Anda di halaman 1dari 35

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perioperatif

1. Pre Operasi

a. Pengertian Pre Operasi

Perioperasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang

dimulai pre operasi (pre bedah), intra operasi (bedah), dan post operasi

(pasca bedah) (Sjamsuhidayat, 2014) . Pre bedah merupakan masa

sebelum dilakukannya tindakan pembedahan, dimulai sejak persiapan

pembedahan dan berakhir sampai pasien di meja bedah. Intra bedah

merupakan masa pembedaahan dimulai sejak ditransfer ke meja bedah dan

berakhir saat pasien dibawa ke ruang pemulihan. Pasca bedah merupakan

masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai sejak pasien memasuki

ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya (Hancock,

2014).

b. Persiapan dan Perawatan Pre Operasi

Pre operasi (pre bedah) merupakan masa sebelum dilakukannya

tindakan pembedahan, dimulai sejak persiapan pembedahan dan berakhir

sampai pasien di meja bedah. Hal-hal yang perlu dikaji dalam tahap pra

oprasi adalah pegetahuan tentang persiapan pembedahan, dan kesiapan

psikologis (Hancock, 2012). Prioritas pada prosedur pembedahan yang

utama adalah inform consent yaitu pernyataan persetujuan klien dan

9
2

keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan yang berguna untuk

mencegah ketidak tahuan klien tentang prosedur yang akan dilaksanakan

dan juga menjaga rumah sakit serta petugas kesehatan dari klien dan

keluarganya mengenai tindakan tersebut. Menurut Bruner & Sudart (2011)

rencana tindakan pre operasi adalah :

1) Pemberian pendidikan kesehatan pre operasi. Pendidikan kesehatan

yang perlu diberikan mencangkup penjelasan mengenai berbagai

informasi dalam tindakan pembedahan. Informasi tersebut diantaranya

tentang jenis pemeriksaan yang dilakukan sebelum bedah, alat-alat

khusus yang di perlukan, pengiriman ke kamar bedah, ruang

pemulihan, dan kemungkinan pengobatan setelah bedah.

2) Persiapan diet. Sehari sebelum bedah, pasien boleh menerima makanan

biasa. Namun, 8 jam sebelum bedah tersebut dilakukan, pasien tidak

diperbolehkan makan. Sedangkan cairan tidak diperbolehkan 4 jam

sebelum operasi, sebab makanan dan cairan dalam lambung dapat

menyebabkan aspirasi.

3) Persiapan kulit. Dilakukan dengan cara membebaskan daerah yang

akan dibedah dari mikroorganisme dengan cara menyiram kulit dengan

sabun heksakloforin atau sejenisnya yang sesuai dengan jenis

pembedahan. Bila pada kulit terdapat rambut, maka harus di cukur.

4) Latihan napas dan latihan batuk. Latihan ini dilakukan untuk

meningkatkan kemampuan pengembangan paru-paru. Pernapasan yang

dianjurkan adalah pernapasan diafragma, dengan cara berikut:


3

(a) Atur posisi tidur semifowler, lutut dilipat untuk mengembangkan

toraks.

(b) Tempatkan tangan diatas perut.

(c) Tarik napas perlahan-lahan melalui hidung, biarkan dada

mengembang.

(d) Tahan napas 3 detik.

(e) Keluarkan napas dengan mulut yang dimoncongkan.

(f) Tarik napas dan keluarkan kembali, lakukan hal yang sama hingga

tiga kali setelah napas terakhir, batukkan untuk mengeluarkan

lendir.

(g) Istirahat.

5) Latihan kaki. Latihan ini dapat dilakukan untuk mencegah dampak

tromboflebitis. Latihan kaki yang dianjurkan antara lain latihan

memompa otot, latihan quadrisep, dan latihan mengencangkan glutea.

Latihan memompa otot dapat dilakukan dengan mengontraksi otot

betis dan paha, kemudian istirahatkan otot kaki, dan ulangi hingga

sepuluh kaki. Latihan quadrisep dapat dilakukan dengan

membengkokkan lutut kaki rata pada tempat tidur, kemudian

meluruskan kaki pada tempat tidur, mengangkat tumit, melipat lutut

rata pada tempat tidur, dan ulangi hingga lima kali.

6) Latihan mobilitas. Latihan ini dilakukan untuk mencegah komplikasi

sirkulasi, mencegah dekubitus, merangsang peristaltik, serta

mengurangi adanya nyeri. Melalui latihan mobilitas, pasien harus


4

mampu menggunakan alat di tempat tidur, seperti menggunakan

penghalang agar bsa memutar badan, melatih duduk di sisi tempat

tidur, atau dengan menggeser pasiem ke sisi tempat tidur. Melatih

duduk diawali dengan tidur fowler, kemudian duduk tegak dengan kaki

menggantung di sisi tempat tidur.

7) Pencegahan cedera. Untuk mengatasi risiko terjadinya cedera, tindakan

yang perlu dilakukan sebelum pelaksanaan bedah adalah:

(a) Cek identitas pasien.

(b) Lepaskan perhiasan pada pasien yang dapat mengganggu, misalnya

cincin, gelang, dan lain-lain.

(c) Bersihkan cat kuku untuk memudahkan penilaian sirkulasi.

(d) Lepaskan kontak lensa.

(e) Lepaskan protesis.

(f) Alat bantu pendengaran dapat dapat digunakan jika pasien tidak

dapat mendengar.

(g) Anjurkan pasien untukmengosongkan kandung kemih.

(h) Gunakan kaos kaki anti emboli jika pasien berisiko terjadi

tromboflebitis.

c. Persiapan dan Perawatan Operatif

Intra operasi (bedah) merupakan masa pembedaahan dimulai sejak

ditransfer ke meja bedah dan berakhir saat pasien dibawa ke ruang

pemulihan. Hal yang perlu di dikaji dalam intrabedah adalah pengaturan

posisi pasien. Berbagai masalah yang terjadi selama pembedahan


5

mencakup aspek pemantauan fisiologis perubahan tanda vital, sistem

kardiovaskular, keseimbangan cairan, dan pernafasan. Selain itu lakukan

pengkajian terhadap tim, dan instrumen pembedahan, serta anestesia yang

diberikan. Rencana tindakan:

1) Penggunaan baju seragam bedah. Penggunaan baju seragam bedah

didesain khusus dengan harapan dapat mencegah kontaminasi dari

luar. Hal itu dilakukan dengan berprinsip bahwa semua baju dari luar

harus diganti dengan baju bedah yang steril, atau baju harus

dimasukkan ke dalam celana atau harus menutupi pinggang untuk

mengurangi menyebarnya bakteri, serta gunakan tutup kepala, masker,

sarung tangan, dan celemek steril.

2) Mencuci tangan sebelum pembedahan.

3) Menerima pasien di daerah bedah. Sebelum memasuki wilayah bedah,

pasien harus melakukan pemeriksaan ulang di ruang penerimaan untuk

mengecek kembali nama, bedah apa yang akan dilakukan, nomor

status registrasi pasien, berbagai hasil laboratorium dan X-ray,

persiapan darah setelah dilakukan pemeriksaan silang dan golongan

darah, alat protesis, dan lain-lain.

4) Pengiriman dan pengaturan posisi ke kamar bedah. Posisi yang

dianjurkan pada umumnya adalah telentang, telungkup, trendelenburg,

litotomi, lateral, atau disesuaikan dengan jenis operasi yang akan

dilakukan.
6

5) Penutupan daerah steril. Penutupan daerah steril dilakukan dengan

menggunakan duk steril agar tetap sterilnya di daerah seputar bedah

dan mencegah berpindahnya mikroorganisme antara daerah steril dan

tidak.

6) Pelaksanaan anestesia. Pelaksanaan anestesia dapat dilakukan dengan

berbagai macam, antara lain anestesia umum, inhalasi atau intravena,

anestesia regional, dan anestesia lokal.

7) Pelaksanaan pembedahan. Setelah dilakukan anestesia, tim bedah akan

melaksanakan pembedahan sesuai dengan ketentuan embedahan.

2. Operasi

a. Pengertian

Operasi adalah tindakan pembedahan pada suatu bagian tubuh

(Hancock, 2012). Operasi (elektif atau kedaruratan) adalah merupakan

peristiwa kompleks yang menegangkan (Brunner & Suddarth, 2011).

Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara

invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan

ditangani (Sjamsuhidayat, 2014).

Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang

menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian

tubuh (LeMone dan Burke, 2014). Pada umumnya dilakukan dengan

membuat sayatan, pada bagian tubuh yang akan ditangani, lalu dilakukan

tindakan perbaikan dan diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka

(Baradero & Mary, 2015).


