Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

URS ( URETERORENOSCOPY )
DI OK GEDUNG BEDAH PUSAT TERPADU RSUD Dr. SOETOMO

Disusun Oleh:

Arif Rahmahabimantara
P27820714017
Tingkat IV Semester VII

JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D IV KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2017/2018

LAPORAN PENDAHULUAN
URS ( URETERORENOSCOPY )
A. Definisi
URS yaitu prosedur spesialistik dengan menggunakan alat endoskopi fleksibel berukuran
kurang dari 30 mm yang dimasukkan melalui saluran kemih ke dalam saluran ginjal (ureter)
kemudian batu dipecahkan dengan pemecah batu litotripsi. Tindakan ini memerlukan
pembiusan umum atau regional dan rawat inap dan memerlukan waktu kira-kira 30 menit.
Alat ini dapat mencapai batu dalam kaliks ginjal dan dapat diambil atau dihancurkan dengan
sarana elektrohidraulik atau laser. Tindakan ini dilakukan dengan memasukkan alat melalui
uretra ke dalam kandung kemih untuk menghancurkan batu buli atau ke dalam ureter untuk
menghancurkan batu ureter (Departemen Urology RSCM, 2008).
Hidronefrosis adalah obstruksi saluran kemih proksimal terhadap kandung kemih yang
mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter serta atrofi
hebal pada parenkim ginjal (Price, 1995: 818)
Batu ureter pada umumnya adalah batu yang terbentuk di dalam sistim kalik ginjal, yang
turun ke ureter. Terdapat tiga penyempitan sepanjang ureter yang biasanya menjadi tempat
berhentinya batu yang turun dari kalik yaitu ureteropelvic junction (UPJ), persilangan ureter
dengan vasa iliaka, dan muara ureter di dinding buli.
B. Indikasi
1. Ukuran batu ≥ 7 mm. Ukuran ini tidak mutlak karena batu yang kecil kadang-kadang
tidak bisa keluar spontan.
2. Kolik terus-terusan yang tidak ada respon terhadap obat-obatan (intractable pain)
3. Derajat sumbatan terhadap ginjal (hidronefrosis).
4. Adanya infeksi.
5. Bila secara konservatif 1 bulan tidak berhasil.
C. Komplikasi operasi
1. Trauma pada mukosa saluran kemih
2. Perdarahan
3. Nyeri
4. Infeksi
5. Demam
D. Keuntungan
1. Batu yang keras dapat dipecahkan.
2. Ureter dapat dilebarkan perlahan saat memasukkan endoscopy yang nantinya akan
dilewati oleh batu untuk keluar.
3. Rasa sakit dan perdarahan biasanya minimal.
E. Prosedur
a. Dokter Umum
1. Anamnesa
2. Pemeriksaan klinis
3. Pemeriksaan foto rontgen
4. Merujuk ke spesialis Urologi
b. Spesialis Urologi
1. Pemeriksaan radiologi
2. Pemeriksaan penunjang
3. Tindakan URS
c. Alat Bahan
1. Baju operasi steril (operator/asistensi/instrumen)
2. Sarung tangan steril
3. Duk steril
4. Duk klem
5. Alat set endoskopi
6. Sheath + optic ukuran bermacam-macam (6 sampai 15 Ch)
7. Optik 0 ͦ atau lainnya
8. Guidewire
9. Kateter ureter
10.Stone basket
11. Forceps
12.Carm (Fluoroscopy)
d. Tindakan URS
1. Anestesi umum atau regional (SAB, peridural)
2. Posisi pasien tergantung letak batu biasanya : litotomi
3. Dilakukan retrograde pyelografi untuk melihat anatomi ureter
4. Bila perlu dilatasi muara ureter
5. Masukkan alat URS secara avue dan bantuan fluoroskopi
6. Lakukan tindakan yang diperlukan
7. Bila batu perlu dihancurkan dipakai transducer Elektro Hidrolik atau Lithoclast
(Pneumatik) atau sarana lainnya
8. Bila perlu pemasangan ureter kateter/ DJ Stent
9. Kateter uretra dipasang bila perlu (anestesi SAB, dsb)
F. Perawatan Perioperatif
Perawatan pre operatif merupakan tahap pertama dari perawatan perioperatif yang
dimulai sejak pasien diterima masuk di ruang terima pasien dan berakhir ketika pasien
dipindahkan ke meja operasi untuk dilakukan tindakan pembedahan. Perawatan intra operatif
dimulai sejak pasien ditransfer ke meja bedah dan berakhir bila pasien di transfer ke wilayah
ruang pemulihan. Perawatan post operasi merupakan tahap lanjutan dari perawatan pre dan
intra operatif yang dimulai saat klien diterima di ruang pemulihan pasca anaestesi dan
berakhir sampai evaluasi selanjutnya.
Persiapan pembedahan dapat dibagi menjadi 3 bagian, yang meliputi persiapan psikologi
baik pasien maupun keluarga dan persiapan fisiologi (khusus pasien).
1. Persiapan Psikologi
Pada Pre Operatis Psikologis dilakukan Inform consent maka hal hal yang perlu
dikaji sebagai berikut
a. Pengetahuan tentang peristiwa prosedural tindakan sebelum operasi.
b. Pengetahuan alat alat khusus yang diperlukan.
c. Pengetahun prosedur pembedahan dan lingkungan operasi (meliputi dokter operator,
dokter anastesi, dan perawat).
d. Pengetahuan pengobatan setelah operasi.
2. Persiapan Fisiologi
a. Diet sebelum tindakan pembedahan.
b. Persiapan Perut / Pemberian lavement.
c. Persiapan Kulit (pembersihan area bedah dari rambut atau bulu badan)
d. Hasil Pemeriksaan (Meliputi hasil laboratorium, foto roentgen, ECG, USG dan lain-
lain.
e. Persetujuan Operasi / Informed Consent
3. Persiapan Akhir Sebelum Operasi di Kamar Operasi (Serah terima dengan perawat OK)
maka dilakukan Inform to consent dengan hal-hal sebagai berikut
a. Mencegah Cidera
1) Cek daerah kulit / persiapan kulit dan persiapan perut (lavement).
2) Cek gelang identitas / identifikasi pasien.
3) Lepas tusuk konde dan wig dan tutup kepala / peci.
4) Lepas perhiasan
5) Bersihkan cat kuku.
6) Kontak lensa harus dilepas dan diamankan.
7) Protesa (gigi palsu, mata palsu) harus dilepas.
8) Alat pendengaran boleh terpasang bila pasien kurang / ada gangguan
pendengaran.
9) Kaus kaki anti emboli perlu dipasang pada pasien yang beresiko terhadap
tromboplebitis.
10) Kandung kencing harus sudah kosong.
11) Catatan tentang persiapan kulit (tanda lokasi pembedahan).
a) Tanda-tanda vital (suhu, nadi, respirasi, TN)
b) Pemberian premedikasi
c) Pengobatan rutin.
d) Data antropometri (BB, TB)
e) Pemeriksan laboratorium.
f) Pemberian Obat Premedikasi ( Profilasis)

G. Pengkajian Keperawatan Pra Bedah


1. Data Subyektif
a. Pengetahuan dan Pengalaman Terdahulu.
1) Pengertian tentang bedah yang duanjurkan
a) Tempat
b) Bentuk operasi yang harus dilakukan.
c) Informasi dari ahli bedah lamanya dirawat dirumah sakit, keterbatasan setelah
di bedah.
d) Kegiatan rutin sebelum operasi.
e) Kegiatan rutin sesudah operasi.
f) Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi.
2) Pengalaman bedah terdahulu
a) Bentuk, sifat, roentgen
b) Jangka waktu
b. Kesiapan Psikologis Menghadapi Bedah
1) Penghayatan-penghayatan dan ketakutan-ketakutan menghadapi bedah yang
dianjurkan.
2) Metode-metode penyesuaian yang lazim.
3) Agama dan artinya bagi pasien.
4) Kepercayaan dan praktek budaya terhadap bedah.
5) Keluarga dan sahabat dekat
a) Dapat dijangkau (jarak)
b) Persepsi keluarga dan sahabat sebagai sumber yang memberi bantuan.
6) Perubahan pola tidur
7) Peningkatan seringnya berkemih.
c. Status Fisiologi
1) Obat-obat yang dapat mempengaruhi anaesthesi atau yang mendorong komplikasi-
komplikasi pascabedah.
2) Berbagai alergi medikasi, sabun, plester.
3) Penginderaan : kesukaran visi dan pendengaran.
4) Nutrisi : intake gizi yang sempurna (makanan, cairan) mual, anoreksia.
5) Motor : kesukaran ambulatori, gerakan tangan dan kaki, arthritis, bedah orthopedi
yang terdahulu (penggantian sendi, fusi spinal).
6) Alat prothesa : gigi, mata palsu, dan ekstremitas.
7) Kesantaian : bisa tidur, terdapat nyeri atau tidak nyaman, harapan mengenai
terbebas dari nyeri setelah operasi.
2. Data Obyektif
a. Pola berbicara : mengulang-ulang tema, perubahan topik tentang perasaan (cemas),
kemampuan berbahasa Inggris.
b. Tingkat interaksi dengan orang lain.
c. Perilaku : gerakan tangan yang hebat, gelisah, mundur dari aktifitas yang sibuk
(cemas).
d. Tinggi dan berat badan.
e. Gejala vital.
f. Penginderaan : kemampuan penglihatan dan pendengaran.
g. Kulit : turgor, terdapat lesi, merah atau bintik-bintik.
h. Mulut : gigi palsu, kondisi gigi dan selaput lendir.
i. Thorak : bunyi nafas (terdapat, sisanya) pemekaran dada, kemampuan bernafas
dengan diafragma, bunyi jantung (garis dasar untuk perbandingan pada pasca bedah).
j. Ekstremitas : kekuatan otot (terutama) kaki, karakteristik nadi perifer sebelum bedah
vaskuler atau tubuh.
k. Kemampuan motor : adalah keterbatasan berjalan, duduk, atau bergerak di tempat
duduk, koordinasi waktu berjalan.
3. Masalah Keperawatan yang Lazim Muncul
a. Takut
b. Cemas
c. Resiko infeksi
d. Resiko injury
e. Kurang pengetahuan
4. Intervensi Keperawatan
Diagnosa NOC NIC
Ansietas Setelah dilakukan tindakan Anxiety Reduction (5820)
berhubungan keperawatan selama 1 x 15 1. Gunakan pendekatan yang
dengan menit diharapkan klien tidak menenangkan
tindakan cemas lagi dengan kriteria 2. Jelaskan prosedur selama
operasi atau hasil : tindakan operasi
pembedahan 1. Mengidentifikasi, 3. Temani pasien untuk
mengungkapkan dan memberikan keamanan dan
menunjukkan tehnik untuk mengurangi takut
mengontol cemas 4. Identifikasi tingkat kecemasan
2. Vital sign dalam batas 5. Dengarkan dengan penuh
normal perhatian
- TD : 120/80 mmHg 6. Anjurkan kepada pasien
- RR : 15-20 x/menit. menggunakan teknik relaksasi
- N : 80-100 x/menit (nafas dalam)
3. Ekspresi wajah 7. Anjurkan kepada pasien untuk
menunjukkan berkurangnya selalu berdoa sesuai agamanya.
cemas.

H. Kompetensi Intra Operatif


Pada Intraoperatif salah satu petugas kesehatan yang ada di rungan operasi melakukan
Time Out yaitu kegiatan dimana setiap anggota tim operasi memperkenalkan diri dan peran
masing-masing. Tim operasi memastikan bahwa semua orang di ruang operasi saling kenal.
sebelum melakukan sayatan pertama pada kulit tim mengkonfirmasi dengan suara yang keras
mereka melakukan operasi yang benar, pada pasien yang benar. Mereka juga mengkonfirmasi
bahwa antibiotik profilaksis telah diberikan dalam 60 menit sebelumnya, pembaca time out
juga harus memastikan bahwa instrument, anestesi dan operator telah siap untuk dilakukan
insisi. Pada stase intra operatif terdapat beberapa hal yang harus dipahami oleh petugas kamar
operasi.
1. Anggota Tim Asuhan Keperawatan Intra Operatif
Anggota tim asuhan pasien intra operatif biasanya di bagi dalam dua bagian. Berdasarkan
kategori kecil terdiri dari anggota steril dan tidak steril :
a. Anggota steril
a) Ahli bedah utama / operator
b) Asisten ahli bedah.
c) Scrub Nurse / Perawat Instrumen
b. Anggota tim yang tidak steril, terdiri dari :
a) Ahli atau pelaksana anaesthesi.
b) Perawat sirkulasi
2. Prinsip Tindakan Keperawatan Selama Pelaksanaan Operasi.
a. Persiapan Psikologis Pasien
b. Pengaturan Posisi
1) Posisi diberikan perawat akan mempengaruhi rasa nyaman pasien dan keadaan
psikologis pasien.
2) Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam pengaturan posisi pasien adalah :
a) Letak bagian tubuh yang akan dioperasi.
b) Umur dan ukuran tubuh pasien.
c) Tipe anaesthesia yang digunakan.
d) Sakit yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada pergerakan (arthritis).
Prinsip-prinsip didalam pengaturan posisi pasien :
a) Atur posisi pasien dalam posisi yang nyaman.
b) Sedapat mungkin jaga privasi pasien, buka area yang akan dibedah dan
kakinya ditutup dengan duk.
c) Amankan pasien diatas meja operasi dengan lilitan sabuk yang baik yang
biasanya dililitkan diatas lutut. Saraf, otot dan tulang dilindungi untuk
menjaga kerusakan saraf dan jaringan.
d) Jaga pernafasan dan sirkulasi vaskuler pasien tetap adekuat, untuk
meyakinkan terjadinya pertukaran udara.
e) Hindari tekanan pada dada atau bagain tubuh tertentu, karena tekanan dapat
menyebabkan perlambatan sirkulasi darah yang merupakan faktor predisposisi
terjadinya thrombus.
f) Jangan ijinkan ekstremitas pasien terayun diluar meja operasi karena hal ini
dapat melemahkan sirkulasi dan menyebabkan terjadinya kerusakan otot.
g) Hindari penggunaan ikatan yang berlebihan pada otot pasien.
h) Yakinkan bahwa sirkulasi pasien tidak berhenti ditangan atau di lengan.
i) Untuk posisi litotomi, naikkan dan turunkan kedua ekstremitas bawah secara
bersamaan untuk menjaga agar lutut tidak mengalami dislokasi.
c. Membersihkan dan Menyiapkan Kulit.
d. Penutupan Daerah Steril
e. Mempertahankan Surgical Asepsis
f. Menjaga Suhu Tubuh Pasien dari Kehilangan Panas Tubuh
g. Monitor dari Malignant Hyperthermia
h. Penutupan luka pembedahan
i. Perawatan Drainase
j. Pengangkatan Pasien Ke Ruang Pemulihan, ICU atau PACU.
3. Pengkajian
a. Selama dilaksanakannya operasi
1) Pengkajian mental (Bila pasien diberi anaesthesi lokal dan pasien masih sadar /
terjaga maka sebaiknya perawat menjelaskan prosedur yang sedang dilakukan
terhadapnya dan memberi dukungan agar pasien tidak cemas/takut menghadapi
prosedur tersebut.)
2) Pengkajian fisik
a) Tanda-tanda vital
b) Infus
c) Pengeluaran urin
d) Transfusi
4. Masalah Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin sering muncul pada pasien selama pelaksanaan
operasi adalah sebagai berikut :
a. Cemas
b. Resiko perlukaan/injury
c. Resiko penurunan volume cairan tubuh
d. Resiko infeksi
e. Kerusakan integritas kulit
5. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
1 Resiko defisit  Fluid balance Fluid management :
. volume cairan b.d  Hydration 1. Monitor status hidrasi
perdarahan aktif  Nutritional Status : (kelembaban membran
(berlangsungnya Food and Fluid Intake mukosa, nadi adekuat,
proses Setelah dilakukan tekanan darah
pembedahan) tindakan keperawatan ortostatik)
selama 1 jam 2. Monitor vital sign
diharapkan defisit 3. Monitor masukan
volume cairan tidak makanan / cairan
terjadi dengan selama proses
Kriteria Hasil : pembedahan
1. Tekanan darah, nadi, 4. Monitor status
suhu tubuh dalam perdarahan
5. Kolaborasi dokter jika
batas normal
2. Tidak ada tanda tanda tanda cairan berlebih
dehidrasi, Elastisitas muncul meburuk
6. Atur kemungkinan
turgor kulit baik,
tranfusi
membran mukosa
7. Persiapan untuk
lembab, tidak ada
kemungkinan tranfusi
rasa haus yang
berlebihan
2 Resiko infeksi Setelah dilakukan Infeksi control, intra
berhubungan tindakan keperawatan operatif (6545)
dengan tindakan selama 1 x 30 menit 1. Gunakan sabun
invasif : operasi diharapkan klien tidak antimikrobia untuk cuci
atau tinakan mengalami resiko tangan
pembedahan infeksi dengan kriteria 2. Cuci tangan setiap
hasil : sebelum dan sesudah
1. Klien bebas dari tindakan keperawatan
tanda dan gejala 3. Gunakan baju, sarung
infeksi tangan sebagai alat
2. Vital sign dalam pelindung
batas normal 4. Pertahankan lingkungan
- TD : 120/80 mmHg aseptik selama proses
- RR : 15-20 x/menit pembedahan
- .N : 80-100 5. Berikan terapi antibiotik
x/menit. bila perlu
- S : 36,5 ºC -37ºC 6. Monitor tanda dan gejala
infeksi
7. Ispeksi kondisi luka /
insisi bedah
8. Monitor tanda-tanda vital.
3 Resiko cedera Setelah dilakukan Surgical precousen Aktifitas
behubungan dengan tindakan keperawatan 1. Tidurkan klien pada meja
proses pembedahan selama 1 x 30 menit operasi dengan posisi
diharapkan klien tidak sesuai kebutuhan
mengalami resiko 2. Monitor penggunaan
injuri/cedera dengan instrumen, jarum dan kasa
kriteria hasil : 3. Pastikantidak ada
1. Klien terbebas dari instrumen, jarum atau
cedera kasa yang tertinggal
2. Dapat mengetahui dalam tubuh klien
pemakaian intrumen,
jarum dan kasa.
Dengan
tertinggalnya benda
asing dapam tubuh
klien dapat
menimbulkan bahaya

I. Kompetensi Post Operasi


Pada post operatif salah satu petugas kesehatan yang ada di rungan operasi melakukan
Sign Out yaitu tindakan yang dilakukan oleh tim bedah untuk meninjau operasi yang telah
dilakukan. Dilakukan pengecekan kelengkapan kasa, penghitungan instrumen, pemberian
label pada spesimen, kerusakan alat atau masalah lain yang perlu ditangani. Langkah akhir
yang dilakukan tim bedah adalah rencana kunci dan memusatkan perhatian pada
manajemen post operasi serta pemulihan sebelum memindahkan pasien dari kamar operasi
(Surgery & Lives, 2008).
1. Fase Pasca Anaesthesi
Periode segera sesudah anaesthesi adalah gawat. Pasien harus diamati dengan jeli dan
harus mendapat bantuan fisik dan psikologis yang intensif sampai pengaruh utama dari
anaesthesi mulai berkurang dan kondisi umum mulai stabil. Banyaknya asuhan
keperawatan yang dilaksanakan segera setelah periode pasca anaesthesi tergantung
kepada prosedur bedah yang dilakukan. Hal-hal yang harus diperhatikan meliputi :
2. Mempertahankan ventilasi pulmonari
a. Mengatur posisi jalan napas aman.
b. Saluran nafas buatan.
Saluran nafas pada orofaring biasanya terpasang terus setelah pemberian anaesthesi
umum untuk mempertahankan saluran tetap terbuka dan lidah kedepan sampai reflek
faring pulih. Bila pasien tidak bisa batuk dan mengeluarkan dahak dan lendir harus
dibantu dengan suction.
c. Terapi oksigen
O2 sering diberikan pada pasca operasi, karena obat anaesthesi dapat menyebabkan
lyphokhemia. Selain pemberian O2 harus diberikan latihan nafas dalam setelah pasien
sadar.
3. Mempertahankan sirkulasi.
Hipotensi dan aritmia adalah merupakan komplikasi kardiovaskuler yang paling
sering terjadi pada pasien post anaesthesi. Pemantauan tanda vital dilakukan tiap 15 menit
sekali selama pasien berada di ruang pemulihan.
4. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
Pemberian infus merupakan usaha pertama untuk mempertahankan keseimbangan
cairan dan elektrolit. Monitor cairan per infus sangat penting untuk mengetahui
kecukupan pengganti dan pencegah kelebihan cairan. Begitu pula cairan yang keluar juga
harus dimonitor.
5. Mempertahankan keamanan dan kenyamanan
Pasien post operasi atau post anaesthesi sebaiknya pada tempat tidurnya dipasang
pengaman sampai pasien sadar betul. Posisi pasien sering diubah untuk mencegah
kerusakan saraf akibat tekanan kepada saraf otot dan persendian. Obat analgesik dapat
diberikan pada pasien yang kesakitan dan gelisah sesuai dengan program dokter. Pada
pasien yang mulai sadar, memerlukan orientasi dan merupakan tunjangan agar tidak
merasa sendirian. Pasien harus diberi penjelasan bahwa operasi sudah selesai dan
diberitahu apa yang sedang dilakukan.
4. Perawatan Pasien Di Ruang Pemulihan/Recovery Room
Uraian diatas telah membahas tentang hal yang diperhatikan pada pasien post
anaesthesi. Untuk lebih jelasnya maka dibawah ini adalah petunjuk perawatan / observasi
diruang pemulihan :
1) Posisi kepala pasien lebih rendah dan kepala dimiringkan pada pasien dengan
pembiusan umum, sedang pada pasein dengan anaesthesi regional posisi semi fowler.
2) Pasang pengaman pada tempat tidur.
3) Monitor tanda vital : TN, Nadi, respirasi / 15 menit.
4) Penghisapan lendir daerah mulut dan trakhea.
5) Beri O2 2-3 liter sesuai program.
6) Observasi adanya muntah.
7) Catat intake dan out put cairan.
8) Beberapa petunjuk tentang keadaan yang memungkinkan terjadinya situasi krisis
a) Tekanan sistolik < 90 –100 mmHg atau > 150 – 160 mmH, diastolik < 50 mmHg
atau > dari 90 mmHg.
b) HR kurang dari 60 x menit > 10 x/menit
c) Suhu > 38,3 o C atau kurang dari 35 o C.
d) Meningkatnya kegelisahan pasien
e) Tidak BAK + 8 jam post operasi.
5. Pengeluaran dari ruang pemulihan / Recovery Room
Kriteria umum yang digunakan dalam mengevaluasi pasien :
1) Pasien harus pulih dari efek anaesthesi.
2) Tanda-tanda vital harus stabil.
3) Tidak ada drainage yang berlebihan dari tubuh.
4) Efek fisiologis dari obat bius harus stabil.
5) Pasien harus sudah sadar kembali dan tingkat kesadaran pasien telah sempurna.
6) Urine yang keluar harus adekuat ( 1cc/ Kg/jam). Jumlahnya harus dicatat dan
dilaporkan.
7) Semua pesan harus ditulis dan dibawa ke bangsal masing-masing.
8) Jika keadaan pasien membaik, pernyataan persetujuan harus dibuat untuk kehadiran
pasien tersebut oleh seorang perawat khusus yang bertugas pada unit dimana pasien
akan dipindahkan.
9) Staf dari unit dimana pasien harus dipindahkan, perlu diingatkan untuk menyiapkan
dan menerima pasien tersebut.
6. Pengangkutan Pasien keruangan
Hal-hal yang harus diperhatikan selama membawa pasien ke ruangan antara lain :
a. Keadaan penderita serta order dokter.
b. Usahakan pasien jangan sampai kedinginan.
c. Kepala pasien sedapat mungkin harus dimiringkan untuk menjaga bila muntah
sewaktu-waktu, dan muka pasien harus terlihat sehingga bila ada perubahan sewaktu-
waktu terlihat.
7. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Operasi
a. Pengkajin awal
1) Status Respirasi, melipuiti :
a) Kebersihan jalan nafas
b) Kedalaman pernafasaan.
c) Kecepatan dan sifat pernafasan.
d) Bunyi nafas
2) Status sirkulatori, meliputi :
a) Nadi
b) Tekanan darah
c) Suhu
d) Warna kulit
3) Status neurologis, meliputi : tingkat kesadaran
4) Balutan, meliputi :
a) Keadaan drain
b) Terdapat pipa yang harus disambung dengan sistem drainage.
5) Kenyamanan, meliputi :
a) Terdapat nyeri
b) Mual
c) Muntah
6) Keselamatan, meliputi :
a) Diperlukan penghalang samping tempat tidur.
b) Kabel panggil yang mudah dijangkau.
c) Alat pemantau dipasang dan dapat berfungsi.
7) Perawatan, meliputi :
a) Cairan infus, kecepatan, jumlah cairan, kelancaran cairan.
b) Sistem drainage : bentuk kelancaran pipa, hubungan dengan alat penampung,
sifat dan jumlah drainage.
8) Nyeri, meliputi :
a) Waktu
b) Tempat.
c) Frekuensi
d) Kualitas
e) Faktor yang memperberat / memperingan
b. Data Subyektif
Tanyakan apa yang dirasakan setelah pulih sadar meliputi mual, pusing, lemas, dan
nyeri.
c. Data Objektif
1) Sistem Respiratori
2) Status sirkulatori
3) Tingkat Kesadaran
4) Balutan
5) Posisi tubuh
6) Status Urinari / eksresi.
d. Pengkajian Psikososial
Yang perlu diperhatikan : umur, prosedur pembedahan, efek samping dari
prosedur pembedahan dan pengobatan, body image dan pola/gaya hidup. Juga tanda
fisik yang menandakan kecemasan termasuk denyut nadi, tekanan darah, dan
kecepatan respirasi serta ekspresi wajah.
e. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium berdasarkan pada prosedur pembedahan, riwayat
medis, dan manifestasi klinik post operasi.
Pemeriksaan laboratorium lab post operasi secara umum anatara lain :
1) Analisa serum dan elektrolit, glukosa dan pemeriksaaan darah lengkap.
2) Pemeriksaann urine sekitar setiap 4 jam untuk klien dengan resiko dehidrasi dan
insufisisensi ginjal.
f. Masalah Keperawatan yang Lazim Muncul
1) Diagnosa Umum
a) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efek samping dari anaesthesi.
b) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi.
c) Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan.
d) Resiko injury berhubungan dengan kelemahan fisik, efek anaesthesi, obat-
obatan (penenang, analgesik) dan imobil terlalu lama.
2) Diagnosa Tambahan
a) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sekret.
b) Resiko retensi urine berhubungan dengan anaesthesi, bedah pelvis, dan kurang
gerak.
c) Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah memahami informasi.
d) Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang prosedur
pembedahan.
e) Nausea berhubungan dengan efek anaesthesi, narkotika, ketidaseimbangan
elektrolit.
f) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
g) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
anoreksoia, lemah, nyeri, mual.
h) Konstipasi berhubungan dengan efek anaesthesi.
g. Intervensi
Diagnosa NOC NIC
Resiko jatuh Setelah dilakukan tindakan Environment Management
berhubungan keperawatan selama 1 x 15 1. Sediakan lingkungan yang
dengan kondisi menit diharapkan klien tidak aman untuk klien
post operasi mengalami resiko jatuh 2. Identifikasi kebutuhan
dengan kriteria hasil : keamanan klien, sesuai
1. Klien terbebas dari Fall dengan kondisi fisik dan
Risk fungsi kognitif klien dan
2. Menggunakan fasilitas riwayat penyakit terdahulu
kesehatan yang ada klien
Semaksimal mungkin 3. Pasang side rail tempat
3. Mampu mengenali tidur
perubahan status 4. Menyediakan tempat tidur
kesehatan atau tindakan yang nyaman dan bersih
operasi 5. Pindahkan barang-barang
yang dapat membahayakan
6. Berikan penjelasan pada
klien atau pengunjung
adanya perubahan status
kesehatan dan penyebab
penyakit.
DAFTAR PUSTAKA

Tiselius HG, Ackermann D, Alken P, Buck C, Conort P, Gallucci M, et al. Guidelines on


urolithiasis. Eur Urol. 2001;40:362–71. doi: 10.1159/000049803.[PubMed] [Cross Ref]
Erhard M, Salwen J, Bagley DH. Ureteroscopic removal of mid and proximal ureteral calculi. J
Urol. 1996;155:38–42. doi: 10.1016/S0022-5347(01)66533-9. [PubMed][Cross Ref]
Akhtar MS, Akhtar FK. Utility of the Lithoclast in the treatment of upper, middle and lower
ureteric calculi. Surgeon. 2003;1:144–8. doi: 10.1016/S1479-666X(03)80093-8.
[PubMed] [Cross Ref]
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika.
Caraspot. 2010. Proses Keperawatan NANDA, NOC &NIC. Yogyakarta: mocaMedia.

Anda mungkin juga menyukai