Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

“CANCER MAMMAE DEXTRA”

Oleh:

I Ketut Mayun Pingkiyana Putra

H1A321055

Pembimbing:

dr. Wahyu Nurchalamsah S, M.Si.Med., Sp. B (K) Onk

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU


BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

RSUD PROVINSI NTB

2023

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa karena hanya dengan berkat
dan Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas laporan kasus yang
berjudul “Cancer Mammae Dextra” tepat pada waktunya. Tugas ini dibuat dalam
rangka mengikuti kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Bedah (Fakultas Kedokteran
Universitas Mataram). Tugas ini juga merupakan salah satu bentuk pembelajaran dan
peningkatan pemahaman terhadap kasus terkait bidang bedah anak.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua dan berbagai pihak yang
telah memberikan dukungan terhadap tugas ini. Terima kasih juga kepada dr. Wahyu
Nurchalamshah S, M.Si.Med., Sp.B(K)Onk selaku guru pembimbing yang telah
memberikan arahan dan masukan sehingga tugas ini dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih banyak kekurangan. Karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan.

Mataram, November 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
2.1 Identitas Pasien........................................................................................................5
2.2 Anamnesis................................................................................................................5
2.3 Pemeriksaan Fisik....................................................................................................6
2.4 Pemeriksaan Penunjang...........................................................................................7
2.5 Diagnosis Kerja......................................................................................................10
2.6 Tatalaksana.............................................................................................................10
2.7 Prognosis................................................................................................................10
2.8 Laporan Operasi.....................................................................................................10
2.9 Post Operasi...........................................................................................................11
BAB III............................................................................................................................15
KESIMPULAN...............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................19

3
BAB I
LAPORAN KASUS

I.1 Identitas Pasien


Nama : Misnah

Usia : 47 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Pringgarata, Lombok Tengah

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

No. RM : 226660

MRS : 26 Oktober 2023

Tanggal Pemeriksaan : 26 Oktober 2023

I.2 Anamnesis
A. Keluhan Utama
Benjolan pada payudara kanan
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSUD Provinsi NTB dengan keluhan terdapat luka
pada payudara kanan sejak 1 tahun yang lalu. Awalnya pasien mulai
menyadari terdapat benjolan di area payudara kanan atas namun
menghiraukannya karena tidak mengganggu. Awalnya benjolan
berukuran kecil (1x1 cm) dan keras namun dirasakan semakin
membesar. Benjolan lama lama menjadi luka dan terasa nyeri, namun
luka mengering dan tidak nyeri lagi setelah kemoterapi ke-2. Pasien tidak
mengeluhkan adanya benjolan di tempat lain.
Pasien mengeluhkan terdapat penurunan berat badan sejak bulan juli.
Pasien pertama kali periksa benjolan di poli RS HK awal juni
kemudian disarankan untuk melakukan biopsi.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat HT sejak 1 tahun yang lalu.

4
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluhan serupa disangkal
E. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Pasien merupakan anak dari ibu dengan G1P1A0H1. Selama kehamilan,
ibu pasien rutin kontrol kehamilan ke posyandu tiap bulannya dan 2 kali
USG ke dokter spesialis kandungan. Selama kontrol kehamilan tidak ada
masalah pada kondisi ibu dan bayi, hanya saja posisi bayi lintang sehingga
dilakukan SC, riwayat polihidramnion disangkal. Ibu pasien mengaku tidak
pernah sakit selama hamil, tidak ada riwayat pengobatan khusus selain
vitamin dan tablet tambah darah.
Pasien lahir di RS Anggoro Lombok Timur secara SC dengan usia
kehamilan 37-38 minggu atas indikasi letak lintang. Saat lahir pasien
langsung menangis, berat badan lahir 3200 gr, panjang badan lahir 52 cm.
F. Riwayat Makan
Hanya mengonsumsi ASI dari ibu
G. Riwayat Imunisasi
Pasien telah diberikan vaksin Hep B) dan BCG

