PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1. INFEKSI SALURAN REPRODUKSI
Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan
sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau
kelemahan, dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem
reproduksi dan fungsi-fungsinya serta proses- prosesnya. Oleh karena
itu, kesehatan reproduksi berarti orang dapat mempunyai kehidupan
seks yang memuaskan dan aman, dan bahwa mereka memiliki
kemapuan untuk bereproduksi dan kebebasan untuk menentukan
apakah mereka ingin melakukannya, bilamana dan seberapa seringkah.
Termasuk terakhir ini adalah hak pria dan wanita untuk memperoleh
informasi dan mempunyai akses terhadap cara-cara keluarga berencana
yang aman, efektif dan terjangkau, pengaturan fertilitas yang tidak
melawan hukum, hak memperoleh pelayanan pemeliharaan kesehatan
kesehatan yang memungkinkan para wanita dengan selamat menjalani
kehamilan dan melahirkan anak, dan memberikan kesempatan untuk
memiliki bayi yang sehat.
Sejalan dengan itu pemeliharaan kesehatan reproduksi merupakan
suatu kumpulan metode, teknik dan pelayanan yang mendukung
kesehatan dan kesejahteraan reproduksi melalui pencegahan dan
penyelesaian masalah kesehatan reproduksi. Ini juga mencakup
kesehatan seksual, yang bertujuan meningkatkan status kehidupan dan
hubungan-hubungan perorangan, dan bukan semata-mata konseling
dan perawatan yang bertalian dengan reproduksi dan penyakit yang
ditularkan melalaui hubungan seks.
Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) semakin disadari telah menjadi
masalah kesehatan dunia yang berdampak kepada laki-laki dan
perempuan. Dampaknya mulai dari kemandulan, kehamilan ektopik (di
luar kandungan), nyeri kronis pada panggul, keguguran, meningkatkan
risiko tertular HIV, hingga kematian.
Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) berkait erat dengan Penyakit
menular seksual (PMS). Penularan Infeksi Saluran Reproduksi ini
tidak hanya melalui hubungan seksual saja, tetapi bisa disebabkan
berlebihnya pertumbuhan organisme aman, kelahiran enggak aman dan
pemasangan alat kontrasepsi (IUD) yang tidak steril.
2. PENYAKIT MENULAR SEKSUAL
Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah penyakit yang
penularannya terutama melalui hubungan seksual (Daili, 2007;
Djuanda, 2007). Sejak tahun 1998, istilah STD mulai berubah menjadi
STI (Sexually Transmitted Infection), agar dapat menjangkau
penderita asimtomatik (Daili, 2009). Menurut WHO (2009), terdapat
lebih kurang 30 jenis mikroba (bakteri, virus, dan parasit) yang dapat
ditularkan melalui hubungan seksual. Kondisi yang paling sering
ditemukan adalah infeksi gonorrhoeae, chlamydia, syphilis,
trichomoniasis, chancroid, herpes genitalis, infeksi human
immunodeficiency virus (HIV) dan hepatitis B. Dalam semua
masyarakat, Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan penyakit yang
paling sering dari semua infeksi (Holmes, 2005; Kasper, 2005).
Penyakit menular seksual juga merupakan penyebab infertilitas yang
tersering, terutama pada wanita. Antara 10% dan 40% dari wanita yang
menderita infeksi klamidial yang tidak tertangani akan berkembang
menjadi pelvic inflammatory disease (WHO, 2008).
Dari data dan fakta di atas, jelas bahwa infeksi menular seksual
telah menjadi problem tersendiri bagi pemerintah. Tingginya angka
kejadian infeksi menular seksual di kalangan remaja dan dewasa muda,
terutama wanita, merupakan bukti bahwa masih rendahnya
pengetahuan remaja akan infeksi menular seksual. Wanita dalam hal
ini sering menjadi korban dari infeksi menular seksual. Hal ini
mungkin disebabkan masih kurangnya penyuluhan- penyuluhan yang
diakukan oleh pemerintah dan badan-badan kesehatan lainnya.
Terutama penyuluhan pada ibu-ibu sehingga pengetahuan tentang
penyakit menular seksual masih sangat kurang.
B. RUMUSAN MASALAH
1. INFEKSI SALURAN REPRODUKSI
1. Pengertian dari Infeksi saluran Reproduksi
2. Jenis-jenis Infeksi Saluran Reproduksi
3. Pencegahan Infeksi Saluran Reporduksi
2. PENYAKIT MENULAR SEKSUAL
1. Apa itu PMS?
2. Bagaimana penularan PMS?
3. Apa saja jenis-jenis PMS?
4. Bagaimana pencegahan PMS?
C. MANFAAT
Secara kasat mata kita dapat memahami manfaat dari pembelajaran
materi ini yaitu menambah wawasan agar kita lebih bisa menjaga diri
dengan baik agar terhindar dari ISR dan PMS, dan sebagai mahasiswa
yang lebih mengetahui tetang ISR dan PMS ini hendaknya kita dapat
membantu kaum masyrakat yang belum mengetahui tentang informasi ISR
dan PMS tersebut.
D. TUJUAN
Terdapat dua tujuan dalam pembuatan makalah ini, yaitu tujuan
khusus dan tujuan umum.
1. Tujuan umum
Penulisan makalah ini bertujuan untuk dapat memperoleh
pengetahuan tentang penyakit-penyakit yang berhubungan dengan
infeksi saluran reproduksi dan penyakit menular seksual.
2. Tujuan khusus
- Menambah pengetahuan
- Member informasi agar perluasan ISR dan PMS dapat di
cegah dengan tambahan ilmu.
BAB II
PEMBAHASAN
a. Komplikasi kehamilan
b. Penyakit Radang Panggul (PRP) yang dapat berkem-bang dan
menyebabkan kemandulan, kehamilan di luar kandungan, serta
rasa sakit yang berkepan-jangan.
c. Meningkatkan risiko penularan HIV.
d. Banyak ISR yang gejala dan tanda-tandanya tidak dirasakan,
terutama pada perempuan, hingga ter-lambat untuk menghin-
dari kerusakan pada organ reproduksi.
e. 30-70% kasus Human Papilloma Virus (HPV) berakhir dengan
kanker mulut rahim (serviks) yang merupakan kanker ter-
banyak yang ditemukan pada perempuan, yaitu 370.000 kasus
baru tiap tahunnya, dan 80% di antaranya di negara
berkembang.
ISR dan berbagai penyakit yang ditimbulkannya tidak hanya
berpengaruh terhadap kesehatan tetapi juga tingkat produktivitas dan
kualitas hidup perempuan maupun laki-laki, yang pada akhirnya seluruh
masyarakat.
3. PENCEGAHAN ISR
Strategi terbaik adalah mencegah infeksi baru dengan memutus
jalur penularannya.
ISR endogen dapat dicegah melalui peningkatan kebersihan
individu (misalnya dengan menghindari penggunaan vaginal
douching atau pembasuh/pembersih vagina). Dampak negatifnya
dapat dikurangi melalui peningkatan akses pada fasilitas pelayanan
kesehatan yang bermutu dan promosi perilaku mencari pengobatan
ke pelayanan kesehatan.
ISR iatrogenik dapat dicegah melalui sterilisasi peralatan
medis yang digunakan, kedisiplinan untuk mengikuti protokol
standar penggunaan peralatan yang steril selama pemeriksaan, serta
skrining atau pengobatan terhadap ISR sebelum melaksanakan
prosedur medis.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGERTIAN.
Kandidiasis adalah penyakit jamur yang bersifat akut atau sub
akut, disebabkan oleh spesies kandida, biasanya spesies kandida
albicans dan dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronkhi
paru, kadang dapat menyebabkan septikemia, endokarditis atau
meningitis.
2. ETIOLOGI.
Yang tersering sebagai penyebab candida albicans yang dapat
diisolasi dari kulit., mulut, selaput mukosa vagina dan feces orang
normal.
Beberapa faktor predisposisi, seperti :
a. Kehamilan.
b. Obesitas.
c. Diabetes Melitus.
d. Pemakaian antibiotik, antiseptik atau kortikosteroid yang
lama.
e. Penyakit kronis ( TBC, tumor ganas ).
f. Kurang gizi.
g. Kulit kotor, lembab dan basah.
3. TANDA & GEJALA.
Keluhan utama ialah gatal dan perih di daerah vulva. Pada
yang berat terdapat pula rasa panas, nyeri sesudah BAK, dan
dispanuria. Pada pemeriksaan yang ringan tampak hiperemia di
labia minora, introitus vagina, dan vagina terutama ½ bagian
bawah.
Terdapat pula kelainan yang khas yaitu bercak-bercak putih
kekuningan, pada kelainan yang berat juga terdapat edema pada
labiya minora dan ulkus-ulkus dangkal pada labiya minora dan
sekitar introitus vagina.
