Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Congestive Heart Failure (CHF) adalah syndrome klinis (sekumpulan

tanda dan gejala), ditandai oleh sesak napas dan fatik ( saat istirahat atau saat

aktivitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur dan fungsi jantung. CHF

dapat disebabkan oleh gangguan yang mengakibatkan terjadinya pengurangan

pengisian ventrikel (disfungsi distolik) dan atau kontraktilitas miokardial

(disfungsi sistolik) (Sudoyo dkk. 2015)

Congestive Heart Failure masih menduduki peringkat yang tinggi,

menurut data Whorld Health Organization (WHO) pada tahun 2007

dilaporkan CHF mempengaruhi lebih dari 20 juta pasien di dunia dan

meningkat seiring pertambahan usia dan pada umumnya mengenai pasien

dengan usia sekitar lebih dari 65 tahun dengan presentase sekitar 6-10% lebih

banyak mengenai laki-laki dari pada wanita. Pada tahun 2030 WHO

memprediksi bahwa peningkatan penderita CHF mencapai ±23 juta jiwa di

dunia.

Adapun tanda dan gejala yang muncul pada pasien CHF antara lain

dyspnea, fatigue dan gelisah. Congestive Heart Failure merupakan salah satu

masalah khas utama pada beberapa negara industri maju dan negara

berkembang seperti Indonesia (Austaryani, 2012 dalam Didik Aji Asmoro,

2017).

1
Dalam profil kesehatan Indonesia pada tahun (2005) CHF merupakan

urutan ke 5 penyebab kematian terbanyak di Rumah Sakit seluruh Indonesia.

Tingkat kematian untuk CHF sekitar 50% dalam waktu lima tahun (Arini,

2015). Pada tahun 2014 terdiri dari 1380 orang terdiri dari 667 laki-laki dan

713 perempuan. Pada tahun 2015 sampai dengan bulan Oktober terdiri dari

863 orang yang terdiri dari 375 perempuan dan 488 laki-laki. Dari tahun

ketahun angka kejadian CHF terus mengalami peningkatan (Pranoto, 2015

dalam Didik Aji Asmoro, 2017).

Berdasarkan latar belakang diatas, kami merasa perlu membahas dan

menelaah lebih dalam mengenai penyakit Congestive Heart Failure (CHF)

untuk dapat mengeahui bagaimana melakukan asuhan keperawatan pada

pasien Congestive Heart Failure (CHF) dengan pendekatan proses asuhan

keperawatan yang benar.

B. Tujuan Pembahasan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui asuhan keperawatan dasar I pada pasien dengan

Congestive Heart Failure (CHF).

2. Tujuan Khusus

a. Setelah melaksanakan asuhan keperawatan dasar I pada pasien

Congestive Heart Failure (CHF) diharapkan mahasiswa mampu :

b. Melaksanakan pengkajian dasar terhadap pasien dengan kasus

Congestive Heart Failure (CHF).

c. Mengidentifikasi diagnosa keperawatan dasar I yang terjadi pada

pasien dengan kasus Congestive Heart Failure (CHF).

2
d. Membuat rencana tidakan pada pasien dengan kasus Congestive Heart

Failure (CHF)

e. Melaksanakan rencana tidakan keperawatan dasar I pada pasein

dengan kasus Congestive Heart Failure (CHF)

f. Melakukan evaluasi pada pasein dengan kasus Congestive Heart

Failure (CHF).

C. Manfaat

a. Agar mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan dasar I dengan

kasus Congestive Heart Failure (CHF).

b. Agar mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan dengan kasus

Congestive Heart Failure (CHF).

c. Agar mahasiswa mampu merencanakan tindakan sesuai dengan diagnosa

keperawatan.

d. Agar mahasiswa mampu melaksanakan tindakan sesuain rencana yang

telah ditentukan.

e. Agar mahasiswa mampu mengevaluasi pelaksanaan tindakan keperawatan.

f. Agar mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Congestive Heart Failure (CHF)


Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologi dimana jantung

gagal mempertahankan sirkulasi adekuat untuk kebutuhan tubuh meskipun

tekanan pengisian cukup (Ongkowijaya & Wantania, 2016). Gagal jantung

adalah sindrome klinis (sekumpulan tanda dan gejala), ditandai oleh sesak

napas dan fatigue (saat istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan oleh

kelainan struktur atau fungsi jantung. Gagal jantung disebabkan oleh

gangguan yang menghabiskan terjadinya pengurangan pengisian ventrikel

(disfungsi diastolik) dan atau kontraktilitas miokardial (disfungsi sistolik)

(Sudoyo Aru, dkk 2009) didalam (nurarif, a. h 2015).

