Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sinusitis merupakan suatu proses peradangan pada mukosa atau selaput


lendir sinus parsial. Akibat peradangan ini dapat menyebabkan
pembentukan cairan atau kerusakan tulang dibawahnya. Sinus paranasal
adalah ronga rongga yang terdapat pada tulang – tulang di wajah. Terdiri
dari sinus frontal (di dahi), sinus etmoid (pangkal hidung), sinus maksila
(pipi kanan dan kiri), sinus sphenoid (di belakang sinus etmoid). (Efiaty,
2007) Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal. Sesuai anatomi
sinus yang terkena, dapat dibagi menjadi sinusitis maksila, sinusitis
etmoid, sinusitis frontal, dan sinusitis sphenoid. (Endang mangunkususmo
dan Nusjirwan Rifki, 2001) Yang paling sering ditemukan ialah sinusitis
maksila dan sinusitis etmoid, sinusitis frontal dan sinusitis sphenoid lebih
jarang. Pada anak hanya sinus maksila dan sinus etmoid yang berkembang,
sedangkan sinus frontal dan sinus sphenoid belum.
Sinus maksila disebut juga antrum highmore, merupakan sinus yang
sering terinfeksi, oleh karen merupakan sinus paranasal yang terbesar,
letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar, sehingga aliran secret (drenase)
dari sinus maksila hanya tergantung dari gerakan silia, dasar sinus maksila
adalah dasar akar gigi (prosesus alveolaris) sehingga infeksi gigi dapat
menyebabkan sinusitis maksila, ostirium sinus maksila terletak di meatus
medius di sekitar hiatus semilunaris yang sempit sehingga mudah
tersumbat.

1
B.Tujuan Pembahasan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan dasar pada pasien dengan sinusitis

2.Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan asuhan keperawatan dasar pada pasien sinusitis
diharapkan mahasiswa mampu :
a. Melaksanakan pengkajian keperawatan dasar terhadap pasien dengan
kasus sinusitis
b. Mengidentifikasi diagnosa keperawatan dasar yang terjadi pada pasien
dengan kasus sinusitis
c. Membuat rencana tidakan pada pasien dengan kasus sinusitis
d. Melaksanakan rencana tidakan keperawatan dasar pada pasein dengan
kasus sinusitis
e. Melakukan evaluasi pada pasein dengan kasus sinusitis

C. Manfaat
a. Agar mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan dasar dengan
kasus sinusitis
b. Agar mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan dengan
kasus sinusitis
c. Agar mahasiswa mampu merencanakan tindakan sesuai dengan diagnosa
keperawatan.
d. Agar mahasiswa mampu melaksanakan tindakan sesuain rencana yang
telah ditentukan.
e. Agar mahasiswa mampu mengevaluasi pelaksanaan tindakan keperawatan.
f. Agar mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Sinusitis merupakan suatu proses peradangan pada mukosa atau
selaput lendir sinus parsial. Akibat peradangan ini dapat menyebabkan
pembentukan cairan atau kerusakan tulang dibawahnya. Sinus paranasal
adalah ronga rongga yang terdapat pada tulang – tulang di wajah. Terdiri dari
sinus frontal (di dahi), sinus etmoid (pangkal hidung), sinus maksila (pipi
kanan dan kiri), sinus sphenoid (di belakang sinus etmoid). (Efiaty, 2007)
Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal. Sesuai anatomi sinus yang
terkena, dapat dibagi menjadi sinusitis maksila, sinusitis etmoid, sinusitis
frontal, dan sinusitis sphenoid. (Endang mangunkususmo dan Nusjirwan
Rifki, 2001) Yang paling sering ditemukan ialah sinusitis maksila dan
sinusitis etmoid, sinusitis frontal dan sinusitis sphenoid lebih jarang. Pada
anak hanya sinus maksila dan sinus etmoid yang berkembang, sedangkan
sinus frontal dan sinus sphenoid belum.
Sinus maksila disebut juga antrum highmore, merupakan sinus yang
sering terinfeksi, oleh karen merupakan sinus paranasal yang terbesar, letak
ostiumnya lebih tinggi dari dasar, sehingga aliran secret (drenase) dari sinus
maksila hanya tergantung dari gerakan silia, dasar sinus maksila adalah dasar
akar gigi (prosesus alveolaris) sehingga infeksi gigi dapat menyebabkan
sinusitis maksila, ostirium sinus maksila terletak di meatus medius di sekitar
hiatus semilunaris yang sempit sehingga mudah tersumbat.

