Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ETMOIDEKTOMI

RSUD dr. H. MOCH ANSARI SALEH

DI BANJARMASIN

DOSEN PEMBIMBING : M. HUSNI, S.Kep.,Ns., M.Kes

DISUSUN OLEH :

NAMA : Muhammad Arya Ridhoni

NIM : 11409719062

TINGKAT : II

SEMESTER : III

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM VI/TANJUNGPURA

BANJARMASIN

2020

LEMBAR PENGESAHAN
Nama : Muhammad Arya Ridhoni
NIM : 11409719062
Ruangan : OK

Saya yang bertanda tangan di bawah ini telah menyelesaikan Laporan Pendahuluan
ETMOIDEKTOMI di ruang OK RSUD dr. H.Moch. Ansari Saleh Banjarmasin

Banjarmasin, Desember 2020

Muhammad Arya Ridhoni

Nim : 11409719062

Mengetahui

Pembimbing Lahan Pembimbing Akademik

Ns.SYAMSU RIZALI M.Husni,S.Kep.,Ns.,M.Kes

NIP.198011232000031003 NIDN. 1125039101


LAPORAN PENDAHULUAN TINDAKAN ETMOIDEKTOMI

A. Definisi Etmoidektomi

Etmoidektomi atau bedah sinus endoskopi fungsional merupakan tindakan


pengangkatan polip sekaligus operasi sinus kriteria polip yang diangkat polip yang

sangat besar, berulang, dan jelas terdapat kelainan dikompleks osteomeatal.

B. Tujuan Etmoidektomi
Etmoidektomi bertujuan untuk mengangkat jaringan patologis dalam untuk
mengangkat jaringan patologis dalam sinus etm, sinus etmoidalis, dan oidal dan
mengembalikan fungsi ventilasi dan drenase sinus

C. Jenis Etmoidektomi
1.Etmoidektomi endosopik prinsip dasar adalah mengangkat jaringan yang patologis.
etmoidektomi endoskopik endonasal merupakan tindakan pembedahan non-invasif,
lebih efisien, lebih efisien, lebih adekuat dan mempunyai ebih adekuat dan
mempunyai morbiditas yang rendah
2. Etmoidektomi konvensional dilakukan eksentrasi luas sel-sel etmoidalis.

D. Indikasi Etmoidektomi
Etmoidektomi endoskopik diindikasikan pada penyakit-penyakit sinus sebagai Berikut
1.Sinusitis akut rekuren yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan
medikamentosa
2.Sinusitis jamur 
3.Sinusitis kronik
4.Mukokel
E. Kontraindikasi Etmoidektomi
1. Penyakit-penyakit kelainan darah
2. Tumor ganas hidung dan sinus paranasalis
F. Prosedur Tindakan Etmoidektomi

Meskipun bedah sinus endoskopi fungsional telah dilakukan dengan sedasi dan
anestesi lokal di masa lalu, kebanyakan prosedur sekarang dilakukan dengan
anestesi umum karena harus lebih teliti, hal ini cenderung meningkatkan lama
prosedur (Lee & Kennedy 2006).
Langkah-langkah bedah sinus endoskopi fungsional yang rutin dilakukan pada
rinosinusitis kronis dengan polip maupun tanpa polip meliputi: (Deepthi, Menon &
Madhumita 2012)
• Unsinektomi: membuang potongan tulang berbentuk ‘koma’ di tepi anterior meatus
media
• Infundibulotomi: Memasuki ruangan yang sempit di anterior sel etmoid
• Etmoidektomi: eksenterasi sel etmoid anterior dan posterior
• Sfenoidotomi: membuka sinus sfenoid untuk membersihkan penyakit di dalam
sinus dan melebarkan ostium alami
• Antrostomi meatus medius: melebarkan ostium alami dari antrum maksila dan
membersihkan penyakit dalam
• Resesus frontal dan sinus frontal: identifikasi yang cermat dan membersihkan
daerah ostium sinus frontal untuk memastikan drainase sinus ke hidung
ASKEP PERIOPERATIF

A. PRE OPERATIF

Pada tahap praoperatif, tindakan keperawatan lebih ditekankan pada upaya


untuk mempersiapkan kondisi fisik dan psikolgis klien dalam menghadapi kegiatan operasi.
Pada tahap ini, perawat melakukan pengkajian yang berkaitan dengan kondisi
fisik,khususnya yang berkaitan erat dengan kesiapan tubuh untuk menjalani operasi.

