Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Keperawatan

Volume 13 Nomor 1, Maret 2021


e-ISSN 2549-8118; p-ISSN 2085-1049
http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/Keperawatan

PENGETAHUAN, KEPERCAYAAN DAN TRADISI IBU MENYUSUI BERHUBUNGAN


DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

Triana Dewi
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Sains Cut Nyak Dhien Langsa, Jl. Jenderal Ahmad Yani No.8, RW.9,
Gampong Jawa, Langsa Kota, Kota Langsa, Aceh 24354, Indonesia
*dhiyatriana17@gmail.com

ABSTRAK
Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan ibu dalam memberikan ASI Eksklusif.
Faktor pengetahuan, kepercayaan dan tradisi yang di anut ibu menjadi faktor penting yang harus digali
untuk mencapai keberhasilan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
pengetahuan, kepercayaan dan tradisi ibu menyusui dengan pemberian ASI eksklusif di Desa Sekumur
Kecamatan Sekerak Kabupaten Aceh Tamiang. Penelitian jenis kuantitatif menggunakan desain cross
sectional. Tehnik sampling yang digunakan adalah total samplimg dilakukan pada 55 ibu yang
memiliki bayi usia di atas 6-24 bulan di Desa Sekumur Kecamatan Sekerak, Aceh Tamiang. Analisis
data univariat disajikan dengan distribusi frekuensi, sedangkan analisis bivariate menggunakan uji Chi
Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 55 ibu mayoritas tidak memberikan ASI eksklusif
sebanyak 38 responden (69,1%), dan sebanyak 17 ibu (30,9%) yang memberikan ASI Eksklusif. Hasil
uji statistikanalisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan pengetahuan (p= 0,000), kepercayaan
(p= 0,000) dan tradisi (p=0,000) dengan pemberian ASI eksklusif. Pengetahuan ibu menyusui yang
rendah, kepercayaan dan tradisi ibu saat menyusui yang kurang baik merupakan hambatan yang dapat
mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Edukasi dan intervensi berbasis pendekatan
budaya dapat diimplementasikan untuk mengubah pemahaman, kepercayaan dan tradisi mengenai
praktik pemberian ASI ekslusif di masyarakat.

Kata kunci: ASI eksklusif; kepercayaan; pengetahuan; tradisi

RELATIONSHIP OF KNOWLEDGE, BELIEF, AND TRADITION OF


BREASTFEEDING MOM WITH EXCLUSIVE BREASTFEEDING

ABSTRACT
Many factors may contribute to a mother's success in giving exclusive breastfeeding. The factors of
knowledge, beliefs, and traditions adopted by a mother are important factors that must be explored to
achieve this success. This study aims to determine the relationship between knowledge, beliefs, and
traditions of breastfeeding mothers with exclusive breastfeeding in Sekumur Village, Sekerak District,
Aceh Tamiang Regency. This type of quantitative research using cross-sectional design. The technique
sampling was total sampling. Conducted on 55 mothers who had babies aged 6-24 months in
Sekumur Village, Sekerak District, Aceh Tamiang. The univariate data analysis was presentated by
frequency distribution, while the bivariate analysis by Chi Square. The results showed that of the 55
mothers the majority did not provide exclusive breastfeeding as many as 38 respondents (69.1%), and
as many as 17 mothers (30.9%) who gave exclusive breastfeeding. The results of the bivariate
statistical analysis showed that there was a relationship between knowledge (p = 0.000), belief (p =
0.000), and tradition (p = 0.000) with exclusive breastfeeding. Low knowledge of breastfeeding
mothers, poor beliefs and traditions of mothers when breastfeeding are obstacles that can affect the
success of exclusive breastfeeding. Education and cultural approach-based interventions can be
implemented to change understanding, beliefs, and traditions regarding the practice of exclusive
breastfeeding.

