Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

RADANG PINGGUL

DosenPembimbing:

Ns. TrianaDewi, M.Kep

DisusunOleh:

Kelompok : 3

Anggota : 1. Maulina

2. Annisa Sri Rezeki

3. Syindi Cantika

4. Masyithah

5. Rodhotul Jannah

MK : Keperawatanmaternitas II

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUMI PERSADA

LHOKSEUMAWE

2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Penyakit radang panggul (PID) adalah infeksi rahim ,saluran tuba dan organreproduksi
lainnya yang menyebabkan gejala seperti nyeri perut bawah. Ini merupakankomplikasi serius
dari beberapa penyakit menular seksual (PMS).Terutama klamidiadan gonore. PID dapat
merusak tuba dan jaringan di dekat uterus dan ovarium.PIDdapat menyebabkan kemandulan,
kehamilan ektopik, pembentukan abses dan nyeri panggul kronis.Gambar 1.1 Pelvic
inflammatory deseaseSumber : www.google.com Setiap tahun di Amerika Serikat. diperkirakan
bahwa lebih dari 750.000 wanitamengalami PID akut.

Insidensi PID pada pengguna alat kontrasepsi


dalam rahim(AKDR) adalah sekitar 9,38 per 1000 wanita di 20 hari setelah pemasangan.
Namun,angka kejadian PID pada pengguna AKDR akan menurun menjadi 1,39 per 1000wanita
pada satu tahun setelah pemasangan Angka PID pada pemakaian AKDR adalahsebanyak 1,4-1,6
kasus per 1000 wanita selama tahun pemakaian.Beberapa faktor merupakan risiko untuk
penyebab PID antara lain hubunganseksual, prosedur kebidanan/kandungan (misalnya
pemasangan AKDR, persalinan,aborsi), aktivitas seksual, berganti-ganti pasangan seksual,
riwayat PID sebelumnya, proses menstruasi, dan kebiasaan menggunakan pembersih kewanitaan,
dan lain-lain.Penelitian yang pernah dilakukan oleh Krisnadi menyebutkan bahwa sebagian
besarPID disebabkan akibat hubungan seksual. Terdapat peningkatan jumlah penyakit inidalam
2-3 dekade terakhir berkaitan dengan beberapa faktor, termasuk diantarannya.
adalah peningkatan jumlah Penyakit Menular Seksual (PMS) dan penggunaan
AKDR.Risiko terkena PRP pada pemakaian AKDR 1,5– 10 kali lebih besar dibandingkan
pemakaian kontrasepsi lain atau yang bukan pemakai sama sekali. 15% kasus penyakitini terjadi
setelah tindakan operasi seperti biopsi endometrium, kuret, histeroskop

1.2. RUMUSAN MASALAH

1. Definisi Radang panggul


2. Etiologi radang panggul
3. Faktor resiko radang panggul
4. Patofisiologi radang panggul
5. Jenis-Jenis Pelvic inflammatory desease
6. Gejala dan diagnosis radang panggul
7. Klasifikasi klinik pelvic inflammatory desease
8. Deferensial radang panggul
9. Penatalaksanaan radang panggul
10. Cara pencegahan radang panggul

1.3. TUJUAN

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

1. Dapat mengetahui definisi, etiologi, faktor resiko, patofisiologis dari radang panggul
2. Dapat mengetahui jenis, gejala, klasifikasi penatalaksanaan, dan cara pencegahan dari
radang panggul.
3. Kita dapat memahami lebih lanjut dari radang panggul
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI

Penyakit Radang Panggul (PID: Pelvic Inflammatory Disease) adalah infeksi padaalat
genital atas. Proses penyakitnya dapat meliputi endometrium, tubafalopi, ovarium,miometrium,
parametria, dan peritonium panggul. PID adalah infeksi yang paling peting dan merupakan
komplikasi infeksi menular seksual yang paling biasa.(Sarwono,2011; h.227)Pelvic Inflamatory
Disease adalah suatu kumpulan radang pada saluran genital bagian atas oleh berbagai organisme,
yang dapat menyerang endometrium, tuba fallopi,ovarium maupun miometrium secara
perkontinuitatum maupun secara hematogenataupun sebagai akibat hubungan seksual.