1. PENGKAJIAN

a) Kaji ulang pasien dari ruangan.


b) pemeriksaan fisik ( tanyakan px.apakah sudah puasa).
c) Pemeriksaan psikis ( tanyakan kecemasan dan kesiapan px.)
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a) Ansietas b/d kurang informasi tentang prosedur operasi/anastesi


b) Nyeri b/d agen injuri
c) kurangnya volume cairan tubuh b/d anjuran px.untuk berpuasa
d) resiko perlambatan pemulihan pasca bedah b/d riwayat penyakit hiperglikemi
e) resiko hambatan mobilitas fisik b/d proses pasca operasi
f) resiko kerusakan integritas jaringan b/d proses pembedahan
3. INTERVENSI KEPERAWATAN

a) ansietas b/d kurang informasi tentang prosedur operasi/anastesi


1) Diskusikan dengan klien tentang prosedur yang akan dijalaninya
2) Beri kesempatan bertanya
3) Ajak keluarga mendampingi klien selama persiapan
4) Kenalkan klien dengan lingkungan kamar operasi
5) Anjurkan klien berdoa
6) Kolaborasi pemberian obat penenang
b) Nyeri b/d agen injuri
1) Kaji dan observasi nyeri klien dan reaksi klien
2) Kontrol lingkungan
3) Ajarkan teknik reduksi nyeri non farmakologis
4) Tingkatkan istirahat
5) Immobilisasi sumber nyeri fisik
6) Kolaborasi pemberian analgetik dan sedasi
7) Monitor tanda vital
c) Kurangnya volume cairan tubuh b/d anjuran pasien untuk berpuasa
1) Catat dan monitor intake dan output pasien
2) Rencanakan target pemberian asupan cairan melalui infuse.
d) Resiko perlambatan pemulihan pasca bedah b/d riwayat penyakit hiperglikemi
1) Identifikasi adanyaa nyeri atau keluhan fisik lainnya.
2) Tingkatkan personal higene tentang perawatan luka oasca bedah pasien.
3) Kaji adanya tanda-tanda infeksi
e) Resiko hambatan mobilitas fisik b/d proses pasca operasi
1) Kaji kekuatan otot pasien
2) Lakukan room aktif
3) Bantu pasien dalam pemenuhan kebutuhannya
f) Resiko kerusakan jaringan b/d proses pembedahan
1) Kaji kulit dan keadaan luka pasien.
2) Kaji nyeri dengan pendekatan PQRST
3) Kaji adanya tanda-tanda infeksi.

B. INTRA OPERATIF

      Intra Operatif Pada masa ini perawat berusaha untuk tetap mempertahankan kondisi
terbaik klien. Tujuan utama dari manajemen (asuhan) perawatan saat ini adalah untuk
menciptakan kondisi opyimal klien dan menghindari komplikasi pembedahan. Perawat
berperan untuk tetap mempertahankan kondisi hidrasi cairan, pemasukan oksigen yang
adekuat dan mempertahankan kepatenan jalan nafas, pencegahan injuri selama operasi
dan dimasa pemulihan kesadaran. Khusus untuktindakan perawatan luka, perawat membuat
catatan tentang prosedur operasi yang dilakukan dan kondisi luka, posisi jahitan dan
pemasangan drainage. Hal ini berguna untuk perawatan luka selanjutnya dimasa post
operatif.

1. PENGKAJIAN
a) Persiapkan pasien
b) Persiapkan alat instrumen
c) Persiapkan lingkungan ( suhu )
d) Persiapkan obat-obatan anestasi.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Hipotermia b/d perubahan suhu ruangan di kamar operasi
b) Resiko cedera terjatuh b/d kelemahan fisik
c) Resiko infeksi b/d pembedahan pada luka kotor
d) Resiko kerusakan integritas kulit b/d pasca tindakan pembedahan
e) Elektrik injuri b/d penggunaan alat dengan tegangan listrik

3. INTERVENSI
a) Hipotermi b/d perubahan suhu ruangan dikamar operasi
1) Kaji dan monitor tanda-tanda vital pasien
2) Kaji faktor penunjang hipotermi
3) Kurangi suhu dingin dikamar operasi
b) Resiko cedera terjatuh b/d kelemahan fisik
1) Pastikan posisi operasi
2) Pasang pengaman posisi
3) Cek daerah penekanan selama operasi
4) Hitung kasa, jarum, bisturi dan instrumen bedah sebelum dan setelah operasi
5) Periksa tempat pemasangan plat/arde cauter sebelum dan setelah operasi
6) Lepaskan turniquet setiap 1 jam
c) Resiko infeksi b/d pembedahan pada luka kotor
1) Kaji adanya tanda-tanda infeksi
2) Monitor suhu tubuh pasien
3) Pertahankan teknik aseptik pada luka pasien.
d) Resiko kerusakan integritas kulit b/d pasca tindakan operasi
1) Kaji turgor kulit pasien setelah dilakukan operasi
2) Monitor karakteristik luka ( drainase,warna,ukuran,dan bau )
3) Jelaskan apabila ada tanda dan gejala infeksi
e) Elektrik injuri b/d penggunaan alat dengan tegangan listrik
1) Monitor keamananan dalam penggunaan alat tegangan listrik
2) Perhatikan karakteristik luka operasi untuk penggunaan alat penghenti
pendarahan.

C. PASCA OPERATIF

Pada masa pasca operatif, perawat harus berusaha untuk mempertahankan tanda-
tanda vital, karena pada amputasi, khususnya amputasi ekstremitas bawah diatas lutut
merupakan tindakan yang mengancam jiwa. Perawat melakukan pengkajian tanda-tanda
vital selama klien belum sadar secara rutin dan tetap mempertahankan kepatenan jalas
nafas, mempertahankan oksigenisasi jaringan, memenuhi kebutuhan cairan darah yang
hilang selama operasi dan mencegah injuri. Daerah luka diperhatikan secara khusus untuk
mengidentifikasi adanya perdarahan masif atau kemungkinan balutan yang basah, terlepas
atau terlalu ketat. Selang drainase benar-benar tertutup. Kaji kemungkinan saluran drain
tersumbat oleh clot darah. Awal masa postoperatif, perawat lebih memfokuskan tindakan
perawatan secara umum yaitu menstabilkan kondisi klien dan mempertahankan kondisi
optimum klien. Perawat bertanggungjawab dalam pemenuhan kebutuhan dasar klien,
khususnya yang dapat menyebabkan gangguan atau mengancam kehidupan klien.
Berikutnya fokus perawatan lebih ditekankan pada peningkatan kemampuan klien untuk
membentuk pola hidup yang baru serta mempercepat penyembuhan luka. Tindakan
keperawatan yang lain adalah mengatasi adanya nyeri yang dapat timbul pada klien seperti
nyeri Panthom Limb dimana klien merasakan seolah-olah nyeri terjadi pada daerah yang
sudah hilang akibat amputasi. Kondisi ini dapat menimbulkan adanya depresi pada klien
karena membuat klien seolah-olah merasa ‘tidak sehat akal’ karena merasakan nyeri pada
daerah yang sudah hilang. Dalam masalah ini perawat harus membantu klien
mengidentifikasi nyeri dan menyatakan bahwa apa yang dirasakan oleh klien benar adanya.

1) PENGKAJIAN
a) Kaji kesadaran
b) Perhatikan airway (jalan napas) px.
c) Kaji pernapasan
d) Kaji respon nyeri px.
e) Monitor aktivitas px.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Hipotermi b/d efek anastesi lingkungan
b) Resiko aspirasi b/d masuknya benda asing dalam jalan napas
c) Pola napas tidak efektif b/d efek anestesi
d) Nyeri b/d luka pasca operasi
e) Perlambatan pemulihan pasca pembedahan b/d riwayat adanya hiperglikemi
3. INTERVENSI
a) Hipotermi b/d efek anastesi lingkungan
1) Modifikasi suhu lingkungan
2) Beri selimut
3) Pasang pemanas
4) Kolaborasi untuk pemberian antagonis obat anastesi
b) Resiko aspirasi b/d masuknya benda asing dalam jalan napas
1) Monitor pola napas ( rekuensi,kedalaman,usaha napas)

2) Monitor bunyi napas tambahan

3) Monitor sputum px. (jumlah,warna,aroma)


4) Pertahankan pengembangan balon ETT

c) Pola napas tidak efektif b/d efek anestesi


1) Monitoring pernapasan
2) Berikan bantuan ventilasi
3) Manajemen jalan napas
d) Nyeri b/d luka pasca operasi
1) Observasi tandatanda vital
2) Kaji status nyeri dengan PQRST
3) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik sesuai indikasi
e) Perlambatan pemulihan pasca operasi b/d riwayat adanya hiperglikemi
1) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
2) Tingkatkan personal hygine pada perawatan luka
3) Kaji apabila ada gejala infeksi
DAFTAR PUSTAKA

1. Nurarif & kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis dan Nanda NIC NOC. Yogyakarta: Mediaction.
2. Husodo L. Usaha menghentikan kehamilan, dalam: Wiknjosastro H, ed.Ilmu

Kebidanan, edisi ketiga. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka, 2015: 796-99.


3. MelfiawatiS.Kapitaselekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi,edisi pertama,

Jakarta: EGC, 2018: 511-13


4. Yopalika dkk. (2015). Luka Post Operasi. Makalah Higine. Universitas Diponogoro
Semarang. Widi

Anda mungkin juga menyukai