Gagal jantung kongestif adalah keadaan ketika jantung tidak

mampu lagi memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan

sirkulasi tubuh untuk keperluan metabolisme jaringan tubuh pada kondisi

tertentu, sedangkan tekanan pengisian kedalam jantung masih cukup tinggi

(Aspani, 2016)

B. Anatomi jantung

4
Sistem peredaran darah terdiri atas jantung, pembuluh darah, dan

saluran limfe. Jantung merupakan organ pemompa besar yang memelihara

peredaran melalui seluruh tubuh. Arteri membawa darah dari jantung. Vena

membawa darah ke jantung. kapiler menggabungkan arteri dan vena,

terentang diantaranya dan merupakan jalan lalu lintas antara makanan dan

bahan buangan. Disini juga terjadi pertukaran gas dalam cairan ekstraseluler

dan interstisial.

Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga,

basisnya diatas, dan puncaknya dibawah. Apeksnya (puncaknya) miring

kesebelah kiri. Berat jantung kira-kira 300 gram.

C. Etiologi

Menurut (Aspani, 2016), secara umum penyebab gagal jantung

dikelompokkan sebagai berikut :

a. Disfungsi miokard

b. Beban tekanan berlebihan-pembebanan sistolik (sistolic overload).

1. Volume : defek septum atrial, defek septum ventrikel, duktus arteriosus

paten

2. Tekanan : stenosis aorta, stenosis pulmonal, koarktasi aorta

3. Disaritmia

c. Beban volume berlebihan-pembebanan diastolik (diastolic overload)

d. Peningkatan kebutuhan metabolik (demand oveload)

5
D. Penatalaksanaan

Penatalakasanaan gagal jantung dibagi menjadi 2 terapi yaitu sebagai

berikut :

a. Terapi farmakologi :

Terapi yang dapat iberikan antara lain golongan diuretik, angiotensin

converting enzym inhibitor (ACEI), beta bloker, angiotensin receptor

blocker (ARB), glikosida jantung , antagonis aldosteron, serta pemberian

laksarasia pada pasien dengan keluhan konstipasi.

b. Terapi non farmakologi :

Terapi non farmakologi yaitu antara lain tirah baring, perubahan

gaya hidup, pendidikan kesehatan mengenai penyakit, prognosis, obat-

obatan serta pencegahan kekambuhan, monitoring dan kontrol faktor resiko.

6
BAB III

KETERAMPILAN DASAR KEPERAWATAN DASAR ATAS TINDAKAN

SOP Pengukuran Tanda-Tanda Vital

Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital


Pengertian Tanda-tanda vital adalah ukuran dari berbagai fisiologi statistik,
sering diambil oleh profesional kesehatan dalam menilai fungsi
tubuh yang paling dasar.
Tujuan Untuk melakukan pengkajian/pemeriksaan tanda-tanda vital
yang dilaksanakan oleh perawat digunakan untuk memantau
perkembangan pasien.
Persiapan 1. Termometer.
alat dan 2. Botol berisi sabun dan desinfektan.
bahan 3. Bengkok
4. Tisue
5. Jam tangan berdetik.
6. Tensimeter
7. Stetoskop
8. Pena dan buku catatan.
9. Sarung tangan
Persiapan 1. Memberikan informasi tentang tindakan yang akan dilakukan.
pasien 2. Menyiapakan pasien dalam keadaan istirahat/relaks.
3. Menyiapakan lingkungan yang aman dan nyaman.
4. Jaga privasi pada klien.
Prosedur Mengukur suhu aksila
pelaksanaan 1. Mencuci tangan.
2. Membawa alat-alat ke dekat pasien.
3. Menjelaskan prosedur kepada pasien.
4. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin.
5. Minta pasien membuka lengan baju.
6. Bila ketiak basah keringkan dengan tisu.
7. Ambil termometer dari tempatnya (bila termometer dilarutan
desinfektan ambil dan bersihkan dengan tisu dari pangkal ke
reservoir dengan arah memutar kemudian masukkan ke air bersih
dan bersihkan dengan tisu).
8. Cek termometer pastikan suhunya dibawah 35ͦ C.
9. Letakkan termometer tepat pada lengan aksila pasien lengan pasien
fleksi di atas dada.
10.Tunggu sampai 5—10 menit kemudian angkat, bersihkan dan baca

7
hasilnya
11. Menginformasikan hasil pemeriksaan ke pasien.
12. Merapikan kembali pakaian pasien dan membantu ke posisi yang
nyaman.
13.Masukkan dalam larutan sabun bersihkan dengan tisu dari pangkal
ke reservoir dengan gerakan sirkuler, masukkan ke larutan
desinfektan bersihkan dengan tisu kemudian masukkan ke air bersih
dan bersihkan dengan tisu dari pangkal ke reservoir dengan gerakan
sirkuler.
14.Mencuci tangan.
15. Mencatat hasil pemeriksaan suhu pada buku catatan

Mengukur nadi
1. Mencuci tangan.
2. Membawa alat-alat ke dekat pasien.
3. Menjelaskan prosedur kepada pasien.
4. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
5. Meraba/menentukan letak arteri denyut nadi yang akan dihitung.
6. Bila denyut nadi sudah teraba teratur, pegang jam tangan dengan
penunjuk detik pada tangan yang lain.
7. Menghitung denyut nadi selama ¼ menit (bila teratur) dikalikan 4,
jika nadi tidak teratur dihitung selama 1 menit penuh.
8. Merapikan pasien kembali dan membantu ke posisi yang nyaman.
9. Mencuci tangan dan mencatat hasil pengukuran nadi pada buku.

Mengukur pernapasan
1. Mencuci tangan
2. Membawa alat-alat ke dekat pasien.
3. Menjelaskan prosedur kepada pasien.
4. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin.
5. Mengobservasi satu siklus pernapasan lengkap kemudian mulai
menghitung frekuensi pernapasan dan memperhatikan kedalaman,
irama serta karakter pernapasan selama 30 detik hasilnya dikalikan 2
bila pernapasan teratur. Bila tidak teratur , pernapasan dihitung
selama 1 menit.
6. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin dan mencuci tangan.
7. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada pasien.

Mengukur tekanan darah


1. Mencuci tangan
2. Membawa alat-alat ke dekat pasien.
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur pada pasien.

8
4. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin.
5. Meminta/membantu pasien menggulung/membuka lengan baju yang
akan diperiksa.
6. Meraba arteri brakialis dengan jari tengah dan telunjuk.
7. Memasang manset pada lengan atas kira-kira 2,5 cm di atas arteri
brakialis.
8. Memakai stetoskop pada telinga, meletakkan bagian diafragma
stetoskop di atas arteri brakialis dan memegangnya dengan ibu jari
atau beberapa jari.
9. Menutup klep/skrup pompa balon dengan memutar searah jarum jam
dan membuka kunci air raksa jika menggunakan tensi air raksa.
10. Mendengarkan dengan seksama sambil membaca skala air raksa
dimana suara denyut nadi pertama sampai menghilang dimana
denyut nadi pertama merupakan sistolik dan denyut nadi kedua
adalah diastolik.
11. Mengempeskan dengan cepat setelah suara denyut tidak terdengar
sampai air raksa pada angka nol.
12. Membuka manset, digulung dilipat dengan rapi kemudian manset
diletakkan pada tempatnya.
13. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin.
14. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada pasien.
15. Mencuci tangan.

9
BAB IV

TINJAUAN KASUS

I. BIODATA
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Z
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 65 tahun
Status Perkawinan : kawin
Agama : islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : wiraswasta
Alamat : aron
Tanggal masuk RS : 28 agustus 2021
No. Register : 13 63 44
Ruangan/Kamar : MS (Malikulsaleh)
Golongan Darah :-
Tanggal Pengkajian : 30 Agustus 2021
Diagnosa Medis : CHF

B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Tn. Y
Hubungan dengan pasien : anak
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Hagu Selatan

II. KELUHAN UTAMA


Pasien mengatakan sesak, dan sangat lemas

10
III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
1. Provocative /Palliative
A. Apa Penyebabnya : sesak nafas
B. Hal-hal yang memperbaikikeadaan : istrirahat, dan memakai nasal
kanul
2. Quantity / Quality
A. Bagaimana dirasakan : pasien susah bernapas dan lemas
B. Bagaimana dilihat : pasien sesak nafas

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

A. Penyakit yang pernah dialami : Tidak ada


B. Pengobatan / Tindakan yang dilakukan: tidak ada
C. Pernahdirawat / dioperasi : tidak pernah
D. Lamanya : tidak pernah
E. Elergi : tidak ada
F. Imunisasi : tidak ada

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


A. Orang Tua : tidak ada
B. Saudara Kandung : tidak ada
C. Penyakit keturunan yang ada : tidak ada
D. Anggota keluarga yang meninggal : tidak ada
E. Penyebab meninggal : tidak ada

11
F. Genogram

65

Keterangan :
: laki-laki hidup umur / umur : Pasien

: perempuan hidup ------------ = tingal serumah

X : laki-laki meninggal

X : perempuan meninggal

VI. PEMERIKSAAN FISIK


A. Keadaan Umum: lemas
TB :150
BB : 65

12
B. Tanda-tanda Vital
Suhu Tubuh : 38, 5c
TD : 70/50 mmHg
Nadi : 68x/menit
RR : 28x/menit

C. Pemeriksaan Kepala dan Leher


1. Kepala dan rambut dan leher
a. Kepala :
- Bentuk : simetris
- Ubun-ubun : tertutup rambut
- Kulit kepala : bersih
b. Rambut :
- Penyebaran dan keadaan rambut : rambut lurus dan berwarna
hitam
- Bau : berbau keringat
- Warna kulit : normal
c. Wajah : simetris
- Warna kulit : saumatang

2. Mata
a. Kelengkapan dan kesimetrisan : simetris
b. Palpebra :
c. Konjungtiva : normal
d. Selera : putih
e. Pupil : normal (ada reaksi kiri dan
kanan)
f. Cornea dan iris : normal warna merah dan jenih
g. Visus :tidak dilakukan pemeriksaan
h. Tekanan bola mata : Normal, kiri sama dengan kanan.
3. Hidung
a. Tulang hidung dan posisi septum : Simetris tidak ada kelainan.
b. Lubang hidung : Bersih dan lembab.

13
c. Cuping hidung : ada pernafasan cuping hidung
d. Fungsi penciuman : normal

4. Telinga
a. Bentuk telinga : simetris dan lengkap
b. Ukuran telinga : semeris
c. Lubang telinga : tidak dikaji
d. Ketajaman pendengaran : normal

5. Mulut dan Faring


a. Keadaan bibir : simetris, bibir kering
b. Keadaan gusi dan gigi : tidak dikaji

6. Leher
a. Posisi trachea : normal, simetris
b. Thyroid :Tidak ada pembesaran kelenjar
Thyroid.
c. Suara : suara klien jelas dan normal.
d. Kelenjar limfe : tidak dikaji
e. Vena jugularis : tidak dikaji
f. Denyutna dikarotis : Denyut ndi tearaba.

D. Pemeriksaan Integuman
1. Kebersihan : kulit tidak terlalu bersih
2. Kehangatan : hangat
3. Warna : saumatang
4. Turgor : elastis
5. Kelembaban : tidak terlalu lembab
6. Kelainan pada kulit : tidak ada

E. Pemeriksaan Thoraksdan Dada


1. Infeksi Thoraks
a. Bentuk thoraks : simetris

14
b. Pernafasan :
- Frekuensi : 28 x/menit
- Irama : reguler
c. Tanda kesulitan bernafas : ada
2. Pemeriksaan Paru
a. Palpasi getaran suara : getaran terasa pada telapa tangan,ketika
kedua tangan diletakkan pada punggung
pasien dan pasien dianjurkan
mengatakan tujuh puluh tujuh.
a. Perkusi : suara resonor
b. Auskultasi :
- Suara nafas : suara nafas vasukulat
- Suara tambahan : ada
3. PemeriksaanJantung
a. Insfeksi : tidak ada pembesaran
b. Palpasi : tidak ada pembesaran
c. Perkusi : suara resonor
d. Auskultasi : bunyi jantung normal, tidak ada suara
tambahan

F. Pemeriksaan Abdomen
- Inspeksi : bentuk tidak simetris dan distensi..
- Auskultasi :peristalticusus menurun.
- Palpasi : adanya nyeri tekan.
- Perkusi : suara hiperesonan.
Pemeriksaan neurologi (Nervous scranialais)

1. Nervous Olfaktoris/ N I

Klien mampu mengidentifikasi bau dengan baik.

