PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B.Tujuan Pembahasan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan dasar pada pasien dengan sinusitis
2.Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan asuhan keperawatan dasar pada pasien sinusitis
diharapkan mahasiswa mampu :
a. Melaksanakan pengkajian keperawatan dasar terhadap pasien dengan
kasus sinusitis
b. Mengidentifikasi diagnosa keperawatan dasar yang terjadi pada pasien
dengan kasus sinusitis
c. Membuat rencana tidakan pada pasien dengan kasus sinusitis
d. Melaksanakan rencana tidakan keperawatan dasar pada pasein dengan
kasus sinusitis
e. Melakukan evaluasi pada pasein dengan kasus sinusitis
C. Manfaat
a. Agar mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan dasar dengan
kasus sinusitis
b. Agar mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan dengan
kasus sinusitis
c. Agar mahasiswa mampu merencanakan tindakan sesuai dengan diagnosa
keperawatan.
d. Agar mahasiswa mampu melaksanakan tindakan sesuain rencana yang
telah ditentukan.
e. Agar mahasiswa mampu mengevaluasi pelaksanaan tindakan keperawatan.
f. Agar mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Sinusitis merupakan suatu proses peradangan pada mukosa atau
selaput lendir sinus parsial. Akibat peradangan ini dapat menyebabkan
pembentukan cairan atau kerusakan tulang dibawahnya. Sinus paranasal
adalah ronga rongga yang terdapat pada tulang – tulang di wajah. Terdiri dari
sinus frontal (di dahi), sinus etmoid (pangkal hidung), sinus maksila (pipi
kanan dan kiri), sinus sphenoid (di belakang sinus etmoid). (Efiaty, 2007)
Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal. Sesuai anatomi sinus yang
terkena, dapat dibagi menjadi sinusitis maksila, sinusitis etmoid, sinusitis
frontal, dan sinusitis sphenoid. (Endang mangunkususmo dan Nusjirwan
Rifki, 2001) Yang paling sering ditemukan ialah sinusitis maksila dan
sinusitis etmoid, sinusitis frontal dan sinusitis sphenoid lebih jarang. Pada
anak hanya sinus maksila dan sinus etmoid yang berkembang, sedangkan
sinus frontal dan sinus sphenoid belum.
Sinus maksila disebut juga antrum highmore, merupakan sinus yang
sering terinfeksi, oleh karen merupakan sinus paranasal yang terbesar, letak
ostiumnya lebih tinggi dari dasar, sehingga aliran secret (drenase) dari sinus
maksila hanya tergantung dari gerakan silia, dasar sinus maksila adalah dasar
akar gigi (prosesus alveolaris) sehingga infeksi gigi dapat menyebabkan
sinusitis maksila, ostirium sinus maksila terletak di meatus medius di sekitar
hiatus semilunaris yang sempit sehingga mudah tersumbat.
B. Etiologi
Menurut Amin dan Hardhi, 2015.
Sinusitis paranasal salah satu fungsinya adalah menghasilkan lender yang
dialirkan ke dalam hidung, untuk selanjutnya dialirkan ke belakang, ke arah
tenggorokan untuk ditelan di saluran pencernaan. Semua keadaan yang
mengakibatkan tersumbatnya aliran lendir dari sinus ke rongga hidung akan
3
menyebabkan terjadinya sinusitis. Secara garis besar penyebab sinusitis ada 2
macam, yaitu :
a. Faktor lokal adalah semua kelainan pada hidung yang dapat
mengakibatkan terjadinya sumbatan; antara lain infeksi, alergi, kelainan
anatomi, tumor, benda asing, iritasi polutan, dan gangguan pada
mukosilia (rambut halus pada selaput lendir)
b. Faktor sistemik adalah keadaan diluar hidung yang dapat menyebabkan
sinusitis; antara lain gangguan daya tahan tubuh (diabetes, AIDS),
penggunaan obat – obat yang dapat mengakibatkan sumbatan hidung.
C. Patofisiologi
Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan
lancarnya klirens mukosiliar (mucociliary clearance) di dalam KOM.
Mukus juga mengandung substansi antimicrobial dan zat-zat yang
berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang
masuk bersama udara pernafasan. Organ-organ yang membentuk KOM
letaknya berdekatan dan bila terjadi edema, mukosa yang berhadapan akan
saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak dan ostium tersumbat.