B. Etiologi
Menurut Amin dan Hardhi, 2015.
Sinusitis paranasal salah satu fungsinya adalah menghasilkan lender yang
dialirkan ke dalam hidung, untuk selanjutnya dialirkan ke belakang, ke arah
tenggorokan untuk ditelan di saluran pencernaan. Semua keadaan yang
mengakibatkan tersumbatnya aliran lendir dari sinus ke rongga hidung akan

3
menyebabkan terjadinya sinusitis. Secara garis besar penyebab sinusitis ada 2
macam, yaitu :
a. Faktor lokal adalah semua kelainan pada hidung yang dapat
mengakibatkan terjadinya sumbatan; antara lain infeksi, alergi, kelainan
anatomi, tumor, benda asing, iritasi polutan, dan gangguan pada
mukosilia (rambut halus pada selaput lendir)
b. Faktor sistemik adalah keadaan diluar hidung yang dapat menyebabkan
sinusitis; antara lain gangguan daya tahan tubuh (diabetes, AIDS),
penggunaan obat – obat yang dapat mengakibatkan sumbatan hidung.

C. Patofisiologi
Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan
lancarnya klirens mukosiliar (mucociliary clearance) di dalam KOM.
Mukus juga mengandung substansi antimicrobial dan zat-zat yang
berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang
masuk bersama udara pernafasan. Organ-organ yang membentuk KOM
letaknya berdekatan dan bila terjadi edema, mukosa yang berhadapan akan
saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak dan ostium tersumbat.
Akibatnya terjadi tekanan negative di dalam ronga sinus yang
menyebabkan terjadinya transudasi, mula-mula serous. Kondisi ini biasa
dianggap sebagai rinosinusitis non-bacterial dan biasanya sembuh dalam
beberapa hari tanpa pengobatan.
Bila kondisi ini menetap, secret yang terkumpul dalam sinus
merupakan media baik untuk tumbuhnya dan multiplikasi bakteri. Secret
menjadi purulen. Keadaan ini disebut sebagai rinosinusitis akut bacterial
dan memerlukan terapi antibiotic. Jika terapi tidak berhasil (misalnya
karena ada factor predisposisi), inflamasi berlanjut, terjadi hipoksia dan
bacteri anaerob berkembang. Mukosa makin membengkak dan ini
merupakan rantai siklus yang terus berputar sampai akhirnya perubahan
mukosa menjadi kronik yaitu hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip
dan kista. Pada keadaan ini mungkin diperlukan tindakan operasi.

4
Klasifikasi dan mikrobiologi: Consensus international tahun 1995
membagi rinosinusitis hanya akut dengan batas sampai 8 minggu dan
kronik jika lebih dari 8 minggu. Sedangkan Consensus tahun 2004
membagi menjadi akut dengan batas sampai 4 minggu, subakut antara 4
minggu sampai 3 bulan dan kronik jika lebih dari 3 bulan. Sinusitis kronik
dengan penyebab rinogenik umumnya merupakan lanjutan dari sinusitis
akut yang tidak terobati secara adekuat. Pada sinusitis kronik adanya factor
predisposisi harus dicari dan di obati secara tuntas.
Menurut berbagai penelitian, bacteri utama yang ditemukan pada
sinusitis akut adalah streptococcus pneumonia (30-50%). Hemopylus
influenzae (20-40%) dan moraxella catarrhalis (4%). Pada anak,
M.Catarrhalis lebih banyak di temukan (20%). Pada sinusitis kronik, factor
predisposisi lebih berperan, tetapi umumnya bakteri yang ada lebih
condong ka rarah bakteri negative gram dan anaerob.

5
D. Patway

Virus,bakteri,jamur

Inflamasi pada sinus

Produksi sekret
SINUSITIS

Akumulasi Sekret
Proses inflamasi

Rasa tidaknyaman karena


Ujung ujung syaraf
Suhu tubuh nyeri terangsang hidung tersumbat

Hipertermi nyeri Tidur tidak nyenyak

Gangguan Pola Tidur


Bersihan Jalan Nafas
Tidak Efektif

6
E. Klasifikasi
Menurut D. Thane R. Cody dkk, 1986 Klasifikasi sinusitis berdasarkan
patologi berguna dalam penatalaksanaan pasien. Di samping menamakan
sinus yang terkena, beberapa konsep seperti lamaya infeksi sinus, harus
menjadi bagian klasifikasi
a. Sinusitis Akut
Sinusitis akut merupakan suatu proses infeksi di dalam sinus yang
berlangsung dari satu hari sampai 3 minggu.
b. Sinusitis Sub Akut
Sinusitis sub akut merupakan infeksi sinus yang berlangsung dari 4
minggu sampai 12 minggu. Perubahan epitel di dalam sinus
biasanya reversible pada fase akut dan sub akut, biasanya
perubahan tak reversible timbul setelah 3 bulan sinusitis sub akut
yang berlanjut ke fase berikutnya / kronik.
c. Sinusitis Kronik Fase kronik
dimulai setelah 12 minggu dan berlangsung sampai waktu yang
tidak terbatas.
F. Manifestasi
Menurut Amin dan Hardhi, 2015 1. Secara umum, tanda dan gejala dari
penyakit sinusitis adalah :
a. Hidung tersumbat
b. Hidung meler
c. Lender atau ingus berwarna hijau atau kekuningan
d. Sakit di area wajah,terutama hidung,pipi,mata,dan dahi
e. Sakit tenggorokan
f. batuk
g. kelelahan
h. bau mulut (halitosis)

