauma tidak langsung
(Zairin, 2017).

Kedua lengan bawah dihubungkan oleh sendi radioulnar yang diperkuat oleh
ligament anulare yang melingkari kapitulum radius, dan di distal oleh sendi
radioeulnar yang diperkuat oleh ligament radioulnar yang mengandung
fibrokartilago triangularis. Membrana interossei memperkuat hubungan ini
sehingga radius dan ulna merupakan satu kesatuan yang kuat. Oleh karena itu,
patah yang hanya mengenai satu tulang agak jarang terjadi, atau bila patahnya
hanya mengenai satu tulang, hamper selalu disertai dislokasi sendi radioulnar yang
dekat dengan tempat patahannya. Selain itu, radius dan ulna dihubungkan oleh otot
antartulang, yaitu otot supinator, m. pronator teres, m.pronator quadratus, yang
membuat Gerakan pronasi-supinasi. Ketiga otot itu bersama adengan otot lainnya
yang berinsersi pada radius dan ulna menyebabkan patah tulang lengan bawah
disertai dislokasi angulasi dan rotasi, terutama patah tulang radius (Jong, 2017).

Fraktur radius adalah terputusnya kontinuitas tulang yang terjadi pada tulang
radius. Fraktur radius dibagi menjadi 3 patahan, yaitu dibagian proksimal, medial,
dan distal (Hoppenfeld & Murthy, 2011). Pada fraktur 1/3 distal radius terjadi
karena benturan ataupun trauma secara langsung pada lengan bawah akibat
kecelakaan lalu lintas atau jatuh dan tangan menyangga dengan siku ekstensi
(Brunner & Suddarth, 2012).
b. Etiologi
Fraktur radius distal adalah salah satu dari macam fraktur yang biasa terjadi
pada pergelangan tangan, umumnya terjadi karena jatuh dalam keadaan tangan
menumpu dan biasanya terjadi pada anak-anak dan lanjut usia. Bila seseorang jatuh
dengan tangan yang menjulur, tangan akan tiba-tiba menjadi kaku, dan kemudian
menyebabkan tangan memutar dan menekan lengan bawah. Jenis luka yang terjadi
akibat keadaan ini tergantung usia penderita. Pada anak-anak dan lanjut usia, akan
menyebabkan fraktur tulang radius. Fraktur radius distal merupakan 15 % dari
seluruh kejadian fraktur pada dewasa. Penyebab paling umum fraktur adalah
benturan/trauma langsung pada tulang dan kelemahan/kerapuhan struktur tulang
akibat gangguan penyakti seperti osteoporosis, kanker tulang yang bermetastase
(Jong, 2017).
c. Patofisiologi
Pada kebanyakan aktifitas, sisi dorsal dari radius distal cenderung
mengalami tension, sisi volar dari radius distal cenderung mengalami kompresi,
hal ini disebabkan oleh bentuk integritas dari korteks pada sisi distal dari radius,
dimana sisi dorsal lebih tipis dan lemah sedangkan pada sisi volar lebih tebal dan
kuat. Beban yang berlebihan dan mekanisme trauma yang terjadi pada
pergelangan tangan akan menentukan bentuk garis fraktur yang akan terjadi.
Lebih dari 68 persen dari fraktur pada radius distal dan ulna memiliki korelasi
dengan cedera jaringan lunak, seperti robekan parsial dan total dari TFCC
(Triangular Fibrocartilage Complex), ligament schapolunatum, dan ligament
lunotriquetral. Mekanisme trauma fraktur distal radius pada dewasa muda yaitu
jatuh dari ketinggian, kecelakaan lalu lintas, maupun cedera pada olahraga. Pada
dewasa tua, fraktur distal radius dapat terjadi dari mekanisme dengan tenaga yang
kecil seperti terjatuh saat sedang berdiri atau berjalan (fragile fracture). Mekanisme
yang paling sering terjadi adalah jatuh dengan posisi dorsofleksi pada pergelangan
tangan dengan sudut bervariasi, seringkali antara 40-90 derajat. Trauma dengan
energi tinggi yang diakibatkan oleh kendaraan bermotor dapat menyebabka fraktur
kominutif atau displaced pada distal radius (Egol et al., 2015).
d. Klasifikasi
Gambar 4 Klasifikasi Frykman
1) Fraktur Colles

Fraktur ekstraartikular dan inraartikular pada distal radius yang


menunjukkan tanda angulasi ke arah dorsal (apex volar), pergeseran ke
arah dorsal, pemendekan tulang radius (Egol et al., 2015). Fraktur ini sering
terjadi pada usia di atas 50 tahun, wanita lebih sering
dibandingkan laki-laki dengan karakteristik garis fraktur transversal utama
dengan jarak 2 cm dari distal radius, avulsi dari prosesus styloid ulna,
permukaan sendi mengalami angulasi 15o ke arah anterior
pergelangan tangan. Deformitas yang terjadi disebut sebagai dinner fork
deformity yaitu pergeseran radius kearah posterior dan kemiringan
fragmen fraktur ke arah posterior (Salter, 1999).
2) Fraktur Smith
Fraktur dengan gambaran angulasi ke arah volar (apex dorsal) dari
distal radius dengan garden spade deformity atau pergeseran ke arah volar
dari distal radius. Mekanisme jatuh dengan posisi pergelangan tangan fleksi
dan seringkali tidak stabil. Fraktur ini memerlukan reduksi terbuka dan
fiksasi internal karena seringkali tidak adekuat dengan reduksi tertutup
(Egol et al., 2015). Fraktur ini sering didapatkan pada dewasa muda yang
mengalami cedera pada posisi pronasi. Fraktur pada sepertiga
distal radius sering disertai dengan dislokasi distal persendian radio ulnar
yang disebut fraktur Galeazzi, maupun dislokasi proksimal persendian
radioulnar yang disebut fraktur Monteggia (Salter, 1999).
3) Fraktur Barton

Fraktur dan dislokasi atau subluksasi pada pergelangan tangan di


mana terjadi pergeseran dari distal radius yang seringkali kea rah volar.
Mekanisme cedera adalah jatuh dengan posisi pergelangan tangan
dorsofleksi dengan lengan bawah pada posisi pronasi. Fraktur ini tidak
stabil dan memerlukan reduksi terbuka dan fiksasi internal untuk
mendapatkan posisi anatomis yang stabil (Egol et al., 2015).

4) Fraktur Chauffeur/ Hutchinson/ Fraktur radial dan styloid


Fraktur ini merupakan fraktur avulsi dengan ligament ekstrinsik
menempel pada fragmen styloid akibat sekunder dari trauma. Mekanisme
trauma sebagai akibat kompresi scaphoid pada styloid dengan posisi
pergelangan tangan dorsofleksi dan deviasi ulnar. Hal ini dapat terjadi pada
seluruh styloid atau hanya pada sisi dorsal atau volar. Cedera lain yang
menyertai diantaranya adalah cedera ligament intercarpal (scapholunate
dissociation, perilunate dislocation). Pengobatan dnegan menggunakan
reduksi terbuka dan fiksasi internal.

d. Diagnosis
Secara umum gambaran fraktur meliputi tanda pasti dan tidak pasti fraktur,
berupa:
a. Tanda tidak pasti fraktur:
1. Nyeri terus menerus dan bertambah berat. Nyeri berkurang jika fragmen
tulang diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan
bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar
fragmen tulang.
2. Hilangnya fungsi, diakibatkan oleh rasa nyeri atau tidak mampu
melakukan gerakan.
3. Deformitas dapat disebabkan oleh pergeseran fragmen pada
eksremitas. Deformitas dapat diketahui dengan membandingkan dengan
ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena
fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya
otot.
4. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma
dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah
beberapa jam atau beberapa hari setelah cedera.
b. Tanda pasti fraktur
1. Gerakan abnormal (“false movement”), gerakan yang pada
keadaan normal tidak terjadi.
2. Deformitas akibat fraktur, umumnya pemendekan tulang, karena kontraksi
otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur.
3. Tulang ekspose karena robekan kulit dan otot akibat
diskontinuitas kulit.
4. Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba
adanya derik tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen
satu dengan lainnya.
Pada pemeriksaan harus diperhatikan keutuhan faal nervus radialis, nervus
ulnaris, nervus medianus, arteri brakhialis, arteri radialis dan arteri ulnaris. Saat
pemeriksaan apakah ia dapat melakukan dorsofleksi pergelangan tangan atau
ekstensi dan fleksi jari-jari tangan.

e. Tatalaksana

Gambar 5 Bagan Penatalaksanaan Fraktur Radius Distal

1. Non operatif (konservatif)


Tindakan non operatif dilakukan dengan metode reduksi tertutup
dilakukan dengan pemasangan cast. Faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan pengobatan yaitu faktor local (kualitas tulang, cedera jaringan lunak.
Semua jenis fraktur harus dikerjakan reduksi tertutup kecuali bila ada indikasi
untuk dilakukan dengan reduksi terbuka. Reduksi fraktur dapat mengurangi
edema pasca trauma, mengurangi nyeri, dan memperbaiki kompresi N. Medianus.
Indikasi dilakukan reduksi tertutup adalah fraktur non displaced atau fraktur
dengan pergeseran minimal, fraktur displaced dengan pola fraktur yang stabil
yang dievaluasi dengan pemeriksaan penunjang, pasien usia tua dengan resiko
tinggi dilakukan operasi. Imobilisasi cast/gyps, diindikasikan untuk :
● Nondisplaced atau patah tulang radius dengan pergeseran minimal.
● Displaced fraktur dengan pola fraktur yang stabil diharapkan dapat sembuh
dalam posisi radiologi yg acceptable/dapat diterima.
Fraktur yang memerlukan posisi fleksi maksimal pada pergelangan tangan
merupakan suatu indikasi untuk operasi terbuka dan fiksasi internal. Cast harus
dipertahankan selama 6 minggu atau sampai pemeriksaan radiologis
menunjukkan suatu fraktur union. Pemeriksaan radiologi secara berkala
diperlukan untuk evaluasi dan menghindari terjadinya kesalahan maupun
komplikasi yang dapat terjadi. (Egol)

2. Operatif
Indikasi dilakukan tindakan operatif pada pasien fraktur distal radius di
antaranya adalah
● Cedera dengan energi tinggi
● Reduksi dengan secondary loss
● Kominutif artikuler, step off, atau adanya gap
● Kominutif metafiseal atau hilangnya fragmen tulang
● Fraktur terbuka
● Hilangnya volar buttress dengan pergeseran
● Disertai dengan fraktur carpal
● Disertai dengan neurovascular atau cedera pada tendon
● Fraktur distal radius bilateral
● Adanya kelainan atau kelemahan pada ekstremitas kontralateral
● Adanya kelainan pada distal radioulnar joint
Teknik operasi pada fraktur distal radius dapat dikerjakan baik pada sisi
volar, dorsal maupun radial. Pada teknik volar, operasi dikerjakan melalui dasar
dari tendon fleksor carpi radialis dengan elevasi dari M. Pronator Quadratus.
Ligamen transversus carpal dapat dibebaskan dengan melakukan insisi bila
terdapat kompresi pada N. Medianus. Teknik dorsal digunakan untuk mengurangi
dan menstabilisasi fragmen dorsal. Teknik radial digunakan untuk menstabilkan
fragmen styloid.

Macam-macam teknik operasi:

● Percutaneous pinning

Teknik ini digunakan untuk fraktur ekstra artikular atau fraktur pada dua sisi
intraarticular. Percutaneous pinning seringkali digunakan bersama dengan
short arm cast atau fiksasi eksterna. Pin dapat dilepas 6 sampai 8 minggu
pasca operasi, sedangkan cast tetap dipertahankan hingga 2-3 minggu
setelahnya.

● Fiksasi eksternal

Teknik yang digunakan diantaranya adalah spanning (bridging) external


fixation dan non-spanning (non-bridging) external fixation. Penggunaan
fiksasi eksternal dapat sulit mencegah terjadinya kemiringan maupun
pergeseran pada sisi palmar seiring dengan berjalannya proses penyembuhan
terutama pada fraktur kominutif pada tulang osteopenia, sehingga diperlukan
fiksasi dengan K wire atau bone graft sebagai fiksasi tambahan. Fiksasi
eksternal dipertahankan hingga 6 sampai 8 minggu.

● Reduksi terbuka dan fiksasi interna

Teknik ini dapat menggunakan dorsal plating, volar non-locked plating, volar
locked plating, fragment specific platting

● Fiksasi intramedullary

Teknik ini menggunakan locking screws yang ditempatkan pada styloid radius
untuk tatalaksana fraktur simple.

● Fiksasi tambahan

Fiksasi tambahan dapat dikerjakan dengan menggunakan autograft, allograft


maupun graft sintetik.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai