FRAKTUR RADIUS
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah
Satu Syarat Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Bedah
di Rumah Sakit Tentara TK II dr. Soedjono, Magelang
Pembimbing:
dr. Ronald Iskandar, Sp. OT
Disusun oleh:
Anisa Dwi Tyastuti
30101800021
FRAKTUR RADIUS
Oleh :
Pembimbing,
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan Karunia-
Nya saya dapat menyelesaikan tugas penyusunan Case Based Discussion yang berjudul
“FRAKTUR RADIUS”.
Adapun laporan ini dibuat untuk memenuhi syarat Kepaniteraan Klinik Bedah
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang yang dilaksanakan di Rumah
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada dr. Ronald Iskandar, Sp. OT yang telah
membimbing dalam penyelesaian laporan kasus ini serta pihak yang secara langsung
maupuntidak langsung membantu dalam penyusunan laporan kasus ini.
Akhir kata bila ada kekurangan dalam pembuatan laporan kasus ini saya mohon kritik
dan saran yang bersifat membangun menuju kesempurnaan dengan berharap laporan kasus
Penyusun
3
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : An. KEG
Usia : 14 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Bayanan Wetan
No. RM : 233***
Ruang : Edelweiss – C4
Tanggal Masuk : 13 Februari 2023
B. Data
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
A. Status Generalis
• Keadaan umum : Tampak sakit sedang
• Kesadaran : Komposmentis
• Vital sign
• Tekanan darah : 128/78 mmHg
• Heart rate : 99 x/mnt
• Respiratory rate: 20 x/mnt
• Suhu tubuh : 36,6o C
• SpO2 : 100%
• Skala Nyeri :6
4. Abdomen
Inspeksi : bentuk datar, supel, distensi (-), jejas (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani pada keempat kuadran abdomen
5. Ekstremitas Atas
Ekstremitas atas Kanan Kiri
Nyeri + -
ROM Terbatas Aktif
Deformitas - -
Otot massa Eutrofi Eutrofi
Tonus Normotonus Normotonus
Luka terbuka - -
CRT <2 dtk <2 dtk
C. Status lokalis
“Status Lokalis Regio Antebrachii Dextra”
Look :
o Ekskoriasi (-)
o Deformitas (+) pemendekan tulang (-)
o Oedem (-)
o Jejas (-)
o Tanda radang akut (-)
Feel :
o Nyeri tekan setempat (+)
o Sensibilitas (+) (normal)
o Suhu rabaan hangat
o Krepitasi (-)
o Capillary Refill Time < 2 detik (normal)
o Keadaan vaskularisasi distal pada arteri radialis dan arteri ulnaris baik
Move :
o Gerak aktif dan pasif terhambat
o ROM aktif-pasif fleksi-ekstensi siku kanan normal
o ROM pronasi dan supinasi lengan bawah kanan terbatas karena nyeri
o ROM aktif-pasif fleksi-ekstensi wrist kanan terbatas karena nyeri
3. Pemeriksaan Penunjang
HEMATOLOGI
LYM% 23 24-45 %
CT 14 8-18 Menit
GRA% 69 34-64 %
MID% 8 2-8 %
KIMIA KLINIK
HEMATOLOGI
BT 3 2-6 Menit
IMUNOLOGI
Kesan:
- Fracture komplet radius dextra 1/3 distal, displaced
- Tak tampak dislokasi
Abnormalitas Data
Anamnesis
Px. Fisik
Px. Penunjang
4. Pemeriksaan laboratorium
- Limfositosis
- Granulositosis
- Peningkatan hematokrit
5. Pemeriksaan radiologi humerus dextra AP/Lateral view
Kesan:
- Fracture komplet radius dextra 1/3 distal, displaced
Diagnosis
✔ Fraktur tertutup os radius dextra 1/3 distal dextra inkomplet displaced non
komplikata
✔ Pembahasan Problem List
● Assesment
✔ Pasien anak laki-laki berusia 14 tahun dengan diagnosis “fraktur tertutup os. Radius
dextra 1/3 distal inkomplet displaced non komplikata” akan dilakukan tindakan 04
Mei 2022.
● Planning
Jenis tindakan : Close reduction of fracture without internal fixation, radius and ulna
Jenis anestesi : General
Laporan Operasi
1. ANATOMI
Radius merupakan tulang lengan bawah yang lebih kecil dan terletak di aspek
lateral (sisi ibu jari) lengan bawah (Gambar 1). Radius menyempit pada ujung
proksimalnya dan melebar pada ujung distalnya. Ujung proksimal radius memiliki
caput berbentuk cakram yang berartikulasi dengan kapitulum humerus dan takik radial
ulna. Di bawah caput terdapat colum yang menyempit. Area kasar di bawah colum di
sisi anteromedial, tuberositas radial, menjadi perlekatan tendon otot biseps brachii.
Poros radius melebar ke distal untuk membentuk prosesus styloid di sisi lateral, yang
dapat dirasakan proksimal ibu jari. Ujung distal radius berisi cekungan sempit, takik
ulnaris, yang berartikulasi dengan caput ulna. Prosesus styloid menyediakan perlekatan
untuk otot brachioradialis dan untuk perlekatan ligamen kolateral radial ke pergelangan
tangan (Tortora & Derrickson, 2016).
Sebagian besar otot yang menggerakkan radius dan ulna (tulang lengan bawah)
menyebabkan fleksi dan ekstensi pada siku. Otot fleksor terdiri dari otot biceps brachii,
brachialis, dan brachioradialis, sedangkan otot ekstensor terdiri daru otot triceps brachii
dan anconeus (Gambar 3). Terdapat beberapa otot yang menggerakkan radius dan ulna
yang terlibat dalam pronasi dan supinasi pada sendi radioulnar, yaitu otot pronator teres
dan pronator quadratus dan otot supinator (Tortora & Derrickson, 2016).
M. brachioradialis Diatas 2/3 lateral Sisi lateral dari Fleksi lengan bawah N. radialis
supracondylus humerus, radius di atas pada sendi siku; (C6,C7)
lateral intermuscular processus styloideus supinasi dan pronasi
septum lengan bawah pada
sendi radioulnar ke
posisi netral.
M. tricep brachii Caput longum: Olekranon ulna. Rentangkan lengan N.radialis (C6-
tuberculum infraglenoid bawah pada sendi C8)
siku dan rentangkan
Caput lateral: lengan pada sendi
permukaan lateral dan bahu.
posterior humerus
M. pronator quadratus Bagian bawah dari Bagian bawah dari Pronasi lengan N.medianus
permukaan depan ulna permukaan depan bawah pada sendi (C7,C8)
radius radioulnar.
2. FRAKTUR RADIUS
a. Definisi
Fraktur merupakan istilah dari hilangnya Sebagian atau seluruh kontinuitas
jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa,
trauma, dapat berupa trauma langsung dan dapat berupa trauma tidak langsung
(Zairin, 2017).
Kedua lengan bawah dihubungkan oleh sendi radioulnar yang diperkuat oleh
ligament anulare yang melingkari kapitulum radius, dan di distal oleh sendi
radioeulnar yang diperkuat oleh ligament radioulnar yang mengandung
fibrokartilago triangularis. Membrana interossei memperkuat hubungan ini
sehingga radius dan ulna merupakan satu kesatuan yang kuat. Oleh karena itu,
patah yang hanya mengenai satu tulang agak jarang terjadi, atau bila patahnya
hanya mengenai satu tulang, hamper selalu disertai dislokasi sendi radioulnar yang
dekat dengan tempat patahannya. Selain itu, radius dan ulna dihubungkan oleh otot
antartulang, yaitu otot supinator, m. pronator teres, m.pronator quadratus, yang
membuat Gerakan pronasi-supinasi. Ketiga otot itu bersama adengan otot lainnya
yang berinsersi pada radius dan ulna menyebabkan patah tulang lengan bawah
disertai dislokasi angulasi dan rotasi, terutama patah tulang radius (Jong, 2017).
Fraktur radius adalah terputusnya kontinuitas tulang yang terjadi pada tulang
radius. Fraktur radius dibagi menjadi 3 patahan, yaitu dibagian proksimal, medial,
dan distal (Hoppenfeld & Murthy, 2011). Pada fraktur 1/3 distal radius terjadi
karena benturan ataupun trauma secara langsung pada lengan bawah akibat
kecelakaan lalu lintas atau jatuh dan tangan menyangga dengan siku ekstensi
(Brunner & Suddarth, 2012).
b. Etiologi
Fraktur radius distal adalah salah satu dari macam fraktur yang biasa terjadi
pada pergelangan tangan, umumnya terjadi karena jatuh dalam keadaan tangan
menumpu dan biasanya terjadi pada anak-anak dan lanjut usia. Bila seseorang jatuh
dengan tangan yang menjulur, tangan akan tiba-tiba menjadi kaku, dan kemudian
menyebabkan tangan memutar dan menekan lengan bawah. Jenis luka yang terjadi
akibat keadaan ini tergantung usia penderita. Pada anak-anak dan lanjut usia, akan
menyebabkan fraktur tulang radius. Fraktur radius distal merupakan 15 % dari
seluruh kejadian fraktur pada dewasa. Penyebab paling umum fraktur adalah
benturan/trauma langsung pada tulang dan kelemahan/kerapuhan struktur tulang
akibat gangguan penyakti seperti osteoporosis, kanker tulang yang bermetastase
(Jong, 2017).
c. Patofisiologi
Pada kebanyakan aktifitas, sisi dorsal dari radius distal cenderung
mengalami tension, sisi volar dari radius distal cenderung mengalami kompresi,
hal ini disebabkan oleh bentuk integritas dari korteks pada sisi distal dari radius,
dimana sisi dorsal lebih tipis dan lemah sedangkan pada sisi volar lebih tebal dan
kuat. Beban yang berlebihan dan mekanisme trauma yang terjadi pada
pergelangan tangan akan menentukan bentuk garis fraktur yang akan terjadi.
Lebih dari 68 persen dari fraktur pada radius distal dan ulna memiliki korelasi
dengan cedera jaringan lunak, seperti robekan parsial dan total dari TFCC
(Triangular Fibrocartilage Complex), ligament schapolunatum, dan ligament
lunotriquetral. Mekanisme trauma fraktur distal radius pada dewasa muda yaitu
jatuh dari ketinggian, kecelakaan lalu lintas, maupun cedera pada olahraga. Pada
dewasa tua, fraktur distal radius dapat terjadi dari mekanisme dengan tenaga yang
kecil seperti terjatuh saat sedang berdiri atau berjalan (fragile fracture). Mekanisme
yang paling sering terjadi adalah jatuh dengan posisi dorsofleksi pada pergelangan
tangan dengan sudut bervariasi, seringkali antara 40-90 derajat. Trauma dengan
energi tinggi yang diakibatkan oleh kendaraan bermotor dapat menyebabka fraktur
kominutif atau displaced pada distal radius (Egol et al., 2015).
d. Klasifikasi
Gambar 4 Klasifikasi Frykman
1) Fraktur Colles
d. Diagnosis
Secara umum gambaran fraktur meliputi tanda pasti dan tidak pasti fraktur,
berupa:
a. Tanda tidak pasti fraktur:
1. Nyeri terus menerus dan bertambah berat. Nyeri berkurang jika fragmen
tulang diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan
bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar
fragmen tulang.
2. Hilangnya fungsi, diakibatkan oleh rasa nyeri atau tidak mampu
melakukan gerakan.
3. Deformitas dapat disebabkan oleh pergeseran fragmen pada
eksremitas. Deformitas dapat diketahui dengan membandingkan dengan
ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena
fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya
otot.
4. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma
dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah
beberapa jam atau beberapa hari setelah cedera.
b. Tanda pasti fraktur
1. Gerakan abnormal (“false movement”), gerakan yang pada
keadaan normal tidak terjadi.
2. Deformitas akibat fraktur, umumnya pemendekan tulang, karena kontraksi
otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur.
3. Tulang ekspose karena robekan kulit dan otot akibat
diskontinuitas kulit.
4. Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba
adanya derik tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen
satu dengan lainnya.
Pada pemeriksaan harus diperhatikan keutuhan faal nervus radialis, nervus
ulnaris, nervus medianus, arteri brakhialis, arteri radialis dan arteri ulnaris. Saat
pemeriksaan apakah ia dapat melakukan dorsofleksi pergelangan tangan atau
ekstensi dan fleksi jari-jari tangan.
e. Tatalaksana
2. Operatif
Indikasi dilakukan tindakan operatif pada pasien fraktur distal radius di
antaranya adalah
● Cedera dengan energi tinggi
● Reduksi dengan secondary loss
● Kominutif artikuler, step off, atau adanya gap
● Kominutif metafiseal atau hilangnya fragmen tulang
● Fraktur terbuka
● Hilangnya volar buttress dengan pergeseran
● Disertai dengan fraktur carpal
● Disertai dengan neurovascular atau cedera pada tendon
● Fraktur distal radius bilateral
● Adanya kelainan atau kelemahan pada ekstremitas kontralateral
● Adanya kelainan pada distal radioulnar joint
Teknik operasi pada fraktur distal radius dapat dikerjakan baik pada sisi
volar, dorsal maupun radial. Pada teknik volar, operasi dikerjakan melalui dasar
dari tendon fleksor carpi radialis dengan elevasi dari M. Pronator Quadratus.
Ligamen transversus carpal dapat dibebaskan dengan melakukan insisi bila
terdapat kompresi pada N. Medianus. Teknik dorsal digunakan untuk mengurangi
dan menstabilisasi fragmen dorsal. Teknik radial digunakan untuk menstabilkan
fragmen styloid.
● Percutaneous pinning
Teknik ini digunakan untuk fraktur ekstra artikular atau fraktur pada dua sisi
intraarticular. Percutaneous pinning seringkali digunakan bersama dengan
short arm cast atau fiksasi eksterna. Pin dapat dilepas 6 sampai 8 minggu
pasca operasi, sedangkan cast tetap dipertahankan hingga 2-3 minggu
setelahnya.
● Fiksasi eksternal
Teknik ini dapat menggunakan dorsal plating, volar non-locked plating, volar
locked plating, fragment specific platting
● Fiksasi intramedullary
Teknik ini menggunakan locking screws yang ditempatkan pada styloid radius
untuk tatalaksana fraktur simple.
● Fiksasi tambahan