Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
1. INFEKSI SALURAN REPRODUKSI
Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan
sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau
kelemahan, dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem
reproduksi dan fungsi-fungsinya serta proses- prosesnya. Oleh karena
itu, kesehatan reproduksi berarti orang dapat mempunyai kehidupan
seks yang memuaskan dan aman, dan bahwa mereka memiliki
kemapuan untuk bereproduksi dan kebebasan untuk menentukan
apakah mereka ingin melakukannya, bilamana dan seberapa seringkah.
Termasuk terakhir ini adalah hak pria dan wanita untuk memperoleh
informasi dan mempunyai akses terhadap cara-cara keluarga berencana
yang aman, efektif dan terjangkau, pengaturan fertilitas yang tidak
melawan hukum, hak memperoleh pelayanan pemeliharaan kesehatan
kesehatan yang memungkinkan para wanita dengan selamat menjalani
kehamilan dan melahirkan anak, dan memberikan kesempatan untuk
memiliki bayi yang sehat.
Sejalan dengan itu pemeliharaan kesehatan reproduksi merupakan
suatu kumpulan metode, teknik dan pelayanan yang mendukung
kesehatan dan kesejahteraan reproduksi melalui pencegahan dan
penyelesaian masalah kesehatan reproduksi. Ini juga mencakup
kesehatan seksual, yang bertujuan meningkatkan status kehidupan dan
hubungan-hubungan perorangan, dan bukan semata-mata konseling
dan perawatan yang bertalian dengan reproduksi dan penyakit yang
ditularkan melalaui hubungan seks.
Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) semakin disadari telah menjadi
masalah kesehatan dunia yang berdampak kepada laki-laki dan
perempuan. Dampaknya mulai dari kemandulan, kehamilan ektopik (di
luar kandungan), nyeri kronis pada panggul, keguguran, meningkatkan
risiko tertular HIV, hingga kematian.
Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) berkait erat dengan Penyakit
menular seksual (PMS). Penularan Infeksi Saluran Reproduksi ini
tidak hanya melalui hubungan seksual saja, tetapi bisa disebabkan
berlebihnya pertumbuhan organisme aman, kelahiran enggak aman dan
pemasangan alat kontrasepsi (IUD) yang tidak steril.
2. PENYAKIT MENULAR SEKSUAL
Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah penyakit yang
penularannya terutama melalui hubungan seksual (Daili, 2007;
Djuanda, 2007). Sejak tahun 1998, istilah STD mulai berubah menjadi
STI (Sexually Transmitted Infection), agar dapat menjangkau
penderita asimtomatik (Daili, 2009). Menurut WHO (2009), terdapat
lebih kurang 30 jenis mikroba (bakteri, virus, dan parasit) yang dapat
ditularkan melalui hubungan seksual. Kondisi yang paling sering
ditemukan adalah infeksi gonorrhoeae, chlamydia, syphilis,
trichomoniasis, chancroid, herpes genitalis, infeksi human
immunodeficiency virus (HIV) dan hepatitis B. Dalam semua
masyarakat, Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan penyakit yang
paling sering dari semua infeksi (Holmes, 2005; Kasper, 2005).
Penyakit menular seksual juga merupakan penyebab infertilitas yang
tersering, terutama pada wanita. Antara 10% dan 40% dari wanita yang
menderita infeksi klamidial yang tidak tertangani akan berkembang
menjadi pelvic inflammatory disease (WHO, 2008).
Dari data dan fakta di atas, jelas bahwa infeksi menular seksual
telah menjadi problem tersendiri bagi pemerintah. Tingginya angka
kejadian infeksi menular seksual di kalangan remaja dan dewasa muda,
terutama wanita, merupakan bukti bahwa masih rendahnya
pengetahuan remaja akan infeksi menular seksual. Wanita dalam hal
ini sering menjadi korban dari infeksi menular seksual. Hal ini
mungkin disebabkan masih kurangnya penyuluhan- penyuluhan yang
diakukan oleh pemerintah dan badan-badan kesehatan lainnya.
Terutama penyuluhan pada ibu-ibu sehingga pengetahuan tentang
penyakit menular seksual masih sangat kurang.

B. RUMUSAN MASALAH
1. INFEKSI SALURAN REPRODUKSI
1. Pengertian dari Infeksi saluran Reproduksi
2. Jenis-jenis Infeksi Saluran Reproduksi
3. Pencegahan Infeksi Saluran Reporduksi
2. PENYAKIT MENULAR SEKSUAL
1. Apa itu PMS?
2. Bagaimana penularan PMS?
3. Apa saja jenis-jenis PMS?
4. Bagaimana pencegahan PMS?
C. MANFAAT
Secara kasat mata kita dapat memahami manfaat dari pembelajaran
materi ini yaitu menambah wawasan agar kita lebih bisa menjaga diri
dengan baik agar terhindar dari ISR dan PMS, dan sebagai mahasiswa
yang lebih mengetahui tetang ISR dan PMS ini hendaknya kita dapat
membantu kaum masyrakat yang belum mengetahui tentang informasi ISR
dan PMS tersebut.
D. TUJUAN
Terdapat dua tujuan dalam pembuatan makalah ini, yaitu tujuan
khusus dan tujuan umum.
1. Tujuan umum
Penulisan makalah ini bertujuan untuk dapat memperoleh
pengetahuan tentang penyakit-penyakit yang berhubungan dengan
infeksi saluran reproduksi dan penyakit menular seksual.
2. Tujuan khusus
- Menambah pengetahuan
- Member informasi agar perluasan ISR dan PMS dapat di
cegah dengan tambahan ilmu.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 INFEKSI SALURAN REPRODUKSI