Flour albus pada kandidiasis vagina berwarna kekuningan.
Tanda yang khas ialah disertai gumpalan-gumpalan sebagai kepala
susu berwarna putih kekuningan.
4. PATOFISIOLOGI.
Infeksi candidiasis dapat terjadi apabila ada faktor predisposisi
baik endogen maupun eksogen.
Faktor endogen:
1. Perubahan Fisiologi:
a. Perubahan fisiologik.
b. Kehamilan, karena perubahan Ph dalam vagina.
c. Kegemukan, karena banyak keringat.
d. Debilitas.
e. Endokrinopati, gangguangula darah kulit.
f. Penyakit kronik ; TBC, Lupus eritematosus dengan keadaan
umum yang buruk.
2. Umur, orang tua dan bayi lebih mudah terkena infeksi karena
status imunologik tidak sempurna.
3. Imunologik. Penyakit genetik.
Faktor eksogen:
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG.
1. Pemeriksaan langsung.
Kerokan kulit atau asupan mukokutan diperiksa dengan larutan
KOH 10 % atau dengan pewarnaan garam, terlihat sel ragi,
glastopora atau hifa semu.
2. Pemeriksaan biakan.
Bahan yang akan diperiksa ditanam dalam agar dextrose
glukosa subourand, dapat pula agar ini dibubuhi antibiotik (
klorampenikol ) untuk mencegah pertumbuhan bakteri.
Pembenihan disimpan dalam suhu kamar (37°), koloni tumbuh
setelah 24-48 jam berupa yeast like colony. Identifikasi
candida albicans dilakukan dengan membiakan tumbuhan
tersebut pada commeal agar.
6. PENATALAKSANAAN.
1. Menghindari atau menghilangkan faktor predisposisi.
2. Topikal ;
a. Larutan ungu gentian ½ - 1 % untuk selaput lendir. 1 – 2 %
untuk dioleskan 2 x sehari selama 3 hari.
b. Nistatin ; berupa salep, krim, emulsi.
c. Amfoferisin.
d. Grup azol lainnya.
e. Mikonazol. 2 % berupa krim atau bedak.
f. Klotrimazol 1 % berupa bedak, larutan, krim.
g. Tiokonazol, bufanazol, isokonazol.
h. Siklopiroksolamin 1 %, berupa lautan , krim.
3. Sistemik.
a. Tablet nistin untuk menghilangkan infeksi fokal dalam
saluran cerna. obat ini tidak diserap oleh usus.
b. Untuk kandidias vaginalis diberikan kotrimoksazol 500 mg
pervaginam dosis tunggal, sistemiok dapat diberikan
ketokonazole 2 x 200 mg selama 5 hari atau dengan
flukonazole 150 mg dosis tunggal.
c. Itrakonazole, bila dipakai untuk kandidias volvovaginalis
dosis 2 x 100 mg sehari , selama 3 hari.
Intervensi Keperawatan :
2. Diagnosa Keperawatan No 2.
- Tujuan jangka panjang: Postur tubuh rileks, cemas
berkurang / hilang.
- Tujuan jangka pendek: Klien mengetahui tentang
penyakitnya serta perawatan yang diberikan.
Intervensi keperawatan :
3. Diagnosa Keperawatan No 3.
- Tujuan jangka panjang: Pasien dapat tidur pada malam hari
seperti biasanya.
- Tujuan jangka pendek: Turut berperilaku yang dapat
meningkatkan kebutuhan tidur.
Intervensi Keperawatan :
(I) : Kaji kebutuhan tidur klien.
(R) : Untuk mengidentifikasi kebiasaan tidur klien dan
tindakan yang diberikan.
(I) : Anjurkan untuk mengolesi pada sekitar lipatan paha
dengan Iodine poviden 5 – 10 % setiap akan tidur.
(R) : Dapat mengurangi rasa gatal dan memberikan rasa
nyaman.
(I) : Anjurkan untuk mengganti pakaian dalam ketika akan
tidur dengan yang bersih.
(R) : Untuk mencegah infeksi sekunder dan memberikan
rasa nyaman.
(I) : Anjurkan dan beritahu untuk mengatur lingkungan
yang terang dan nyaman untuk istirahat / tidur sesuai
kesukaan klien, atau posisi yang nyaman untuk tidur sesuai
kebiasaan klien.
a. Rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atau berhubungan seksual.
g. Bintil – bintil berisi cairan, lecet atau borok pada alat kelamin.
2. Metode Penularan
2. Berganti-ganti pasangan
berganti-ganti pasangan.
4. Pengggunaan alcohol
seksual. Orang yang biasa minum alkohol bisa jadi kurang selektif
5. Penyalahgunaan obat
lewat seks.
6. Seks untuk uang/obat
8. Monogami serial
saja pada suatu masa, tapi kalau diakumulasi jumlah orang yang
jenis lainnya. Iritasi atau lepuh pada kulit yang terinfeksi dapat
Anda sudah pernah terinfeksi sekali, bisa jadi ada faktor tertentu
melakukannya.
2. Sifilis/Raja Singa
Tipe : Bakterial (Treponema pallidum)
Cara Penularan :Cara penularan yang paling umum adalah
hubungan seks vaginal, anal atau oral. Namun, penyakit ini juga dapat
ditularkan melalui hubungan non-seksual jika ulkus atau lapisan
mukosa yang disebabkan oleh sifilis kontak dengan lapisan kulit yang
tidak utuh dengan orang yang tidak terinfeksi.
Gejala-gejala : berlangsung 3-4 minggu, terkadang sampai 13
minggu.Setelah itu akan timbul benjolan di sekitar alat kelamin,
kadang disertai pusing dan nyeri tulang seperti flu serta hilang sendiri
tanpa diobati. Bercak kemerahan pada tubuh juga akan muncul sekitar
6-12 minggu setelah berhubungan seks. Seringkali penderita tidak
memperhatikan hal ini dan gejala ini akan hilang dengan sendirinya.
Pada fase awal, penyakit ini menimbulkan luka yang tidak terasa sakit
atau “chancres” yang biasanya muncul di daerah kelamin tetapi
dapatjuga muncul di bagian tubuh yang lain, jika tidak diobati
penyakit akan berkembang ke fase berikutnya yang dapat meliputi
adanya gejala ruam kulit, demam, luka pada tenggorokan,rambut
rontok dan pembengkakan kelenjar di seluruh tubuh.
Pengobatan :Penyakit ini dapat diobati dengan penisilin; namun,
kerusakan pada organ tubuh yang telah terjadi tidak dapat diperbaiki.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi:
Jika tidak diobati, sifilis dapat menyebabkan kerusakan seriuspada
hati, otak, mata, sistem saraf, tulang dan sendi dan dapat
menyebabkan kematian. Seorang yang sedang menderita sifilis aktif
risikonya untuk terinfeksi HIV jika terpapar virus tersebut akan
meningkat karena luka (chancres) merupakan pintu masuk bagi virus
HIV.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi: Jika tidak
diobati, seorang ibu hamil yang terinfeksi sifilis akan menularkan
penyakit tersebut pada janin yang dikandungnya. Janin meninggal di
dalam dan meninggal pada periode neonatus terjadi pada sekitar 25%
darikasus-kasus ini. 40-70% melahirkan bayi dengan sifilis aktif. Jika
tidak terdeteksi, kerusakan dapat terjadi pada jantung, otak dan mata
bayi.
3. Trikonomiasis
Penyebab : Disebabkan oleh protozoa Trichomonas vaginalis.
Prevalensi : Trikomoniasis adalah PMS yang dapat diobati yang paling
banyak terjadi pada perempuan mudadan aktif seksual. Diperkirakan, 5
jutakasus baru terjadi pada perempuan dan laki-laki.
Cara Penularan : Trikomoniasis menular melalui kontak seksual.
Trichomonas vaginalis dapat bertahanhidup pada benda-benda seperti
baju-baju yang dicuci, dan dapat menular dengan pinjam meminjam
pakaian tersebut.
Gejala-gejala : Pada perempuan biasa terjadi keputihan yang
banyak, berbusa, dan berwarna kuning-hijau. Kesulitan atau rasa sakit
pada saat buang air kecil dan atau saat berhubungan seksual juga sering
terjadi. Mungkin terdapat juga nyeri vagina dan gatal atau mungkin
tidak ada gejala sama sekali. Pada laki-laki mungkin akan terjadi
radang pada saluran kencing, kelenjar, atau kulup dan atau luka pada
penis, namun pada laki-laki umumnya tidak ada gejala.
Pengobatan : Penyakit ini dapat disembuhkan. Pasangan seks
juga harus diobati.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi:
Radang pada alat kelamin pada perempuan yang terinfeksi
trikomoniasis mungkin juga akan meningkatkan risiko untuk terinfeksi
HIV jika terpapar dengan virus tersebut. Adanya trikomoniasis pada
perempuan yang juga terinfeksi HIV akan meningkatkan risiko
penularan HIV pada pasangan seksualnya.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi:
Trikomoniasis pada perempuan hamil dapat menyebabkan ketuban
pecah dini dan kelahiran prematur.
5. Klamidia
Tipe : Bakterial (Chlamydia trachomatis)
Cara Penularan : Hubungan seks vaginal dan anal.
Gejala : Sampai 75% kasus pada perempuan dan 25% kasus
pada laki-laki tidak menunjukkan gejala. Gejala yang ada meliputi
keputihan yang abnormal, dan rasa nyeri saat kencing baik pada laki-
laki maupun perempuan. Perempuan juga dapat mengalami rasa nyeri
pada perut bagian bawah atau nyeri saat hubungan seksual, pada laki-
laki mungkin akan mengalami pembengkakan atau nyeri pada
testis.Nyeri di rongga panggul; Perdarahansetelah hubungan seksual.
Pengobatan : Infeksi dapat diobati dengan antibiotik. Namun
pengobatan tersebut tidak dapat menghilangkan kerusakan yang timbul
sebelum pengobatan dilakukan.
Konsekuensi yang mungkin terjadi pada orang yang terinfeksi:
Pada perempuan, jika tidak diobati, sampai 30% akan mengalami
Penyakit Radang Panggul (PRP) yang pada gilirannya dapat
menyebabkan kehamilan ektopik, kemandulan dan nyeri panggul
kronis. Pada laki-laki, jika tidak diobati, klamidia akan menyebabkan
epididymitis, yaitu sebuah peradanganpada testis (tempat di mana
sperma disimpan), yang mungkin dapat menyebabkan kemandulan.
Individu yang terinfeksi akan berisiko lebih tinggi untuk terinfeksi HIV
jika terpapar virus tersebut. Konsekuensi yang mungkin terjadi pada
janin dan bayi baru lahir: lahir premature, pneumonia pada bayi dan
infeksi matapada bayi baru lahir yang dapat terjadi karena penularan
penyakit ini saat proses persalinan.
6. HIV-AIDS
Tipe : Viral (Human Immunodeficiency Virus)
Cara Penularan : Hubungan seks vaginal, oral dan khususnya
anal; darah atau produk darah yang terinfeksi; memakai jarum suntik
bergantian pada pengguna narkoba; dan dari ibu yang terinfeksi kepada
janin dalam kandungannya, saat persalinan, atau saat menyusui.
Gejala-gejala : Beberapa orang tidak mengalami gejala saat
terinfeksi pertama kali. Sementara yang lainnyamengalami gejala-
gejala seperti flu, termasuk demam, kehilangan nafsu makan, berat
badan turun, lemah danpembengkakan saluran getah bening. Gejala-
gejala tersebut biasanya menghilang dalam seminggu sampai sebulan,
dan virus tetap ada dalam kondisi tidak aktif (dormant) selama beberapa
tahun. Namun, virus tersebut secara terus menerus melemahkan sistem
kekebalan, menyebabkan orang yang terinfeksi semakin tidak dapat
bertahan terhadap infeksi-infeksi oportunistik.
Pengobatan : Belum ada pengobatan untuk infeksi ini. Obat-obat
anti retroviral digunakan untuk memperpanjang hidup dan kesehatan
orang yang terinfeksi. Obat-obat lain digunakan untuk melawan infeksi
oportunistik yang juga diderita.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi:
Hampir semua orang yang terinfeksi HIV akhirnya akan menjadi AIDS
dan meninggal karena komplikasi-komplikasi yang berhubungan
dengan AIDS. Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan
Bayi: 20-30% dari bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIV akan
terinfeksi HIV juga dan gejala-gejala dari AIDS akan muncul dalam
satu tahun pertama kelahiran. 20% dari bayi-bayi yang terinfeksi
tersebut akan meninggal pada saat berusia 18 bulan. Obat antiretroviral
yang diberikan pada saat hamil dapat menurunkan risiko janin untuk
terinfeksi HIV dalam proporsi yang cukup besar.
