RADANG PINGGUL
DosenPembimbing:
DisusunOleh:
Kelompok : 3
Anggota : 1. Maulina
3. Syindi Cantika
4. Masyithah
5. Rodhotul Jannah
MK : Keperawatanmaternitas II
LHOKSEUMAWE
2022
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit radang panggul (PID) adalah infeksi rahim ,saluran tuba dan organreproduksi
lainnya yang menyebabkan gejala seperti nyeri perut bawah. Ini merupakankomplikasi serius
dari beberapa penyakit menular seksual (PMS).Terutama klamidiadan gonore. PID dapat
merusak tuba dan jaringan di dekat uterus dan ovarium.PIDdapat menyebabkan kemandulan,
kehamilan ektopik, pembentukan abses dan nyeri panggul kronis.Gambar 1.1 Pelvic
inflammatory deseaseSumber : www.google.com Setiap tahun di Amerika Serikat. diperkirakan
bahwa lebih dari 750.000 wanitamengalami PID akut.
1.3. TUJUAN
1. Dapat mengetahui definisi, etiologi, faktor resiko, patofisiologis dari radang panggul
2. Dapat mengetahui jenis, gejala, klasifikasi penatalaksanaan, dan cara pencegahan dari
radang panggul.
3. Kita dapat memahami lebih lanjut dari radang panggul
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Penyakit Radang Panggul (PID: Pelvic Inflammatory Disease) adalah infeksi padaalat
genital atas. Proses penyakitnya dapat meliputi endometrium, tubafalopi, ovarium,miometrium,
parametria, dan peritonium panggul. PID adalah infeksi yang paling peting dan merupakan
komplikasi infeksi menular seksual yang paling biasa.(Sarwono,2011; h.227)Pelvic Inflamatory
Disease adalah suatu kumpulan radang pada saluran genital bagian atas oleh berbagai organisme,
yang dapat menyerang endometrium, tuba fallopi,ovarium maupun miometrium secara
perkontinuitatum maupun secara hematogenataupun sebagai akibat hubungan seksual.
2.2 ETIOLOGI
Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran genital bagian
bawah, yang menyebar ke atas melalui leher rahim.Butuh waktu dalam hitungan hariatau minggu
untuk seorang wanita menderita penyakit radang panggul.Bakteri penyebab tersering adalah N.
Gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis yangmenyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan
sehingga menyebabkan berbagai bakteri dari leher rahim maupun vagina menginfeksi daerah
tersebut.Kedua bakteri iniadalah kuman penyebab PMS. Proses menstruasi dapat memudahkan
terjadinya infeksikarena hilangnya lapisan endometrium yang menyebabkan berkurangnya
pertahanandari rahim, serta menyediakan medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri
(darahmenstruasi).
Bakteri fakultatif anaerob dan flora juga diduga berpotensi menjadi penyebab PID.yang
termasuk dantaranya adalah Gardnerella vaginalis, streptokokus agalactiae, peptostreptokokus,
bakteroides dan mycoplasma genetalia.patogen genetalia lain yangmenyebabkan PID
adalahaemaphilus influenza dan haemophilus parainfluenza.
Actinomices diduga menyebabkan PID yang dipicu oleh penggunaan AKDR.PIDmungkin juga
disebabkan oleh salpingitis granulomatosa yang disebabkanMycobakterium tuberkulosis dan
Schistosoma.
Terdapat beberapa faktor resiko PID , namun yang utama adalah aktivitas seksual.PID
yang timbul setelah periode menstruasi pada wanita dengan aktivitas seksual berjumlah sekitar
85% sedangkan 15% di sebabkan karena luka pada mukosa misalnyaAKDR atau kuretaseResiko
juga meningkat berkaitan dengan jumlah pasangan seksual. Wanita denganlebih banyak dari 10
pasangan seksual cenderung memiliki pningkatan resiko sebesar 3kali lipat.Usia muda juga
merupakan salah satu faktor resiko yang di sebabkan olehkurangnya kestabilan hubungan
seksual dan mungkin oleh kurangnya imunitas.
faktor resiko lainnya yaitu pemasangan alat kontrasepsi, etnik, status postmaterialdimana
resiko meningkat 3 kali di banding yang tidak menikah, infeksi bacterialvaginosis, dan merokok.
Peningkatan resiko PID di temukan pada etnik berkulit putihdan pada golongan sosio ekonomi
rendah. PID sering muncul pada usia 15 – 19 tahundan pada wanita yang pertama kali
berhubungan seksual.
Pasien yang digolongkan memiliki faktor resiko tinggi untuk PID adalah wanita diusia 25
tahun, menstruasi, memiliki pasangan seksual yang multiple, tidakmenggunakan kontrasepsi, dan
tinggal di daerah yang tinggi prevelensi penyakitmenular seksual.PID juga sering timbul pada
wanita yang pertama kali berhubunganaseksual. Pemakain AKDR meningkatkan resiko PID 2 –
3 kali lipat pada 4 bulan pertama setelah pemakaian, namun kemudian resiko kembali menurun.
Wanita yangtidak berhubungan seksual secara aktif dan telah menjalani sterilisasi tuba,
memilikiresiko yang sangat rendah untuk PID.
2.4 PATOFISIOLOGIS
Tahap Pertama : melibatkan akuisisi dari vagiana atau infeksi servikal.Penyakit menular
seksual yang menyebabkan mungkin asimptomatik
Tahap Ke dua : Timbul oleh penyebaran asenden langsung mikroorganismedari vagina dan
serviks.Mukosa serviks menyediakan barrier fungsional melawan penyebaran ke atas,namun
efek dari barrier ini mungkin berkurang akibat pengaruh perubahan hormonalyang timbul selama
ovulasi dan menstruasi. Gangguan suasana servikovaginal dapattimbul akibat terapi antibiotic
dan penyakit menular seksual yang dapat menggagukeseimbangan flora endogen.Menyebabkan
organisme nonpatogen bertumbuh secara berlebihan dan bergerak ke atas.Pembukaan serviks
selama menstruasi dengan aliranmenstrual yang retrograd dapat memfasilitasi pergerakan
asenden darimikroorganisme.Hubungan seksual juga dapat menyebabkan ifeksi asenden
akibatdari kontraksi uterus mekanis dan ritmik.Bakteri dapat terbawa bersama spermamenuju
uterus dan tuba.
faktor resiko meningkat pada wanita dengan pasangan seksual multiple , punyariwayat
penyakit seksual sebelumnya, pernah PID, Riwayat pelecehan seksual usiamuda, dan mengalami
tindakan pembedahan. Usia muda mengalami peningkatanresiko akibat dari peningkatan
permeabilitas mucosal serviks, zona servical ektopiyang lebih besar, proteksi antibody
chalamidya yang masih rendah, dan peningkatan berlaku beresiko. Prosedur pembedahan dapat
menghancurkan barrier servical,sehingga menjadi predisposisi terjadi infeksi.
Pada traktus bagian atas, jumlah mikroba dan fakrot host memiliki peneranterhadap
derajat inflamasi dan parut yang dihasilkan. Infeksi uterus biasanya terbatas pada endometrium,
namun dapat lebih invasive pada uterus yang gravid aytau postpartum.Infeksi tuba awalnya
melibatkan mukosa, tapi inflamasi transmural yangdi mediasi komplimen yang bersifat akut
dapat timbul cepat dan intensitas terjadinyainfeksi lanjutan pun meningkat.Inflamasi dapat
meluas ke struktur parametrialtermasuk usus.Infeksi dapat pula meluas oleh tumpahnya materi
purulrn dari tubafallopi atau fia penyebaran limfatik dalam pelvis menyebabkan peritonitis akut
atau perihepatitis akut.
1. Salpingitis
mikroorganisme yang menyebabkan salpingitis adalah N. Gonorhea dan Ctrachomatis.
Salpingitis timbul pada remaja yang memiliki pasangan seksualyang multiple dan tidak
menggunakan kontrasepsi
Abses ini sering muncul setelah salfingitis namun lebih sering karena infeksiadnexa yang
berulang.pasian dalam keadaan asimtomatik atau dalam keadaanseptic syok, bitemukan 2
minggu setelah menstruasi denga nyeri pelvis danabdomen, mual, muntah, demam dan takikardi.
Seluruh abdomen tegang dannyeri
Kriteria minimum untuk diagnosis klinis adalah sebagai berikut : (ketiga tiganyaharus
ada)
Beberapa ahli menganjurkan bahwa pasien dengan PID di rawat inapagar dapat segera di
mulai istirahat baring dan pemberian antibiotika parenteral dalam pengawasan akan tetapi, untuk
pasien pasien PID ringanatau sedang rawat jalan dapat memberikan kesudahan jangka pendek
dan panjang yang sama dengan rawat inap. Keputusan untuk rawat inap ada ditangan dokter
yang merawat. Di sarankan memakai kriteria rawat inapsebagai berikut :
1.Tumor adnexa
2.Apendicitis
3.Servicitis
4.Kista ovarium
5.Tersio ovarium
6.Aborsi spontan
8.Kehamilan ektopik
9.Endometriosis
2.9. PENATALAKSANAAN
a.Terapi perenteral
Tiga terapi alternatif telah di coba dan mereka mempunyai cakupan spektrum yangluas
-Ofloksasin 400 mg intravena stiap 12 jam dengan atau tanpa metronidazole 500mg intraven
setiap 8 jam atau
b.Terapi oral
Terapi oral dapat di pertimbangkan untuk penderita PID atau sedang karenakesudahan
klinisnya sama dengan terapi parenteral. Pasien yang mendapat terapidan tidak menunjukkan
perbaikan setelah 72 jam harus dire-evaluasi untukmemastikan diagnosisnya dan diberikan terapi
parenteral baik dengan rawat jalanmaupun inap.
Rekomendasi terapi A
-Levofloksasin 500 mg oral 1X setiap hari selama 14 hari atau ofloksasin 400 mg2x
sehari selama 14 hari dengan atau tanpa
Rekomendasi terapi B
Pada ibu hamil yang terkena radang panggul tidak boleh di berikan
antibiotic.Dankemungkinan akan di lakukan terminasi.
Pada ibu menyusui yang terkena radang panggul boleh di berikan antibiotic, seperti
1. Pencegahan dapat di lakukan dengan mencegah terjadi infeksi yang di sebabkanoleh kuman
penyebab penyakit menular seksual. Terutama chalamidya.Peningkatan edukasi masyarakat,
penapisan rutin, diagnosis dini, serta penangananyang tepat terhadap infeksi chlamidya
berpengaruh besar dalam menurunkan angkaPID. Edukasi hendaknya focus pada metode
pencegahan penyakit menular seksual,termasuk setiap terhadap satu pasangan, menghindari
aktifitas seksual yang tidakaman, dan menggunakan pengamanan secara rutin.
2. Adanya progam penapisan penyakit menular seksual dapat mencegah terjadinyaPID pada
wanita. Mengadakan penapisan terhadap pria perlu di lakukan untukmencegah penularan kepada
wanita
.3. Pasien yang telah di diagnosa dengan PID atau penyakit menular seksual harusdi terapi
hingga tuntas, dan terapi juga di lkukan terhadap pasangannya untukmencegah penularan
kembali.
4. Wanita usia remaja harus menghindari aktivitas seksual hingga usia 16 tahunatau lebih.
5. Kontrasepsi oral dilakukan dapat mengurangi resiko PID6. Semua wanita berusia 25 tahun ke
atas harus di lakukan penapisan terhadapchlamidya tanpa memandang faktor resiko
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Penyakit Radang Panggul (PID: Pelvic Inflammatory Disease) adalah infeksi padaalat
genital atas. Proses penyakitnya dapat meliputi endometrium, tubafalopi, ovarium,miometrium,
parametria, dan peritonium panggul. PID adalah infeksi yang paling peting dan merupakan
komplikasi infeksi menular seksual yang paling biasa.(Sarwono,2011; h.227)Pelvic Inflamatory
Diseases (PID) adalah infeksi alat kandungan tinggi dari uterus,tuba, ovarium, parametrium,
peritoneum, yang tidak berkaitan dengan pembedahan dankehamilan.
PID mencakup spektrum luas kelainan inflamasi alat kandungan tinggitermasuk kombinasi
endometritis, salphingitis, abses tuba ovarian dan peritonitis pelvis.Biasanya mempunyai
morbiditas yang tinggi. Batas antara infeksi rendah dantinggi ialah ostium uteri internum
(Marmi, 2013; h.198)Terdapat beberapa faktor resiko PID , namun yang utama adalah aktivitas
seksual.PID yang timbul setelah periode menstruasi pada wanita dengan aktivitas seksual
berjumlah sekitar 85% sedangkan 15% di sebabkan karena luka pada mukosa misalnyaAKDR
atau kuretaseResiko juga meningkat berkaitan dengan jumlah pasangan seksual. Wanita
denganlebih banyak dari 10 pasangan seksual cenderung memiliki pningkatan resiko sebesar
3kali lipat.Keluhan atau gejala yang paling sering di kemukakan adalah nyeriabdominopelvik.
Keluhan lain berfariasi, antar alin keluarnya cairan vagina, atau perdarahan, demam, menggigil,
serta mual dan dysuria. Demam terlihat pada 60% – 80% kasus.
Daignosis PID sulit karena kaluhan dan gejala-gejala yang di kemukanansangat
berfariasi.Pada pasien dengan nyeri tekan serviks, uterus, dan adneksa, PID didiagnosis dengan
akurat hanya 65%.Karena kaibat buruk PID terutama infertilitas dannyeri panggul kronik, maka
PID harus di curigai pada perempuan beresiko dan diterapisecara agresif.Kriteria diagnosis
diagnostic dari CDC dapat membantu akurasidiagnosis dan ketepatan terapi.
DAFTAR PUSTAKA