A. TINJAUAN PUSTAKA
1. PENGERTIAN ISR
Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) adalah masuk dan
berkembangbiaknya kuman penyebab infeksi kedalam saluran
reproduksi. Kuman penyebab infeksi tersebut dapat berupa bakteri,
jamur, virus dan parasit.
Perempuan lebih mudah terkena ISR dibandingkan laki-laki,
karena saluran reproduksi perempuan lebih dekat ke anus dan
saluran kencing. ISR pada perempuan juga sering tidak diketahui ,
karena gejalanya kurang jelas dibandingkan laki-laki.
Adapun Gejala dan komplikasi ISR sering tanpa gejala,
khususnya pada perempuan. Hingga kini belum ada informasi yang
cukup rinci tentang ISR apalagi mengenai Perawatan yang dapat
dilakukan oleh pengidap Penyakit ini. Beberapa infeksi yang
terjadi dapat menyebabkan ketidak suburan, setiap ISR, Seperti
chancroid, herpes: dan sipilis dapatkan kemungkinan lebih besar
(Lande, 1993).
Penyakit-penyakit infeksi. pada, organ reproduksi bila tidak
diobati dengan sempurna, akan menimbulkan komplikasi berupa
penyakit radang panggul (PRP) dan bisa berdampak kemadulan,
gangguan pada kehamilan (abortus, lahir prematur) atau bahkan
menyebabkan bayi lahir cacat, serta kemungkinan terjadinya
kanker leher rahim. Menurut penelitian Prof Sumapradja, sekitar
42 persen penyebab kemandulan pada perempuan adalah akibat,
dari faktor saluran telur (tuba), karena adanya infeksi saluran telur
(komplikasi ISR) sehingga menyebabkan perlengketan atau
penyumbatan saluran telur, hingga sel telur dan sperm menjadi
sulit bertemu.
2. JENIS-JENIS DAN GEJALA ISR
Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) adalah terminologi umum
yang digunakan untuk tiga jenis infeksi pada saluran reproduksi:
a. ISR Endogen, mungkin merupakan jenis ISR yang pa-ling
umum di dunia. Timbul sebagai akibat dari pertumbuhan
tidak normal organisme yang seharusnya tumbuh normal di
dalam vagina. Masuk dalam jenis ini adalah vaginosis
bakteri dan kandidiasis yang dapat dengan mudah
disembuhkan. ISR endogen juga dihubungkan dengan
persalinan prematur dan bayi berat lahir rendah (BBLR).
b. ISR Iatrogenik atau yang berhubungan dengan prosedur
medis timbul ketika penyebab infeksi (bakteri atau
mikroorganisme lainnya) masuk ke dalam saluran
reproduksi melalui prosedur medis yang kurang/tidak steril.
Misalnya induksi haid, aborsi, pemasangan AKDR (IUD),
saat melahirkan, atau bila infeksi yang sudah ada di saluran
reproduksi bagian bawah menyebar melalui mulut rahim
hingga ke saluran reproduksi bagian atas.

Beberapa gejala yang mungkin timbul antara lain:

a) Rasa sakit di sekitar panggul


b) Demam tinggi secara tiba-tiba
c) Menggigil Haid tidak teratur
d) Cairan vagina yang tidak normal
e) Timbul rasa sakit saat berhubungan seksual

Akibat ISR Pada perempuan dapat menyebabkan kehamilan diluar


kandungan, kemandulan, kanker leher rahim, meningkatkan resiko HIV,
kelainan pada janin (BBLR, infeksi bawaan sejak lahir, bayi lahir mati dan
bayi lahir belum cukup umur).

Dampak negatif ISR sangat serius, terutama bagi perempuan,


antara lain (Buzsa, 1999):

a. Komplikasi kehamilan
b. Penyakit Radang Panggul (PRP) yang dapat berkem-bang dan
menyebabkan kemandulan, kehamilan di luar kandungan, serta
rasa sakit yang berkepan-jangan.
c. Meningkatkan risiko penularan HIV.
d. Banyak ISR yang gejala dan tanda-tandanya tidak dirasakan,
terutama pada perempuan, hingga ter-lambat untuk menghin-
dari kerusakan pada organ reproduksi.
e. 30-70% kasus Human Papilloma Virus (HPV) berakhir dengan
kanker mulut rahim (serviks) yang merupakan kanker ter-
banyak yang ditemukan pada perempuan, yaitu 370.000 kasus
baru tiap tahunnya, dan 80% di antaranya di negara
berkembang.
ISR dan berbagai penyakit yang ditimbulkannya tidak hanya
berpengaruh terhadap kesehatan tetapi juga tingkat produktivitas dan
kualitas hidup perempuan maupun laki-laki, yang pada akhirnya seluruh
masyarakat.

ISR tidak seperti infeksi lainnya, mereka sangat lekat dengan


stigma dan merefleksikan adanya ketidaksetaraan antara perempuan dan
laki-laki.

3. PENCEGAHAN ISR
Strategi terbaik adalah mencegah infeksi baru dengan memutus
jalur penularannya.
ISR endogen dapat dicegah melalui peningkatan kebersihan
individu (misalnya dengan menghindari penggunaan vaginal
douching atau pembasuh/pembersih vagina). Dampak negatifnya
dapat dikurangi melalui peningkatan akses pada fasilitas pelayanan
kesehatan yang bermutu dan promosi perilaku mencari pengobatan
ke pelayanan kesehatan.
ISR iatrogenik dapat dicegah melalui sterilisasi peralatan
medis yang digunakan, kedisiplinan untuk mengikuti protokol
standar penggunaan peralatan yang steril selama pemeriksaan, serta
skrining atau pengobatan terhadap ISR sebelum melaksanakan
prosedur medis.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGERTIAN.
Kandidiasis adalah penyakit jamur yang bersifat akut atau sub
akut, disebabkan oleh spesies kandida, biasanya spesies kandida
albicans dan dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronkhi
paru, kadang dapat menyebabkan septikemia, endokarditis atau
meningitis.
2. ETIOLOGI.
Yang tersering sebagai penyebab candida albicans yang dapat
diisolasi dari kulit., mulut, selaput mukosa vagina dan feces orang
normal.
Beberapa faktor predisposisi, seperti :
a. Kehamilan.
b. Obesitas.
c. Diabetes Melitus.
d. Pemakaian antibiotik, antiseptik atau kortikosteroid yang
lama.
e. Penyakit kronis ( TBC, tumor ganas ).
f. Kurang gizi.
g. Kulit kotor, lembab dan basah.
3. TANDA & GEJALA.
Keluhan utama ialah gatal dan perih di daerah vulva. Pada
yang berat terdapat pula rasa panas, nyeri sesudah BAK, dan
dispanuria. Pada pemeriksaan yang ringan tampak hiperemia di
labia minora, introitus vagina, dan vagina terutama ½ bagian
bawah.
Terdapat pula kelainan yang khas yaitu bercak-bercak putih
kekuningan, pada kelainan yang berat juga terdapat edema pada
labiya minora dan ulkus-ulkus dangkal pada labiya minora dan
sekitar introitus vagina.
Flour albus pada kandidiasis vagina berwarna kekuningan.
Tanda yang khas ialah disertai gumpalan-gumpalan sebagai kepala
susu berwarna putih kekuningan.
4. PATOFISIOLOGI.
Infeksi candidiasis dapat terjadi apabila ada faktor predisposisi
baik endogen maupun eksogen.
Faktor endogen:
1. Perubahan Fisiologi:
a. Perubahan fisiologik.
b. Kehamilan, karena perubahan Ph dalam vagina.
c. Kegemukan, karena banyak keringat.
d. Debilitas.
e. Endokrinopati, gangguangula darah kulit.
f. Penyakit kronik ; TBC, Lupus eritematosus dengan keadaan
umum yang buruk.
2. Umur, orang tua dan bayi lebih mudah terkena infeksi karena
status imunologik tidak sempurna.
3. Imunologik. Penyakit genetik.

Faktor eksogen:

a. Iklim, panas & kelembaban menyebabkan perspirasi


meningkat.
b. kebersihan kulit.
c. Kebiasaan merendam kaki dalam air yang terlalu lama
menimbulkan maserasi dan memudahkan kontak dengan
jamur.
d. Kontak dengan penderita, misalnyapada thrush atau
balanopostitis.

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG.
1. Pemeriksaan langsung.
Kerokan kulit atau asupan mukokutan diperiksa dengan larutan
KOH 10 % atau dengan pewarnaan garam, terlihat sel ragi,
glastopora atau hifa semu.
2. Pemeriksaan biakan.
Bahan yang akan diperiksa ditanam dalam agar dextrose
glukosa subourand, dapat pula agar ini dibubuhi antibiotik (
klorampenikol ) untuk mencegah pertumbuhan bakteri.
Pembenihan disimpan dalam suhu kamar (37°), koloni tumbuh
setelah 24-48 jam berupa yeast like colony. Identifikasi
candida albicans dilakukan dengan membiakan tumbuhan
tersebut pada commeal agar.

6. PENATALAKSANAAN.
1. Menghindari atau menghilangkan faktor predisposisi.
2. Topikal ;
a. Larutan ungu gentian ½ - 1 % untuk selaput lendir. 1 – 2 %
untuk dioleskan 2 x sehari selama 3 hari.
b. Nistatin ; berupa salep, krim, emulsi.
c. Amfoferisin.
d. Grup azol lainnya.
e. Mikonazol. 2 % berupa krim atau bedak.
f. Klotrimazol 1 % berupa bedak, larutan, krim.
g. Tiokonazol, bufanazol, isokonazol.
h. Siklopiroksolamin 1 %, berupa lautan , krim.
3. Sistemik.
a. Tablet nistin untuk menghilangkan infeksi fokal dalam
saluran cerna. obat ini tidak diserap oleh usus.
b. Untuk kandidias vaginalis diberikan kotrimoksazol 500 mg
pervaginam dosis tunggal, sistemiok dapat diberikan
ketokonazole 2 x 200 mg selama 5 hari atau dengan
flukonazole 150 mg dosis tunggal.
c. Itrakonazole, bila dipakai untuk kandidias volvovaginalis
dosis 2 x 100 mg sehari , selama 3 hari.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS KANDIDIASIS


VAGINALIS
A. DATA DASAR PENGKAJIAN
1. AKTIVITAS / ISTIRAHAT
Gejala : Perubahan pola tidur.
Tanda : Tidur kurang, mata tampak mengantuk, skelra
berwarna putih kemerahan, garis hitam dibawah mata.
2. SIRKULASI
Tanda : Pembentukan edema, kemerahan pada kulit yang
terinfeksi, ulkus yang dangkal.
3. ELIMINASI
Tanda : Nyeri setelah BAK.
4. INTEGRITAS EGO.
Gejala : Perasaan cemas dan takut. Putus asa dan tidak
berdaya.
Tanda : Ancietas, murung, menarik diri.
5. MAKANAN / CAIRAN.
Gejala : Ketidakmampuan mengkonsumsi makanan secara
adekuat, Anorexia.
Tanda :
- Kurus, penurunan berat badan.
- Turgor kulit buruk.
6. NYERI / KETIDAKNYAMANAN
Gejala :
- Gatal – gatal didaerah yangterinfeksi.
- Terasa panas dan nyeri sesudah BAK.
7. KEAMANAN
Gejala :
- Riwayat defisiensi imun.
- Kulit lecet / kemerahan.
- Lesi kulit / ulkus pada kulit.
- Riwayat berulangnya infeksi jamur.
8. HYGIENE.
Tanda :
- Memperlihatkan penampilan yang tidak rapi.
- Kurangnya perawatan diri.
- Bau badan.
9. INTOLERANSI SOSIAL.
Tanda :
- Kerusakan interaksi dengan keluarga ; isolasi.
- Menarik diri dari pergaulan.
10. SEKSUALITAS.
Gejala :
- Pruritus perineal.
- Menurunnya libido, gangguan untuk melakukan aktivitas
seksual.
Tanda :
- Edema labiya minora.
- Keluarnya fluor albus.
- Gatal dan perih didaerah vagina.
- Kemerahan sekitar gentalia.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN.
1. Ganggauan rasa nyaman ( gatal-gatal ) berhubungan dengan
inferksi candida albicans, ditandai dengan :
- Gatal – gatal di daerah terinfeksi.
- Kemerahan pada kulit terinfeksi.
- Adanya ulkus / lesi yang dangkal.
2. Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan, kurang terpajan
informasi, ditandai dengan :
- Sering menanyakan keadaan penyakitnya.
- Mengutarakan perasaan cemas.
- Kegagalan untuk mengikuti perawatan.
- Penggunaan antibiotik, kortikosteroid yang lama.
3. Perubahan pola tidur berhubungan dengan gatal – gatal dilipatan
paha, pruritus perineal . ditandai dengan :
- Mengutarakan tidur malam kurang karena gatal-gatal.
- Mata tampak mengantuk.
- Sklera berwarna putih kemerahan.
- Garis hitam dibawah mata.
C. RENCANA TINDAKAN.
1. Diagnosa Keperawatan No 1.
- Tujuan jangka panjang : Klien dapat mengatasi rasa gatal
secara mandiri, infeksi sembuh.
- Tujuan jangka pendek : Rasa gatal hilang / berkurang.

Intervensi Keperawatan :

 (I) : Anjurkan klien untuk menjaga agar daerah lipat paha


tetap kering.
(R) : Mencegah perkembangan jamur, kerena daerah yang
lembab dan basah merupakan tempat yang ideal
berkembang biaknya jamur candida.
 (I) : Anjurkan untuk ganti pakaian dalam 3 – 4 jam atau
setiap habis BAK.
(R) : Menjaga kelembaban daerah genetalia agar tidak
basah atau terlalu kering.
 (I) : Jelaskan dan dorong untuk segera mengeringkan
daerah genetalia dan perineal sehabis BAB dan sebaiknya
dengan tissue / lap sekali pakai.
(R) : Menjaga kelembaban dan tetap kering, serta
mencegah infeksi berulang.
 (I) : Berikan antiseptik larutan Iodine Poviden 5 – 10 % 3
– 4 kali sehari.
(R) : Mencegah berkembangnya jamur dan mengurangi rasa
gatal.
 (I) : Anjurkan untuk mandi 2 – 3 kali sehari dengan sabun
anti septik.
(R) : Meningkatkan perawatan diri dan mencegah
berkembang biaknya jamur.
 (I) : Kolaborasi dengan medis.
(R) : Untuk pemberian obat-obatan anti jamur yang sesuai.

2. Diagnosa Keperawatan No 2.
- Tujuan jangka panjang: Postur tubuh rileks, cemas
berkurang / hilang.
- Tujuan jangka pendek: Klien mengetahui tentang
penyakitnya serta perawatan yang diberikan.