Keywords: exclusive breastfeeding; knowledge; belief; tradition

231
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 1, Hal 231 - 240, Maret 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

PENDAHULUAN
Program yang dapat di implementasikan untuk mencapai target indicator kesehatan anak
Indonesia yakni berupa Program Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu (PP-ASI) khususnya
ASI eksklusif. Program ini merupakan salah satu program unggulan pemerintah yang
bertujuan untuk meningkatkan status gizi dan kesehatan balita. ASI memiliki kandungan
protein berupa kolostrum yang bermanfaat untuk mengurangi risiko kematian bayi.
Kolostrum yang terdapat dalam ASI kaya akan antibody yang dapat meningkatkan daya tahan
tubuh dan membunuh kuman dalam jumlah yang tinggi. (Purwanti, 2018).

Data World Health Organization (WHO) tahun 2018 melaporkan bahwa cakupan pemberian
ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan diseluruh dunia adalah sebesar 40% masih belum
mencapai target untuk cakupan pemberian ASI eksklusif di dunia yakni sebesar 50% (WHO,
2018). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 melaporkan bahwa cakupan
pemberian ASI eksklusif di Indonesia hanya mencapai 37,3%, angka tersebut masih belum
mencapai target Kementerian Kesehatan yang harus mencapai 80% (Riskesdas, 2018). Data
yang didapatkan Profil Dinas Kesehatan Profinsi Aceh tahun 2019, bahwa capaian Asi
Esklusif di Aceh tahun 2019 sebesar 55% menurun dari tahun sebelumnya sebesar 61%. Hal
ini dikarenakan kurangnya pengetahuan masayarakat dalam memberikan Asi secara eksklusif
pada bayi (Profil Dinkes Aceh, 2018). Masih rendah nya cakupan pemberian ASI Eksklusif
memberikan dampak baik bagi bayi, bagi ibu dan pemerintah. Risiko bayi mengalami
penyakit infeksi seperti infeksi saluran pernafasan, infeksi telinga, menurunya imunitas bayi.
Kondisi ini dapat berdampak terhadap tingginya angka kesakitan dan kematian bayi balita
serta dapat menyebabkan rendahnya intelegensi gereasi penerus bangsa dan meningkatkan
subsidi dan devisa umah sakit dalam pembelian susu formula. (Haryono, 2016).

Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif merupakan cairan hasil sekresi kelenjar payudara, yang di
berikan kepada bayi mulai dari usia 0 bulan sejak dilahirkan hingga usia enam bulan tanpa
diberikan dan dtambahkan dengan makanan atau minuman lain termasuk air putih, madu susu
formula maupun makanan/minuman lainnya. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi
pemberian ASI Eksklusif yakni faktor internal dan eksternal. Faktor ekternal seperti
kampanye tentang penting nya ASI Eksklusif, fasilitas pelayanan kesehatan, peranan petugas
kesehatan, peranan penolong persalinan dan dukungan keluarga. Faktor internal yang
mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif seperti kurangnya pengetahuan, sikap, prilaku serta
kepercayaan diri ibu dalam memberikan ASI. (Purwanti, 2018).

Faktor lain yang dapat mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI Eksklusif adalah faktor
sosial budaya. Banyak penelitian yang dilakukan melihat budaya dalam pemberian ASI
ekslusif sebagai faktor kegagalan dalam pemberian ASI Eksklusif. Penelitian yang dilakukan
oleh Sinaga (2019), menyimpulkan bahwa latar belakang social budaya ibu merupakan salah
satu faktor utama yang dapat menyebabkan kegagalan pemberian ASI eksklusif. Adanya
tradisi dan kepercayaan di masyarakat bahwa bayi berusia enam bulan tidak cukup bila hanya
diberikan ASI saja. Sehingga berkembang budaya memberikan makanan pengganti ASI
seperti susu formula, bubur, pisang serta makanan padat lainnya.

Faktor Sosial budaya menjadi faktor yang berperan dalam meningkatkan keberhasilan
menyusui, karena pola kebiasaan dan adat istiadat seseorang dapat membentuk pola pikir
yang salah, sehingga keputusan ibu yang kuat dalam memberikan ASI eksklusif dapat
berubah karena adanya budaya dimiliki keluarga. Budaya merupakan landasan seseorang
dalam berpikir dan bertingkah laku termasuk di dalamnya mengenai pandangan kepercayaan
dan tradis. Budaya dapat memberikan pengaruh kuat di masyarakat tang dapat memunculkan

232
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 1, Hal 231 - 240, Maret 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

sikap falistis dan ethnocentris. Sikap falistis yakni keyakinan yang kuat terhadap budaya yang
dimiliki seseorang. Sementara sikap ethnocentris yakni menganggap bahwa tradisi yang
dianut adalah yang paling baik. Kedua sikap ini akan mempengaruhi praktik kesehatan karena
menganggap budayanya adalah yang paling benar dan sehat (Mubarokah, 2020).

Kepercayaan yang dianut seorang ibu dalam praktik pemberian ASI dalam keluarganya yang
salah akan tetap diikiuti dan diwariskan kegenerasi berikutnya karena dianggap budaya yang
benar. Beberapa kepercayaan yang berkembang dimasyarakat tentang menyusui bahwa
mennyusui bayi dipercaya dapat merubah bentuk payudara ibu. Pemahaman tersebut menjadi
kendala yang signifikan menyebabkan kegagalan dalam menyusui. Tradisi dan kepercayaan
berkembang sebagai sesuatu yang akan menggiring perilaku masyarakat untuk melakukan hal
sesuai dengan tradisi dan kepercayaan yang ada dilingkungan mereka. Mitos ataupun
kepercayaan adalah hal yang menghambat tindakan menyusui yang normal, beberapa mitos
yang sering ada yaitu kolostrum yang terdapat dalam ASI tidak bagus bagi bayi, bayi akan
mengalami kekurangan nutrisi jika diberi ASI saja sehingga dari kepercayaan tersebut maka
ibu akan memberikan makanan tambahan lain selain ASI untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
bagi bayi (Patimah, 2019). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Setyaningsih (2018)
melaporkan bahwa kepercayaan dan tradisi ibu berkaitan dengan pelaksanaan pemberian ASI
eksklusif.

Pengetahuan merupakan hasil dari pengalaman inderawi dengan objek tertentu. Pengetahuan
tentang ASI eksklusif yang kurang mempengaruhi perilaku ibu yang diakibatkan oleh budaya
turun temurun dalam pemberian makan pada bayi seperti pemberian madu sehingga semakin
baik pengetahuan ibu maka akan semakin baik pula perilaku dalam pemberian ASI. Salahsatu
Perilaku menyusui yang tidak tepat adalah membuang kolostrum karena dipersepsikan kotor,
dan memberi asupan makanan / minuman sebelum ASI (prelaktal), serta rasa percaya diri
yang rendah pada informan bahwa ASI nya kurang untuk bayinya (Nurleli, 2017).

Prevalensi pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Kabupaten Aceh Tamiang pada tahun 2018
sebesar 52% dengan indikator cakupan ini melebihi dari target indikator renstra Kementrian
Kesehatan RI tahun 2015-2019 cakupan bayi yang mendapat ASI Eksklusif tahun 2017
adalah 44%. Hal ini berbanding terbalik dengan cakupan pemberian ASI Esklusif di
Kecamatan Sekerak dengan prevalensi sebanyak 32% dalam pencapaian cakupan pemberian
ASI Ekslusif (Dinkes Aceh Tamiang, 2019). Cakupan pemberian ASI eksklusif di Desa
Sekumur tahun 2019 adalah sebanyak 57%. Hasil survey awal dilakukan oleh penulis dengan
melakukan wawancara kepada 10 orang ibu menyusui diperoleh sebanyak 7 (70%) ibu
menerapkan budaya yang kurang baik yaitu ibu memberikan makanan lembek seperti nasi
pisang karena bayi akan rewel akibat lapar jika diberikan ASI saja, dan sebagian ibu
memberikan Asi dengan tambahan madu. Sebanyak 3 (30%). Tujuan Penelitian ini adalah
untuk mengetahui hubungan pengetahuan, kepercayaan dan tradisi dengan pemberian ASI
eksklusif di Desa Sekumur, Sekerak, Aceh Tamiang.