7

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembedahan

atau operasi adalah tindak pengobatan yang menggunakan cara invasif

dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani.

Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan membuka

sayatan.Setelah bagian yang ditangani ditampilkan, dilakukan tindak

perbaikan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka.

b. Jenis Operasi

Jenis operasi adalah penggolongan dalam tindakan medik bedah

yang meliputi operasi kecil, operasi sedang, operasi besar dan operasi

khusus (J.Lister, 2012). Jenis operasi adalah pembagian tindakan

pembedahan diantaranya operasi kecil, sedang, besar dan khusus

(Handoko dkk, 2011). Jenis operasi adalah klasifikasi tindakan medis

bedah berdasarkan waktu, alat, jenis anestesi dan resiko yang dialami,

meliputi operasi kecil, sedang, besar, dan khusus (Brunner & Suddarth,

2011).

c. Tipe Pembedahan

Tipe pembedahan menurut J.Lister (2012) adalah sebagai berikut :

1) Menurut Fungsinya (Tujuannya)

(a) Diagnostik yaitu biopsi, laparotomi eksplorasi

(b) Kuratif (ablatif) yaitu Tumor, appendiktomi

(c) Reparatif yaitu Memperbaiki luka multiple

(d) Rekonstruktif atau kosmetik yaitu Mammoplasti, perbaikan wajah


8

(e) Paliatif yaitu menghilangkan nyeri, memperbaiki masalah

gastrostomi ketidakmampuan menelan.

(f) Transplantasi yaitu penanaman organ tubuh untuk menggantikan

organ atau struktur tubuh yang malfungsi (cangkok ginjal, kornea).

2) Menurut Tingkat Urgensinya

(a) Kedaruratan. Pasien membutuhkan perhatian dengan segera,

gangguan yang diakibatkannya diperkirakan dapat mengancam

jiwa (kematian atau kecacatan fisik), tidak dapat ditunda. Contoh :

Perdarahan hebat, Luka tembak atau tusuk, Luka bakar luas,

Obstruksi kandung kemih atau usus , Fraktur tulang tengkorak

(b) Diperlukan. Pasien harus menjalani pembedahan, direncanakan

dalam beberapa minggu atau bulan. Contoh : Katarak, Gangguan

tiroid, Hiperplasia prostat tanpa obstruksi kandung kemih.

(c) Elektif. Pasien harus dioperasi ketika diperlukan, tidak terlalu

membahayakan jika tidak dilakukan. Contoh : Hernia simple,

Perbaikan vagina, Perbaikan skar/cikatrik/jaringan parut

(d) Pilihan. Keputusan operasi atau tidaknya tergantung kepada pasien

(pilihan pribadi pasien). Contoh : bedah kosmetik.

3) Menurut Luas atau Tingkat Resiko

a) Mayor. Operasi yang melibatkan organ tubuh secara luas dan

mempunyai tingkat resiko yang tinggi terhadap kelangsungan

hidup pasien. Bedah mayor bagi pasien tetap menimbulkan

ketakutan dan kecemasan bagi pasien. Salah satu contoh operasi ini
9

adalah operasi cangkok organ, operasi tumor otak, operasi jantung,

bedah sesar, mammektomi, total abdominal histerektomi, reseksi

kolon dan bedah torak. Pasien yang menjalani operasi ini biasanya

membutuhkan waktu yang lama untuk kembali pulih.

b) Minor. Operasi pada sebagian kecil dari tubuh yang mempunyai

resiko komplikasi lebih kecil dibandingkan dengan operasi mayor.

Bedah minor ini menimbulkan trauma fisik yang minimal dengan

resiko kerusakan yang minim. Meskipun operasi ini dianggap

minor/ kecil, bagi pasien tetap menimbulkan ketakutan dan

kecemasan bagi pasien. Contoh : Katarak, Operasi plastik pada

wajah, membuka abses superficial, pembersihan luka, inokuasi,

superfisial neuroktomi dan tenotomi.

c. Indikasi dan Klasifikasi Pembedaan

Pembedaan mungkin dilakukan untuk berbagai alasan. Alasan

tersebut mungkin diagonastik, seperti ketika dilakukan biopsi atau

laporotomi eksplrasi; dapat juga kuratif, seperti ketika mengeksisi massa

tumor atau mengangkat apendiks yang mengalami inflamasi ;

kemungkinan juga raporatif, seperti ketika harus memperbaiki luka

multipek, mungkin rekonstruktif atau kosmetik, seperti ketika melakukan

mammoplastik atau perbaiki wajah atau mungkin paliatif, seperti ketika

harus menghilangkan nyeri atau memperbaiki masalah-sebagai contoh,

ketika selang gastrostomi dipasang untuk mengkompensasi terhadap

ketidakmampuan untuk menelan makanan (Bruner & Sudart, 2011).