Intervensi keperawatan :

 (I) : Kaji penyebab kecemasan klien lainnya dan koping


yang berhasil dimasa lalu.
(R) : Dapat memberikan gambaran untuk pemecahan
masalah dan rencana tindakan selanjutnya.
 (I) : Berikan informasi nyata tentang penyakitnya.
(R) : Memberikan pemahaman dan informasi yang nyata
dapat menurunkan ketegangan dan kecemasan.
 (I) : Berikan dan dorong klien untuk bertanya.
(R) : Mengungkapkan ketidaktahuan klien dapat
mengurangi rasa cemas.
 (I) : Berikan umpan balik yang dapat diterima / sesuai
kemampuan klien.
(R) : Membagi perasaan dihargai terhadap klien dan
mengurangi kecemasan.

3. Diagnosa Keperawatan No 3.
- Tujuan jangka panjang: Pasien dapat tidur pada malam hari
seperti biasanya.
- Tujuan jangka pendek: Turut berperilaku yang dapat
meningkatkan kebutuhan tidur.
Intervensi Keperawatan :
 (I) : Kaji kebutuhan tidur klien.
(R) : Untuk mengidentifikasi kebiasaan tidur klien dan
tindakan yang diberikan.
 (I) : Anjurkan untuk mengolesi pada sekitar lipatan paha
dengan Iodine poviden 5 – 10 % setiap akan tidur.
(R) : Dapat mengurangi rasa gatal dan memberikan rasa
nyaman.
 (I) : Anjurkan untuk mengganti pakaian dalam ketika akan
tidur dengan yang bersih.
(R) : Untuk mencegah infeksi sekunder dan memberikan
rasa nyaman.
 (I) : Anjurkan dan beritahu untuk mengatur lingkungan
yang terang dan nyaman untuk istirahat / tidur sesuai
kesukaan klien, atau posisi yang nyaman untuk tidur sesuai
kebiasaan klien.

2.2 PENYAKIT MENULAR SEKSUALTINJAUAN PUSTAKA


A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Penyakit Menular Seksual

Penyakit menular seksual adalah penyakit yang ditularkan

melalui hubungan seksual. Penyakit menular seksual akan lebih

beresiko apabila melakukan hubungan seksual dengan berganti – ganti

pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal (Sjaiful, 2007).

Adapun Tanda dan Gejala Penyakit Menular Seksual (Sajaiful, 2007)

a. Rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atau berhubungan seksual.

b. Rasa nyeri pada perut bagian bawah.


c. Pengeluaran lender pada vagina/alat kelamin.

d. Keputihan berwarna putih susu, bergumpal dan disertai rasa gatal

dan kemerahan pada alat kelamin atau sekitarnya.

e. Keputihan yang berbusa, kehijauan, berbau busuk, dan gatal.

f. Timbul becak-bercak darah setelah berhubungan seks.

g. Bintil – bintil berisi cairan, lecet atau borok pada alat kelamin.

2. Metode Penularan

1. Seks tanpa pelindung

Meski kondom tidak seratus persen melindungi Anda, ia

tetap merupakan cara terbaik untuk menghindarkan Anda dari

infeksi. Penggunaan kondom dapat menurunkan laju penularan

PMS. Selain selibat, penggunaan kondom yang konsisten adalah

proteksi terbaik terhadap PMS.Biasakanlah memakai kondom.

2. Berganti-ganti pasangan

Anda tidak perlu belajar matematika untuk mengetahui

bahwa semakin banyak pasangan seksual Anda, kian besar

kemungkinan Anda terekspos suatu PMS. Apalagi, orang yang

suka berganti pasangan cenderung memilihpasangan yang suka

berganti pasangan pula. Jadi, Anda tidak lepas dari pasangan-

pasangannya pasangan Anda.

3. Mulai aktif secara seksual pada usia dini


Kaum muda lebih besar kemungkinannya untuk terkena

PMS daripada orang yang lebih tua. Ada beberapa alasannya,

yaitu wanita muda khususnya lebih rentan terhadap PMS karena

tubuh mereka lebih kecil dan belum berkembang sempurna

sehingga lebih mudah terinfeksi. Kaum muda juga tampaknya

lebih jarang pakai kondom, terlibat perilaku seksual beresiko dan

berganti-ganti pasangan.

4. Pengggunaan alcohol

Konsumsi alkohol dapat berpengaruh terhadap kesehatan

seksual. Orang yang biasa minum alkohol bisa jadi kurang selektif

memilih pasangan seksual dan menurunkan batasan. Alkohol

dapat membuat seseorang sukar memakai kondom dengan benar

maupun sulit meminta pasangannya menggunakan kondom.

5. Penyalahgunaan obat

Prinsipnya mirip dengan alkohol, orang yang berhubungan

seksual di bawah pengaruh obat lebih besar kemungkinannya

melakukan perilakuseksual beresiko/tanpa pelindung. Pemakaian

obat terlarang juga memudahkan orang lain memaksa seseorang

melakukan perilaku seksualyang dalam keadaan sadar tidak

akandilakukan. Penggunaan obat dengan jarum suntik

diasosiasikan dengan peningkatan resiko penularan penyakit lewat

darah, seperti hepatitis dan HIV, yang juga bisa ditransmisikan

lewat seks.
6. Seks untuk uang/obat

Orang yang menjual seks untuk mendapatkan sesuatu posisi

tawarnya rendah sehingga sulit baginya untuk menegosiasikan

hubungan seksual yang aman. Kemudian, pasangan (pembeli jasa)

memiliki resiko terinfeksi PMS yang lebih besar. Jadi, baik

pembeli maupun penjual sama-sama dirugikan.

7. Hidup di masyarakat yang prevalensi PMS-nya tinggi

Ketika seseorang tinggal di tengah komunitas dengan

prevalensi PMS yang tinggi, ketika berhubungan seksual (dengan

orang di komunitas itu) ia lebih rentan terinfeksi PMS.

8. Monogami serial

Monogami serial adalah mengencani/menikahi satu orang

saja pada suatu masa, tapi kalau diakumulasi jumlah orang yang

dikencani/dinikahi juga banyak. Contoh gampangnya (yang juga

banyak terjadi di masyarakat kita) adalah orang yang doyan

kawin-cerai. Perilaku begini juga berbahaya,sebab orang yang

mempraktekkan monogami serial berpikir bahwa mereka saat itu

memiliki hubungan eksklusif sehingga akan tergoda untuk

berhenti menggunakan pelindung ketika berhubungan seksual.

Sebenarnya monogami memang efektif mencegah PMS, tapi

hanya pada monogami jangka panjang yang kedua pasangan

sudahdites kesehatan reproduksi.

9. Sudah terkena suatu PMS


Kalau Anda sudah pernah berkenalan langsung dengan

suatu PMS (apalagi sering), Anda lebih rentan terinfeksi PMS

jenis lainnya. Iritasi atau lepuh pada kulit yang terinfeksi dapat

menjadi jalan masuk patogen lain untuk menginfeksi. Karena

Anda sudah pernah terinfeksi sekali, bisa jadi ada faktor tertentu

dalam gaya hidup Anda yang beresiko.

10. Hanya pakai pil KB untuk kontrasepsi

Kadang orang lebih menghindari kehamilan daripada PMS

sehingga mereka memilih pil KB sebagai alat kontrasepsi utama.