METODE
Desain penelitian ini menggunakan jenis Korelasi yang bersifat cross sectional. Yang
dilakukan di Desa Sekumur, Sekerak, Aceh Tamiang dengan melibatkan seluruh ibu
menyusui yang memiliki bayi usia di atas 6-24 bulan. Pengambilan data dilakukan dengan
tehnik wawancara dengan menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan analisis
Bivariat dengan menggunakan Uji Chi Square. Instrumen yang digunakan telah dilakukan uji
validitas dan reabilitas. Kuesioner pengetahuan hasil analisis untuk 10 item pertanyaan

233
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 1, Hal 231 - 240, Maret 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

tentang pengetahuan ibu dengan r hitung (0,647-0,777) dan hasil uji reabilitas diperoleh r
hitung 0,927.

HASIL
Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Pemberian ASI Eksklusif (n=55)
Pemberian ASI Eksklusif f %
Ya 17 30,9
Tidak 38 69,1

Tabel 1 hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 55 responden mayoritas tidak memberikan
ASI eksklusif sebanyak 38 responden (69,1%).

Tabel 2.
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Menyusui tentang ASI Eksklusif (n=55)
Pengetahuan f %
Baik 15 27,3
Cukup 20 36,4
Kurang 20 36,4

Tabel 2 hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 55 responden mayoritas berpengetahuan


cukup dan kurang sebanyak 20 responden(36,4%) dan minoritas berpengetahuan baik
sebanyak 15 responden (27,3%).

Tabel 3.
Distribusi Frekuensi Kepercayaan Ibu Menyusui tentang ASI Eksklusif (n=55)
Kepercayaan f %
Baik 23 41,8
Kurang Baik 32 58,2

Tabel 3 hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 55 responden mayoritas memiliki


kepercayaan yang kurang baik tentang ASI eksklusif sebanyak 32 responden (58,2%).

Tabel 4.
Distribusi Frekuensi Tradisi Ibu Menyusui tentang ASI Eksklusif (n=55)
Tradisi f %
Baik 21 38,2
Kurang Baik 34 61,8

Tabel 4 hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 55 responden mayoritas memiliki tradisi
yang kurang baik tentang ASI eksklusif sebanyak 34 responden (61,8%).

Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 55 responden terdapat 15 responden yang berpengetahuan


baik mayoritas memberikan ASI eksklusif sebanyak 10 responden (66,7%), dari 20 responden
yang berpengetahuan cukup mayoritas tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 13
responden (65%) dan dari 20 responden yang berpengetahuan kurang seluruhnya tidak
memberikan ASI eksklusif. Hasil uji statistik Chi–Square (Person Chi-Square) pada derajat
kepercayaan 95% (α=0,05) diperoleh nilai p Value = 0,000 (p<0,05) yang berarti Ha diterima

234
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 1, Hal 231 - 240, Maret 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

dan Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan
pemberian ASI eksklusif pada ibu menyusui.

Tabel 5.
Hubungan Pengetahuan dengan Pemberian ASI Eksklusif (n=55)
Pemberian ASI Eksklusif
Pengetahuan Ya Tidak Jumlah p-Value
f % f % f %
Baik 10 66,7 5 33,3 15 100
Cukup 7 35 13 65 20 100 0,000
Kurang 0 0 20 100 20 100

Tabel 6.
Hubungan Kepercayaan dengan Pemberian ASI Eksklusif (n=55)
Pemberian ASI Eksklusif
Kepercayaan Ya Tidak Jumlah p-Value
f % f % f %
Baik 14 60,9 9 39,1 23 100
0,000
Kurang Baik 3 9,4 29 90,6 32 100

Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 55 responden terdapat 23 responden yang memiliki


kepercayaan yang baik mayoritas memberikan ASI eksklusif sebanyak 14 responden (60,9%)
sedangkan dari 32 responden yang memiliki kepercayaan yang kurang baik mayoritas tidak
memberikan ASI eksklusif sebanyak 29 responden (90,6%). Hasil uji statistik Chi–Square
(Continuity Correction) pada derajat kepercayaan 95% (α=0,05) diperoleh nilai p Value =
0,000 (p<0,05) yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan kepercayaan dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu menyusui.