G. Komplikasi
Menurut Efiaty Arsyad Soepardi, 2001 Komplikasi sinusitis telah
menurun secara nyata sejak ditemukannya antibiotika. Komplikasi

7
biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada sinusitis kronis dengan
eksaserbasi akut. Komplikasi yang dapat terjdi ialah :
1. Osteomielitis dan abses sub periostal
Paling sering timbul akibat sinusitis frotal dan biasanya ditemukan
pada anak – anak. Pada osteomielitis sinus maksila dapat timbul fistula
oroantral.
2. Kelainan orbita
Disebabkan oleh sinus paranasal yang berdekatan dengan mata. Yang

paling sering ialah sinusitis etmoid, kemudian sinusitis frontal dan

maksila. Penyebaran infeksi terjadi melalui tromboflebitis dan

perkontinuitatum. Kelainan yang dapat timbul ialah edema palpebra,

selulitis orbita, abses sub periostal, abses orbita dan selanjutnya dapat

terjadi thrombosis sinus cavernosus.

3. Kelainan intracranial

Dapat berupa meningitis, abses ekstradural atau sub dural, abses otak

dan thrombosis sinus cavernosus

H. Pencegahan

1. Makan-makanan bergizi serta konsumsi vitamin C untuk menjaga dan

memperkuat daya tahan tubuh

2. Rajin berolahraga, karena tubuh yang sehat tidak mudah terinfeksi virus

maupun bakteri

3. Hindari stres

4. Hindari merokok

5. Usahakan hidung selalu lembab meskipun udara sedang panas

6. Hindari efek buruk dari polusi udara dengan menggunakan masker

7. Bersihkan ruang tempat tinggal

8
8. Istirahat yang cukup

9. Hindari alergen (debu,asap,tembakau) jika diduga menderita alergi

I. . Penatalaksanaan

Menurut Amin & Hardhi, 2015

Prinsip pengobatan ialah menghilangkan gejala membrantas infeksi,dan

menghilangkan penyebab. Pengobatan dpat dilakukan dengan cara konservatif

dan pembedahan. Pengobatan konservatif terdiri dari :

1. Istirahat yang cukup dan udara disekitarnya harus bersihdengan

kelembaban yang ideal 45-55%

2. Antibiotika ayang adekuat palingsedikit selama 2 minggu

3. Analgetika untuk mengatasi rasa nyeri

4. Dekongestan untuk memperbaiki saluran yang tidak boleh diberikan lebih

dari pada 5harikarena dapat terjadi Rebound congestion dan Rhinitis

redikamentosa. Selain itu pada pemberian dekongestan terlalu lama dapat

timbul rasa nyeri, rasa terbakar,dan kering karena arthofi mukosa dan

kerusakan silia

5. Antihistamin jikaada factor alergi

6. Kortikosteoid dalam jangka pendek jika ada riwayat alergi yang cukup

parah.

Pengobatan operatif dilakukan hanya jika ada gejala sakit yang kronis,

otitis media kronik, bronchitis kronis, atau ada komplikasi serta abses orbita

atau komplikasi abses intracranial. Prinsip operasi sinus ialah untuk

memperbaiki saluran sinus paranasalis yaitu dengan cara membebaskan muara

9
sinus dari sumbatan. Operasi dapat dilakukan dengan alat sinoskopi (1-“ESS=

fungsional endoscopic sinus surgery). Tekhnologi ballon sinuplasty digunakan

sebagai perawatan sinusitis.

Tekhnologi ini, sama dengan balloon Angioplasty untuk menggunakan

kateter balon sinus yang kecil dan lentur (fleksibel) untuk membuka sumbatan

saluran sinus, memulihkan saluran pembuangan Sinus yang normaldan fungsi-

fungsinya. Ketika balon mengembang, ia akan secaraperlahan mengubah

struktur dan memperlebar dinding-dinding dari saluran tersebut tanpa merusak

jalur sinus.

J. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik diutamakan pada pengukuran tanda vital dan

pemeriksaan fisik daerah kepala leher. Lakukan penilaian intensitas nyeri

menggunakan visual analog scale (VAS). Nilai VAS 0-3 menandakan

nyeri ringan, nilai 4-7 menandakan nyeri sedang, nilai VAS 8-10

menandakan nyeri berat.

Lakukan inspeksi dari luar, perhatikan adanya pembengkakan pada

wajah. Pembengkakan di daerah pipi hingga kelopak mata bawah dengan

perubahan warna kulit menjadi kemerahan dapat dicurigai sebagai adanya

sinusitis maksila. Pembengkakan di kelopak mata atas mungkin dapat

disebabkan oleh sinusitis frontal. Inspeksi dengan rinoskopi anterior pada

pasien sinusitis dapat memberikan gambaran konka edema, mukosa nasal

hiperemis, dan sekret hidung yang purulen. Pada rinoskopi posterior dapat

ditemukan post nasal drip ataupun infeksi pada gigi.

10
Pemeriksaan fisik palpasi dilakukan dengan cara memberi

penekanan di beberapa daerah wajah. Nyeri tekan di daerah pipi bisa

menunjukkan sinusitis maksila. Nyeri tekan di dahi mungkin disebabkan

oleh sinusitis frontal. Sinusitis etmoid dapat menyebabkan nyeri tekan di

daerah kantus medial mata. Pada sinusitis sfenoid biasanya pasien

merasakan nyeri yang menjalar ke vertex, oksipital, dan mastoid. Nyeri

dapat dirasakan pada pemeriksaan perkusi pada gigi di rahang atas yang

mungkin disebabkan oleh sinusitis maksila. Pada pemeriksaan fisik lihat

juga perubahan seperti penonjolan bola mata, gerakan bola mata yang

tidak normal, dan pemeriksaan kaku kuduk.

K. Diagnosis Banding

Diagnosis sinusitis biasanya cukup jelas, namun pada beberapa kasus


dapat dipikirkan diagnosis banding berikut :
 Rhinitis Alergi
Pada rhinitis alergi rhinorrhea biasanya jernih, disertai rasa gatal
pada hidung, bersin, iritasi okuler, dan gejala hanya timbul pada
saat tertentu yang menandakan adanya alergi. Rhinitis alergi dapat
menjadi komorbid sinusitis.

 Tumor Sinonasal
Gejala tumor sinonasal bisa sangat mirip dengan sinusitis. Adanya
tumor sinonasal juga dapat menyebabkan sinusitis. Membedakan
penyakit ini dengan sinusitis dapat dilakukan melalui pemeriksaan
fisik dimana didapatkan massa intra nasal, serta melalui
pemeriksaan penunjang berupa CT scan atau MRI yang akan
menunjukkan adanya destruksi jaringan sekitar jika tumor bersifat

11
malignan. Pemeriksaan biopsi juga dapat membedakan dengan
sinusitis.

 Benda Asing Hidung


Adanya benda asing dalam hidung biasa terjadi pada anak-anak.
Gejala biasanya unilateral, dan pada pemeriksaan rhinoskopi
anterior atau endoskopi akan mudah terlihat adanya benda asing.

 Migraine
Pasien sinusitis dapat datang dengan keluhan nyeri kepala sebelah
yang harus didiagnosis banding dengan migraine. Gejala yang
spesifik pada migraine meliputi fotofobia, sakit kepala sebelah
yang berdenyut, dan gangguan visual.

L. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dikerjakan untuk menunjang diagnosis
sinusitis antara lain :
 Transiluminasi
Pemeriksaan transiluminasi hanya dapat digunakan untuk
pemeriksaan sinus maksila dan frontal. Pemeriksaan dilakukan bila
pemeriksaan penunjang radiologi tidak tersedia. Pemeriksaan
transiluminasi dilakukan pada ruangan yang gelap atau cahaya
minimal.
Untuk pemeriksaan sinus maksila, pasien diminta untuk
duduk dan mendongakkan kepalanya ke belakang sambil membuka
mulut. Pemeriksa menempelkan penlight/ otoskop/ transiluminator
pada bagian pipi di area sinus maksila. Cahaya yang tembus dan
terang pada bagian palatum merupakan pemeriksaan yang normal.
Bila cahaya redup atau tidak tampak sama sekali dapat dicurigai
adanya cairan yang kental (pus), penebalan mukosa, atau bisa juga
massa yang mengisi rongga sinus. Bandingkan hasil pemeriksaan
sinus maksila kanan dan kiri.

12
Untuk pemeriksaan sinus frontal, penlight /
otoskop / transiluminator ditempelkan pada bagian medial orbita di
bawah alis dengan cahaya diarahkan ke bagian atas. Perhatikan
cahaya yang muncul di area sinus frontal, bandingkan antara sinus
frontal kanan dan kiri. Cahaya yang gelap bisa disebabkan karena
sinusitis atau karena sinus yang tidak berkembang.

 Endoskopi Nasal
Endoskopi nasal dapat dilakukan dengan atau tanpa
pemberian dekongestan. Endoskopi nasal memberikan visualisasi
yang lebih baik untuk mengevaluasi meatus medial dan superior
serta area nasofaring. Endoskopi nasal dapat dilakukan pada pasien
anak-anak maupun dewasa tetapi belum tentu tersedia di fasilitas
kesehatan tingkat pertama. Evaluasi menggunakan endoskopi nasal
dapat melihat kondisi mukosa serta menilai karakteristik seperti
ada tidaknya polip, edema, dan sekret. Evaluasi pasca operasi
menilai ada tidaknya jaringan parut ataupun krusta. Evaluasi
sinusitis kronis dapat dilakukan pada bulan ke-3, 6, 12, dan 24
setelah diagnosis pertama ditegakkan.

 Rontgen 
Pemeriksaan rontgen dapat dilakukan pada posisi Waters (evaluasi
sinus maksila dan frontal), posisi Caldwell (visualisasi etmoid),
dan posisi lateral (untuk evaluasi adenoid dan sfenoid). Sinusitis
ditandai dengan gambaran opak difus pada rongga sinus, penebalan
mukosa (>4 mm), atau adanya air fluid level.

 CT Scan 
Pemeriksaan CT-scan adalah teknik pencitraan yang dianjurkan
untuk sinusitis. Pemeriksaan CT-scan dilakukan pada pasien yang
tidak mengalami perbaikan setelah mendapatkan terapi yang
adekuat atau pada sinusitis kronis. Pemeriksaan CT-scan berguna

13
untuk menegakkan diagnosis sinusitis jamur invasif akut atau
alergi serta untuk menyingkirkan diagnosis lain seperti tumor. CT-
scan harus dilakukan sebelum tindakan operasi sinus endoskopik
terutama bila ada komplikasi sinusitis yang melibatkan area
periorbital atau intrakranial. CT-scan yang disarankan adalah
dengan potongan setebal 3-4 mm yang kemudian dapat dievaluasi
gambaran opak pada sinus, air-fluid level, penebalan mukosa (>4
mm), dan displacement dinding sinus.

M.Pemeriksaan Laboratorium Darah


Pemeriksaan laboratorium darah tidak memiliki gambaran spesifik
untuk sinusitis. Pemeriksaan darah dapat berguna pada sinusitis yang
berhubungan dengan rhinitis alergi, fibrosis kistik, atau imunodefisiensi.
Pemeriksaan darah lengkap bisa dalam batas normal atau terjadi
leukositosis pada sinusitis bakterial akut. Hasil pemeriksaan laju endap
darah dan C-reactive protein dapat meningkat pada sinusitis, namun tidak
spesifik.

14
BAB III
KETERAMPILAN DASAR KEPERAWATAN DASAR ATAS TINDAKAN
INJEKSI INTRAVENA (BOLUS)

A. INJEKSI INTRAVENA (BOLUS)

Pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam pembuluh darah


vena dengan menggunakan spuit,sedangkan pembuluh darah vena adalah
pembuluh darah yang menghantarkan darah ke jantung.
Dapat dilakukan pada (indikasi):
1) Pasien yang membutuhkan,agar obat yang di berikan dengan cepat.
2) Pasien yang terus menerus muntah muntah
3) Pasien yang tidak di perkenankan memasukkan apapun juga lewat
mulutnya.
4) Thypoit
5) Sesak napas
6) Epilepsy atau kejang kejang

B. ALAT DAN BAHAN


1) Heandskun
2) Spuit 3ml atau 5ml
3) Buku catatan daftar pemberian obat
4) Obat injeksi dan botol via atau ampul yang sesuai dengan dibutuhkan
5) Bengkok kapas
6) alcohol (bila diperlukan)

C. TEKNIK INJEKSI KEPERAWATAN


1) Mencuci tangan dengan bersih sebelum kekurangan pasien
2) Memakai handskun ke dua tangan
3) Memberikan penjelasan kepada pasien tindakan yang akan di lakukan
4) Menyebutkan nama pasien sesuikan obat yang akan di injeksi pada pasien
5) Mengatur pasien senyaman mungkin

15
6) Kencangkan nall spuit kemudian pompa spuit sebelum mengaplus obat di
ampul
7) Patahkan ampul kemudian tarik cairan obat di dalam ampul dengan
menggunakan spuit
8) Mengklem selang cairan impus
9) Menusukkan jarum spuit ke dalam karet selang infuse
10) Memasukkan obat perlahan lahan
11) Menarik jarum keluar dari selang impus setelah obat di masukkan
12) Diperiksa kecepatan tetesan air impus
13) Membereskan alat-alat kemudian memintak izin pamit kepada pasien
14) Buang spuit dan bekas ampul di tempat yang benar
15) Melepaskan heandskun
16) Kemudian mencuci tangan dengan air mengalir menggunakan sabun.

16
BAB IV

TINJAUAN KASUS

A.BIODATA
1. Indentitas Pasien
Nama : Tn.S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 21 tahun
Status Perkawinan : Belum
Agama : islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Kampung Jawa Lama
Tanggal masuk RS : 24 Agustus 2021
No. Register : 06 60 42
Ruangan/Kamar : IM (Iskandar Muda)
Golongan Darah :A
Tanggal Pengkajian : 24 Agustus 2021
Tanggal Operasi : 25 Agustus 2021
Diagnosa Medis : sinusitis

2. Penangung Jawab
Nama : Tn. S
Hubungan dengan pasien : Ayah kandung
Pekerjaan : Nelayan
Alamat : Kampung Jawa Lama

17
B. KELUHAN UTAMA
Hidung tersumbat dan pilek

C. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


1. Provocative /Palliative
A. Apa Penyebabnya : nyeri akibat luka post operasi
B. Hal-hal yang memperbaikikeadaan : pasien mengatakan,keluhan yang
dialaminya akan berkurang
jika pasien mengopres hangat
pada hidungnya.
2. Quantity / Quality
A. Bagaimana dirasakan : pasien mengatakan nyeri hidung dengan,
skala nyeri 6 dari 10
B. Bagaimana dilihat : pasien tampak sedikit meringis menahan
nyeri pada hidung
3. Ragion
A. Dimana Lokasinya : hidung dan kepala
B. Apakah menyebar : pasien mengatakan nyerinya tidak
menyebar,hannya di daerah hidung saja.
4. Savetity (mengguna kanaktivitas) : pasien terganggu dengan keadaan
sekarang.
5. Time (Kapan mulai timbul dan bagaimana terjadinya) : pasien
mengatakan kondisi yang di alami,apabila cuaca melampau panas atau
dingin,apabila terlalu capek akibat aktivitas sehari-hari.

D. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

A. Penyakit yang pernah dialami : Tidak ada


B. Pengobatan / Tindakan yang dilakukan: tidak ada
C. Pernah dirawat / dioperasi : tidak pernah
D. Lamanya : tidak pernah
E. Elergi : tidak ada
F. Imunisasi : tidak ada

18
E. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
1. Orang Tua : tidak ada
2. Saudara Kandung : tidak ada
3. Penyakit keurunan yang ada : tidak ada
4. Anggota keluarga yang meninggal : ada
5. Penyebab meninggal : sakit-sakitan

Genogram
Keterangan :
: laki laki hidup

: perempuan hidup

X
X ; Laki laki meninggal

X ; perempuan meninggal

X X X X

20

19
F. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum: lemas
TB : 163
BB : 80
B. Tanda-tanda Vital
Suhu Tubuh : 37’C
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 81/menit
RR : 21/menit

C. Pemeriksaan Kepala dan Leher


1. Kepala dan rambut dan leher
a. Kepala :
- Bentuk : simetris
- Ubun-ubun : tertutup rambut
- Kulit kepala : bersih
b. Rambut :
- Penyebaran dan keadaan rambut : rambut lurus dan berwarna
hitam
- Bau : tidak berbau
- Warna kulit : sawo matang
c. Wajah : simetris
- Warna kulit : saumatang

2. Mata
a. Kelengkapan dan kesimetrisan : simetris
b. Palpebra :
c. Konjungtiva : normal
d. Selera : putih
e. Pupil : normal (ada reaksi kiri dan
kanan)
f. Cornea dan iris : normal warna merah dan jenih
g. Visus :tidak dilakukan pemeriksaan

20
h. Tekanan bola mata : Normal, kiri sama dengan kanan.
3. Hidung
a. Tulang hidung dan posisi septum : Simetris tidak ada kelainan.
b. Lubang hidung : Bersih dan lembab.
c. Cuping hidung : ada pernafasan cuping hidung
d. Fungsi penciuman : normal

4. Telinga
a. Bentuk telinga : simetris dan lengkap
b. Ukuran telinga : semeris
c. Lubang telinga : tidak dikaji
d. Ketajaman pendengaran : normal

5. Mulut dan Faring


a. Keadaan bibir : simetris, bibir kering
b. Keadaan gusi dan gigi : tidak dikaji

6. Leher
a. Posisi trachea : normal, simetris
b. Thyroid : Tidak ada pembesaran
kelenjar Thyroid.
c. Suara : suara klien jelas dan normal.
d. Kelenjar limfe : tidak dikaji
e. Vena jugularis : tidak dikaji
f. Denyutna dikarotis : Denyut ndi tearaba.

D. Pemeriksaan Integuman
1. Kebersihan : kulit tidak terlalu bersih
2. Kehangatan : hangat
3. Warna : saumatang
4. Turgor : elastis
5. Kelembaban : tidak terlalu lembab
6. Kelainan pada kulit : tidak ada

21
Pemeriksaan neurologi (Nervous scranialais)

1. Nervous Olfaktoris/ N I

Klien mampu mengidentifikasi bau dengan baik.

2. Nervous Optikus/ N II

Klien mampu melihat dengan baik.

3. Nervous Okulomotoris/ N III, Trochlearis/ N IV, Abdusen/ N VI

Pergerakan bola mata klien baik.

4. Nervous Trigeminus/ N V

Klien mampu membedakan rasa panas, dingin, tajam dan tumpul.

5. Nervous Fasialis/ N VII

Klien mampu berekspresi senyum, walaupun sedikit meringis.

6. Nervous Vestibulocochlearis/ N III

Klien mampu mendengar dengan baik..

7. Nervous Glossopharingeus/ N IX, Vegus/ N X

Klien mampu membuka mulutnya, mengunyah makanan danvmenelannya.

8. Nervous Aksesorius/ N XI

Pergerakan tangan masih normal, kecuali sebelah kanan yang terbatas.

E. Pola Makan dan Minum


a. Sebelum Sakit
1. Pola Makan
- Diet (type) : padat
- Jumlah/porsi : satu porsi
- Pola Diet : baik
- Anoreksia : tidak ada

22
- Mual-muntah : tidak ada
- Nyeri uluhati : tidak ada
- Alergi makanan : tidak ada
- BB biasa (sebelumnya) : 57
2. TandaObjek
- BB Sekarang : 80 Kg
- TB : 163 Cm
- Bentuk Tubuh : simetris
3. Waktu pemberian makanan
4. Masalah makanan
- Kesulitan mengunyah : tidak ada
- Kesulitan menelan : tidak ada
- Tidak dapat makan sendiri : klien bisa makan sendiri
5. Pola Minum
- Jumlah/porsi : 2500 ml
- Kesulitan Menelan : tidak ada
b. Selama Sakit
1. Pola Makan
- Diet (type) : padat
- Jumlah/porsi : habis satu porsi
- Pola Diet : baik
- Anoreksia : tidak ada
- Mual-muntah : tidak ada
- Nyeri uluhati : tidak ada
- Alergi makanan : tidak ada
- BB biasa (sebelumnya) : 57
2. Tanda Objek
- BB Sekarang : 50 Kg
- TB : 150 Cm
- Bentuk Tubuh :
3. Waktu pemberian makanan

23
4. Masalah makanan
- Kesulitan mengunyah : tidak ada
- Kesulitan menelan : tidak ada
- Tidak dapat makan sendiri : bisa makan sendiri
5. Pola Minum
- Jumlah/porsi : 250 ml
- Kesulitan Menelan : tidak ada

F. Kebersihan Diri / personal hygiene


a. Sebelum Sakit
1. Pemeliharaan badan : baik
2. Pemeliharaan gigi dan mulut : baik
3. Pemeliharaan kuku : baik
b. Selama Sakit
1. Pemeliharaan badan : kurang baik
2. Pemeliharaan gigi dan mulut : kurang baik
3. Pemeliharaan kuku : kurang baik

G. Pola kegiatan / aktifitas


a. Sebelum Sakit : aktivitas normal atau baik
b. Selama Sakit : tidak bisa beratfitas seperti biasa karena, cepat
lelah
H. Kebiasaan Ibadah
a. Sebelum Sakit : kebiasan ibadah baik
b. Selama Sakit : kebiasan ibadah baik.

G. TERAPI YANG DI BERIKAN

No Nama Obat Rute Dosis


1 Ketorolac 12 jam 500 mg
2 Metroclopramide 8 jam 1 ampul/ 2 ml
3 Aminofilin 8 jam 1 ampul/ 500 ml
4 Ranitidin 8 jam 1 ampul/50 mg
6 Infus RL IV 20 tetes/menit

24
H. ANALISA DATA
NO DATA PENYEBAB MASALAH
1 Ds : Obstruksi saluran Ketidak efektifan
 Pasien mengatakan sulit nafas jalan nafas
bernafas melalui hidung
 Pasien mengeluh sesak
nafas

Do :
 Pasien terlihat sulit bernafas
melalui hidung dan mulut
 Pernafasan terlihat
melambat
 Pasien terlihat tidaknyaman
 TTV
TD : 110/80 mmHg
RR : 21 x /menit
HR : 81 x /menit
T : 86,6` C
2. Merangsang SSP Nyeri luka post oprasi
sensai rasanyeri
Ds :

 Pasien mengatakan
nyeri pada bagian
luka daerah hidung
bagian dalam.
 Pasien mengatakan
skala nyeri 6
Do ;
 Pasien terlihat tidak nyaman
 Meringis kesakitan

2 Ds : Kesulitan tidur Gangguan rasa aman


 Pasien mengatakan sulit terganggu dan nyaman istirahat
tidur tidur
 Pasien mengatakan
hidungnya terasa tersumbat
 Pasien mengeluh sesak
nafas ketika tidur
Do :
 Pasien terlihat lelah dan lesu

25
 Nafas pendek

I. PRIORITAS MASALAH

Masalah keperawatan

1.ketidak efektifan jalan nafas

2.nyeri luka post operrasi

3.gangguan istirahat tidur

Diagnosa keperawatan (prioritas)

1. ketidak efektifan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas


ditandai dengan adanya secret dan pemasangan tampon hidung terhadap
post operasi peradangan sinus
2. nyeri berhubungan dengan luka operasi ditandai dengan klien mengeluh
nyeri hidung dengan skala nyeri 6 (nyeri sedang)
3. gangguan istirahat tidur berhubungan dengan nyeri post op sinusitis
ditandai dengan ketidak puasan tidur,menyatakan tidak merasa cukup
istirahat dan perubahan pola tidur normal.

26
J. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan/ Kriteria Intervensi Rasionalisasi
Keperawatan Hasil Keperawatan
1 Ketidak setelah dilakukan 1. Kaji penumpukan 1. Mengetahui
tindakan secret yang ada tingkat
efektifan
keperawatan selama 2. Monitor pola nafas keparahan dan
bersihan jalan
2x24 3. Kolaborasi tindakan
nafas jam diharapkan pemberian selanjutnya
mengalami bronkodilator,eksspe 2. Adanya
peningkatan ktoran,mukolitik,jik spuntum yang
keefektifan pola a perlu kental,berdara
nafas h atau purulen
diduga sebagai
Kriteria hasil : masalah
 Jalan nafas sekunder yang
kembali efektif memerlukan
 Pasien bernafas pengobatan
tidak melalui dengan
mulut tetapi memberikan
melalui hidung hidrasi
maksimal
membantu
menghilangka
n secret untuk
peningkatan
pengeluaran.

27
No Diagnosa Tujuan/ Kriteria Intervensi Rasionalisasi
Keperawatan Hasil Keperawatan
2 Nyeri pada luka setelah dilakukan 1. kaji tingkat nyeri 1.mengetahui
tindakan pasien dengan tingkat nyeri
post operatif
keperawatan selama menggunakan skala pasien untuk
2x24 2.jelasakan sebab dan menentukan
maka tingkat nyeri akibat nyeri pada pasien tindakan
menurun dan keluarga selanjutnya
Kriteria hasil : 3.ajarkan theknik 2.pasien dapat
 Nyeri berkurang relaksasi dan distraksi mengetahui
 Pasien terlihat 4.observasi tanda tanda theknik relaksasi
aman dan nyaman vital pasien. dan distraksi dan
dapat
mempraktikkan
teknik tersebut
apabila nyeri
untuk mengurangi
nyeri untuk
mengetahui
apakah terjadinya
infeksi atau tidak
pada post luka
operasi.

28
No Diagnosa Tujuan/ Kriteria Intervensi Rasionalisasi
Keperawatan Hasil Keperawatan
3 Gangguan setelah dilakukan 1.kaji kebutuhan tidur 1.mengetahui
tindakan pasien permasalahan
istirahat dan
keperawatan selama 2.ciptakan suasana pasien dalam
tidur
2x24 ruangan yang nyaman. pemenuhan
jam maka ganguan kebutuhan
istirahat dan tidur istirahat dan tidur
kembali normal suasana nyaman
agar pasien dapat
Kriteria hasil : tidur dengan
 Pasien dapat tenang dan jam
istirahat dan tidur istirahat terpenuhi
dengan nyaman
 Pasien dapat tidur
sesuai dengan
kebutuhan
istirahat
 Nyeri pada
hidung berkurang

29
K. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
No DiagnosaKeperawat HARI/TGL Implementasi Evaluasi (SOAP- Paraf
an JAM
SOAPIE)
1 Ketidak efektifan Selasa 1. Kaji S:
24-08-2021  Pasien
penumpukan secret
bersihan jalan nafas mengatakan
yang ada keluhan flu
O:
2.Monitor pola
 Perubahan
nafas pola nafas
3.Kolaborasi  TTV
TD : 110/80
pemberian mmHg
bronkodilator,ekssp RR : 21 x
/menit
ektoran,mukolitik,j HR : 80 x
ika perlu /menit
T : 86` C

A : ngangguan rasa
nyaman

P:
 kaji TTV
 kolaborasi
medis
 pantau TTV
2 Nyeri pada luka post Rabu
25-08-2021 1. kaji tingkat nyeri
operatif S:
pasien dengan
 Pasien
menggunakan skala mengatakan
nyerinya
2.jelasakan sebab
berkurang
dan akibat nyeri O:
pada pasien dan  TTV
TD : 110/80
keluarga mmHg
3.ajarkan theknik RR : 21 x

30
relaksasi dan /menit
HR : 80 x
distraksi
/menit
4.observasi tanda T : 86` C
tanda vital pasien. A : ngangguan rasa
nyaman

P:
 pantau TTV
 kaji skala
Kamis nyeri
3 26-08-2021
Gangguan istirahat
1.kaji kebutuhan
dan tidur tidur pasien S:
2.ciptakan suasana  Pasien
mengatakan
ruangan yang sulit tidurdan
nyaman sering
terbangun
pada saat tidur
O:
 Pasien terlihat
kurang
beristirahat

A : masalah
gangguan tidur belum
teratasi

P:
 Intervensi
pada pasien di
lanjutkan

31
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sinusitis adalah penyakit infeksi sinus yang disebabkan oleh kuman atau virus.

Sinus dapat dibagi menjadi sinusitis maksila, sinusitis etmoid, sinusitis frontal,

dan sinusitis sphenoid

B. Saran
Peran perawat dalam penangananan pasien dengan sinusitis sangat

besar terutama dalam hal intervensi keperawatan disamping tim kesehan lain.

Oleh karna itu perawat diharapkan dapat melakukan perawatan yang intensif

serta memberikan penyuluhan pada pasien dan keluarganya agar dapa

mempercepat penyembuhan serta mencegah terjadinya komplikasi.

Utamakan kerjasama yang baik dengan keluarga pasien dalam

membantu pelaksanaan perawatan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari

pasien, dimana dengan bantuan tersebut pasien merasa terlindung serta

mendapat curahan kasih sayang dari keluarganya sehingga dalam proses

penyembuhan terhadap penyakit lebih cepat.

32
33

Anda mungkin juga menyukai