Karena sudah merasa terhindar dari kehamilan, mereka enggan

memakai kondom. Inibisa terjadi ketika orang tidak ingin

menuduh pasangannya berpenyakit (sehingga perlu disuruh pakai

kondom) atau memang tidak suka pakai kondom dan menjadikan

pil KB sebagai alasan. Yang jelas, perlindungan ganda (pil KB

dan kondom) adalah pilihan terbaik…meski tidak semua orang

melakukannya.

3. Beberapa penyakit menular seksual:


1. Gonorea/kencing nanah
Tipe : Bakterial (Neisseria gonnorhoeae)
Cara penularan : Hubungan seks vaginal, anal dan oral.
Gejala : Walaupun beberapa kasus tidak menunjukkan
gejala, jika gejala muncul, sering hanya ringan dan muncul dalam 2-
10 hari setelah terpapar. Gejala-gejala meliputi discharge dari penis,
vagina, atau rektum dan rasa panas atau gatal saat buang air kecil.
Penyakit ini bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh
lainnya, terutama kulit dan persendian.
Pengobatan : Infeksi dapat disembuhkan dengan antibiotik.
Namun tidak dapat menghilangkan kerusakan yang timbul sebelum
pengobatan dilakukan.
Penanganan :
1. Pada masa kehamilan , berikan antibiotika seperti : a) Ampisilin 2
gram IV dosis awal, lanjutkan dengan 3 x 1 gram per oral selama 7
hari. b) Ampisilin + Sulbaktan 2,25 gram oral dosis tunggal. c)
Spektinomisin 2 gram IM dosis tunggal. d) Seftriakson 500 mg IM
dosis tunggal.
2. Masa nifas , berikan antibiotika seperti : a) Xiprofloksasin 1 gram
dosistunggal. b) Trimethroprim + Sulfamethoksazol (160 mg + 800
mg) 5 kaplet dosis tunggal.
3. Oftalmia neonatorum (konjungtivitis) : a) Garamisin tetes mata 3 x
2 tetes. b) Antibiotika – Ampisilin 50 mg/ kgBB IM selama 7 hari;
Amoksisilin + asam klamtanat 50 mg/ kgBB IM selama 7 hari;
Seftriakson 50 mg/ kgBB IM dosis tunggal.
4. Lakukan konseling tentang metode barier dalam melakukan
hubungan seksual .
5. Berikan pengobatan yang sama pada pasangannya.
6. Buat jadual kunjungan ulang dan pastikan pasangan & pasien akan
menyelesaikan pengobatan hingga tuntas.
Komplikasi terhadap orang yang terinfeksi:
1. Lelaki – prostatitis (radang kelenjar prostat), adanya jaringan parut
pada saluran kencing (urethra), mandul/ infertil, peradangan
epididimis.
2. Perempuan – PID, infertil, gangguan menstruasi kronis, peradangan
selaput lendir rahim setelah melahirkan ( post partum endometriosis ),
abortus , cistitis (peradangan kandung kencing).
Bila gejala sudah meluas ke arah PID ( Pelvic Inflamatory Disease )
maka sering timbul :
o Nyeri perut bagian bawah.
o Nyeri pinggang bagian bawah.
o Nyeri sewaktu hubungan seksual .
o Perdarahan melalui vagina diantara waktu siklus haid .
o Mual - mual .
o Terdapat infeksi rektum atau anus .
Konsekuensi yang mungkin timbul pada orang yang terinfeksi: Pada
perempuan jika tidak diobati, penyakit ini merupakan penyebab utama
Penyakit Radang Panggul, yang kemudian dapat menyebabkan
kehamilan ektopik, kemandulan dan nyeri panggul kronis. Dapat
menyebabkan kemandulan pada pria. Gonore yang tidak diobati dapat
menginfeksi sendi, katup jantung dan/atau otak.
Konsekuensi yang mungkin timbul pada janin dan bayi baru lahir:
Gonore dapat menyebabkan kebutaan dan penyakit sistemik seperti
meningitis dan arthritis sepsis pada bayi yang terinfkesi pada
prosespersalinan. Untuk mencegah kebutaan, semua bayi yang lahir
di rumah sakit biasanya diberi tetesan mata untuk pengobatan gonore.

2. Sifilis/Raja Singa
Tipe : Bakterial (Treponema pallidum)
Cara Penularan :Cara penularan yang paling umum adalah
hubungan seks vaginal, anal atau oral. Namun, penyakit ini juga dapat
ditularkan melalui hubungan non-seksual jika ulkus atau lapisan
mukosa yang disebabkan oleh sifilis kontak dengan lapisan kulit yang
tidak utuh dengan orang yang tidak terinfeksi.
Gejala-gejala : berlangsung 3-4 minggu, terkadang sampai 13
minggu.Setelah itu akan timbul benjolan di sekitar alat kelamin,
kadang disertai pusing dan nyeri tulang seperti flu serta hilang sendiri
tanpa diobati. Bercak kemerahan pada tubuh juga akan muncul sekitar
6-12 minggu setelah berhubungan seks. Seringkali penderita tidak
memperhatikan hal ini dan gejala ini akan hilang dengan sendirinya.
Pada fase awal, penyakit ini menimbulkan luka yang tidak terasa sakit
atau “chancres” yang biasanya muncul di daerah kelamin tetapi
dapatjuga muncul di bagian tubuh yang lain, jika tidak diobati
penyakit akan berkembang ke fase berikutnya yang dapat meliputi
adanya gejala ruam kulit, demam, luka pada tenggorokan,rambut
rontok dan pembengkakan kelenjar di seluruh tubuh.
Pengobatan :Penyakit ini dapat diobati dengan penisilin; namun,
kerusakan pada organ tubuh yang telah terjadi tidak dapat diperbaiki.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi:
Jika tidak diobati, sifilis dapat menyebabkan kerusakan seriuspada
hati, otak, mata, sistem saraf, tulang dan sendi dan dapat
menyebabkan kematian. Seorang yang sedang menderita sifilis aktif
risikonya untuk terinfeksi HIV jika terpapar virus tersebut akan
meningkat karena luka (chancres) merupakan pintu masuk bagi virus
HIV.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi: Jika tidak
diobati, seorang ibu hamil yang terinfeksi sifilis akan menularkan
penyakit tersebut pada janin yang dikandungnya. Janin meninggal di
dalam dan meninggal pada periode neonatus terjadi pada sekitar 25%
darikasus-kasus ini. 40-70% melahirkan bayi dengan sifilis aktif. Jika
tidak terdeteksi, kerusakan dapat terjadi pada jantung, otak dan mata
bayi.