Tabel 7.
Hubungan Tradisi dengan Pemberian ASI Eksklusif (n=55)
Pemberian ASI Eksklusif
Tradisi Ya Tidak Jumlah p-Value
F % f % f %
Baik 14 66,7 7 33,3 21 100
0,000
Kurang Baik 3 8,8 31 91,2 34 100

Tabel 7menunjukkan bahwa dari 55 responden terdapat 21 responden yang memiliki tradisi
yang baik mayoritas memberikan ASI eksklusif sebanyak 14 responden (66,7%) sedangkan
dari 34 responden yang memiliki tradisi yang kurang baik mayoritas tidak memberikan ASI
eksklusif sebanyak 31 ibu menyusui.

PEMBAHASAN
Pemberian ASI Eksklusif
Hasil penelitian menemukan bahwa dari 55 responden mayoritas tidak memberikan ASI
eksklusif sebanyak 38 responden (69,1%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa cakupan
pemberian ASI eksklusif di Desa Sekumur Kecamatan Sekerak Kabupaten Aceh Tamiang
masih sangat rendah yaitu 30,9%. Rendahnya Cakupan Pemberian ASI Eksklusif Dibebakan
karena masih rendahnya pemahaman ibu mengenai manfaat ASI Eksklusif. Kondisi ini juga

235
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 1, Hal 231 - 240, Maret 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

dipengaruhi oleh kebiasaan masyarakat yang memberikan pisang pada bayi baru lahir
sehingga ibu tidak didukung untuk memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan pernyataan Sinaga (2019) dalam penelitiannya mengenai
hubungan sosial budaya dengan pemberian yang menyimpulkan bahwa pemberian ASI
eksklusif hanya mencapai 42,1%. Salah satu hambatan yang berarti dalam pemberian ASI
Eksklusif adalah faktor sosial budaya, dimana ibu-ibu yang mempunyai bayi masih dibatasi
oleh kebiasaan, adat istiadat maupun kepercayaan dalam memberikan Asi contohnya
pemberian makanan nasi pisang sebelum bayi berusia 6 bulan untuk mengenyangkan bagi.
Kondisi tersebut memiliki kecenderungan mengarah pada prilaku ibu untuk tidak memberikan
ASI eksklusif pada bayinya. (Sinaga, 2019). Faktor-faktor lain yang mempengaruhi
rendahnya angka pemberian ASI eksklusif dapatdipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah usia ibu, tingkat pendidikan, status pekerjaan, urutan kelahiran bayi,
pengetahuan ibu, dukungan suami/keluarga dan dukungan petugas kesehatan. Praktik
pemberian ASI harus dilakukan semua ibu pada semua.

Hubungan Pengetahuan dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Menyusui


Hasil penelitian terhadap 55 responden terdapat 15 responden yang berpengetahuan baik
mayoritas memberikan ASI eksklusif sebanyak 10 responden (66,7%), dari 20 responden
yang berpengetahuan cukup mayoritas tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 13
responden (65%) dan dari 20 responden yang berpengetahuan kurang seluruhnya tidak
memberikan ASI eksklusif. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat hubungan
pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu menyusui.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yunita (2017), yang
menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada
ibu menyusui adalah pengetahuan. Pengetahuan merupakan informasi yang didapat oleh
seseorang melalui proses sensori. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
panca indra mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain dalam membentuk prilaku
seseorang (Notoatmodjo, 2012). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurleli (2017)
menunjukkan bahwa ibu dengan pengetahuan baik memiliki peluang memberikan ASI
eksklusif 13 kali lebih besar bila dibandingkan ibu dengan pengetahuan kurang. Dengan
adanya pemahaman ibu yang baik mengenai pentingnya ASI eksklusif dapat meningkatkan
prilaku ibu yang positif dalam memberikan ASI eksklusif.

Pengetahuan merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan pemberian ASI eksklusif,
Ibu yang berpengetahuan baik cenderung memberikan ASI eksklusif pada bayinya sedangkan
ibu yang berpengetahuan cukup dan kurang cenderung tidak memerikan ASI eksklusif.
Kondisi ini disebabkan karena pengetahuan yang dimiliki ibu akan mengubah perilaku ibu
kearah yang lebih baik sehingga meningkatkan keberhasilan pemberian ASI eksklusif.
Pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif yang kurang dapat mempengaruhi perilaku ibu yang
hal ini disebabkan karena masih melekatnya pengaruh budaya lokal tentang pemberian makan
pada bayi seperti pemberian susu formula, air putih dan madu. Perilaku menyusui lainnya
yang kurang mendukung diantaranya membuang kolostrum karena dianggap tidak bersih dan
kotor, pemberian makanan/minuman sebelum ASI keluar (prelaktal), serta kurangnya rasa
percaya diri bahwa ASI tidak cukup untuk bayinya (Nurleli, 2017).