Akibatnya terjadi tekanan negative di dalam ronga sinus yang
menyebabkan terjadinya transudasi, mula-mula serous. Kondisi ini biasa
dianggap sebagai rinosinusitis non-bacterial dan biasanya sembuh dalam
beberapa hari tanpa pengobatan.
Bila kondisi ini menetap, secret yang terkumpul dalam sinus
merupakan media baik untuk tumbuhnya dan multiplikasi bakteri. Secret
menjadi purulen. Keadaan ini disebut sebagai rinosinusitis akut bacterial
dan memerlukan terapi antibiotic. Jika terapi tidak berhasil (misalnya
karena ada factor predisposisi), inflamasi berlanjut, terjadi hipoksia dan
bacteri anaerob berkembang. Mukosa makin membengkak dan ini
merupakan rantai siklus yang terus berputar sampai akhirnya perubahan
mukosa menjadi kronik yaitu hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip
dan kista. Pada keadaan ini mungkin diperlukan tindakan operasi.
4
Klasifikasi dan mikrobiologi: Consensus international tahun 1995
membagi rinosinusitis hanya akut dengan batas sampai 8 minggu dan
kronik jika lebih dari 8 minggu. Sedangkan Consensus tahun 2004
membagi menjadi akut dengan batas sampai 4 minggu, subakut antara 4
minggu sampai 3 bulan dan kronik jika lebih dari 3 bulan. Sinusitis kronik
dengan penyebab rinogenik umumnya merupakan lanjutan dari sinusitis
akut yang tidak terobati secara adekuat. Pada sinusitis kronik adanya factor
predisposisi harus dicari dan di obati secara tuntas.
Menurut berbagai penelitian, bacteri utama yang ditemukan pada
sinusitis akut adalah streptococcus pneumonia (30-50%). Hemopylus
influenzae (20-40%) dan moraxella catarrhalis (4%). Pada anak,
M.Catarrhalis lebih banyak di temukan (20%). Pada sinusitis kronik, factor
predisposisi lebih berperan, tetapi umumnya bakteri yang ada lebih
condong ka rarah bakteri negative gram dan anaerob.
5
D. Patway
Virus,bakteri,jamur
Produksi sekret
SINUSITIS
Akumulasi Sekret
Proses inflamasi
6
E. Klasifikasi
Menurut D. Thane R. Cody dkk, 1986 Klasifikasi sinusitis berdasarkan
patologi berguna dalam penatalaksanaan pasien. Di samping menamakan
sinus yang terkena, beberapa konsep seperti lamaya infeksi sinus, harus
menjadi bagian klasifikasi
a. Sinusitis Akut
Sinusitis akut merupakan suatu proses infeksi di dalam sinus yang
berlangsung dari satu hari sampai 3 minggu.
b. Sinusitis Sub Akut
Sinusitis sub akut merupakan infeksi sinus yang berlangsung dari 4
minggu sampai 12 minggu. Perubahan epitel di dalam sinus
biasanya reversible pada fase akut dan sub akut, biasanya
perubahan tak reversible timbul setelah 3 bulan sinusitis sub akut
yang berlanjut ke fase berikutnya / kronik.
c. Sinusitis Kronik Fase kronik
dimulai setelah 12 minggu dan berlangsung sampai waktu yang
tidak terbatas.
F. Manifestasi
Menurut Amin dan Hardhi, 2015 1. Secara umum, tanda dan gejala dari
penyakit sinusitis adalah :
a. Hidung tersumbat
b. Hidung meler
c. Lender atau ingus berwarna hijau atau kekuningan
d. Sakit di area wajah,terutama hidung,pipi,mata,dan dahi
e. Sakit tenggorokan
f. batuk
g. kelelahan
h. bau mulut (halitosis)
G. Komplikasi
Menurut Efiaty Arsyad Soepardi, 2001 Komplikasi sinusitis telah
menurun secara nyata sejak ditemukannya antibiotika. Komplikasi
7
biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada sinusitis kronis dengan
eksaserbasi akut. Komplikasi yang dapat terjdi ialah :
1. Osteomielitis dan abses sub periostal
Paling sering timbul akibat sinusitis frotal dan biasanya ditemukan
pada anak – anak. Pada osteomielitis sinus maksila dapat timbul fistula
oroantral.