7. Herpes
Tipe : Viral (virus Varicella zoster dan herpes simplex
virus )
Cara Penularan : Herpes menyebarmelalui kontak seksual
antar kulit dengan bagian-bagian tubuh yang terinfeksi saat melakukan
hubungan seks vaginal, anal atau oral, Juga melalui seperti : alat-alat
tidur , pakaian, handuk, dll, secara bergantia. Virus sejenis dengan
strain lain yaitu Herpes Simplex Tipe 1 (HSV-1) umumnya menular
lewat kontak non-seksual dan umumnya menyebabkan luka di bibir.
Namun, HSV-1 dapat juga menular lewat hubungan seks oral dan dapat
menyebabkan infeksi alat kelamin. Saat ini dikenal dua macam herpes
yakni herpes zoster dan herpes simpleks. Kedua herpes ini berasal
darivirus yang berbeda. Herpes zoster disebabkan oleh virus Varicella
zoster. Zoster tumbuh dalam bentuk ruam memanjang pada bagian
tubuh kananatau kiri saja. Jenis yang kedua adalahherpes simpleks,
yang disebabkan oleh herpes simplex virus (HSV). HSV sendiri
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu HSV-1 yang umumnya menyerang
bagian badan dari pinggang ke atas sampai di sekitar mulut (herpes
simpleks labialis), dan HSV-2 yang menyerang bagian pinggang ke
bawah. Sebagian besar herpes genitalis disebabkan oleh HSV-2,
walaupun ada juga yang disebabkan oleh HSV-1 yang terjadi akibat
adanya hubungan kelamin secara orogenital, atau yang dalam bahasa
sehari-hari disebut dengan oral seks, serta penularan melalui tangan.
Gejala-gejala : Gejala-gejala biasanya sangat ringan dan
mungkin meliputi rasa gatal atau terbakar; rasa nyeri di kaki, pantat
atau daerah kelamin; atau keputihan. Bintil-bintil berair atau luka
terbuka yang terasa nyeri juga mungkin terjadi, biasanya di daerah
kelamin, pantat, anus dan paha, walaupun dapat juga terjadi di bagian
tubuh yang lain. Luka-luka tersebut akan sembuh dalam beberapa
minggu tetapi dapat munculkembali.
Pengobatan : Belum ada pengobatan untuk penyakit ini. Obatanti
virus biasanya efektif dalam mengurangi frekuensi dan durasi
(lamanya) timbul gejala karena infeksi HSV-2.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri saat BAK berhubungan dengan
adanya reaksi inflamasi pada uretra
2. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan adanya reaksi
penyakit ( reaksi inflamasi).
3. Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan inflamasi
pada prostat.
4. Ansietas berhubungan dengan kurang informasi tentang proses
penyakit dan pengobatannya.
C. Intervensi
1. Resiko infeksi berhubungan dengan masuknya patogen
(bakteri, protozoa, kuman)
Tujuan :
- Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
- Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya
infeksi
- Menunjukkan perilaku hidup sehat
Kriteria hasil :
- Klien mampu memperlihatkan teknik cuci tangan yang
benar, bebas dari proses infeksi nasokomial selama
perawatan dan memperlihatkan pengetahuan tentang fakor
resiko yang berkaitan dengan infeksi dan melakukan
pencegahan yang tepat.
- Teknik antiseptik untuk membersihan alat genetalia.
- Mengetahui tanda-tanda komplikasi yang terjadi.
- Infomasikan kepada klien dan keluarga mengenai
penyebab, resiko-resiko pada kekuatan penularan dari
infeksi.
- Mengurangi infeksi silang (nosokomial).
Rencana Tindakan :
- Ajarkan teknik mencuci tangan dengan benar
- Monitor tanda dan gejala infeksi iskemik lokal
- Inspeksi kulit dan membran mukosa
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala
infeksi
2. Gangguan rasa nyaman nyeri saat BAK berhubungan dengan
adanya reaksi inflamasi pada uretra
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan klien akan
merasa nyaman saat berkemih.
Kriteria Hasil :
- Klien tampak rileks saat berkemih
- Klien secara verbal mengatakan tidak sakit / tidak nyeri
- Klien akan menggunakan pencegahan non analgetik untuk
mengurangi rasa nyerinya.
- Skala nyeri klien 2 – 3 / 0
- Tanda – tanda vital klien dalam batas normal
- Klien tampak tenang
Rencana Tindakan :
Rencana Tindakan :
Rencana Tindakan :
Rencana Tindakan :
D. Evaluasi:
1. klien akan merasa nyaman saat berkemih.
2. Suhu tubuh kembali normal.
3. pola eliminasi tidak terganggu lagi
4. Klien tidak merasa cemas lagi