Hubungan Kepercayaan dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Menyusui


Hasil penelitian terhadap 55 responden terdapat 23 responden yang memiliki kepercayaan
yang baik mayoritas memberikan ASI eksklusif sebanyak 14 responden (60,9%) sedangkan

236
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 1, Hal 231 - 240, Maret 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

dari 32 responden yang memiliki kepercayaan yang kurang baik mayoritas tidak memberikan
ASI eksklusif sebanyak 29 responden (90,6%). Hasil penelitian ini melaporkan bahwa
terdapat hubungan kepercayaan dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu menyusui. Hasil
penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Yurna dkk (2020) mengenai
faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif yang menyimpulkan adanya
hubungan kepercayaan dengan perilaku pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Setianingsih (2018), juga menyatakan bahwa terdapat hubungan kepercayaan
dan tradisi keluarga pada ibu menyusui dengan pemberian ASI eksklusif di Kelurahan
Sidotopo, Semampir, Jawa Timur.

Faktor sosial budaya dimasyarakat mengenai pemberian ASI eksklusif dapat membentuk pola
pikir masyarakat terutama ibu dalam menyusui bayi. Keputusan ibu dalam memberikan ASI
sangat erat dengan latar belakang social budaya yakni kepercayaan dan tradisi keluarga.
Kepercayaan yang ada di dalam keluarga akan tetap diikuti oleh ibu meskipun informasi
terkait pemberian ASI yang yang sudah di ketahui ibu dari tenaga kesehatan. (Mubarokah,
2020). Adanya kepercayaan yang masih berkembang di masyarakat tentang pantang makan
tertentu seperti pantang makan ikan, telur dan daging karena dapat membuat ASI menajdi
baud an amis juga tidak memiliki dasar ilmiah dan logis. Makanan tersebut sangat dibutuhkan
ibu yang sedang menyusui. Sebagian besar ibu hanya makan temped an tahu paska
melahirkan. Protein yang terkandung dalam ikan, telur dan daging merupakan sumber zat gizi
yang sangat dibutuhkan oleh ibu. Makanan tertentu seperti ikan, udang dan cumi-cumi
merupakan makanan yang mengandung protein cukup tinggi baik dikonsumsi oleh ibu dengan
porsi wajar, tidak berlebihan dan tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan tersebut.
(Wibowo, 2017).

Penelitian ini juga menggambarkan keterkaitan antara kepercayaan dengan pemberian ASI
eksklusif pada ibu menyusui, kepercayaan ibu akan menggiring pola pikir atas tindakan yang
akan dilakukan untuk menyikapi sesuatu. Kepercayaan menjadi hal yang sangat berperan
dalam membentuk perilaku seseorang. Hal ini mungkin dapat terjadi karena responden kurang
mengetahui fakta yang sebenarnya dibalik kepercayaan tersebut. Bentuk kepercayaa yang
kurang baik yang dilakukan oleh ibu menyusui seperti mereka percaya bahwa memberikan
cairan lain selain air susu ibu seperti madu atau air manis ketika bayi lahir dapat membuat
bayi menjadi lebih kuat. Maka responden tersebut akan menanamkan bahwa memberi madu
dan air manis dapat akan membuat bayi menjadi lebih kuat. Kepercayaan seperti ini pada
akhirnya dapat membuat kegagalan pemberian ASI eksklusif.