10

3. Post Operasi

a. Definisi Post Operasi

Post Operasi adalah masa setelah dilakukan pembedahan yang

dimulai saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan dan berakhir sampai

evaluasi selanjutnya (Uliyah & Hidayat, 2008). Tahap pasca-operasi

dimulai dari memindahkan pasien dari ruangan bedah ke unit pascaoperasi

dan berakhir saat pasien pulang.

b. Komplikasi Post Operasi

Menurut Baradero (2008) komplikasi post operasi yang akan

muncul antara lain yaitu hipotensi dan hipertensi. Hipotensi didefinisikan

sebagai tekanan darah systole kurang dari 70 mmHg atau turun lebih dari

25% dari nilai sebelumnya. Hipotensi dapat disebabkan oleh hipovolemia

yang diakibatkan oleh perdarahan dan overdosis obat anestetika.

Hipertensi disebabkan oleh analgesik dan hipnosis yang tidak adekuat,

batuk, penyakit hipertensi yang tidak diterapi, dan ventilasi yang tidak

adekuat. Sedangkan menurut Majid, (2011) komplikasi post operasi adalah

perdarahan dengan manifestasi klinis yaitu gelisah, gundah, terus

bergerak, merasa haus, kulit dingin-basah-pucat, nadi meningkat, suhu

turun, pernafasan cepat dan dalam, bibir dan konjungtiva pucat dan pasien

melemah.

c. Perawatan Luka Post Operasi

Ada beberapa prinsip dalam penyembuhan luka menurut Taylor

(2011) yaitu:
11

1) Kemampuan tubuh untuk menangani trauma jaringan dipengaruhi oleh

luasnya kerusakan dan keadaan umum kesehatan tiap orang

2) Respon tubuh pada luka lebih efektif jika nutrisi yang tepat tetap

dijaga

3) Respon tubuh secara sistemik pada trauma

4) Aliran darah ke dan dari jaringan yang luka

5) Keutuhan kulit dan mukosa membran disiapkan sebagai garis pertama

untuk mempertahankan diri dari Mikroorganisme

6) Penyembuhan normal ditingkatkan ketika luka bebas dari benda asing

tubuh termasuk bakteri

B. Kecemasan

1. Pengertian Kecemasan

Kecemasan adalah perasaan yang dialami ketika seseorang terlalu

mengkhawatirkan kemungkinan peristiwa yang menakutkan yang terjadi

dimasa depan yang tidak bisa dikendalikan dan jika itu terjadi akan dinilai

sebagai “mengerikan” (Sivalintar, 2013).

Kecemasan adalah sesuatu yang menimpa hampir setiap orang pada

waktu tertentu dalam kehidupannya. Kecemasan merupakan suatu reaksi

normal terhadap situasi yang sangat menekan kehidupan seseorang, dan

karena itu berlangsung tidak lama. Kecemasan bisa muncul sendiri atau

bergabung gejala- gejala lain dari berbagai gangguan emosi (Savitri,

2011). Kecemasan merupakan suatu “ tanda bahaya “ yang membuat


12

orang yang bersangkutan waspada dan bersiap diri melakukan upaya untuk

mengatasi ancaman yang bersifat internal tidak jelas dan konfliktual

(Kartijo, 2010).

2. Penyebab Kecemasan

Faktor predisposisi kecemasan menurut Stuart (2012) adalah :

a. Teori Psikoanalitik

Struktur kepribadian terdiri dari tiga elemen yaitu id, ego, dan super

ego. Id melambangkan dorongan insting dan impuls primitif, super

ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh

norma-norma budaya seseorang, sedangkan ego digambarkan sebagai

mediator antara tuntutan dari id dan super ego. Kecemasan merupakan

konflik emosional antara id dan super ego yang berfungsi untuk

memperingatkan ego tentang suatu bahaya yang perlu diatasi.

b. Teori Interpersonal

Kecemasan terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal, hal ini

juga dihubungkan dengan trauma pada masa pertumbuhan seperti

kehilangan, perpisahan yang menyebabkan seseorang menjadi tidak

berbahaya. Individu yang mempunyai harga diri rendah biasanya

sangat mudah untuk mengalami kecemasan

c. Teori Perilaku

Kecemasan merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang

mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang

diinginkan para ahli perilaku menganggap kecemasan merupakan suatu


13

dorongan yang dipelajari berdasarkan dorongan, keinginan untuk

menghindarkan rasa sakit. Teori ini meyakini bahwa manusia yang

pada awal kehidupanya dihadapkan pada rasa takut yang berlebihan

akan menunjukkan kemungkinan kecemasan yang berat pada

kehidupan yang berat dan pada kehidupan masa dewasanya.

d. Teori Biologis

Otak mengandung reseptor khusus untuk benzo diazepine reseptor ini

membantu mengatur kecemasan Penghambat asam amino

butirikgamma neuro regulator juga mungkin memainkan peran utama

dalam mekanisme biologis berhubungan dengan kecemasan sebagai

halnya dengan endokrin. Kecemasan mungkin disertai dengan

gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk

mengatasi reseptor.

Sentrum-sentrum dalam otak yang diduga mempunyai pengaruh

penting dalam masalah emosi adalah hipotalamus retikuler aktivasi

sistem (RAS) dan sistem limbik. Fungsi dari sistem aktivasi retikuler

adalah untuk mempersiapkan areal-areal dalam otak untuk rangsangan

yang akan datang. Sistem limbik adalah bagian dari otak yaitu viceral

brain (otak dalam) yang merupakan kesatuan integritas dan menerima

impuls dari organ tubuh. Impuls dan viceral dapat sampai ke korteks

melalui sistem limbik. Salah satu aspek yang penting dalam

penyaluran impuls adalah zat-zat Catecholamines Neurotransmitter


14

tidak secara homogen tersebar di seluruh otak akan tetapi

berkonsentrasi di bagian-bagian otak tertentu.

3. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kecemasan

Tidak semua kecemasan dapat dikatakan bersifat patologis ada juga

kecemasan yang bersifat normal Dibawah ini adalah faktor- faktor yang

mempengaruhi tingkat kecemasan menurut Stuart & Laraia (2012) adalah

sebagai berikut :

1. Faktor Internal

a. Usia

Permintaan bantuan dari sekeliling menurun dengan bertambahnya

usia, pertolongan diminta bila ada kebutuhan akan kenyamanan,

reasurance dan nasehat- nasehat.

b. Pengalaman

Individu yang mempunyai modal kemampuan pengalaman

menghadapi stres dan punya cara menghadapinya akan cenderung

lebih menganggap stres yang berat pun sebagai masalah yang bisa

diselesaikan. Tiap pengalaman merupakan sesuatu yang berharga

dan belajar dari pengalaman dapat meningkatkan keterampilan

menghadapi stres.

c. Aset Fisik

Orang dengan aset fisik yang besar, kuat dan garang akan

menggunakan aset ini untuk menghalau stres yang datang

mengganggu.
15

2. Faktor Eksternal

a. Pengetahuan

Seseorang yang mempunyai ilmu pengtahuan dan kemampuan

intelektual akan dapat meningkatkan kemampuan dan rasa percaya

diri dalam menghadapi stres mengikuti berbagai kegiatan untuk

meningkatkan kemampuan diri akan banyak menolong individu

tersebut.

b. Pendidikan

Peningkatan pendidikan dapat pula mengurangi rasa tidak mampu

untuk menghadapi stres. Semakin tinggi pendidikan seseorang

akan mudah dan semakin mampu menghadapi stres yang ada.

c. Financial/ Pendapatan

Aset berupa harta yang melimpah tidak akan menyebabkan

individu tersebut mengalami stres berupa kekacauan finansial, bila

hal ini terjadi dibandingkan orang lain yang aset finasialnya

terbatas.

d. Keluarga

Lingkungan kecil dimulai dari lingkungan keluarga, peran

pasangan dalam hal ini sangat berarti dalam memberi dukungan.

Istri dan anak yang penuh pengertian serta dapat mengimbangi

kesulitan yang dihadapi suami akan dapat memberikan bumper

kepada kondisi stres suaminya.


