Anda di halaman 1dari 19

Kebutuhan hygiene

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 12

Anius Wandik (1490122145)


Elvira Islahiyah Kamilah (1490122096)
Florensya Nussy (1490122089)
Lodiana Mavi Viegas (1490122105)
Sri Agustina(1490122149)
Yunita Riana Anthony(1490122073)
Pengertian Higyene
Menurut World Health Organization
(WHO) (2020) menyatakan bahwa
hygiene atau kebersihan adalah tindakan
kebersihan yang mengacu pada kondisi
untuk menjaga kesehatan dan mencegah
penyebaran penyakit.
Personal hygiene atau kebersihan diri merupakan
tindakan merawat diri sendiri termasuk dalam
memelihara kebersihan bagian tubuh seperti rambut,
mata, hidung, mulut, gigi, dan kulit (Nurudeen dan
Toyin, 2020) .
Jenis – Jenis Hygiene
1. Kebersihan tangan, kaki dan kuku
2. Kebersihan Rambut
3. Kebersihan gigi dan mulut
4. Kebersihan mata, hidung telinga
5. Kebersihan kulit
6. Kebersihan genetalia
TUJUAN UMUM
Untuk mempertahankan perawatan diri, baik secara sendiri
maupun dengan bantuan, dapat melatih hidup sehat/bersih dengan
cara memperbaiki gambaran atau persepsi terhadap kesehatan dan
kebersiahan,serta meenciptakan penampilan yang sesuai dengan
kebutuhan kesehatan.
Menurut Natalia,(2015) tujuan personal hygiene antara lain:
1. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang
2. Memelihara kebersihan diri seseorang
3. Memperbaiki personal hygiene yang kurang
4. Pencegahan penyakit
5. Meningkatkan kepercayaan diri seseorang
6. Menciptakan kehindaan
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi

Dampak Hygiene 1. Praktik sosial


2. Pilihan pribadi
3. Citra tubuh
1. Dampak Fisik 4. Status sosial ekonomi
2. Dampak Psikososial
5. Pengetahuan dan motivasi kesehatan
6. Budaya
7. Kondisi fisik
Oral hygiene

Suatu proses membersihkan gigi dari sisa-sisa makanan, plak, serta


proses untuk menstimulasi gusi. Tindakan ini dapat dilakukan sesering
mungkin minimal tiap 1-2 jam, tergantung dengan kebutuhan klien
terhadap prosedur serta dapat dilakukan secara mandiri oleh klien
( misalnya menyikat gigi) ataupun dengan bantuan perawat (misalnya
melakukan perawatan mulut pada klien dengan penurunan kesadaran).
Tujuan
1. Menghilangkan sisa – sisa makanan
yang ada disekitar atau diantara gigi.
2. Menghilangkan sisa – sisa plak gigi
3. Meningkatkan kenyamanan klien
4. Mencegah infeksi rongga mulut
Hal – hal yang perlu diperhatikan pada klien
dengan tingkat kesadaran baik :

1. Pada klien dengan masalah gusi sensitif atau perdarahan dapat dilakukan
perawatan mulut dengan memakai sponge yang lembut atau dapat pula
dilakukan pemberian cairan sorbital, sodium, carbosimetilselulosa, dan
elektrolit.
2. Klien dengan penyakit diabetes mellitus, dianjurkan untuk melakukan kontrol
gigi tiap 3-4 bulan sekali.
3. Ajarkan klien cara mencegah kerusakan gigi, misalnya menurunkan intake
glukosa, khususnya konsumsi snacks yang manis diantara jadwal makan,
menyikat gigi maksimal 30 menit setelah makan makanan yang manis, gunakan
air yang mengandung fluoride, dan membasuh mulut dengan air..
4. Cheilosis dapat dicegah dengan cara memakai minyak khusus
bibir dan tidak menggigit – gigit bibir.
5. Perawatan mulut juga harus dilakukan pada klien yang masih
anak-anak.
6. Ajarkan pula pada orangtua untuk memberikan botol hanya
dengan berisi air putih pada saat jam tidur
1. Posisi yang dapat memudahkan
perawat dalam melakukan perawatan
mulut pada klien dengan penurunan
kesadaran adalah posisi lateral.
2. Jika klien menjadi agitasi pada saat
dimasukannya spatel, melakukan
Pada klien dengan tindakan yang sama dengan cara yang
lebih lembut ke arah mulut bagian
penurunan kesadaran belakang.
3. Kemoterapi dan radiasi dapat
menyebabkan stomatitis pada klien.
Telaah Jurnal

Penulis: Qurrata A’yun, Mariyam Mariyam,


Vivi Yosafianti Pohan, Desi Ariyana Rahayu.
Tahun: 2021
Judul : Penerapan Oral Hygiene dengan Madu
pada anak usia sekolah dasar dengan Evaluasi
pH (potential of Hydrogen) Saliva.
Telaah Jurnal ini mengunakan metode PICOT
Populasi/Problem:
Subjek studi Berjumlah 2 orang yang di dapatkan secara purpose
sampling,
Kejadian masalah karies gigi pada anak adalah penyakit paling umum di
seluruh dunia. Asam yang dihasilkan oleh bakteri mulut Streptococcus
mutans pada biofilm
permukaan gigi sebagai penyebab karies gigi. Bakteri dihasilkan setelah
minuman dan makanan yang dikonsumsi terutama yang mengandung
gula.
Dengan adanya gula, bakteri patogen menciptakan lingkungan yang
asam sehingga memicu perkembangan biofilm yang akan merusak
lapisan gigi.
Intervention
metodenya menggunakan deskriptif dengan pendekatan studi kasus
berdasarkan Evidence Based Nursing (EBN) oral hygiene menggunakan
madu. Peralatan yang dibutuhkan selama oral hygiene menggunakan
madu : kertas lakmus, madu murni, sikat gigi, pot saliva, gelas kumur,
sendok dan tisu. Oral hygiene menggunakan madu murni ini dilakukan
selama 3 hari. Sebelum dilakukan oral hygiene menggunakan madu
murni pada pagi hari, sampel saliva diambil ± 1 ml untuk diperiksa pH
saliva. Kemudian hasilnya didokumentasikan dilanjut dengan oral
hygiene menggunakan madu dan larutan madu untuk kumur-kumur.
Setelah oral hygiene subyek dilarang untuk makan dan minum selama 3
jam untuk dicek ulang pH saliva setelah oral hygiene. Sedangkan oral
hygiene pada malam hari juga tetap menggunakan madu murni akan
tetapi tidak diperiksa pH saliva. Peralatan yang dibutuhkan untuk oral
hygiene madu ini yaitu : madu murni, air 150 cc, kertas lakmus, pot
saliva, gelas 150 cc, sikat gigi.
Comparison
pH Hari Hari Hari
Saliva ke - 1 ke - 2 ke- 3

Pretest Post Pretest Post Pretest Post


test test test
Subjek 12 12 13 12 13 13
1
Subjek 13 12 13 12 12 13
2
Hasil penerapan oral hygiene menggunakan
madu didapatkan pH saliva pasien terjadi
penurunan 1 angka dari pH 13 ke pH 12. Nilai
pH saliva tidak terjadi penurunan signifikan akan
tetapi masih dalam rentang pH basa. Saliva
bersifat alkalis, apabila pH saliva tinggi maka
risiko terjadi karies gigi semakin rendah.
Outcome Terdapat penurunan Ph Saliva setelah di lakukan Oral
Hygiene mengunakan madu murni rata-rata penurunan pH
selama tiga hari pada masing-masing paien subjek 1 sebesar
0,033 dan subjek 2 sebesar 1, 33. Sebelum pemberian oral
Hygiene pH Saliva menunjukan pH 13 dan Setelah
pemberian oral hygiene di temukan pH saliva menunjukan
pH 12 anak bisa sikat gigi dengan benar di waktu yang tepat
dan mengatakan kenymanan pengunaan pasta gigi madu di
bandingkan paska gigi sehari-hari.

Time Dilakukan selama 3 hari, dimulai tanggal 25-


27 Juli 2021
Anatomi Fisiologi

MULUT
Bagian-bagian mulut antara lain :
1. Bibir
2. Rongga mulut
3. Palatum
4. Faring
5. Gigi
6. Lidah
7. Kelenjar ludah
Perbandigan
Perbandingan antara jurnal penelitian sebelumnya dengan
menggunakan pasta gigi deterjen juga membuktikan bahwa dapat
memberikan efek antri bakteri, kemudian mekanisme kerja pasta
gigi non deterjen adalah mengembalikan fisiologis dari sistem Saliva
dalam air ludah sehingga tercipta kondisi oral yang menghambat
pertumbuhan bakteri dan juga mencegah pembentukan plak.
Dimana pada pemberian pasta gigi non deterjen lebih banyak
penurunan plak dibandingkan pada pemberian pasta deterjen,
dibuktikan dengan pemberian pasta gigi non deterjen yaitu madu,
yang hasilnya pHnya naik, walaupun tidak signifikan perbandingan
nilainya. Namun bisa mencegah terjadinya plak.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai