Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN ORIF WIRE PADA FRAKTUR RADIUS

SINISTRA

OLEH

NURLIANAWATI

P. 1337420614010

PRODI S1 TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

2018
I. Jenis Kasus
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang
bersifat total maupun sebagian. (Muttaqin, Arif. 2008 ; 69). Fraktur adalah
terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
(Smeltzer, Suzanne C, dkk. 2001 ; 2357). Fraktur adalah terputusnya
kontinuitas jaringan tulang, tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh
rudapaksa. (Mansjoer, Arif, dkk. 2000 ; 346). Fraktur adalah peristiwa
patahnya atau distrupsi pada tulang. (Ignatavicius, Donna D. 1992 ; 232).
Fraktur radius adalah fraktur yang terjadi pada tulang radius akibat jatuh
dan tangan menyangga dengan siku ekstensi (Brunner & Suddarth, 2002).
ORIF (Open Reduction Internal Fixation) adalah suatu bentuk
pembedahan dengan pemasangan internal fiksasi pada tulang yang mengalami
fraktur.ORIF (Open Reduksi Internal Fiksasi),open reduksi merupakan suatu
tindakan pembedahan untuk memanipulasi fragmen-fragmen tulang yang
patah / fraktur sedapat mungkin kembali seperti letak asalnya. Internal fiksasi
biasanya melibatkan penggunaan plat, sekrup, paku maupun suatu
intramedulary (IM) untuk mempertahan kan fragmen tulang dalam posisinya
sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi. ORIF (Open Reduction
Internal Fixation) merupakan tindakan pembedahan dengan melakukan insisi
pada derah fraktur, kemudian melakukan implant pins, screw, wires, rods,
plates dan protesa pada tulang yang patah.

II. Fokus Assesment (terlampir)

III. Masalah/ Diagnosa Keperawatan


a. Pre Operasi
1. Nyeri akut bd agen cedera fisik
2. Cemas bd kurangnya informasi (prosedur operasi)
b. Intra Operasi
1 Bersihan jalan napas tidak efektif bd produksi mucus
2 Gangguan pertukaran gas bd efek anastesi ( spasme broncus )
3 Resiko infeksi bd prosedur invasif (pembedahan)
c. Post Operasi
1.

IV. Intervensi dan Rasionalisasi


a. Pre Operasi
1. Nyeri akut bd agen cedera fisik
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan nyeri
pasien dapat berkurang dengan kriteria hasil :
a) Skala nyeri berkurang
b) Klien mampu mengontrol nyeri dengan teknik nonfarmakologi
c) TTV dalam batas normal

NIC :

a)
Kaji nyeri klien dengan PQRST
b)
Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengatasi nyeri
c)
Kolaborasi pemberian analgetik
d)
Tingkatkan istirahat
2. Cemas bd kurangnya informasi (prosedur operasi)
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan
kecemasan pasien dapat teratasi dengan kriteria hasil :
a) Kontak mata baik
b) Pasien terlihat tenang
c) Pasien tidak gelisah
d) TD normal
e) Pasien dapat mengungkapkan keluhannya

NIC :
a) Kaji faktor penyebab kecemasan pasien.
b) Berikan dukungan kepada pasien.
c) Jelaskan prosedur operasi
d) Observasi reaksi nonverbal pasien.
e) Temani pasien dan dengarkan keluhan pasien
f) Tunjukkan sikap empati kepada pasien

b. Intra Operasi
1. Bersihan jalan napas tidak efektif bd produksi mucus
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan jalan napas pasien
efektif,dengan kriteria :
a) Pasien dapat bernapas dengan mudah
b) Tidak ada suara napas tambahan / suara napas bersih
c) RR dalam rentang normal
d) Tidak ada secret

NIC :
a) Lakukan suction
b) Berikan terapi O2
c) Atur posisi pasienekstensikan kepala pasien 30 derajat dari
kaki/ miringkan pasien
d) Ajarkan batuk efektif
2. Gangguan pertukaran gas bd efek anastesi ( spasme broncus )
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, tidak terjadi gangguan
pertukaran gas, dengan kriteria :
a) Tidak ada sianosis
b) Tingkat kesadaran komposmentis
c) Suara napas bersih
d) TTV dalam rentang normal
e) Sputum dapat keluar dengan mudah
f) Saturasi O2 dalam rentang normal

NIC :
a) Buka jalan napas dengan manuver chin lift atau jaw trust
b) Pasang mayo
c) Lakukan suction pada mayo
d) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
e) Monitor RR (kedalaman, irama,frekuansi, suara napas)

3. Resiko infeksi bd prosedur invasif (pembedahan)


NOC : Setelah di lakukan tindakan keperawatan, resiko infeksi dapat
teratasi, dengan criteria hasil :
a) TTV dalam rentang normal
b) Tidak ada tanda-tanda infeksi
c) Luka bersih
d) Perdarahan <500 ml

NIC :

a) Monitor TTV
b) Monitor tanda-tandainfeksi.
c) Pertahankan teknik aseptic selama proses pembedahan.
d) Lakukan pencucian tangan sebelum dan sesudah bertemu
pasien.
e) Observasi pelaksanaan pembedahan dengan menggunakan
teknik steril.
f) Monitor keadaan luka
g) Tutup rapat luka dengan jahitan yang rapi.
h) Jaga luka agar tidak terkontaminasi dari lingkungan
c. Post Operasi
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
obstruksi jalan napas : produksi mucus
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan jalan napas pasien
efektif,dengan kriteria :
a) Pasien dapat bernapasdengan mudah
b) Tidak ada suara napas tambahan / suara napas bersih
c) RR dalam rentang normal
d) Tidak ada secret
NIC :
a) Lakukan suction
b) Berikan terapi O2
c) Atur posisi pasienekstensikan kepala pasien 30 derajat dari
kaki / miringkan pasien
d) Ajarkan batuk efektif
2. Resiko cedera bd efek anestesi
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan resiko cidera dapat
teratasi dengan kriteria hasil :
a) Tidak ada lagi efek dari obat anastesi
b) Pasien mengungkapkanrasa nyaman.
c) Kesadaran composmentis

NIC :

a) Sediakan lingkunganyang aman bagi pasien


b) Temani pasien agar tidak jatuh
c) Pasang side rail tempat tidur
d) Anjurkan keluargauntuk menemani pasiennanti saat di bangsal
e) engontrol lingkungan dari kebisingan.
V. Sumber
Ignatavicius, Donna D. 1992. Pocket Companion For Medical Surgical
Nursing. United States Of Amerika : W.B. Saunders Company.

Mansjoer, Arif, et. al. (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3.


Jakarta : Media Aesculapius.

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem


Muskuloskeletal. Jakarta : EGC.

Smeltzer, Suzanne C. Bare Brenda G. 2001. Buku Ajar Keperawatan


Medikal – Bedah Brunner & Suddarth, Edisi 8. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai