Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS TEKS EDITORIAL / TAJUK RENCANA

a. Struktur Kebahasaan Teks Editorial

Struktur Teks Editorial Paragraf


Thesis / pernyataan umum Siapa pun tentu setuju, bahwa generasi muda adalah
(Paragraf 1) masa depan bangsa. Artinya, tantangan untuk membuat
generasi muda mampu mengoptimalkan potensi diri,
merupakan tantangan bagi bangsa Indonesia. Dalam
konteks ini, apa yang pernah disampaikan Menteri
Sosial Khofifah Indar Parawansa, bahwa masyarakat
perlu meningkatkan kepedulian terhadap kondisi anak-
anak Indonesia, perlu menjadi perhatian bersama.
Menurut Khofifah, masih banyak orangtua atau
masyarakat yang kurang peduli, apalagi mengutamakan,
proses tumbuh kembang anak untuk menjadi manusia
yang berkualitas dan berkarakter. Bahkan tidak sedikit
orangtua yang tega mengeksploitasi anak untuk
kepentingan ekonomi.
Argumentasi (paragraf 2, Padahal, anak-anak yang tereksploitasi akan
3, serta kalimat pertama, banyak menghabiskan waktunya di luar rumah atau di
kedua, dan ketiga paragraf jalanan. Sehingga mereka akan sangat rawan mengalami
4) ‘kekerasan’ dalam berbagai bentuk. Kenyataan
menunjukkan, penanganan aparat atau negara terhadap
kasus-kasus kekerasan terhadap anak seringkali tidak
serius. Hal itu menyebabkan tidak munculnya efek jera
bagi pelaku kekerasan terhadap anak. Bahkan kasus
demi kasus yang menyangkut kekerasan dan eksploitasi
anak bermunculan dalam ekskalasi yang cukup tinggi.
Maka, wajar saja kalau Menteri Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak (PP-PA) Yohana
Yambise mengkritik keras aparat yang tidak serius dan
menganggap sepele kasus kekerasan dan eksploitasi
anak.
Karena itu, diperlukan dorongan yang kuat dari
masyarakat agar penanganan hukum dan penegakan
aturan oleh aparat lebih serius dan tegas. Hal itu penting
agar menimbulkan efek jera. Sangat disayangkan, masih
adanya pandangan, bahwa kekerasan terhadap anak
merupakan urusan dalam ranah privat keluarga. Banyak
anak diperlakukan secara tidak adil dan bermartabat.
Seperti perampasan hak-hak anak, yang meliputi hak
mendapat kasih sayang dari orangtua, pendidikan yang
layak, dan sarana bermain yang sesuai dengan usianya.
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
No.35/2015, bahwa pelaku kekerasan dan eksploitasi
terhadap anak diancam hukuman penjara selama 15
tahun.
Namun dalam prakteknya, hukuman yang
dijatuhkan oleh pengadilan terhadap pelaku tindak
kekerasan serta eksploitasi anak hanya sekitar 3-4 tahun.
Kalau sudah demikian, bagaimana mungkin bisa terjadi
efek jera? Bahkan hukuman bisa lebih rendah lagi jika
terjadi ‘transaksi‘ antara penegak hukum dan pelaku
kekerasan.
Penegasan ulang (kalimat Dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang
keempat dan kelima Perlindungan Anak juga diatur bahwa anak seharusnya
paragraf 4) memperoleh hak hidup, tumbuh dan berkembang, serta
wajib mendapatkan perlindungan dari eksploitasi, baik
secara ekonomi seksual. Dan perlu dipahami, bahwa
anak sesungguhnya merupakan aset serta investasi
paling berharga bagi keberlangsungan, bukan saja
keluarga, melainkan juga bangsa atau negara.
Teks Editorial yang berjudul ‘Anak, Aset Paling Berharga’ ditujukan kepada
pemerintah, khususnya aparat negara, dalam hal ini aparat penegak hukum. Dalam teks
tersebut penulis lebih sering mengkritik pemerintah yang dinilai tidak serius dalam
menanggapi kasus kekerasan dan eksploitasi terhadap anak sehingga terjadi peningkatan
angka kekerasan dan eksploitasi terhadap anak. Penulis juga beranggapan bahwa aparat
penegak hukum kurang tegas dalam melakukan penegakan hukum dan aturan terhadap
pelaku tindak kekerasan serta eksploitasi terhadap anak. Hukuman penjara selama 15
tahun yang dijatuhkan kepada pelaku dipersingkat menjadi hanya sekitar 3-4 tahun. Hal
ini semakin memperkuat dugaan penulis bahwa telah terjadi “transaksi” antara penegak
hukum dan pelaku kekerasan. Teks editorial ini tidak hanya ditujukan kepada pemerintah
tetapi juga ditujukan kepada masyarakat, khusunya para orang tua yang dinilai kurang
peduli dengan kondisi anak-anak.
Dalam teks editorial tersebut, penulis menujukan keberpihakannya kepada anak-
anak. Penulis mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi anak-anak yang
diperlakukan secara tidak adil dan bermartabat. Selain itu, penulis juga beranggapan
bahwa anak merupakan aset serta investasi paling berharga bagi keberlangsungan bangsa
atau negara sehingga semua hak anak harus terpenuhi dan wajib mendapatkan jaminan
perlindungan dari eksploitasi, sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang No.
23 Tahun 2002
1. Masalah (paragraf 1)
Tantangan bagi Bangsa Indonesia untuk membuat generasi muda mampu
mengoptimalkan potensi diri.
Banyak orangtua atau masyarakat yang kurang peduli, apalagi mengutamakan,
proses tumbuh kembang anak untuk menjadi manusia yang berkualitas dan
berkarakter. Bahkan tidak sedikit orangtua yang tega mengeksploitasi anak untuk
kepentingan ekonomi.
2. Analisis Masalah
Anak-anak yang tereksploitasi banyak menghabiskan waktunya di luar rumah atau di
jalana sehingga mereka akan sangat rawan mengalami ‘kekerasan’ dalam berbagai
bentuk. (Paragraf 2)
Penanganan aparat atau negara terhadap kasus-kasus kekerasan terhadap anak
seringkali tidak serius. Hal itu menyebabkan tidak munculnya efek jera bagi pelaku
kekerasan terhadap anak sehingga kasus demi kasus yang menyangkut kekerasan dan
eksploitasi anak bermunculan dalam eskalasi yang cukup tinggi. (Paragraf 2)
Ancaman hukuman berupa penjara selama 15 tahun yang ditetapkan Undang-
Undang No.35 Tahun 2015 kepada pelaku tindak kekerasan dan eksploitasi terhadap
anak dipersingkat menjadi hanya sekitar 3-4 tahun. (Paragraf 3)
3. Solusi (paragraf 3)
Perlunya dorongan yang kuat dari masyarakat agar penanganan hukum dan
penegakan aturan oleh aparat agar lebih serius dan tegas sehingga menimbulkan efek
jera.
b. Fakta dan Opini Berdasarkan Isi dalam Setiap Paragraf

Paragraf Pokok Isi Paragraf Fakta atau Opini


1 Bangsa Indonesia memiliki tantangan untuk membuat Opini
generasi muda mampu mengoptimalkan potensi diri. Fakta
Menteri Sosial, Khofifah Indar Parawansa, memberikan
imbauan kepada masyarakat, khususnya para orang tua
untuk meningkatkan kepedulian mereka terhadap kondisi
anak-anak Indonesia setelah melihat kenyataan bahwa
tidak sedikit orang tua yang tega mengeksploitasi anak
untuk kepentingan ekonomi.
2 Anak-anak yang menjadi korban eksploitasi lebih banyak Opini
menghabiskan waktu di luar rumah atau jalanan sehingga Fakta
rawan mengalami ‘kekerasan’ dalam berbagai bentuk.
Ketidakseriusan aparat atau negara dalam menangani
berbagai kasus kekerasan dan eksploitasi terhadap anak
menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah kasus
terebut hingga menuai kritikan keras dari Menteri
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PP-
PA),Yohana Yambise.
3 Dorongan yang kuat dari masyarakat terhadap Opini
pemerintah sangat diperlukan agar pengananan hukum Fakta
dan penegakan aturan oleh aparat lebih serius dan tegas
untuk menimbulkan efek jera.
Ancaman hukuman berupa penjara selama 15 tahun bagi
pelaku kekerasan dan eksploitasi terhadap anak yang
diatur dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 2015.
4 Hukuman yang dijatuhkan pengadilan terhadap pelaku Opini
kekerasan serta eksploitasi anak hanya sekitar 3-4 tahun Fakta
atau bahkan bisa lebih rendah lagi jika terjadi ‘transaksi‘
antara penegak hukum dan pelaku kekerasan.
Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak merupakan instrumen hukum yang
berisi jaminan perlindungan terhadap hak dan kewajiban
anak sebagai aset serta inverstasi paling berharga bagi
keberlangsungan, bukan saja keluarga, melainkan juga
bangsa atau negara.

c. Ringkasan Teks Editorial


Bangsa Indonesia memiliki tantangan untuk membuat generasi muda mampu
mengoptimalkan potensi diri. Menteri Sosial, Khofifah Indar Parawansa, memberikan
imbauan kepada masyarakat, khususnya para orang tua untuk meningkatkan kepedulian
mereka terhadap kondisi anak-anak Indonesia setelah melihat kenyataan bahwa tidak
sedikit orang tua yang tega mengeksploitasi anak untuk kepentingan ekonomi. Anak-anak
yang menjadi korban eksploitasi lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah atau
jalanan sehingga rawan mengalami ‘kekerasan’ dalam berbagai bentuk. Ketidakseriusan
aparat atau negara dalam menangani berbagai kasus kekerasan dan eksploitasi terhadap
anak menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah kasus terebut hingga menuai kritikan
keras dari Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PP-PA),Yohana
Yambise. Oleh karena itu, dorongan yang kuat dari masyarakat terhadap pemerintah
sangat diperlukan agar pengananan hukum dan penegakan aturan oleh aparat lebih serius
dan tegas untuk menimbulkan efek jera.
Ancaman hukuman berupa penjara selama 15 tahun bagi pelaku kekerasan dan
eksploitasi terhadap anak telah diatur dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 2015.
Namun, hukuman yang dijatuhkan pengadilan terhadap pelaku kekerasan serta
eksploitasi anak hanya sekitar 3-4 tahun atau bahkan bisa lebih rendah lagi jika terjadi
‘transaksi‘ antara penegak hukum dan pelaku kekerasan. Undang-Undang No. 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak merupakan instrumen hukum yang berisi jaminan
perlindungan terhadap hak dan kewajiban anak sebagai aset serta inverstasi paling
berharga bagi keberlangsungan, bukan saja keluarga, melainkan juga bangsa atau negara.
d. Ulasan Teks Editorial

Masa depan suatu bangsa menjadi tanggung jawab bersama seluruh rakyat,
khususnya bagi para generasi muda sebagai penerus bangsa. Bangsa Indonesia memiliki
tantangan untuk membuat generasi muda mampu mengoptimalkan potensi diri sehingga
masyararakat, khususnya para orangtua perlu meningkatan kepedulian terhadap kondisi
anak-anak Indonesia. Dewasa ini, masih banyak orangtua yang kurang memperhatikan
proses tumbuh kembang anak. Bahkan ada beberapa orangtua yang justru tega
mengeksploitasi anak untuk kepentingan ekonomi. Anak-anak yang menjadi korban
eksploitasi lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah atau jalanan sehingga
mereka rawan mengalami ‘kekerasan’ dalam berbagai bentuk.

Saat ini, kondisi yang terjadi pada Bangsa Indonesia adalah meningkatnya angka
kekerasan dan eksploitasi terhadap anak. Hal ini disebabkan oleh ketidakseriusan aparat
atau negara dalam menangani kasus-kasus tersebut yang menyebabkan tidak munculnya
efek jera bagi pelaku. Sebenarnya, Negara Indonesia telah menetapkan berbagai
instrumen hukum yang mengatur dan melindungi hak-hak anak serta memberikan
jaminan perlindungan dari kekerasan dan eksploitasi terhadap anak. Namun,
pengimplementasian dari berbagai instrumen tersebut sering kali tidak sejalan dengan
aturan yang telah ditetapkan. Berdasarkan Undang-Undang No 35 Tahun 2015, pelaku
tindak kekerasan dan eksploitasi terhadap anak mendapat ganjaran berupa ancaman
hukuman penjara selama 15 tahun.

Namun dalam prakteknya, hukuman yang dijatuhkan pengadilan terhadap pelaku


tindak kekerasan serta eksploitasi terhadap anak hanya sekitar 3-4 tahun dan bisa lebih
rendah lagi jika terjadi ‘transaksi‘ antara penegak hukum dan pelaku kekerasan. Maka
tidak heran apabila kasus-kasus kekerasan dan eksploitasi terhadap anak semakin marak
terjadi. Oleh karena itu, desakan masyarakat terhadap pemerintah sangat diperlukan agar
pengananan hukum dan penegakan aturan oleh aparat lebih serius dan tegas guna
menimbulkan efek jera bagi pelaku. Selain itu, mayarakat juga perlu memahami bahwa
anak sesungguhnya merupakan aset serta investasi paling berharga bagi keberlangsungan
suatu bangsa atau negara.
Glosarium

Aset modal; kekayaan.


Aparat badan pemerintahan; instansi pemerintahan; pegawai negeri; alat negara.
Bangsa kelompok masyarakat yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan
sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri.
Dorongan desakan; anjuran yang keras.
Eksploitasi pemanfaatan untuk keuntungan sendiri; pengisapan; pemerasan (tentang
tenaga orang)
Eskalasi kenaikan; pertambahan (volume, jumlah, dan sebagainya).
Generasi muda kelompok (golongan, kaum) muda.
Hukuman siksa dan sebagainya yang dikenakan kepada orang yang melanggar undang-
undang dan sebagainya.
Investasi penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek dengan
tujuan untuk memperoleh keuntungan.
Jera tidak mau (berani dan sebagainya) berbuat lagi; kapok; serik.
Kasus keadaan yang sebenarnya dari suatu urusan atau perkara; keadaan atau kondisi
khusus yang berhubungan dengan seseorang atau suatu hal.
Kekerasan perbuatan seseorang atau kelompok orang yang menyebabkan cedera atau
matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain.
Negara organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah
dan ditaati oleh rakyat.
Pengadilan dewan atau majelis yang mengadili perkara; mahkamah.
Potensi kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan.
Ranah lingkungan yang memungkinkan terjadinya percakapan, merupakan kombinasi
antara partisipan, topik, dan tempat (misalnya keluarga, pendidikan, tempat kerja,
keagamaan, dan sebagainya).
Rawan mudah menimbulkan gangguan keamanan atau bahaya; gawat
Sepele remeh; enteng; tidak penting.
Tantangan hal atau objek yang perlu ditanggulangi.
Tega tidak menaruh belas kasihan; tidak merasa sayang (kasihan dan sebagainya); tidak
peduli akan nasib (penderitaan) orang; sampai hati.
Transaksi persetujuan jual beli (dalam perdagangan) antara dua pihak.
Tumbuh kembang pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikologis (tentang anak).

Anda mungkin juga menyukai