3. Trikonomiasis
Penyebab : Disebabkan oleh protozoa Trichomonas vaginalis.
Prevalensi : Trikomoniasis adalah PMS yang dapat diobati yang paling
banyak terjadi pada perempuan mudadan aktif seksual. Diperkirakan, 5
jutakasus baru terjadi pada perempuan dan laki-laki.
Cara Penularan : Trikomoniasis menular melalui kontak seksual.
Trichomonas vaginalis dapat bertahanhidup pada benda-benda seperti
baju-baju yang dicuci, dan dapat menular dengan pinjam meminjam
pakaian tersebut.
Gejala-gejala : Pada perempuan biasa terjadi keputihan yang
banyak, berbusa, dan berwarna kuning-hijau. Kesulitan atau rasa sakit
pada saat buang air kecil dan atau saat berhubungan seksual juga sering
terjadi. Mungkin terdapat juga nyeri vagina dan gatal atau mungkin
tidak ada gejala sama sekali. Pada laki-laki mungkin akan terjadi
radang pada saluran kencing, kelenjar, atau kulup dan atau luka pada
penis, namun pada laki-laki umumnya tidak ada gejala.
Pengobatan : Penyakit ini dapat disembuhkan. Pasangan seks
juga harus diobati.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi:
Radang pada alat kelamin pada perempuan yang terinfeksi
trikomoniasis mungkin juga akan meningkatkan risiko untuk terinfeksi
HIV jika terpapar dengan virus tersebut. Adanya trikomoniasis pada
perempuan yang juga terinfeksi HIV akan meningkatkan risiko
penularan HIV pada pasangan seksualnya.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi:
Trikomoniasis pada perempuan hamil dapat menyebabkan ketuban
pecah dini dan kelahiran prematur.

4. Ulkus Mole (Chancroid)


Tipe : Bakterial (Hemophilus ducreyi)
Gejala-gejala :Luka lebih dari diameter 2 cm, cekung, pinggirnya
tidak teratur, keluar nanah dan rasa nyeri; Biasanya hanya pada salah
satusisi alat kelamin. Sering (50%) disertai pembengkakan kelenjar
getah beningdi lipat paha berwarna kemerahan (bubo) yang bila pecah
akan bernanah dan nyeri.
Komplikasi yang mungkin terjadi :
kematian janin pada ibu hamil yang tertular, memudahkan penularan
infeksi HIV.

5. Klamidia
Tipe : Bakterial (Chlamydia trachomatis)
Cara Penularan : Hubungan seks vaginal dan anal.
Gejala : Sampai 75% kasus pada perempuan dan 25% kasus
pada laki-laki tidak menunjukkan gejala. Gejala yang ada meliputi
keputihan yang abnormal, dan rasa nyeri saat kencing baik pada laki-
laki maupun perempuan. Perempuan juga dapat mengalami rasa nyeri
pada perut bagian bawah atau nyeri saat hubungan seksual, pada laki-
laki mungkin akan mengalami pembengkakan atau nyeri pada
testis.Nyeri di rongga panggul; Perdarahansetelah hubungan seksual.
Pengobatan : Infeksi dapat diobati dengan antibiotik. Namun
pengobatan tersebut tidak dapat menghilangkan kerusakan yang timbul
sebelum pengobatan dilakukan.
Konsekuensi yang mungkin terjadi pada orang yang terinfeksi:
Pada perempuan, jika tidak diobati, sampai 30% akan mengalami
Penyakit Radang Panggul (PRP) yang pada gilirannya dapat
menyebabkan kehamilan ektopik, kemandulan dan nyeri panggul
kronis. Pada laki-laki, jika tidak diobati, klamidia akan menyebabkan
epididymitis, yaitu sebuah peradanganpada testis (tempat di mana
sperma disimpan), yang mungkin dapat menyebabkan kemandulan.
Individu yang terinfeksi akan berisiko lebih tinggi untuk terinfeksi HIV
jika terpapar virus tersebut. Konsekuensi yang mungkin terjadi pada
janin dan bayi baru lahir: lahir premature, pneumonia pada bayi dan
infeksi matapada bayi baru lahir yang dapat terjadi karena penularan
penyakit ini saat proses persalinan.

6. HIV-AIDS
Tipe : Viral (Human Immunodeficiency Virus)
Cara Penularan : Hubungan seks vaginal, oral dan khususnya
anal; darah atau produk darah yang terinfeksi; memakai jarum suntik
bergantian pada pengguna narkoba; dan dari ibu yang terinfeksi kepada
janin dalam kandungannya, saat persalinan, atau saat menyusui.
Gejala-gejala : Beberapa orang tidak mengalami gejala saat
terinfeksi pertama kali. Sementara yang lainnyamengalami gejala-
gejala seperti flu, termasuk demam, kehilangan nafsu makan, berat
badan turun, lemah danpembengkakan saluran getah bening. Gejala-
gejala tersebut biasanya menghilang dalam seminggu sampai sebulan,
dan virus tetap ada dalam kondisi tidak aktif (dormant) selama beberapa
tahun. Namun, virus tersebut secara terus menerus melemahkan sistem
kekebalan, menyebabkan orang yang terinfeksi semakin tidak dapat
bertahan terhadap infeksi-infeksi oportunistik.
Pengobatan : Belum ada pengobatan untuk infeksi ini. Obat-obat
anti retroviral digunakan untuk memperpanjang hidup dan kesehatan
orang yang terinfeksi. Obat-obat lain digunakan untuk melawan infeksi
oportunistik yang juga diderita.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi:
Hampir semua orang yang terinfeksi HIV akhirnya akan menjadi AIDS
dan meninggal karena komplikasi-komplikasi yang berhubungan
dengan AIDS. Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan
Bayi: 20-30% dari bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIV akan
terinfeksi HIV juga dan gejala-gejala dari AIDS akan muncul dalam
satu tahun pertama kelahiran. 20% dari bayi-bayi yang terinfeksi
tersebut akan meninggal pada saat berusia 18 bulan. Obat antiretroviral
yang diberikan pada saat hamil dapat menurunkan risiko janin untuk
terinfeksi HIV dalam proporsi yang cukup besar.

7. Herpes
Tipe : Viral (virus Varicella zoster dan herpes simplex
virus )
Cara Penularan : Herpes menyebarmelalui kontak seksual
antar kulit dengan bagian-bagian tubuh yang terinfeksi saat melakukan
hubungan seks vaginal, anal atau oral, Juga melalui seperti : alat-alat
tidur , pakaian, handuk, dll, secara bergantia. Virus sejenis dengan
strain lain yaitu Herpes Simplex Tipe 1 (HSV-1) umumnya menular
lewat kontak non-seksual dan umumnya menyebabkan luka di bibir.
Namun, HSV-1 dapat juga menular lewat hubungan seks oral dan dapat
menyebabkan infeksi alat kelamin. Saat ini dikenal dua macam herpes
yakni herpes zoster dan herpes simpleks. Kedua herpes ini berasal
darivirus yang berbeda. Herpes zoster disebabkan oleh virus Varicella
zoster. Zoster tumbuh dalam bentuk ruam memanjang pada bagian
tubuh kananatau kiri saja. Jenis yang kedua adalahherpes simpleks,
yang disebabkan oleh herpes simplex virus (HSV). HSV sendiri
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu HSV-1 yang umumnya menyerang
bagian badan dari pinggang ke atas sampai di sekitar mulut (herpes
simpleks labialis), dan HSV-2 yang menyerang bagian pinggang ke
bawah. Sebagian besar herpes genitalis disebabkan oleh HSV-2,
walaupun ada juga yang disebabkan oleh HSV-1 yang terjadi akibat
adanya hubungan kelamin secara orogenital, atau yang dalam bahasa
sehari-hari disebut dengan oral seks, serta penularan melalui tangan.
Gejala-gejala : Gejala-gejala biasanya sangat ringan dan
mungkin meliputi rasa gatal atau terbakar; rasa nyeri di kaki, pantat
atau daerah kelamin; atau keputihan. Bintil-bintil berair atau luka
terbuka yang terasa nyeri juga mungkin terjadi, biasanya di daerah
kelamin, pantat, anus dan paha, walaupun dapat juga terjadi di bagian
tubuh yang lain. Luka-luka tersebut akan sembuh dalam beberapa
minggu tetapi dapat munculkembali.
Pengobatan : Belum ada pengobatan untuk penyakit ini. Obatanti
virus biasanya efektif dalam mengurangi frekuensi dan durasi
(lamanya) timbul gejala karena infeksi HSV-2.

Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi:


Orang yang terinfeksi dan memiliki luka akan meningkat risikonya
untuk terinfeksi HIV jika terpapar sebab luka tersebut menjadi jalan
masuk virus HIV. Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan
Bayi: Perempuan yang mengalami episode pertama dari herpes genital
pada saat hamil akan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya
kelahiran prematur. Kejadian akut pada masa persalinan merupakan
indikasi untuk dilakukannya persalinan dengan operasi cesar sebab
infeksi yang mengenai bayi yang baru lahir akan dapat menyebabkan
kematian atau kerusakan otak yang serius.

8. Kutil Genitalis (Kondiloma Akuminata)


Tipe : Viral (Human Papiloma Virus)
Cara Penularan : Hubungan seksual vaginal, anal atau oral.
Gejala-gejala : Tonjolan yang tidak sakit, kutil yang
menyerupai bunga kol tumbuh di dalam atau pada kelamin, anus dan
tenggorokan.
Pengobatan : Tidak ada pengobatan untuk penyakit ini. Kutil
dapat dihilangkan dengan cara-cara kimia, pembekuan, terapi laser atau
bedah.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi:
HPV adalah virus yang menyebabkan kutil kelamin. Beberapa strains
dari virus ini berhubungan kuat dengan kanker serviks sebagaimana
halnya juga dengan kanker vulva, vagina, penis dan anus. Pada
kenyataannya 90% penyebab kanker serviks adalah virusHPV. Kanker
serviks ini menyebabkan kematian 5.000 perempuan Amerika setiap
tahunnya.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi:
Pada bayi-bayi yang terinfeksi virus ini pada proses persalinan dapat
tumbuh kutil pada tenggorokannya yang dapat menyumbat jalan nafas
sehingga kutil tersebut harus dikeluarkan.
9. Hepatitis B (HBV)
Tipe : Viral
Cara Penularan : Hubungan seks vaginal, oral dan khususnya
anal; memakai jarum suntik bergantian; perlukaan kulit karena alat-alat
medis dan kedokteran gigi; melalui transfusi darah.
Gejala : Sekitar sepertiga penderita HBV tidak menunjukkan
gejala. Gejala yang muncul meliputi demam, sakit kepala, nyeri otot,
lemah, kehilangan nafsu makan, muntah dan diare. Gejala-gejala yang
ditimbulkan karena gangguan di hati meliputi air kencing berwarna
gelap, nyeri perut, kulit menguning dan mata pucat.
Pengobatan : Belum ada pengobatan. Kebanyakan infeksi bersih
dengan sendirinya dalam 4-8 minggu. Beberapa orang menjadi
terinfeksi secara kronis.
Konsekuensi yang mungkin timbul pada orang yang terinfeksi:
Untuk orang-orang yang terinfeksi secara kronis, penyakit ini dapat
berkembang menjadi cirrhosis, kanker hati dan kerusakan sistem
kekebalan. Konsekuensi yang mungkin timbul pada janin dan bayi baru
lahir: Perempuan hamil dapat menularkan penyakit ini pada janin yang
dikandungnya. 90% bayi yang terinfeksi pada saat lahir menjadi karier
kronik dan berisiko untuk tejadinya penyakit hati dan kanker hati.
Mereka juga dapat menularkan virus tersebut. Bayi dari seorang ibu
yang terinfeksi dapat diberi immunoglobulin dan divaksinasi pada saat
lahir, ini berpotensi untuk menghilangkan risiko infeksi kronis.
4. Pencegahan PMS
Prinsip utama dari pengendalian Penyakit Menular Seksual secara
prinsip ada dua, yaitu:
o Memutuskan rantai penularan infeksiPMS
o Mencegah berkembangnya PMS serta komplikasi-
komplikasinya.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pekerjaan,
pendidikan, status perkawinan, alamat, tgl MRS, dll.
2. Keluhan utama
Biasanya nyeri (saat kencing).
3. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit berat
(sinovitis, artritis).
4. Riwayat penyakit sekarang

P = Tanyakan penyebab terjadinya infeksi

Q = Tanyakan bagaimana gambaran rasa nyeri tersebut.

R = Tanyakan pada daerah mana yang sakit, apakah menjalar,,,

S = Kaji skala nyeri untuk dirasakan

T = Kapan keluhan dirasakan.

5. Riwayat kesahatan keluarga


Tanyakan pada klien apakah ada anggota keluarga yang
menderita penyakit yang sama seperti yang diderita sekarang.
6. Pengkajian persistem
a. Sistem Integumen
Biasanya terjadi inflamasi jaringan sekitar uretra, genital
lesions dan skin rashes.
b. Sistem Kardiovaskuler
Kaji apakah bunyi jantung normal / mengalami gangguan,
biasanya pada klien bunyi jantung normal, namun akan
mengalami peningkatan nadi karena proses dari inflamasi
yang mengakibatkan demam.
c. Sistem Pernafasan
Perlu dikaji pola nafas klien, auskultasi paru – paru untuk
mengetahui bunyi nafas, dan juga kaji anatomi pada sistem
pernafasan, apakah terjadi peradangan atau tidak. Biasanya
pada klien terdapat peradangan pada faringnya karena
adanya penyakit.
d. Sistem Penginderaan
Kaji konjungtiva, apakah ada peradangan / tidak.(
Konjungtiva tidak mengalami peradangan, namun akan
mengalami peradangan jika pada konjungtivitis gonore dan
juga bisa ditemukan adanya pus )
e. Sistem Pencernaan
- Apakah terdapat diare / tidak.
- Anus
Biasanya pasien mengalami inflamasi jaringan
akibat infeksi yang menyebabkan klien sulit dan
nyeri saat BAB
f. Sistem Perkemihan
Biasanya klien akan mengalami, retensi urin karena
inflamasi prostat, keluar nanah dari penis dan kadang–
kadangujung uretra disertai darah, pembengkakan frenulum
pada pria, dan pembengkakan kelenjar bartoloni serta labio
mayora pada wanita yang juga disertai dengan nyeri tekan.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri saat BAK berhubungan dengan
adanya reaksi inflamasi pada uretra
2. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan adanya reaksi
penyakit ( reaksi inflamasi).
3. Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan inflamasi
pada prostat.
4. Ansietas berhubungan dengan kurang informasi tentang proses
penyakit dan pengobatannya.

C. Intervensi
1. Resiko infeksi berhubungan dengan masuknya patogen
(bakteri, protozoa, kuman)
Tujuan :
- Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
- Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya
infeksi
- Menunjukkan perilaku hidup sehat
Kriteria hasil :
- Klien mampu memperlihatkan teknik cuci tangan yang
benar, bebas dari proses infeksi nasokomial selama
perawatan dan memperlihatkan pengetahuan tentang fakor
resiko yang berkaitan dengan infeksi dan melakukan
pencegahan yang tepat.
- Teknik antiseptik untuk membersihan alat genetalia.
- Mengetahui tanda-tanda komplikasi yang terjadi.
- Infomasikan kepada klien dan keluarga mengenai
penyebab, resiko-resiko pada kekuatan penularan dari
infeksi.
- Mengurangi infeksi silang (nosokomial).
Rencana Tindakan :
- Ajarkan teknik mencuci tangan dengan benar
- Monitor tanda dan gejala infeksi iskemik lokal
- Inspeksi kulit dan membran mukosa
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala
infeksi
2. Gangguan rasa nyaman nyeri saat BAK berhubungan dengan
adanya reaksi inflamasi pada uretra
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan klien akan
merasa nyaman saat berkemih.
Kriteria Hasil :
- Klien tampak rileks saat berkemih
- Klien secara verbal mengatakan tidak sakit / tidak nyeri
- Klien akan menggunakan pencegahan non analgetik untuk
mengurangi rasa nyerinya.
- Skala nyeri klien 2 – 3 / 0
- Tanda – tanda vital klien dalam batas normal
- Klien tampak tenang

Rencana Tindakan :

a. Observasi tanda-tanda nyeri non verbal, seperti ekspresi


wajah gelisah, menangis. R/ : Mengetahui tingkat rasa
nyeri yang dirasakan pasien.
b. Observasi skala nyeri. R/ : Mengetahui skala nyeri yang
dirasakan oleh pasien
c. Observasi tanda-tanda vital. R/ : Mengetahui
perkembangan dari penyakit
d. Ajarkan klien tehnik relaksasi dan dekstraksi untuk
mengurangi nyeri. R/ : Dengan tehnik relaksasi dan
dekstraksi dapat mengurangi rasa nyeri
e. Berikan lingkungan yang nyaman dan tenang. R/ : klien
akan merasa nyaman dan tenang
f. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi
analgesik. R/ : Melaksanakan fungsi independen dan
analgesik dapat mengurangi rasa nyeri
3. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan adanya reaksi
penyakit ( reaksi inflamasi )
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan suhu tubuh
klien dalam batas normal
Kriteria Hasil :
- Suhu tubuh klien normal
- Klien tampak nyaman
- Tidak ada perubahan warna kulit

Rencana Tindakan :

a. Observasi suhu tubuh klien setiap 2 jam sekali. R/ :


dengan memonitor secar rutin tentang suhu tubuh klien
bisa memantau perubahan – perubahan yang terjadi
sehingga bisa segera dilakukan tindakan keperawatan.
b. Observasi nadi, tekanan darah dan respirasi rate klien.
R/ : jika tubuh mengalami peningkatan maka nadi klien
juga bisa mengalami peningkatan, sehingga bisa
memperburuk kondisi klien jika tidak dilakukan
observasi.
c. Jelaskan pada klien dan keluarga klien untuk
mengompres klien pada daerah arteri besar misalnya
pada aksila dan leher. R/ : dengan melakukan kompres
pada daerah arteri besar bisa membantu
menyeimbangkan termoregulasi tubuh, agar suhu tubuh
klien normal
d. Jelaskan pada klien agar mengompres menggunakan air
hangat , tidak boleh menggunakan air dingin. R/ :
menggompres menggunakan air hangat akan
mempercepat proses evaporasi tubuh untuk menurunkan
suhu tubuh hingga batas normal, namun jika
menggunakan air dingin akan beresiko terjadinya
hipotermi.
e. Tingkatkan inktake cairan dan nutrisi klien. R/ :
peningkatan cairan bisa membantu menstabilkan
termoregulasi panas klien
f. Kolaborasi dengan tim medis lain dalam pemberian obat
antipiretik. R/ : obat antipiretik akan membantu
menurunkan suhu tubuh klien sesuai batas normal.
4. Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan proses
inflamasi.
Tujuan keperawatan : pola eliminasi tidak terganggu lagi.
Kriteria hasil :
- Urin akan menjadi kontinens
- Eliminasi urin tidak akan terganggu
- pengeluaran urin tanpa disertai nyeri

Rencana Tindakan :

a. Pantau eliminasi urin meliputi: frekuensi, konsistensi,


bau, volume, dan warna dengan tepat. R/ : membantu
dalam menentukan intervensi selanjutnnya.
b. Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala
inferksi saluran kemih. R/ : agar keluarga tahu apabila
pasien mengalami ISK.
c. Sarankan pasien untuk minum sebanyak 3000 cc per
hari. R/ : membantu mempertahankan fungsi ginjal,
mencegah infeksi dan pembentukan batu.
d. Rujuk pada ahli urologi bila penyebab akut ditemukan.
R/ : membantu dalam mengurangi ganggua pola
eliminasi pasien.
5. Ansietas berhubungan dengan kurang informasi tentang proses
penyakit dan pengobatannya.
Tujuan: kecemasan klien berkurang.
kriteria hasil :
- wajah klien nampak tenang dan rileks
- klien tidak lagi bertanya tentang penyakitnya.

Rencana Tindakan :

a. Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat


kecemasan (takikardi, takipneu, ekspresi cemas non
verbal). R/ : Indikator derajat ansietas/ sterss. Stress
dapat terjadi sebagai akibat kondisi fisik.
b. Berikan informasi yang akurat tentang prosedur dan
pengobatan. R/ : mengurangi ansietas pasien.
c. Dorong untuk mengungkapkan perasaaan. Berikan
umpan bailk. R/ : membuat hubungan terapeutik dan
membantu pasien dalam mengidentifikasi masalah yang
menyebabkan stress.
d. Berikan lingkungan yang nyaman. R/ : untuk
meningkatkan relaksasi, membantu menurunkan stress.

D. Evaluasi:
1. klien akan merasa nyaman saat berkemih.
2. Suhu tubuh kembali normal.
3. pola eliminasi tidak terganggu lagi
4. Klien tidak merasa cemas lagi

Anda mungkin juga menyukai