16

e. Obat

Dalam bidang Psikiatri dikenal obat- obatan yang tergolong dalam

kelompok anti ansietas. Obat- obat ini mempunyai kasiat

mengatasi ansietas sehingga penderitanya cukup tenang.

f. Sosial Budaya Suport.

Dukungan sosial dan sumber- sumber masyarakat serta lingkungan

sekitar individu akan sangat membantu seseorang dalam

menghadapi stresor, pemecahan masalah bersama- sama dan tukar

pendapat dengan orang disekitarnya akan membuat situasi individu

lebih siap menghadapi stres yang akan datang.

g. Terapi Musik

Terapi musik merupakan salah satu alternatif yang dapat diberikan

untuk mengurangi respon kecemasan. Hal ini dapat membantu

pasien menjadi rileks dan dapat memperbaiki berbagai aspek

kesehatan fisik serta dapat mengontrol diri sehingga dapat

mengambil respon yang tepat saat berada dalam situasi

menegangkan.

4. Tingkat Kecemasan

Menurut Stuart (2012), tingkat kecemasan dibagi empat, yaitu :

a. Kecemasan Ringan

Berhuhungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari

menyebabkan seseorang jadi waspada dan meningkatkan lahan


17

persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi belajar serta menghasilkan

kreativitas.

b. Kecemasan Sedang

Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal penting dan

mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang mengalami perhatian

selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.

c. Kecemasan Berat

Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung

untuk memusatkan sesuatu yang terinci dan spesifik serta tidak dapat

berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi

ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk

dapat memusatkan pada orang lain.

d. Panik

Berhubungan dengan ketakutan dan teror, karena mengalami

kehilangan kendali orang yang mengalami panik tidak mampu

melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan

disorganisasi kepribadian, peningkatan aktivitas motorik, menurunnya

kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi

menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat

kecemasan tidak sebagian sejalan dengan kehidupan dan jika

berlangsung terus dalam waktu yang lama dapat terjadi kelelahan.


18

5. Karakteristik Tingkat Kecemasan

a. Kecemasan Ringan

1) Fisik: Sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat,

gejala ringan berkeringat.

2) Kognitif : Lapang persepsi meluas, mampu menerima rangsang

kompleks, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah

aktual.

3) Perilaku dan emosi: Tidak dapat duduk dengan tenang, tremor

halus pada tangan, suara kadang-kadang meninggi.

b. Kecemasan Sedang

1) Fisik: Sering nafas pendek, nadi ekstra sistole, tekanan darah

meningkat, mulut kering, anoreksia, diare atau kontipasi,gelisah

2) Kognitif : Lapang persepsi meningkat, tidak mampu menerima

rangsang lagi, berfokus pada apa yang menjadi perhatianya

3) Perilaku dan emosi: Gerakan tersentak-sentak, meremas tangan,

bicara lebih banyak dan cepat, susah tidur dan perasaan tidak aman

c. Kecemasan Berat

1) Fisik : Nafas pendek nadi dan tekanan darah meningkat,

berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur dan ketegangan.

2) Kognitif : Lapang persepsi sangat sempit dan tidak mampu

menyelesaikan masalah.

3) Perilaku dan emosi : Perasaan ancaman meningkat, verbalisasi

cepat.
19

d. Kecemasan Panik

1) Fisik : Nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi sakit dada, pucat,

hipotensi, koordinasi motorik rendah.

2) Kognitif : Lapang persepsi sangat menyempit tidak dapat berpikir

logis.

3) Perilaku dan emosi: Agitasi, mengamuk, marah ketakutan,

berteriak, blocking, kehilangan kontrol diri, persepsi datar.

6. Ukuran Skala Kecemasan

Menurut Nursalam (2014) alat ukur kecemasan dalam penelitian

dapat menggunakan HRS-A (Hamilton Scale for Anxiety) yang terdiri atas

14 kelompok gejala, masing-masing kelompok gejala diberi penliaian

antara 0-4 dengan penilaian sebagai berikut :

a. Skor 0    : Tidak ada gejala sama sekali

b. Skor 1    : 1 Dari gejala yang ada

c. Skor 2    : Separuh dari gejala yang ada

d. Skor 3    : Lebih dari separuh gejala yang ada

e. Skor 4    : Semua gejala ada

Penilaian hasil yaitu dengan menjumlahkan nilai skor item 1 sampai

dengan     14 dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Skor < 6 = Tidak ada kecemasan

b. