Oleh:
H1A321055
Pembimbing:
2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa karena hanya dengan berkat
dan Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas laporan kasus yang
berjudul “Cancer Mammae Dextra” tepat pada waktunya. Tugas ini dibuat dalam
rangka mengikuti kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Bedah (Fakultas Kedokteran
Universitas Mataram). Tugas ini juga merupakan salah satu bentuk pembelajaran dan
peningkatan pemahaman terhadap kasus terkait bidang bedah anak.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua dan berbagai pihak yang
telah memberikan dukungan terhadap tugas ini. Terima kasih juga kepada dr. Wahyu
Nurchalamshah S, M.Si.Med., Sp.B(K)Onk selaku guru pembimbing yang telah
memberikan arahan dan masukan sehingga tugas ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih banyak kekurangan. Karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
2.1 Identitas Pasien........................................................................................................5
2.2 Anamnesis................................................................................................................5
2.3 Pemeriksaan Fisik....................................................................................................6
2.4 Pemeriksaan Penunjang...........................................................................................7
2.5 Diagnosis Kerja......................................................................................................10
2.6 Tatalaksana.............................................................................................................10
2.7 Prognosis................................................................................................................10
2.8 Laporan Operasi.....................................................................................................10
2.9 Post Operasi...........................................................................................................11
BAB III............................................................................................................................15
KESIMPULAN...............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................19
3
BAB I
LAPORAN KASUS
Usia : 47 tahun
Agama : Islam
No. RM : 226660
I.2 Anamnesis
A. Keluhan Utama
Benjolan pada payudara kanan
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSUD Provinsi NTB dengan keluhan terdapat luka
pada payudara kanan sejak 1 tahun yang lalu. Awalnya pasien mulai
menyadari terdapat benjolan di area payudara kanan atas namun
menghiraukannya karena tidak mengganggu. Awalnya benjolan
berukuran kecil (1x1 cm) dan keras namun dirasakan semakin
membesar. Benjolan lama lama menjadi luka dan terasa nyeri, namun
luka mengering dan tidak nyeri lagi setelah kemoterapi ke-2. Pasien tidak
mengeluhkan adanya benjolan di tempat lain.
Pasien mengeluhkan terdapat penurunan berat badan sejak bulan juli.
Pasien pertama kali periksa benjolan di poli RS HK awal juni
kemudian disarankan untuk melakukan biopsi.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat HT sejak 1 tahun yang lalu.
4
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluhan serupa disangkal
E. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Pasien merupakan anak dari ibu dengan G1P1A0H1. Selama kehamilan,
ibu pasien rutin kontrol kehamilan ke posyandu tiap bulannya dan 2 kali
USG ke dokter spesialis kandungan. Selama kontrol kehamilan tidak ada
masalah pada kondisi ibu dan bayi, hanya saja posisi bayi lintang sehingga
dilakukan SC, riwayat polihidramnion disangkal. Ibu pasien mengaku tidak
pernah sakit selama hamil, tidak ada riwayat pengobatan khusus selain
vitamin dan tablet tambah darah.
Pasien lahir di RS Anggoro Lombok Timur secara SC dengan usia
kehamilan 37-38 minggu atas indikasi letak lintang. Saat lahir pasien
langsung menangis, berat badan lahir 3200 gr, panjang badan lahir 52 cm.
F. Riwayat Makan
Hanya mengonsumsi ASI dari ibu
G. Riwayat Imunisasi
Pasien telah diberikan vaksin Hep B) dan BCG
5
- BB/TB : 0 sd -1 SD (Normal)
D. Status Lokalis
6
Na 142 mmol/L
K 3.6 mmol/L
Cl 0.22 mmol/L
Analisa Gas Darah
pH 7,32
PCO2 30.2 mmHg
PO2 53,4 mmHg
HCO3 15.8 mmol/L
BE -8,3 mmol/L
B. Radiologi
X Ray (RS Anggoro-4 Oktober 2023)
Keterangan
- Cor : CRT 55%, bentuk dan letak jantung normal
- Pulmo : corakan bronkovaskuler tampak meningkat, tampak infiltrat pada
lapangan paru kanan dan lapangan atas paru kiri, hemidiafragma kanan
setinggi costa 8-9 posterior, sinus costofrenicus kanan kiri lancip.
- Abdomen : preperitoneal fat line kanan kiri baik, tampak 3 buah lusensi
pada hemiabdomen membentuk triple bubble sign, tampak distribusi udara
usus normal, tampak fecal maternal, tak tampak free air
7
- Kesan : bentuk dan letak jantung normal, gambaran neonatal pneumonia, 3
buah lusensi pada hemiabdomen membentuk triple bubble sign,suspel
jejunal atresia.
Keterangan:
8
I.5 Diagnosis Kerja
Atresia Jejunal
I.6 Tatalaksana
A. Non Medikamentosa
- Oksigenasi
- D5 ¼ NS 8 cc/jam
B. Medikamentosa
- Inj. Ampicillin 2x160 mg IV
- Inj. Ranitidine 2x4 mg IV
- Inj. Ampicilin sulbactam 2x160 mg
- Inj. Vit.K 2 mg/hari
C. Tindakan
- OGT dekompresi
- Laparatomi explorasi + adhesiolisis + reseksi anastomosis jejuno-ileal.
I.7 Prognosis
- Ad vitam : Bonam
- Ad functionam : Dubia ad bonam
- Ad sanationam : Dubia
9
- Diputuskan untuk anastomosis jejunum dengan ileum end to side, total
panjang usus halus ± 30 cm.
- Kemudian cavum abdomen dicuci terlebih dahulu sebelum penjahitan
penutupan luka operasi.
Tanggal S O A P
NICU
6/10/23 Desaturasi KU Sedang Atresia - O2 Invasive
(-),demam HR: Jejuno-ileal ventilator FiO2
(-), 130x/menit multiple tipe 21 % PEEP 5
muntah RR: IV post op - D5 ¼ NS 7,6
(-), 40x/menit laparatomi- cc/jam
SPO2: 98% anastomosis - D10 + Ca 7,6
dengan jejuno-ileal cc/jam
NIPPV 21/6 H0 - Inj.
fiO2 21% Flukonazole 38
T: 36 C mg lanjut 19
Thoraks: mg/48 jam
retraksi (+) - Inj.
minimal metronidazole
Abdomen: 48 mg
BAB (-), BU selanjutnya
(+), OGT 2x24 mg
residu hijau - Inj parasetamol
Ekstremitas: 64 mg
hangat, CRT selanjutnya
< 2 detik 3x48 mg
7/10/23 Desaturasi KU Sedang Atresia - O2 Invasive
(-),demam HR: Jejuno-ileal ventilator FiO2
(-), 128x/menit multiple tipe 21 % PEEP 5
muntah RR: IV post op - D5 ¼ NS 7,6
(-), 40x/menit laparatomi- cc/jam
SPO2: 98% anastomosis - D10 + Ca 7,6
dengan jejuno-ileal cc/jam
NIPPV 21/6 H1 - Inj.
fiO2 21% Flukonazole 19
T: 36 C mg/48 jam
Thoraks: - Inj.
retraksi (+) metronidazole
minimal 2x24 mg
Abdomen: - Inj parasetamol
BAB (-), BU
10
(+), OGT 3x48 mg
residu hijau - Dobutamin
Ekstremitas: pump 1cc/jam
hangat, CRT
< 2 detik
8/10/23 Desaturasi KU Sedang Atresia - O2 Invasive
(-),demam HR: Jejuno-ileal ventilator FiO2
(-), 130x/menit multiple tipe 21 % PEEP 5
muntah RR: IV post op - D5 ¼ NS 7,6
(-), 40x/menit laparatomi- cc/jam
SPO2: 98% anastomosis - D10 + Ca 7,6
dengan jejuno-ileal cc/jam
NIPPV 20/5 H2 - Inj.
fiO2 21% Flukonazole 19
T: 36 C mg/48 jam
Thoraks: - Inj.
retraksi (+) metronidazole
minimal 2x24 mg
Abdomen: - Inj parasetamol
BAB (-), BU 3x48 mg
(+), OGT - Dobutamin
residu hijau
pump 1cc/jam
Ekstremitas:
hangat, CRT
< 2 detik
9/10/23 Desaturasi KU Sedang Atresia - O2 Invasive
(-),demam HR: Jejuno-ileal ventilator FiO2
(-), 130x/menit multiple tipe 25 % PEEP 5
muntah RR: IV post op - D5 ¼ NS 7,6
(+) 1x 50x/menit laparatomi- cc/jam
SPO2: 97% anastomosis - D10 + Ca 7,6
dengan jejuno-ileal cc/jam
NIPPV 18/5 H3 - Inj.
fiO2 25% Flukonazole 19
T: 36 C mg/48 jam
Thoraks: - Inj.
retraksi (+) metronidazole
minimal 2x24 mg
Abdomen: - Inj parasetamol
BAB (-), BU 3x48 mg
(+), OGT - Dobutamin
residu hijau
pump 1cc/jam
Ekstremitas:
hangat, CRT
< 2 detik
B. Foto Klinis
11
C. Pemeriksaan penunjang
X Ray (RSUD Provinsi NTB-11 Oktober 2023)
Keterangan
- Foto thorax : Cor batas kiri jantung tertutup perselubungan, pulmo: tak
tampak infiltrat lapang paru kanan, sibus phrenicostalis kanan tajam kiri
tertutup perselubungan, hemidiafragma kanan normal tertutup
perselubungan, soft tissue normal, trachea di tengah, tulang-tulang intak
12
- BOF : bayangan gas usus minimal di cavum abdomen, tervisualisasi di
lower abdomen, tak tampak batu opaque di sepanjang traktus urinarius,
kontur ginjal kanan dan kiri tidak tampak jelas, bayangan hepar dan lien
tidak membesar, tulang yang tervisualisasi baik
- Kesimpulan : efusi pleura kiri, bayangan gas usus minmal di caum
abdomen, tervisualiasi di lower abdomen, curiga ascites
13
BAB II
PEMBAHASAN
Pasien pada laporan ini adalah seorang bayi laki-laki berusia 7 hari, anak kedua
dari ibu berusia 29 tahun dengan G2P1A0H1. Pasien dengan atresia jejunum
menunjukkan gejala berupa muntah berwarna hijau (muntah bilous), perut kembung,
kegagalan mengeluarkan mekonium, dan dapat disertai dengan tanda-tanda dehidrasi.(7)
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan bahwa pasien datang
dengan muntah berwarna hijau sejak lahir, disertai dengan perut kembung, kuning dan
tidak mengeluarkan mekonium. Muntah bilous lebih sering terjadi pada atresia jejunum,
bayi kembung sejak hari pertama disertai muntah bilous, tetapi 20% kasus kembung
ditemukan mulai hari ke-2 atau hari ke-3. Semakin tinggi letak obstruksi semakin awal
terjadinya muntah dan lebih kencang.(8) Yang mana pada laporan operasi pada pasien
ini ditemukan bahwa atresia jejunum pada ± 15 cm proksimal dari treitz. Distensi
semakin hebat dengan semakin distalnya letak obstruksi pada usus. Dilaporkan 60-70%
kasus, bayi mengeluarkan mekonium setelah usia lebih dari sehari. Dehidrasi, demam,
ikterus dan pneumonia biasanya terjadi dengan keterlambatan diagnosis.(5)
14
volvulus, dan polihidramnion.(6) Pada pasien, berdasarkan hasil laporan operasi
didapatkan bahwa terdapat volvulus pada segmen jejunum. Temuan ini dapat
menyebabkan terjadi oklusi dari pembulun darah yang memvaskularisasi dan
menyebabkan iskemia, nekrosis sehingga terjadi reabsorpsi pada segmen jejunum.
Volvulus intestinal umumnya dikaitkan dengan kelainan rotasi dan fiksasi intestinal.
Kejadian destruktif seperti volvulus, herniasi, dan intususepsi sering dilaporkan pada
pasien dengan JIA. Volvulus terjadi pada awal kehidupan intrauterin pada atresia
intestinal dengan resorpsi lengkap segmen usus yang terlibat. Dua teori utama mengenai
mekanisme atresia intestinal adalah Tandler’s concept tentang kurangnya revaskuolisasi
tahap perkembangan intestinal dan studi klasik oleh Louw dan Barnard menyatakan
bahwa gangguan vaskular mesenterika intrauterine adalah penyebab sebagian besar
atresia intestinal.(9) Dalam penelitian Huebner Dkk, gangguan aliran darah mesenterika
intrauterin menyebabkan JIA dikaitkan dengan volvulus pada 34 nenonatus (27%),
gastrochisis pada 21 (16%), omphalocele pada 2 neonatus (1,6%), divertikulum Meckel
3 (2,4%) dan intususepsi pada 2 91,6%) di antara 128 neonatus. Selama Selama
kehamilan tidak ada masalah dan tidak terdeteksi kelainan bawaan apapun.(10)
Tatalaksana pra operasi yang diberikan pada pasien dengan atresia jejunum
mencakup dekompresi dengan selang nasogastrik untuk menghindari asporasi, resusitasi
cairan dan elektrolit, antibiotik spektum luas jika terjadi perforasi atau bukti infeksi.
Pasien diberikan terapi antibiotik berdasarkan hasil pemeriksaan pemeriksaan
laboratorium menunjukkan leukositosis dan didapatkan gambaran pneumonia pada hasil
radiologi.(2)
Terapi pembedahan tergantung pada lokasi lesi, temuan anatomis, kondisi yang
berhubungan dengan saat operasi, dan panjang dari intestinal yang tersisa. Reseksi dari
bagian usus proksimal yang mengalami dilatasi dan hipertropi dengan anastomose
primer end to end dengan atau tanpa tapering pada bagian usus proksimal adalah teknik
yang paling banyak dilakukan. Teknik operasi pada atresia jejunoileal dapat dilakukan
dengan beberapa pendekatan. Ada yang menganjurkan dengan teknik laparoskopi.
Namun teknik ini seringkali menimbulkan kesulitan untuk mengidentifikasi atresia
karena untuk menentukan bagian yang mengalami diltasi pada cavum abdomen
neonatus yang masih sempit. Oleh karena itu, eksplorasi abdomen dilakukan, insisi
circumumbilical pada operasi neonatus sama efektif dengan insisi abdomen transversal
15
dengan angka morbiditas yang rendah dan hasil kosmetik yang lebih baik. Insisi
transversal baik supra maupun infraumbilical juga diperbolehkan.(2) Pada pasien ini
dilakukan laparatomi explorasi + adhesiolisis + reseksi anastomosis jejuno-ileal.
Didapatkan atresia jejunum pada ± 15 cm proksimal dari treitz, dengan segmen distal
mutipel atresia sehingga termasuk dalam klasifikasi atresia tipe IV yaitu kombinasi tipe
I sampai tipe III, sering bersifat genetik, cedera vaskuler, peradangan intrauterine, atau
kelainan pada fase embrio. Defisiensi imunitas, sering menyertia kelainan atresia
multipel.(11)
16
KESIMPULAN
Telah dilaporkan seorang bayi laki-laki usia 7 hari dengan atresia jejunum tipe
IV. Awal keluhan muntah bilous sejak lahir disertai dengan perut kembung. Diagnosis
dibuat berdasarkan temuan pada anamnesis dan pemeriksaan fisik, serta dikonfirmasi
melalui pemeriksaan radiologi berupa babygram. Pasien menjalani tindakan laparotomi
Laparatomi explorasi + adhesiolisis + reseksi anastomosis jejuno-ileal. Perkembangan
kondisi pasien setelah operasi semakin membaik. Penting untuk mendeteksi secara dini
kecurigaan atresia jejunum untuk mendapatkan tatalaksana lebih awal dan optimal.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Gunawan L, Anandasari PPY, Patriawan P. Temuan radiologi dalam kelainan
kongenital atresia jejunum: serial kasus. Intisari Sains Medis. 2021;12(3):752–6.
3. Sukewanti NM, Artana IWD, Putra PJ, Kardana IM, Sukmawati M, Ariyanta
KD. Jejunal atresia in the newborn: three cases after resection and end-to-end
anastomoses. Intisari Sains Medis. 2020;11(1):211–5.
9. Hafsari SR, Suwardi. Neonate with Jejunal Atresia with Distal Ileal Volvulus
Caused by Meckel ’ s Diverticulum. J Med Case Rep. 2021;2(4):18–21.
18
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537172/
12. Tiwari Pooja. Jejunoileal Atresia Type IIIC: A New Variant. Sch J Med Case
Reports. 2021;9(1):48–50.
19