2. Nervous Optikus/ N II

Klien mampu melihat dengan baik.

3. Nervous Okulomotoris/ N III, Trochlearis/ N IV, Abdusen/ N VI

15
Pergerakan bola mata klien baik.

4. Nervous Trigeminus/ N V

Klien mampu membedakan rasa panas, dingin, tajam dan tumpul.

5. Nervous Fasialis/ N VII

Klien mampu berekspresi senyum, walaupun sedikit meringis.

6. Nervous Vestibulocochlearis/ N III

Klien mampu mendengar dengan baik..

7. Nervous Glossopharingeus/ N IX, Vegus/ N X

Klien mampu membuka mulutnya, mengunyah makanan danvmenelannya.

8. Nervous Aksesorius/ N XI

Pergerakan tangan masih normal, kecuali sebelah kanan yang terbatas.

G. Pola Makan dan Minum


a. Sebelum Sakit
1. Pola Makan
- Diet (type) : padat
- Jumlah/porsi : satu porsi
- Pola Diet : baik
- Anoreksia : tidak ada
- Mual-muntah : tidak ada
- Nyeri uluhati : tidak ada
- Alergi makanan : tidak ada
- BB biasa (sebelumnya) : 65
2. TandaObjek
- BB Sekarang : 60 Kg
- TB : 150 Cm
- Bentuk Tubuh : simetris
3. Waktu pemberian makanan : tepat waktu
4. Masalah makanan : tidak ada

16
- Kesulitan mengunyah : tidak ada
- Kesulitan menelan : tidak ada
- Tidak dapat makan sendiri : klien bisa makan sendiri
5. Pola Minum
- Jumlah/porsi : 2500 ml
- Kesulitan Menelan : tidak ada
b. Selama Sakit
1. Pola Makan
- Diet (type) : padat
- Jumlah/porsi : satu porsi
- Pola Diet : baik
- Anoreksia : tidak ada
- Mual-muntah : tidak ada
- Nyeri uluhati : tidak ada
- Alergi makanan : tidak ada
- BB biasa (sebelumnya) : 65

2. Tanda Objek
- BB Sekarang : 60 Kg
- TB : 150 Cm
- Bentuk Tubuh :
3. Waktu pemberian makanan
4. Masalah makanan
- Kesulitan mengunyah : tidak ada
- Kesulitan menelan : tidak ada
- Tidak dapat makan sendiri : bisa makan sendiri
5. PolaMinum
- Jumlah/porsi : 250 ml
- Kesulitan Menelan : tidak ada

17
H. Kebersihan Diri / personal hygiene
a. Sebelum Sakit
1. Pemeliharaan badan : baik
2. Pemeliharaan gigi dan mulut : baik
3. Pemeliharaan kuku : baik
b. Selama Sakit
1. Pemeliharaan badan : kurang baik
2. Pemeliharaan gigi dan mulut : kurang baik
3. Pemeliharaan kuku : kurang baik

I. Pola kegiatan / aktifitas


a. Sebelum Sakit : aktivitas normal atau baik
b. Selama Sakit : tidak bisa beratfitas seperti biasa karena, cepat
lelah
J. Kebiasaan Ibadah
a. Sebelum Sakit : kebiasan ibadah baik.
b. Selama Sakit : kebiasan ibadah baik

VII. Hasil pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal


Hematologi
Paket darah rutin
Hemoglobin 12,8 g/dL 14.0-18.0
Eritrosit 4,59 10ꞈ 6/uL 4.70-6.20
Leukosit 20.0 10ꞈ 3/uL 4.8-10.8
Trombosit 315 10ꞈ 3/uL 150-450
Hematokrit 83.9 % 40-52
MCV 83.9 fl 80-94
MCH 27.9 fl 27-31
MCHC 33.2 g/dL 33-37
Diff Count
Neutrofil 90.0 % 50-70
Limfosit 3.00 % 25-40
MXD 6.7 % 1.0-12.0
RDW 44.0 fl 35.0-45.0

18
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Kimia Klinik
Ureum 37.5 mg/dL 19.0-44.0
Creainin 0.90 mg/dL 0.70-1.20
Bun 17.5 mg/dL 7.0-18.0
AST 58.0 U/L 7.0-45.0
Paket Elektrolit
Natrium 137.0 mmol/L 136.0-145.0
Kalium 3.50 mmol/L 3.50-5.10
Chlorida 102.0 mmol/L 98.0-107.0
ALT 171.8 U/L 7.0-41.0

VIII. Terapi yang diberikan

No Nama Obat Rute Dosis


1 Terpacef 12 jam 500 mg
2 Santagesik 8 jam 1 ampul/ 2 ml
3 Aminofilin 8 jam 1 ampul/ 500 ml
4 Ranitidin 8 jam 1 ampul/50 mg
5 Norepinephrine 3,7 jam 50 `c
6 Infus RL IV 20 tetes/menit

IX. Analisa Data

No Data Masalah Penyebab


1 DS: penurunan curah Penurunan kontraktilitas
Klien mengeluh nyeri dada pada jantung ventrikel kiri
saat beraktivitas dan kesulitan
bernafas

DO:
wajah klien tampak meringis
kesakitan. skala nyeri 6. Klien
tampak sulit bernafas Tekanan
darah : 70/50 mmHg, nadi 68
x/menit
2 DS : intoleransi aktivitas Ketidakseimbangan
Pasien mengatakan tenaga nya . antara suplai oksigen
lemah, cepat lelah, dan sesak jaringan yang kebutuhan

19
nafas akibat sekunder dari
penuruna curah jantung.

DO :
Klien tampak berbaring di
tempat tidur, keringat dingin,
dan lemah.

X. Diagnosa Keperawatan

1. penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan kontraktilitas

ventrikel kiri.

2. intoleransi aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara suplai

oksigen jaringan yang kebutuhan akibat sekunder dari penuruna curah

jantung.

20
XI. RENCANA ASUHANKEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Tujuan/ Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasionalisasi


1 penurunan curah jantung Tujuan: 1. Kaji dan laporkan tanda penurunan 1. Kejadian mortalitas dan
berhubungan dengan Diharapkan curah jantung.
morbiditas sehubungan dengan
penurunan kontraktilitas setelah tindakan keperawatan 2. Periksa keadaan klien dengan
ventrikel kiri. selama 3x24 Jam mengauskultasi nadi apical MI yang lebih dari 24 jam
 penurunan curah jantung 3. kaji frekuensi, irama jantung.
pertama.
dapat teratasi 4. Catat bunyi jantung.
 tanda vital dalam batas 5. Palpasi nadi perifer 2. Biasanya terjadi takikardia
normar meskipun pada saat istirahat
 bebas gejala gagal jantung
(parameter hemodinamika untuk mengompensasi penurunan
dalam batas normal kontraktilitas ventrikel, KAP,
Kriteria hasil : PAT, MAT, PVC, dan AF
 klien akan melaporkan disritmia umum berkenaan
penurunan episode dispnea,
berperan dalam aktivitas dengan GJK meskipun lainnya
 mengurangi beban kerja juga terjadi.
jantung
 tekanan darah dalam batas 3. S1 dan S2 mungkin lemah karena
normal menurunnya kerja pompa, irama
gallop umum (S3 dan S4)
dihasilkan sebagai aliran darah ke
dalam serambi yang distensi

21
murmur dapat menunjukkan
inkompetensi/stenosis mitral
4. Penurunan curah jantung
menunjukkan menurunnya nadi,
radial, popliteal, dorsalis pedis,
dan postibial. Nadi mungkin
cepat hilang atau tidak teratur
untuk dipalpasi, dan pulsus
alteran (denyut kuat lain dengan
denyut lemah) mungkin ada

2 intoleransi aktivitas Tujuan : 1. Catat frekuensi jantung; irama; dan 1. Respons klien terhadap aktivitas
berhubungan dengan Diharapkan setelah dilakukan
perubahan TD, selama dan sesudah dapat mengindikasikan adanya
Ketidakseimbangan tindakan keperawatan selama
antara suplai oksigen 3x24 jam terdapat respons aktivitas. penurunan oksigen miokard.
jaringan yang kebutuhan perbaikan dengan meningkatnya
2. Tingkatkan istirahat, batasi 2. Menurunkan kerja
akibat sekunder dari kemampuan beraktivitas klien
penuruna curah jantung aktivitas, dan berikan aktivitas miokard/konsumsi oksigen.
kriteria hasil
Klien menunjukkan kemampuan senggang yang tidak berat. 3. Dengan mengejan dapat
beraktivitas tanpa gejala-gejala 3. Anjurkan klien untuk menghindari mengakibatkan bradikardi,
yang berat, terutama mobilisasi
di tempat tidur. peningkatan tekanan abdomen, menurunkan curah jantung dan

22
missal; mengejan saat defekasi. takikardia, serta peningkatan TD
4. Jelaskan pola peningkatan bertahap 4. Aktivitas yang maju memberikan
dari tingkat aktivitas kontrol jantung, meningkatkan
regangan, dan mencegah aktivitas
berlebihan.

XII. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No Diagnosa Keperawatan HARI/TGL Implementasi Evaluasi (SOAP-SOAPIE) Paraf


JAM
1 penurunan curah jantung Senin 1. Mengkaji dan laporkan tanda penurunan S: klien mengatakan masi sesak
berhubungan dengan 30-08-2021 curah jantung. nafas dan jantung bergerak terlalu
penurunan kontraktilitas 2. memeriksa keadaan klien dengan cepat
ventrikel kiri. mengauskultasi nadi apical
3. Mengkaji frekuensi, irama jantung. O:
4. Mencatat bunyi jantung.  Klien sesak nafas
5. Palpasi nadi perifer  TTV
TD : 70/50 mmHg
RR: 28/ menit
T : 38,5`c
P: 68x/menit

A: masalah belum teratasi


P : intervensi dilanjutkan

23
intoleransi aktivitas Selasa 1. Mencatat frekuensi jantung; irama; dan S:klien mengatakan sangat lemas
berhubungan dengan 31-08-2021
perubahan TD, selama dan sesudah
Ketidakseimbangan antara
suplai oksigen jaringan aktivitas. O:
yang kebutuhan akibat  Klien hanya berbaring di
2. meningkatkan istirahat, batasi aktivitas, tempa tidur
sekunder dari penuruna
curah jantung dan berikan aktivitas senggang yang  TTV
TD : 70/50 mmHg
tidak berat.
RR: 29x/ menit
3. Menganjurkan klien untuk menghindari T : 38,5`c
P: 68x/menit
peningkatan tekanan abdomen, missal;
mengejan saat defekasi. A: masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjukan
4. Menlaskan pola peningkatan bertahap
dari tingkat aktivitas

24
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologi dimana jantung gagal

mempertahankan sirkulasi adekuat untuk kebutuhan tubuh meskipun tekanan

pengisian cukup. Gagal jantung disebabkan oleh gangguan yang

menghabiskan terjadinya pengurangan pengisian ventrikel (disfungsi

diastolik) dan atau kontraktilitas miokardial (disfungsi sistolik)

B. Saran
Peran perawat dalam penangananan pasien dengan Congestive Heart

Failure (CHF) sangat besar terutama dalam hal intervensi keperawatan

disamping tim kesehan lain. Oleh karna itu perawat diharapkan dapat

melakukan perawatan yang intensif serta memberikan penyuluhan pada pasien

dan keluarganya agar dapa mempercepat penyembuhan serta mencegah

terjadinya komplikasi.

Utamakan kerjasama yang baik dengan keluarga pasien dalam

membantu pelaksanaan perawatan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari

pasien, dimana dengan bantuan tersebut pasien merasa terlindung serta

mendapat curahan kasih sayang dari keluarganya sehingga dalam proses

penyembuhan terhadap penyakit lebih cepat.

25
DAFTAR PUSTAKA

Sudoyo AW, Setiohadi B, dkk. (2015).Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:
Interna.

Asmoro, Didik Aji.2017. “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Congestive Heart


Failure (Chf) Dengan Penurunan Curah Jantung Melalui Pemberian Terapi
Oksigen Di Ruang Icu Pku Muhammadiyah Gombong”.Sekolah tinggi ilmu
kesehatan muhammadiyah gombong.

Ongkowijaya, J., & Wantania, F. E. (2016). Hubungan Hiperurisemia Dengan


Kardiomegali Pada Pasien Gagal Jantung Kongestif. 4, 0–5.

Aspaiani,RY. (2016). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada pasien Gangguan

Kardiovaskuler : aplikasi nic&noc. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

26
27

Anda mungkin juga menyukai