Penyakit radang panggul atau pelvic inflamatory disease (PID) merupakan


infeksigenetalia bagian atas wanita yang sebagian besar disebabkan hubunganseksual.
(manuaba)Pelvic Inflamatory Diseases (PID) adalah infeksi alat kandungan tinggi dari
uterus,tuba, ovarium, parametrium, peritoneum, yang tidak berkaitan dengan pembedahan
dankehamilan. PID mencakup spektrum luas kelainan inflamasi alat kandungan tinggitermasuk
kombinasi endometritis, salphingitis, abses tuba ovarian dan peritonitis pelvis.Biasanya
mempunyai morbiditas yang tinggi.Batas antara infeksi rendah dantinggi ialah ostium uteri
internum (Marmi, 2013; h.198).
penyakit radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas. Penyakittersebut
dapat mempengaruhi endometrium (selaput dalam rahim), saluran tuba,indung telur, miometrium
(otot rahim), parametrium dan rongga panggul. Penyakitradang panggul merupakan komplikasi
umum dari Penyakit Menular Seksual (PMS).

2.2 ETIOLOGI

Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran genital bagian
bawah, yang menyebar ke atas melalui leher rahim.Butuh waktu dalam hitungan hariatau minggu
untuk seorang wanita menderita penyakit radang panggul.Bakteri penyebab tersering adalah N.
Gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis yangmenyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan
sehingga menyebabkan berbagai bakteri dari leher rahim maupun vagina menginfeksi daerah
tersebut.Kedua bakteri iniadalah kuman penyebab PMS. Proses menstruasi dapat memudahkan
terjadinya infeksikarena hilangnya lapisan endometrium yang menyebabkan berkurangnya
pertahanandari rahim, serta menyediakan medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri
(darahmenstruasi).
Bakteri fakultatif anaerob dan flora juga diduga berpotensi menjadi penyebab PID.yang
termasuk dantaranya adalah Gardnerella vaginalis, streptokokus agalactiae, peptostreptokokus,
bakteroides dan mycoplasma genetalia.patogen genetalia lain yangmenyebabkan PID
adalahaemaphilus influenza dan haemophilus parainfluenza.

Actinomices diduga menyebabkan PID yang dipicu oleh penggunaan AKDR.PIDmungkin juga
disebabkan oleh salpingitis granulomatosa yang disebabkanMycobakterium tuberkulosis dan
Schistosoma.

2.3 FAKTOR RESIKO

Terdapat beberapa faktor resiko PID , namun yang utama adalah aktivitas seksual.PID
yang timbul setelah periode menstruasi pada wanita dengan aktivitas seksual berjumlah sekitar
85% sedangkan 15% di sebabkan karena luka pada mukosa misalnyaAKDR atau kuretaseResiko
juga meningkat berkaitan dengan jumlah pasangan seksual. Wanita denganlebih banyak dari 10
pasangan seksual cenderung memiliki pningkatan resiko sebesar 3kali lipat.Usia muda juga
merupakan salah satu faktor resiko yang di sebabkan olehkurangnya kestabilan hubungan
seksual dan mungkin oleh kurangnya imunitas.
faktor resiko lainnya yaitu pemasangan alat kontrasepsi, etnik, status postmaterialdimana
resiko meningkat 3 kali di banding yang tidak menikah, infeksi bacterialvaginosis, dan merokok.
Peningkatan resiko PID di temukan pada etnik berkulit putihdan pada golongan sosio ekonomi
rendah. PID sering muncul pada usia 15 – 19 tahundan pada wanita yang pertama kali
berhubungan seksual.

Pasien yang digolongkan memiliki faktor resiko tinggi untuk PID adalah wanita diusia 25
tahun, menstruasi, memiliki pasangan seksual yang multiple, tidakmenggunakan kontrasepsi, dan
tinggal di daerah yang tinggi prevelensi penyakitmenular seksual.PID juga sering timbul pada
wanita yang pertama kali berhubunganaseksual. Pemakain AKDR meningkatkan resiko PID 2 –
3 kali lipat pada 4 bulan pertama setelah pemakaian, namun kemudian resiko kembali menurun.
Wanita yangtidak berhubungan seksual secara aktif dan telah menjalani sterilisasi tuba,
memilikiresiko yang sangat rendah untuk PID.