I.3 Pemeriksaan Fisik


A. Status Generalis
- Keadaan umum : lemah
- Kesadaran : Dalam pengaruh obat
B. Tanda-tanda Vital
- Suhu : 36,8 C
- Nadi : 130 x/menit
- Pernapasan : 50 x/menit
- SpO2 : 98% % on ventilator FiO2 25% PEEP 5
C. Status Gizi
- Berat badan : 3,2 kg
- Panjang badan : 52 cm
- BB/U : 0 sd -2 SD (Normal)
- TB/U : 2 sd 0 SD (Normal)

5
- BB/TB : 0 sd -1 SD (Normal)
D. Status Lokalis

Kepala dan Leher Konjungtiva anemis (-/-), skelra


ikterik (-/-), pupil bulat isokor
Toraks - Inspeksi
Kesan dada kiri tertinggal,
retraksi (+) subcostal
- Palpasi
Krepitasi (-), massa (-)
- Perkusi
SDE
- Auskultasi
Cor : S1S2 tunggal regular,
murmur (-), gallop (-)
Pulmo: vesikuler menurun pada
lapang paru kiri, wheezing (-/-),
rhonki (-/-)
Abdomen Distensi (+), bising usus (+)
meningkat, hipertimpani,
Gastrointestinal : terpasang OGT
dengan residu warna kehijauan,
mekonium (-)
Ekstremitas Akral hangat, CRT < 2 detik, sianosis
(-), clubbing finger (-), edema (-)
I.4 Pemeriksaan Penunjang
A. Laboratorium
Parameter Hasil Satuan
Hb 17,9 g/dL
Leukosit 5.630 /uL
Eritrosit 5.34 Juta/uL
Trombosit 320.000 /uL
Hematokrit 51 %
CRP kuantitatif 72 mg/L
PT 66,4 Detik
APTT 75,5 Detik
GDS 73 mg/dL
Fungsi Hati
Bilirubin Total 3.8 mg/dL
Bilirubin Direk 1.04 mg/dL
Albumin 2.9 mg/dL
Elektrolit

6
Na 142 mmol/L
K 3.6 mmol/L
Cl 0.22 mmol/L
Analisa Gas Darah
pH 7,32
PCO2 30.2 mmHg
PO2 53,4 mmHg
HCO3 15.8 mmol/L
BE -8,3 mmol/L

B. Radiologi
X Ray (RS Anggoro-4 Oktober 2023)

Keterangan
- Cor : CRT 55%, bentuk dan letak jantung normal
- Pulmo : corakan bronkovaskuler tampak meningkat, tampak infiltrat pada
lapangan paru kanan dan lapangan atas paru kiri, hemidiafragma kanan
setinggi costa 8-9 posterior, sinus costofrenicus kanan kiri lancip.
- Abdomen : preperitoneal fat line kanan kiri baik, tampak 3 buah lusensi
pada hemiabdomen membentuk triple bubble sign, tampak distribusi udara
usus normal, tampak fecal maternal, tak tampak free air

7
- Kesan : bentuk dan letak jantung normal, gambaran neonatal pneumonia, 3
buah lusensi pada hemiabdomen membentuk triple bubble sign,suspel
jejunal atresia.

X Ray (RSUD Provinsi NTB-5 Oktober 2023)

Keterangan:

- Cor: apex rounded, pulmo: patchy infiltrat paracardial parahilar bilateral,


sinus phrenicostalis kanan kiri tajam, hemidiafragma kanan kiri normal, soft
tissue normal, trachea di tengah, tulang-tulang baik
- BOF: dilatasi bayangan gaster dengan gambaran intestine di lower
abdomen, minimal di cavum pelvis, tak tampak batu opaque di sepanjang
traktus urinarius, kontur ginjal kanan dan kiri tidak tampak jelas, bayangan
hepar dan lien tidak membesar, tulang yang tervisualisasi baik.
- Kesan : bronchopneumonia, apex rounded curiga pembesaran ventrikel
kanan, dilatasi bayangan gaster dengan gambaran insestine di lower
abdomen, minimal di cavum pelvis.

8
I.5 Diagnosis Kerja
Atresia Jejunal
I.6 Tatalaksana
A. Non Medikamentosa
- Oksigenasi
- D5 ¼ NS 8 cc/jam
B. Medikamentosa
- Inj. Ampicillin 2x160 mg IV
- Inj. Ranitidine 2x4 mg IV
- Inj. Ampicilin sulbactam 2x160 mg
- Inj. Vit.K 2 mg/hari
C. Tindakan
- OGT dekompresi
- Laparatomi explorasi + adhesiolisis + reseksi anastomosis jejuno-ileal.

I.7 Prognosis
- Ad vitam : Bonam
- Ad functionam : Dubia ad bonam
- Ad sanationam : Dubia

I.8 Laporan Operasi


- Operasi dilakukan pada tanggal 6 Oktober 2023. Sebelum tindakan, pasien
diberikan anestesi general. Insisi trasnversal supraumbilical, diperdalam
hingga menembus peritoneum, saat dibuka keluar udara sehingga kesan
abdomen kempes.
- Saat dilakukan eksplorasi didapatkan adhesi berat sistema usus disertai
volvulus pada segmen jejunum  kesan jejunum nekrosis. Dilakukan
adhesiolisis tajam, didapatkan atresia jejunum pada ± 15 cm proksimal dari
treitz, dengan segmen distal mutiple atresia
- Kesan lumen usus halus mulai utuh ± 15 cm proksimal ICJ (Ileocaecal
Junction)
- Segmen yang mengalami nekrosis direseksi, segmen multiple atresia direseksi

9
- Diputuskan untuk anastomosis jejunum dengan ileum end to side, total
panjang usus halus ± 30 cm.
- Kemudian cavum abdomen dicuci terlebih dahulu sebelum penjahitan
penutupan luka operasi.

I.9 Post Operasi


A. Follow up

Tanggal S O A P
NICU
6/10/23 Desaturasi KU Sedang Atresia - O2 Invasive
(-),demam HR: Jejuno-ileal ventilator FiO2
(-), 130x/menit multiple tipe 21 % PEEP 5
muntah RR: IV post op - D5 ¼ NS 7,6
(-), 40x/menit laparatomi- cc/jam
SPO2: 98% anastomosis - D10 + Ca 7,6
dengan jejuno-ileal cc/jam
NIPPV 21/6 H0 - Inj.
fiO2 21% Flukonazole 38
T: 36 C mg lanjut 19
Thoraks: mg/48 jam
retraksi (+) - Inj.
minimal metronidazole
Abdomen: 48 mg
BAB (-), BU selanjutnya
(+), OGT 2x24 mg
residu hijau - Inj parasetamol
Ekstremitas: 64 mg
hangat, CRT selanjutnya
< 2 detik 3x48 mg
7/10/23 Desaturasi KU Sedang Atresia - O2 Invasive
(-),demam HR: Jejuno-ileal ventilator FiO2
(-), 128x/menit multiple tipe 21 % PEEP 5
muntah RR: IV post op - D5 ¼ NS 7,6
(-), 40x/menit laparatomi- cc/jam
SPO2: 98% anastomosis - D10 + Ca 7,6
dengan jejuno-ileal cc/jam
NIPPV 21/6 H1 - Inj.
fiO2 21% Flukonazole 19
T: 36 C mg/48 jam
Thoraks: - Inj.
retraksi (+) metronidazole
minimal 2x24 mg
Abdomen: - Inj parasetamol
BAB (-), BU

10
(+), OGT 3x48 mg
residu hijau - Dobutamin
Ekstremitas: pump 1cc/jam
hangat, CRT
< 2 detik
8/10/23 Desaturasi KU Sedang Atresia - O2 Invasive
(-),demam HR: Jejuno-ileal ventilator FiO2
(-), 130x/menit multiple tipe 21 % PEEP 5
muntah RR: IV post op - D5 ¼ NS 7,6
(-), 40x/menit laparatomi- cc/jam
SPO2: 98% anastomosis - D10 + Ca 7,6
dengan jejuno-ileal cc/jam
NIPPV 20/5 H2 - Inj.
fiO2 21% Flukonazole 19
T: 36 C mg/48 jam
Thoraks: - Inj.
retraksi (+) metronidazole
minimal 2x24 mg
Abdomen: - Inj parasetamol
BAB (-), BU 3x48 mg
(+), OGT - Dobutamin
residu hijau
pump 1cc/jam
Ekstremitas:
hangat, CRT
< 2 detik
9/10/23 Desaturasi KU Sedang Atresia - O2 Invasive
(-),demam HR: Jejuno-ileal ventilator FiO2
(-), 130x/menit multiple tipe 25 % PEEP 5
muntah RR: IV post op - D5 ¼ NS 7,6
(+) 1x 50x/menit laparatomi- cc/jam
SPO2: 97% anastomosis - D10 + Ca 7,6
dengan jejuno-ileal cc/jam
NIPPV 18/5 H3 - Inj.
fiO2 25% Flukonazole 19
T: 36 C mg/48 jam
Thoraks: - Inj.
retraksi (+) metronidazole
minimal 2x24 mg
Abdomen: - Inj parasetamol
BAB (-), BU 3x48 mg
(+), OGT - Dobutamin
residu hijau
pump 1cc/jam
Ekstremitas:
hangat, CRT
< 2 detik

B. Foto Klinis

11
C. Pemeriksaan penunjang
X Ray (RSUD Provinsi NTB-11 Oktober 2023)

Keterangan
- Foto thorax : Cor batas kiri jantung tertutup perselubungan, pulmo: tak
tampak infiltrat lapang paru kanan, sibus phrenicostalis kanan tajam kiri
tertutup perselubungan, hemidiafragma kanan normal tertutup
perselubungan, soft tissue normal, trachea di tengah, tulang-tulang intak

12
- BOF : bayangan gas usus minimal di cavum abdomen, tervisualisasi di
lower abdomen, tak tampak batu opaque di sepanjang traktus urinarius,
kontur ginjal kanan dan kiri tidak tampak jelas, bayangan hepar dan lien
tidak membesar, tulang yang tervisualisasi baik
- Kesimpulan : efusi pleura kiri, bayangan gas usus minmal di caum
abdomen, tervisualiasi di lower abdomen, curiga ascites

13
BAB II
PEMBAHASAN

Pasien pada laporan ini adalah seorang bayi laki-laki berusia 7 hari, anak kedua
dari ibu berusia 29 tahun dengan G2P1A0H1. Pasien dengan atresia jejunum
menunjukkan gejala berupa muntah berwarna hijau (muntah bilous), perut kembung,
kegagalan mengeluarkan mekonium, dan dapat disertai dengan tanda-tanda dehidrasi.(7)
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan bahwa pasien datang
dengan muntah berwarna hijau sejak lahir, disertai dengan perut kembung, kuning dan
tidak mengeluarkan mekonium. Muntah bilous lebih sering terjadi pada atresia jejunum,
bayi kembung sejak hari pertama disertai muntah bilous, tetapi 20% kasus kembung
ditemukan mulai hari ke-2 atau hari ke-3. Semakin tinggi letak obstruksi semakin awal
terjadinya muntah dan lebih kencang.(8) Yang mana pada laporan operasi pada pasien
ini ditemukan bahwa atresia jejunum pada ± 15 cm proksimal dari treitz. Distensi
semakin hebat dengan semakin distalnya letak obstruksi pada usus. Dilaporkan 60-70%
kasus, bayi mengeluarkan mekonium setelah usia lebih dari sehari. Dehidrasi, demam,
ikterus dan pneumonia biasanya terjadi dengan keterlambatan diagnosis.(5)

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan radiologi dengan X-


ray foto babygram. Dari radiografi polos abdomen setelah 4 jam kelahiran dapat dinilai
adanya obstruksi partial maupun total. Obstruksi total akibat atresia jejunum tampak
gambaran patognomonik triple bubble yaitu dilatasi gaster, duodenumm dan jejunum
proksimal, tanpa adanya distribusi gas usus di distalnya.(1) Hasil pemeriksaan radiologi
pada pasien didapatkan kesan 3 buah lusensi pada hemiabdomen membentuk triple
bubble sign, suspel jejunal atresia. Selain itu bisa dilakukan USG prenatal yang dapat
ditemukan kemungkinan adanya obstruksi dari usus. USG prenatal dapat ditemukan
dilatasi dari loop usus dan adanya polihydramnion pada ibu yang mana sangat
berhubungan dengan kekurangan absorpsi dari cairan amnion pada kasus obstruksi usus.

Atresia jejunum adalah suatu malformasi dimana tidak terbentuknya lumen


jejunum. Meskipun teori yang paling diterima adalah gangguan pembuluh darah secara
lokal dengan akibat iskemia dan nekrosis yang kemudian segmen yang nekrosis ini
diserap sehingga hilang satu atau beberapa segmen dari intestinal.(3) Patologi lain yang
seringkali ditemukan pada fetus intrauterin antara lain intusussepsi, malrotasi dan

14
volvulus, dan polihidramnion.(6) Pada pasien, berdasarkan hasil laporan operasi
didapatkan bahwa terdapat volvulus pada segmen jejunum. Temuan ini dapat
menyebabkan terjadi oklusi dari pembulun darah yang memvaskularisasi dan
menyebabkan iskemia, nekrosis sehingga terjadi reabsorpsi pada segmen jejunum.
Volvulus intestinal umumnya dikaitkan dengan kelainan rotasi dan fiksasi intestinal.
Kejadian destruktif seperti volvulus, herniasi, dan intususepsi sering dilaporkan pada
pasien dengan JIA. Volvulus terjadi pada awal kehidupan intrauterin pada atresia
intestinal dengan resorpsi lengkap segmen usus yang terlibat. Dua teori utama mengenai
mekanisme atresia intestinal adalah Tandler’s concept tentang kurangnya revaskuolisasi
tahap perkembangan intestinal dan studi klasik oleh Louw dan Barnard menyatakan
bahwa gangguan vaskular mesenterika intrauterine adalah penyebab sebagian besar
atresia intestinal.(9) Dalam penelitian Huebner Dkk, gangguan aliran darah mesenterika
intrauterin menyebabkan JIA dikaitkan dengan volvulus pada 34 nenonatus (27%),
gastrochisis pada 21 (16%), omphalocele pada 2 neonatus (1,6%), divertikulum Meckel
3 (2,4%) dan intususepsi pada 2 91,6%) di antara 128 neonatus. Selama Selama
kehamilan tidak ada masalah dan tidak terdeteksi kelainan bawaan apapun.(10)

Tatalaksana pra operasi yang diberikan pada pasien dengan atresia jejunum
mencakup dekompresi dengan selang nasogastrik untuk menghindari asporasi, resusitasi
cairan dan elektrolit, antibiotik spektum luas jika terjadi perforasi atau bukti infeksi.
Pasien diberikan terapi antibiotik berdasarkan hasil pemeriksaan pemeriksaan
laboratorium menunjukkan leukositosis dan didapatkan gambaran pneumonia pada hasil
radiologi.(2)

Terapi pembedahan tergantung pada lokasi lesi, temuan anatomis, kondisi yang
berhubungan dengan saat operasi, dan panjang dari intestinal yang tersisa. Reseksi dari
bagian usus proksimal yang mengalami dilatasi dan hipertropi dengan anastomose
primer end to end dengan atau tanpa tapering pada bagian usus proksimal adalah teknik
yang paling banyak dilakukan. Teknik operasi pada atresia jejunoileal dapat dilakukan
dengan beberapa pendekatan. Ada yang menganjurkan dengan teknik laparoskopi.
Namun teknik ini seringkali menimbulkan kesulitan untuk mengidentifikasi atresia
karena untuk menentukan bagian yang mengalami diltasi pada cavum abdomen
neonatus yang masih sempit. Oleh karena itu, eksplorasi abdomen dilakukan, insisi
circumumbilical pada operasi neonatus sama efektif dengan insisi abdomen transversal

15
dengan angka morbiditas yang rendah dan hasil kosmetik yang lebih baik. Insisi
transversal baik supra maupun infraumbilical juga diperbolehkan.(2) Pada pasien ini
dilakukan laparatomi explorasi + adhesiolisis + reseksi anastomosis jejuno-ileal.
Didapatkan atresia jejunum pada ± 15 cm proksimal dari treitz, dengan segmen distal
mutipel atresia sehingga termasuk dalam klasifikasi atresia tipe IV yaitu kombinasi tipe
I sampai tipe III, sering bersifat genetik, cedera vaskuler, peradangan intrauterine, atau
kelainan pada fase embrio. Defisiensi imunitas, sering menyertia kelainan atresia
multipel.(11)

Perawatan postoperatif, nutrisi parenteral sangat dianjurkan dan harus dimulai


segera dan seharusnya dilanjutkan sampai bayi dapat mentoleransi dengan diet enteral
penuh. Enteral feeding dapat dimulai bila pada saat aspirasi gaster jernih, output
minimal dan bayi dapat BAB.(12) Perawatan 3 hari post operasi residu NGT pasien
masih berwarna kehijauan. Beberapa komplikasi seperti perlengketan usus, obstruksi
fungsional, anastomosis dan striktur dapat terjadi. Adhesi adalah komplikasi yang
seringkali terjadi pada operasi abdomen. Yang lebih sulit adalah obstruksi fungsional
menetap dari anastomosis. Pasca operasi tanda-tanda vital pasien dipantau dengan
cermat. Infeksi merupakan komplikasi yang signifikan dan salah satu penyebab utama
kematian. Tanda sepsi, termasuk hipotermia, gangguan pernapasan, gelisah dan pucat
harus dipantau. Pasien dinilai sepsis berdasarkan tingginya nilai penanda septik dan
diamati secara ketak di NICU.(4)

16
KESIMPULAN
Telah dilaporkan seorang bayi laki-laki usia 7 hari dengan atresia jejunum tipe
IV. Awal keluhan muntah bilous sejak lahir disertai dengan perut kembung. Diagnosis
dibuat berdasarkan temuan pada anamnesis dan pemeriksaan fisik, serta dikonfirmasi
melalui pemeriksaan radiologi berupa babygram. Pasien menjalani tindakan laparotomi
Laparatomi explorasi + adhesiolisis + reseksi anastomosis jejuno-ileal. Perkembangan
kondisi pasien setelah operasi semakin membaik. Penting untuk mendeteksi secara dini
kecurigaan atresia jejunum untuk mendapatkan tatalaksana lebih awal dan optimal.

17
DAFTAR PUSTAKA
1. Gunawan L, Anandasari PPY, Patriawan P. Temuan radiologi dalam kelainan
kongenital atresia jejunum: serial kasus. Intisari Sains Medis. 2021;12(3):752–6.

2. Weledji EP, Monono N, Theophil N. Clinics in Surgery Primary Side-to-Side


Anastomosis after Resection of Jejunal Atresic Segment is Safe and Effective in
the. Clin Surg. 2020;5(February):5–7.

3. Sukewanti NM, Artana IWD, Putra PJ, Kardana IM, Sukmawati M, Ariyanta
KD. Jejunal atresia in the newborn: three cases after resection and end-to-end
anastomoses. Intisari Sains Medis. 2020;11(1):211–5.

4. Kulkarni M. Duodenal and small intestinal atresia. Surgery [Internet].


2010;28(1):33–7. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j.mpsur.2009.10.004

5. Kinzel AJ, Chen J. A Case of Jejunal Atresia. 2018;22:7–9.

6. Shalkow J. Small Intestinal Atresia and Stenosis [Internet]. West virginia:


American College of Surgeons, International Society of Paediatric Surgical
Oncology; 2023. p. 2–3. Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/939258-overview

7. Ciftci I. Jejunal Atresia: How To Diagnose. Diagnostic Ther Study.


2012;1(3):73–80.

8. Psuchukwu, Obiyo; Rentea R. Ileal Atresia [Internet]. Treasure Island: StatPearls


[Internet]; 2023. p. 3–2. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557400/

9. Hafsari SR, Suwardi. Neonate with Jejunal Atresia with Distal Ileal Volvulus
Caused by Meckel ’ s Diverticulum. J Med Case Rep. 2021;2(4):18–21.

10. Ciftci I. JEJUNAL ATRESIA ASSOCIATED WITH VOLVULUS WITHOUT


A MESENTERIC. 2015;(January 2012).

11. Bhatia, Anmol; Shatanof, Rachel; Bordoni B. Embryology Gastrointestinal


[Internet]. Treasure Island: StatPearls [Internet]; 2023. p. 1–4. Available from:

18
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537172/

12. Tiwari Pooja. Jejunoileal Atresia Type IIIC: A New Variant. Sch J Med Case
Reports. 2021;9(1):48–50.

19

Anda mungkin juga menyukai