Hubungan Tradisi dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Menyusui


Hasil penelitian ini melaporkan bahwa dari55 responden terdapat 21 responden yang memiliki
tradisi yang baik mayoritas memberikan ASI eksklusif sebanyak 14 responden (66,7%)
sedangkan dari 34 responden yang memiliki tradisi yang kurang baik mayoritas tidak
memberikan ASI eksklusif sebanyak 31 responden (91,2%). Hasil peneltian ini
menyimpulkan bahwa ada hubungan tradisi dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu
menyusui. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Setianingsih
(2018), mengenai hubungan kepercayaan dan tradisi keluarga pada ibu menyusui dengan
pemberian ASI eksklusif yang menyimpulkan bahwa ada hubungan kpercayaan dan tradisi
dengan pemberian ASI eksklusif. Tradisi berkembang sebagai sesuatu yang akan menggiring
perilaku masyarakat untuk melakukan hal sesuai dengan tradisi yang ada dilingkungan
mereka. Tradisi membuang cairan kolostrum saat menyusui dan anggapan kolostrum yang
terdapat dalam ASI tidak bagus bagi bayi masih salah satu hambatan dalam pemberian ASI
Eksklusif (Patimah, 2019).

237
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 1, Hal 231 - 240, Maret 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Aspek sosial budaya yang menekankan pada tradisi dimasyarakat merupakan hasil daya cipta
manusia melalui pemikiran dan budi nurani dalam kehidupan bermasyarakat. Atau lebih
singkatnya manusia membuat sesuatu berdasar budi dan pikirannya yang diperuntukkan
dalam kehidupan bermasyarakat (Rifai, 2017). Peneliti juga melaporkan bahwa ada
keterkaitan antra tradisi dengan pemberian ASI ekskusif pada ibu menyusui dimana tradisi
berkembang sebagai sesuatu yang akan menggiring perilaku masyarakat untuk melakukan hal
sesuai dengan tradisi yang ada di lingkungan mereka. Mitos-mitos adalah hal yang
menghambat tindakan menyususi yang normal, beberapa mitos yang sering ada yaitu
kolostrum yang terdapat dalam ASI tidak bagus dan berbahaya untuk bayi, teh khusus atau
cairan dibutuhkan bayi sebelum menyusu, dan bayi akan mengalami kekurangan nutrisi untuk
pertumbuhannya apabila hanya diberikan ASI saja. Tradisi yang berkembang dimasyarakat
mengikuti tradisi yang biasa dilakukan keluarga meskipun berbeda dengan saran dari petugas
kesehatan seperti memberikan madu, air, yang manis atau air kelapa untuk bayi dibawah umur
6 bulan, memberikan makanan sejak dini seperti pisang dan bubur pada bayi dibawah umur 6
bulan dan memberikan makanan tambahan secepat mungkin agar bayi tidak rewel, tidak cepat
lapar dan cepat besar (Patimah, 2019).

SIMPULAN
Penelitian ini menyimpulkan bahwa Ada hubungan pengetahuan dengan pemberian ASI
eksklusif pada ibu menyusui di Desa Sekumur Kecamatan Sekerak Kabupaten Aceh Tamiang
dengan p-value 0,000 (p<0,05). Ada hubungan kepercayaan dengan pemberian ASI eksklusif
pada ibu menyusui di Desa Sekumur Kecamatan Sekerak Kabupaten Aceh Tamiang dengan
p-value 0,000 (p<0,05). Ada hubungan tradisi kepercayaan dengan pemberian ASI eksklusif
pada ibu menyusui di Desa Sekumur Kecamatan Sekerak Kabupaten Aceh Tamiang dengan
p-value 0,000 (p<0,05).

DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Provinsi Aceh. (2018). Rekapitulasi Hubungan Pemberian Asi. Pemerintah
Aceh.
Hartati dan Maryunani. (2015). Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dan Menyusui. Trans Info
Medika.
Haryono. (2014). Konsep Dasar Asi Ekslusif (Revisi). ECG.
Haryono. (2016). Manfaat Asi Eklusif. TIM.
Hastono. (2011). Analisa data Penelitian Kesehatan. Universitas Indonesia.
Hidayat. (2016). Prosedur Penelitian. Rineka Cipta.
Kemenkes, R. (2017). Program Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu (ASI) Pada
Masyarakat Desa. Kementerian SDM.
Kemenkes, R. (2018). Pemberian Asi Ekslusif.
Machfoed. (2010). Kategori Dalam Tabel Score Terhadap Keberhasilan Produk. ECG.
Mubarokah. (2020). Pengaruh Aspek Budaya Gizi terhadap Pemberian ASI Eksklusif pada
Etnik Madura di Wilayah Kerja Puskesmas Bangkalan, Madura. 239–243.
https://doi.org/10.2473/amnt.413.2020
Notoadmodjo. (2012). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Pustaka Baru Press.

238
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 1, Hal 231 - 240, Maret 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian. ECG.


Nurleli. (2017). Hubungan Antara Motivasi dengan Perilaku Ibu Dalam Pemberian ASI
Ekslusif. Jurnal SKM,2014, 4 (6).
Patimah, S. K. M, N. S., Fitriani, S.KM,M.KM, S., & Sulistiyoningsih, S.KM,M.KM, H.
(2020). Hubungan Antara Sikap, Kepercayaan Dan Tradisi, Serta Peran Petugas
Kesehatan Dengan Perilaku Pemberian Asi Eksklusif Pada Ibu Yang Memiliki Bayi
Usia 7-12 Bulan Di Wilayah Kerja Upt Puskesmas Mangunreja Kabupaten Tasikmalaya
Tahun 2019. Jurnal Kesehatan Bidkesmas Respati, 2(10), 45–56.
https://doi.org/10.48186/bidkes.v2i10.200
Purwanti, S. (2018). Konsep Penerapan ASI Eksklusif Buku Saku Bidan. EGC.
Putri.D. (2018). Keperawatan Transkultural (Pengetahuan dan Praktik berdasarkan Budaya).
Kamus Keperawatan.
Rahayu. (2017). Keajaiban ASI makanan terbaik untuk kesehatan, kecerdasan dan kelincahan
sikecil. CV Andi Ofse.
Rahmadhani. (2014). Hubungan Pengetahuan Ibu Postpartum Dengan Pemberian ASI
Eksklusif Di Puskesmas Siderejo. Jurnal Ilmiah Bidan, 2 (3), 167.
Ranjabar. (2018). Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu dalam Pemberian MP-ASI
dini di Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah.
Rhokliani. (2018). Hubungan Sosial Budaya dengan emberian ASI Eksklusif di Wilayah
Kerja Puskesmas Pabatu Kota TebingTinggi. Jurnal Mutiara Kesehatan Masyarakat, 5
(1), 34–37.
Rifai. (2017). Faktor Determinan yang mempengaruhi kegagalan pemberian ASI eksklusif
pada bayi usia 6-12 bulan di Kelurahan Mulyorejo wilayah Kerja Puskesmas Mulyorejo
Surabaya. Jurnal Promkes.2014, 2 (1), 15–27.
Riskesdas. (2018). Riset Kesehatan dasar.
Setianingsih. (2018). Pengaruh Adat Istidat dan Kebiasaan Dalam Pemberian Asi Eksklusif.
Jurnal Keperawatan, 5 (2).
Setyaningsih. (2018). Hubungan Kepercayaan dan Tradisi Keluarga pada Ibu Menyusui
dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Sidotopo, Semampir, Jawa Timur.
Jurnal Biometrika Dan Kependudukan, 7 (2), 160–167.
Setyowati, E. (2014). ASI Eksklusif Pada Ibu Nifas. TIM.
Sinaga. (2019). Hubungan Pemberian Asi Esklusif Dengan Tingkat Kebudayaan Masyarakat
Di Desa Suka Maju Boyolali. Jurnal Kesehatan, 3 (2).
WHO (World Health Organization). (2018). Other Sleep-Related Infant Deaths: Expansion
Of Recommendations For A Safe Infant Sleeping Environment. Pediatrics. 12 (8), 36–
37.
Wibowo. (2017). Hubungan antara Kepatuhan Budaya dengan Waktu Pemberian Makanan
Pendamping ASI di Desa Peniron Kecamatan Pejagoan Kabupaten Kebumen.

239
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 1, Hal 231 - 240, Maret 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Yurna.dkk. (2020). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif di


Kelurahan Samanan Jakarta Barat. Univ Indones. 2020, 1.

240

Anda mungkin juga menyukai