2.4 PATOFISIOLOGIS

PID di sebabkan oleh penyebaran mikroorganisme secara asenden ke traktusgenital atas


dari vagiana dan serviks. Mekanisme pasti yang bertanggung jawab atas penyebaran tersebut
tidak diketahui, namun aktifitas seksual mekanis dan pembukaanserviks selama menstruasi
mungkin berpengaruh.Banyak kasus PID timbul dengan 2 tahap :

Tahap Pertama : melibatkan akuisisi dari vagiana atau infeksi servikal.Penyakit menular
seksual yang menyebabkan mungkin asimptomatik

Tahap Ke dua : Timbul oleh penyebaran asenden langsung mikroorganismedari vagina dan
serviks.Mukosa serviks menyediakan barrier fungsional melawan penyebaran ke atas,namun
efek dari barrier ini mungkin berkurang akibat pengaruh perubahan hormonalyang timbul selama
ovulasi dan menstruasi. Gangguan suasana servikovaginal dapattimbul akibat terapi antibiotic
dan penyakit menular seksual yang dapat menggagukeseimbangan flora endogen.Menyebabkan
organisme nonpatogen bertumbuh secara berlebihan dan bergerak ke atas.Pembukaan serviks
selama menstruasi dengan aliranmenstrual yang retrograd dapat memfasilitasi pergerakan
asenden darimikroorganisme.Hubungan seksual juga dapat menyebabkan ifeksi asenden
akibatdari kontraksi uterus mekanis dan ritmik.Bakteri dapat terbawa bersama spermamenuju
uterus dan tuba.
faktor resiko meningkat pada wanita dengan pasangan seksual multiple , punyariwayat
penyakit seksual sebelumnya, pernah PID, Riwayat pelecehan seksual usiamuda, dan mengalami
tindakan pembedahan. Usia muda mengalami peningkatanresiko akibat dari peningkatan
permeabilitas mucosal serviks, zona servical ektopiyang lebih besar, proteksi antibody
chalamidya yang masih rendah, dan peningkatan berlaku beresiko. Prosedur pembedahan dapat
menghancurkan barrier servical,sehingga menjadi predisposisi terjadi infeksi.

AKDR telah di duga merupakan predisposisi terjadinya PID dengan


memfasilitasitransmisi mikroorganisme ke traktus genitalia atas.Kontrasepsi oral
justrumengurangi resiko PID secara simptomatik.Mungkin dengan meningkatkan
viskositasmukosa oral, menurunkan aliran menstrual antegrade dan retrograde, danmemodifikasi
respon imun local.

Pada traktus bagian atas, jumlah mikroba dan fakrot host memiliki peneranterhadap
derajat inflamasi dan parut yang dihasilkan. Infeksi uterus biasanya terbatas pada endometrium,
namun dapat lebih invasive pada uterus yang gravid aytau postpartum.Infeksi tuba awalnya
melibatkan mukosa, tapi inflamasi transmural yangdi mediasi komplimen yang bersifat akut
dapat timbul cepat dan intensitas terjadinyainfeksi lanjutan pun meningkat.Inflamasi dapat
meluas ke struktur parametrialtermasuk usus.Infeksi dapat pula meluas oleh tumpahnya materi
purulrn dari tubafallopi atau fia penyebaran limfatik dalam pelvis menyebabkan peritonitis akut
atau perihepatitis akut.

2.5.JENIS JENIS PID


Beberapa jenis inflamasi yang termasuk PID yang sering ditemukan adalah :

1. Salpingitis
mikroorganisme yang menyebabkan salpingitis adalah N. Gonorhea dan Ctrachomatis.
Salpingitis timbul pada remaja yang memiliki pasangan seksualyang multiple dan tidak
menggunakan kontrasepsi

2. Abses tuba ovarium

Abses ini sering muncul setelah salfingitis namun lebih sering karena infeksiadnexa yang
berulang.pasian dalam keadaan asimtomatik atau dalam keadaanseptic syok, bitemukan 2
minggu setelah menstruasi denga nyeri pelvis danabdomen, mual, muntah, demam dan takikardi.
Seluruh abdomen tegang dannyeri

2..6. GEJALA DAN DIAGNOSIS


Keluhn atau gejala yang paling sering di kemukakan adalah nyeriabdominopelvik.
Keluhan lain berfariasi, antar alin keluarnya cairan vagina, atau perdarahan, demam, menggigil,
serta mual dan disuria. Demam terlihat pada 60% - 80% kasus.Daignosis PID sulit karena
kaluhan dan gejala-gejala yang di kemukanansangat berfariasi.Pada pasien dengan nyeri tekan
serviks, uterus, dan adneksa, PID didiagnosis dengan akurat hanya 65%.Karena kaibat buruk PID
terutama infertilitas dannyeri panggul kronik, maka PID harus di curigai pada perempuan
beresiko danditerapi secara agresif.Kriteria diagnosis diagnostic dari CDC dapat
membantuakurasi diagnosis dan ketepatan terapi.