2. Kelainan orbita
Disebabkan oleh sinus paranasal yang berdekatan dengan mata. Yang
selulitis orbita, abses sub periostal, abses orbita dan selanjutnya dapat
3. Kelainan intracranial
Dapat berupa meningitis, abses ekstradural atau sub dural, abses otak
H. Pencegahan
2. Rajin berolahraga, karena tubuh yang sehat tidak mudah terinfeksi virus
maupun bakteri
3. Hindari stres
4. Hindari merokok
8
8. Istirahat yang cukup
I. . Penatalaksanaan
timbul rasa nyeri, rasa terbakar,dan kering karena arthofi mukosa dan
kerusakan silia
6. Kortikosteoid dalam jangka pendek jika ada riwayat alergi yang cukup
parah.
Pengobatan operatif dilakukan hanya jika ada gejala sakit yang kronis,
otitis media kronik, bronchitis kronis, atau ada komplikasi serta abses orbita
9
sinus dari sumbatan. Operasi dapat dilakukan dengan alat sinoskopi (1-“ESS=
kateter balon sinus yang kecil dan lentur (fleksibel) untuk membuka sumbatan
jalur sinus.
J. Pemeriksaan Fisik
nyeri ringan, nilai 4-7 menandakan nyeri sedang, nilai VAS 8-10
hiperemis, dan sekret hidung yang purulen. Pada rinoskopi posterior dapat
10
Pemeriksaan fisik palpasi dilakukan dengan cara memberi
dapat dirasakan pada pemeriksaan perkusi pada gigi di rahang atas yang
juga perubahan seperti penonjolan bola mata, gerakan bola mata yang
K. Diagnosis Banding
Tumor Sinonasal
Gejala tumor sinonasal bisa sangat mirip dengan sinusitis. Adanya
tumor sinonasal juga dapat menyebabkan sinusitis. Membedakan
penyakit ini dengan sinusitis dapat dilakukan melalui pemeriksaan
fisik dimana didapatkan massa intra nasal, serta melalui
pemeriksaan penunjang berupa CT scan atau MRI yang akan
menunjukkan adanya destruksi jaringan sekitar jika tumor bersifat
11
malignan. Pemeriksaan biopsi juga dapat membedakan dengan
sinusitis.
Migraine
Pasien sinusitis dapat datang dengan keluhan nyeri kepala sebelah
yang harus didiagnosis banding dengan migraine. Gejala yang
spesifik pada migraine meliputi fotofobia, sakit kepala sebelah
yang berdenyut, dan gangguan visual.
L. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dikerjakan untuk menunjang diagnosis
sinusitis antara lain :
Transiluminasi
Pemeriksaan transiluminasi hanya dapat digunakan untuk
pemeriksaan sinus maksila dan frontal. Pemeriksaan dilakukan bila
pemeriksaan penunjang radiologi tidak tersedia. Pemeriksaan
transiluminasi dilakukan pada ruangan yang gelap atau cahaya
minimal.
Untuk pemeriksaan sinus maksila, pasien diminta untuk
duduk dan mendongakkan kepalanya ke belakang sambil membuka
mulut. Pemeriksa menempelkan penlight/ otoskop/ transiluminator
pada bagian pipi di area sinus maksila. Cahaya yang tembus dan
terang pada bagian palatum merupakan pemeriksaan yang normal.
Bila cahaya redup atau tidak tampak sama sekali dapat dicurigai
adanya cairan yang kental (pus), penebalan mukosa, atau bisa juga
massa yang mengisi rongga sinus. Bandingkan hasil pemeriksaan
sinus maksila kanan dan kiri.
12
Untuk pemeriksaan sinus frontal, penlight /
otoskop / transiluminator ditempelkan pada bagian medial orbita di
bawah alis dengan cahaya diarahkan ke bagian atas. Perhatikan
cahaya yang muncul di area sinus frontal, bandingkan antara sinus
frontal kanan dan kiri. Cahaya yang gelap bisa disebabkan karena
sinusitis atau karena sinus yang tidak berkembang.
Endoskopi Nasal
Endoskopi nasal dapat dilakukan dengan atau tanpa
pemberian dekongestan. Endoskopi nasal memberikan visualisasi
yang lebih baik untuk mengevaluasi meatus medial dan superior
serta area nasofaring. Endoskopi nasal dapat dilakukan pada pasien
anak-anak maupun dewasa tetapi belum tentu tersedia di fasilitas
kesehatan tingkat pertama. Evaluasi menggunakan endoskopi nasal
dapat melihat kondisi mukosa serta menilai karakteristik seperti
ada tidaknya polip, edema, dan sekret. Evaluasi pasca operasi
menilai ada tidaknya jaringan parut ataupun krusta. Evaluasi
sinusitis kronis dapat dilakukan pada bulan ke-3, 6, 12, dan 24
setelah diagnosis pertama ditegakkan.
Rontgen
Pemeriksaan rontgen dapat dilakukan pada posisi Waters (evaluasi
sinus maksila dan frontal), posisi Caldwell (visualisasi etmoid),
dan posisi lateral (untuk evaluasi adenoid dan sfenoid). Sinusitis
ditandai dengan gambaran opak difus pada rongga sinus, penebalan
mukosa (>4 mm), atau adanya air fluid level.
CT Scan
Pemeriksaan CT-scan adalah teknik pencitraan yang dianjurkan
untuk sinusitis. Pemeriksaan CT-scan dilakukan pada pasien yang
tidak mengalami perbaikan setelah mendapatkan terapi yang
adekuat atau pada sinusitis kronis. Pemeriksaan CT-scan berguna
13
untuk menegakkan diagnosis sinusitis jamur invasif akut atau
alergi serta untuk menyingkirkan diagnosis lain seperti tumor. CT-
scan harus dilakukan sebelum tindakan operasi sinus endoskopik
terutama bila ada komplikasi sinusitis yang melibatkan area
periorbital atau intrakranial. CT-scan yang disarankan adalah
dengan potongan setebal 3-4 mm yang kemudian dapat dievaluasi
gambaran opak pada sinus, air-fluid level, penebalan mukosa (>4
mm), dan displacement dinding sinus.
14
BAB III
KETERAMPILAN DASAR KEPERAWATAN DASAR ATAS TINDAKAN
INJEKSI INTRAVENA (BOLUS)
15
6) Kencangkan nall spuit kemudian pompa spuit sebelum mengaplus obat di
ampul
7) Patahkan ampul kemudian tarik cairan obat di dalam ampul dengan
menggunakan spuit
8) Mengklem selang cairan impus
9) Menusukkan jarum spuit ke dalam karet selang infuse
10) Memasukkan obat perlahan lahan
11) Menarik jarum keluar dari selang impus setelah obat di masukkan
12) Diperiksa kecepatan tetesan air impus
13) Membereskan alat-alat kemudian memintak izin pamit kepada pasien
14) Buang spuit dan bekas ampul di tempat yang benar
15) Melepaskan heandskun
16) Kemudian mencuci tangan dengan air mengalir menggunakan sabun.
16
BAB IV
TINJAUAN KASUS
A.BIODATA
1. Indentitas Pasien
Nama : Tn.S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 21 tahun
Status Perkawinan : Belum
Agama : islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Kampung Jawa Lama
Tanggal masuk RS : 24 Agustus 2021
No. Register : 06 60 42
Ruangan/Kamar : IM (Iskandar Muda)
Golongan Darah :A
Tanggal Pengkajian : 24 Agustus 2021
Tanggal Operasi : 25 Agustus 2021
Diagnosa Medis : sinusitis
2. Penangung Jawab
Nama : Tn. S
Hubungan dengan pasien : Ayah kandung
Pekerjaan : Nelayan
Alamat : Kampung Jawa Lama
17
B. KELUHAN UTAMA
Hidung tersumbat dan pilek
18
E. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
1. Orang Tua : tidak ada
2. Saudara Kandung : tidak ada
3. Penyakit keurunan yang ada : tidak ada
4. Anggota keluarga yang meninggal : ada
5. Penyebab meninggal : sakit-sakitan
Genogram
Keterangan :
: laki laki hidup
: perempuan hidup
X
X ; Laki laki meninggal
X ; perempuan meninggal
X X X X
20
19
F. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum: lemas
TB : 163
BB : 80
B. Tanda-tanda Vital
Suhu Tubuh : 37’C
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 81/menit
RR : 21/menit
2. Mata
a. Kelengkapan dan kesimetrisan : simetris
b. Palpebra :
c. Konjungtiva : normal
d. Selera : putih
e. Pupil : normal (ada reaksi kiri dan
kanan)
f. Cornea dan iris : normal warna merah dan jenih
g. Visus :tidak dilakukan pemeriksaan
20
h. Tekanan bola mata : Normal, kiri sama dengan kanan.
3. Hidung
a. Tulang hidung dan posisi septum : Simetris tidak ada kelainan.
b. Lubang hidung : Bersih dan lembab.
c. Cuping hidung : ada pernafasan cuping hidung
d. Fungsi penciuman : normal
4. Telinga
a. Bentuk telinga : simetris dan lengkap
b. Ukuran telinga : semeris
c. Lubang telinga : tidak dikaji
d. Ketajaman pendengaran : normal
6. Leher
a. Posisi trachea : normal, simetris
b. Thyroid : Tidak ada pembesaran
kelenjar Thyroid.
c. Suara : suara klien jelas dan normal.
d. Kelenjar limfe : tidak dikaji
e. Vena jugularis : tidak dikaji
f. Denyutna dikarotis : Denyut ndi tearaba.
D. Pemeriksaan Integuman
1. Kebersihan : kulit tidak terlalu bersih
2. Kehangatan : hangat
3. Warna : saumatang
4. Turgor : elastis
5. Kelembaban : tidak terlalu lembab
6. Kelainan pada kulit : tidak ada
21
Pemeriksaan neurologi (Nervous scranialais)
1. Nervous Olfaktoris/ N I
2. Nervous Optikus/ N II
4. Nervous Trigeminus/ N V
8. Nervous Aksesorius/ N XI
22
- Mual-muntah : tidak ada
- Nyeri uluhati : tidak ada
- Alergi makanan : tidak ada
- BB biasa (sebelumnya) : 57
2. TandaObjek
- BB Sekarang : 80 Kg
- TB : 163 Cm
- Bentuk Tubuh : simetris
3. Waktu pemberian makanan
4. Masalah makanan
- Kesulitan mengunyah : tidak ada
- Kesulitan menelan : tidak ada
- Tidak dapat makan sendiri : klien bisa makan sendiri
5. Pola Minum
- Jumlah/porsi : 2500 ml
- Kesulitan Menelan : tidak ada
b. Selama Sakit
1. Pola Makan
- Diet (type) : padat
- Jumlah/porsi : habis satu porsi
- Pola Diet : baik
- Anoreksia : tidak ada
- Mual-muntah : tidak ada
- Nyeri uluhati : tidak ada
- Alergi makanan : tidak ada
- BB biasa (sebelumnya) : 57
2. Tanda Objek
- BB Sekarang : 50 Kg
- TB : 150 Cm
- Bentuk Tubuh :
3. Waktu pemberian makanan
23
4. Masalah makanan
- Kesulitan mengunyah : tidak ada
- Kesulitan menelan : tidak ada
- Tidak dapat makan sendiri : bisa makan sendiri
5. Pola Minum
- Jumlah/porsi : 250 ml
- Kesulitan Menelan : tidak ada
24
H. ANALISA DATA
NO DATA PENYEBAB MASALAH
1 Ds : Obstruksi saluran Ketidak efektifan
Pasien mengatakan sulit nafas jalan nafas
bernafas melalui hidung
Pasien mengeluh sesak
nafas
Do :
Pasien terlihat sulit bernafas
melalui hidung dan mulut
Pernafasan terlihat
melambat
Pasien terlihat tidaknyaman
TTV
TD : 110/80 mmHg
RR : 21 x /menit
HR : 81 x /menit
T : 86,6` C
2. Merangsang SSP Nyeri luka post oprasi
sensai rasanyeri
Ds :
Pasien mengatakan
nyeri pada bagian
luka daerah hidung
bagian dalam.
Pasien mengatakan
skala nyeri 6
Do ;
Pasien terlihat tidak nyaman
Meringis kesakitan
25
Nafas pendek
I. PRIORITAS MASALAH
Masalah keperawatan
26
J. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan/ Kriteria Intervensi Rasionalisasi
Keperawatan Hasil Keperawatan
1 Ketidak setelah dilakukan 1. Kaji penumpukan 1. Mengetahui
tindakan secret yang ada tingkat
efektifan
keperawatan selama 2. Monitor pola nafas keparahan dan
bersihan jalan
2x24 3. Kolaborasi tindakan
nafas jam diharapkan pemberian selanjutnya
mengalami bronkodilator,eksspe 2. Adanya
peningkatan ktoran,mukolitik,jik spuntum yang
keefektifan pola a perlu kental,berdara
nafas h atau purulen
diduga sebagai
Kriteria hasil : masalah
Jalan nafas sekunder yang
kembali efektif memerlukan
Pasien bernafas pengobatan
tidak melalui dengan
mulut tetapi memberikan
melalui hidung hidrasi
maksimal
membantu
menghilangka
n secret untuk
peningkatan
pengeluaran.
27
No Diagnosa Tujuan/ Kriteria Intervensi Rasionalisasi
Keperawatan Hasil Keperawatan
2 Nyeri pada luka setelah dilakukan 1. kaji tingkat nyeri 1.mengetahui
tindakan pasien dengan tingkat nyeri
post operatif
keperawatan selama menggunakan skala pasien untuk
2x24 2.jelasakan sebab dan menentukan
maka tingkat nyeri akibat nyeri pada pasien tindakan
menurun dan keluarga selanjutnya
Kriteria hasil : 3.ajarkan theknik 2.pasien dapat
Nyeri berkurang relaksasi dan distraksi mengetahui
Pasien terlihat 4.observasi tanda tanda theknik relaksasi
aman dan nyaman vital pasien. dan distraksi dan
dapat
mempraktikkan
teknik tersebut
apabila nyeri
untuk mengurangi
nyeri untuk
mengetahui
apakah terjadinya
infeksi atau tidak
pada post luka
operasi.
28
No Diagnosa Tujuan/ Kriteria Intervensi Rasionalisasi
Keperawatan Hasil Keperawatan
3 Gangguan setelah dilakukan 1.kaji kebutuhan tidur 1.mengetahui
tindakan pasien permasalahan
istirahat dan
keperawatan selama 2.ciptakan suasana pasien dalam
tidur
2x24 ruangan yang nyaman. pemenuhan
jam maka ganguan kebutuhan
istirahat dan tidur istirahat dan tidur
kembali normal suasana nyaman
agar pasien dapat
Kriteria hasil : tidur dengan
Pasien dapat tenang dan jam
istirahat dan tidur istirahat terpenuhi
dengan nyaman
Pasien dapat tidur
sesuai dengan
kebutuhan
istirahat
Nyeri pada
hidung berkurang
29
K. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
No DiagnosaKeperawat HARI/TGL Implementasi Evaluasi (SOAP- Paraf
an JAM
SOAPIE)
1 Ketidak efektifan Selasa 1. Kaji S:
24-08-2021 Pasien
penumpukan secret
bersihan jalan nafas mengatakan
yang ada keluhan flu
O:
2.Monitor pola
Perubahan
nafas pola nafas
3.Kolaborasi TTV
TD : 110/80
pemberian mmHg
bronkodilator,ekssp RR : 21 x
/menit
ektoran,mukolitik,j HR : 80 x
ika perlu /menit
T : 86` C
A : ngangguan rasa
nyaman
P:
kaji TTV
kolaborasi
medis
pantau TTV
2 Nyeri pada luka post Rabu
25-08-2021 1. kaji tingkat nyeri
operatif S:
pasien dengan
Pasien
menggunakan skala mengatakan
nyerinya
2.jelasakan sebab
berkurang
dan akibat nyeri O:
pada pasien dan TTV
TD : 110/80
keluarga mmHg
3.ajarkan theknik RR : 21 x
30
relaksasi dan /menit
HR : 80 x
distraksi
/menit
4.observasi tanda T : 86` C
tanda vital pasien. A : ngangguan rasa
nyaman
P:
pantau TTV
kaji skala
Kamis nyeri
3 26-08-2021
Gangguan istirahat
1.kaji kebutuhan
dan tidur tidur pasien S:
2.ciptakan suasana Pasien
mengatakan
ruangan yang sulit tidurdan
nyaman sering
terbangun
pada saat tidur
O:
Pasien terlihat
kurang
beristirahat
A : masalah
gangguan tidur belum
teratasi
P:
Intervensi
pada pasien di
lanjutkan
31
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sinusitis adalah penyakit infeksi sinus yang disebabkan oleh kuman atau virus.
Sinus dapat dibagi menjadi sinusitis maksila, sinusitis etmoid, sinusitis frontal,
B. Saran
Peran perawat dalam penangananan pasien dengan sinusitis sangat
besar terutama dalam hal intervensi keperawatan disamping tim kesehan lain.
Oleh karna itu perawat diharapkan dapat melakukan perawatan yang intensif
32
33