Kriteria minimum untuk diagnosis klinis adalah sebagai berikut : (ketiga tiganyaharus
ada)

Nyeri gerak serviks

Nyeri tekan uterus

Nyeri tekan adneksa

Kriteria tambahan seperti berikut adalah dapat di pakai untuk menambahspesifisitas


kriteria minimum dan mendukung diagnosis PID.

Suhu oral < 38,3Oc

Cairan serviks atau vagina tidak normal mukokurulen.


Leukosit dalam jumlah banyak pada pemeriksaan mikroskop sekter vaginadengan salin

Kenaikan laju endap darah

Protein reaktif – C meningkat

Dokumentasi laboraturium infeksi serviks oleh N. gonorrhoeae atau C.trachomatisPada


pemeriksaan dalam dapat dijumpai :

 Tegang di bagian bawah


 Nyeri serta nyeri gerak pada serviks
 Dapat teraba tumor karena pembentukan abses
 Di bagian belakang Rahim terjadi penimbunan nanah
 Dalam bentuk menahun mungkin teraba tumor, perasaan tidak enak(Discomfort) di
bagain bawah abdomen (Manuaba, 2010)

Keiteria diagnosis PID sangat spesifik meliputi :

 Bipsi endometrium desertai bukti histopatologis endometritis


 USG transvaginal atau MRA memperlihatkan tuba menebal penuh berisicairan dengan
atau tanpa cairan bebas di panggul atau kompleks tubo

– ovarial atau pemeriksaan dopler menyarankan infeksi panggul (missalhiperemi tuba)

 Hasil pemeriksaan laporoskopi yang konsisten dengan PID

Beberapa ahli menganjurkan bahwa pasien dengan PID di rawat inapagar dapat segera di
mulai istirahat baring dan pemberian antibiotika parenteral dalam pengawasan akan tetapi, untuk
pasien pasien PID ringanatau sedang rawat jalan dapat memberikan kesudahan jangka pendek
dan panjang yang sama dengan rawat inap. Keputusan untuk rawat inap ada ditangan dokter
yang merawat. Di sarankan memakai kriteria rawat inapsebagai berikut :

 Kedaruratan bedah (mial apensisitis) tidak dapat di kesampingkan.


 Pasien sedang hamil
 Pasien tidak memberi respons klinis terhadap antimikrobia oral
 Pasien tidak mampu mengikuti atau menaati pengobatan rawat jalan
 Pasien menderita sakit berat mual dan muntah, atau demam tinggi
 Ada akses tubo ovarial

2.8. DEFERENSIAL DIAGNOSA

1.Tumor adnexa

2.Apendicitis

3.Servicitis

4.Kista ovarium

5.Tersio ovarium

6.Aborsi spontan

7.Infeksi saluran kemih

8.Kehamilan ektopik

9.Endometriosis

2.9. PENATALAKSANAAN

A. PADA WANITA TIDAK HAMIL

Terapi PID harus ditujukan untuk mencegah kerusakan tuba yang


menyebabkaninfertilitas dan kehamilan ektopik, serta pencegahan ektopik infeksi kronik.Banyak
pasien yang berhasil di terapi dengan rawat jalan dan terapi rawat jalan dini harusmenjadi
pendekatan terapiotik permulaan. Pemilihan antibiotika harus ditujuakan padaorganisme etiologi
utama (N. Gonorrhoeae atau C. Trachomatis) tetapi juga harusmengarah pada sifat pilimik
krobial PID.Untuk pasien dengan PID ringan atau sedang terapi oral dan perenteral
mempunyaidaya guna klinis yang sama

Rekomendasi terapi dari CDC

a.Terapi perenteral

Rekomendasi terapi parenteral A

-Sevotetan 2 g intavena setiap 12 jam atau

-Sevoksitin 2 g intravena setiap 6 jam di tambah

-Doksisiklin 100 mg oral atau parenteral setiap 12 jam

Rekomendasi terapi parenteral B

-Klindamisin 900 mg setiap 8 jam di tambah

-Gentamicin dosis muatan intravena atau intramuskuler ( 2mg / kg BB) diikutidengan


dosis pemeliharaan ( 1,5 mg / kg BB) Setiap 8 jam. Dapat di gantidenagn dosis tunggal harian.

 Terapi parenteral alternative

Tiga terapi alternatif telah di coba dan mereka mempunyai cakupan spektrum yangluas

-Levofloksasin500 mg intravena 1X sehari dengan atau tanpa metronidazole 500mg intravena


setiap 8 jam atau

-Ofloksasin 400 mg intravena stiap 12 jam dengan atau tanpa metronidazole 500mg intraven
setiap 8 jam atau

-Ampisilin/sulbaktam 3 mg intavena setiap 6 jam di tambak Doksisiklin 100 mgoral atau


intravena etiap 12 jam.

b.Terapi oral
Terapi oral dapat di pertimbangkan untuk penderita PID atau sedang karenakesudahan
klinisnya sama dengan terapi parenteral. Pasien yang mendapat terapidan tidak menunjukkan
perbaikan setelah 72 jam harus dire-evaluasi untukmemastikan diagnosisnya dan diberikan terapi
parenteral baik dengan rawat jalanmaupun inap.

Rekomendasi terapi A

-Levofloksasin 500 mg oral 1X setiap hari selama 14 hari atau ofloksasin 400 mg2x
sehari selama 14 hari dengan atau tanpa

-Metronidazole 500 mg oral 2x sehari selama 14 hari

 Rekomendasi terapi B

-Seftriakson 250 mg intramuscular dosis tunggal di tambah doksisiklin oral 2xsehari


selama 14 hari dengan atau tanpa metronidazole 500 mg oral 2x sehariselama 14 hari atau

-Sefoksitin 2 g intramuscular dosis tunggal dan probenosid di tambah doksisiklinoral 2x


sehari selama 14 hari dengan atau tanpa metronidazole 500 mg oral 2xsehari selama 14 hari atau

-Sefalosporin generasi ketiga (missal seftizoksim atau sefotaksim) di tambahdoksisiklin


oral 2x sehari selam 14 hari dengan atau tanpa metronidazole 500mg oral 2x sehari selama 14
hari

B PADA WANITA HAMIL

Pada ibu hamil yang terkena radang panggul tidak boleh di berikan
antibiotic.Dankemungkinan akan di lakukan terminasi.

C. PADA IBU MENYUSUI

Pada ibu menyusui yang terkena radang panggul boleh di berikan antibiotic, seperti

1. Ceftriaxone : Di anggap aman untuk digunakan selama menyusui oleh AmericanAcademy of


pediatric.
2. Doksisiklin : Dapat menyebabkan noda gigi atau menghambat pertumbuhantulang. Produsen
obat klaim serius potensi efek samping.

3. Metromidazol : Potensi resiko pertumbuhan tulang.

 BILA UNTUK MENGURANGI RASA SAKIT PERUT DANPANGGUL, bisa


diberikan seperti penghilang rasa sakit ibuprofen dan paracetamol dan bersamaan dengan
pemberian antibiotic
 Infeksi radang panggul karena IUD, dilakukan pemberian antibioticdulu dan dilakukan
observasi beberapa hari dan jika tidak ada perbaikanmaka dilakukan pelepasan IUD
karena kemungkinan infeksi disebabkanoleh IUD .KOMPLIKASI PADA
KEHAMILANPenelitia telah menunjukkan bahwa menunda pengobatan sedikitnnya 2-3
hari dapatmenyebabkan peningkatan resiko infertilitas. Pengobatan segera dilakukan
terkait denganPID dan tingkat keparahannya
 Infertilitas : resiko infertile setelah terkena PID jumlah dan tingkat keparahannya
 Kehamilan ektopik
 Nyeri panggul kronis
 Perihepatitis ( sindrom fitz- hugh Curtis ) : menyebabkan nyeri kuadran kanan atas
 Abses tubo ovarium
 Reiter’s syndrome ( reaktif arthritis )
 Pada kehamilan : PID dikaitkan dengan peningkatan persalinan prematur, danmorbiditas
ibu dan janin
 Neonatal : transmisi perinatal C. trachomatis atau N. gonorrhoeae dapatmenyebabkan
ophthalmia neonatorum pneumonitis clamidia juga bisa terjadi

2.10. CARA PENCEGAHAN

Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Pencegahan dapat di lakukan dengan mencegah terjadi infeksi yang di sebabkanoleh kuman
penyebab penyakit menular seksual. Terutama chalamidya.Peningkatan edukasi masyarakat,
penapisan rutin, diagnosis dini, serta penangananyang tepat terhadap infeksi chlamidya
berpengaruh besar dalam menurunkan angkaPID. Edukasi hendaknya focus pada metode
pencegahan penyakit menular seksual,termasuk setiap terhadap satu pasangan, menghindari
aktifitas seksual yang tidakaman, dan menggunakan pengamanan secara rutin.

2. Adanya progam penapisan penyakit menular seksual dapat mencegah terjadinyaPID pada
wanita. Mengadakan penapisan terhadap pria perlu di lakukan untukmencegah penularan kepada
wanita

.3. Pasien yang telah di diagnosa dengan PID atau penyakit menular seksual harusdi terapi
hingga tuntas, dan terapi juga di lkukan terhadap pasangannya untukmencegah penularan
kembali.

4. Wanita usia remaja harus menghindari aktivitas seksual hingga usia 16 tahunatau lebih.

5. Kontrasepsi oral dilakukan dapat mengurangi resiko PID6. Semua wanita berusia 25 tahun ke
atas harus di lakukan penapisan terhadapchlamidya tanpa memandang faktor resiko
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN

Penyakit Radang Panggul (PID: Pelvic Inflammatory Disease) adalah infeksi padaalat
genital atas. Proses penyakitnya dapat meliputi endometrium, tubafalopi, ovarium,miometrium,
parametria, dan peritonium panggul. PID adalah infeksi yang paling peting dan merupakan
komplikasi infeksi menular seksual yang paling biasa.(Sarwono,2011; h.227)Pelvic Inflamatory
Diseases (PID) adalah infeksi alat kandungan tinggi dari uterus,tuba, ovarium, parametrium,
peritoneum, yang tidak berkaitan dengan pembedahan dankehamilan.

PID mencakup spektrum luas kelainan inflamasi alat kandungan tinggitermasuk kombinasi
endometritis, salphingitis, abses tuba ovarian dan peritonitis pelvis.Biasanya mempunyai
morbiditas yang tinggi. Batas antara infeksi rendah dantinggi ialah ostium uteri internum
(Marmi, 2013; h.198)Terdapat beberapa faktor resiko PID , namun yang utama adalah aktivitas
seksual.PID yang timbul setelah periode menstruasi pada wanita dengan aktivitas seksual
berjumlah sekitar 85% sedangkan 15% di sebabkan karena luka pada mukosa misalnyaAKDR
atau kuretaseResiko juga meningkat berkaitan dengan jumlah pasangan seksual. Wanita
denganlebih banyak dari 10 pasangan seksual cenderung memiliki pningkatan resiko sebesar
3kali lipat.Keluhan atau gejala yang paling sering di kemukakan adalah nyeriabdominopelvik.
Keluhan lain berfariasi, antar alin keluarnya cairan vagina, atau perdarahan, demam, menggigil,
serta mual dan dysuria. Demam terlihat pada 60% – 80% kasus.
Daignosis PID sulit karena kaluhan dan gejala-gejala yang di kemukanansangat
berfariasi.Pada pasien dengan nyeri tekan serviks, uterus, dan adneksa, PID didiagnosis dengan
akurat hanya 65%.Karena kaibat buruk PID terutama infertilitas dannyeri panggul kronik, maka
PID harus di curigai pada perempuan beresiko dan diterapisecara agresif.Kriteria diagnosis
diagnostic dari CDC dapat membantu akurasidiagnosis dan ketepatan terapi.

DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/doc/53420488/Pelvic-Inflammatory-DiseasePrawirohardjo, Sarwono. Ilmu


Kandungan Edisi Ketiga. PT Bina Pustaka. Jakarta. 2011.Manuaba, IBG, dkk. 2010. Ilmu
Kebidanan Penyakit Kandungan Dan KB.Jakarta : EGCHelen, Varney. (2007).

Buku Ajar Asuhan Kebidanan.

Edisi 4, Volume 2. Jakarta: EGCMarmi, Retno. A.M.S., Fatmawati. E. 2011.

Asuhan Kebidanan Patologi

. Yogyakarta :Pustaka Pelajar

Anda mungkin juga menyukai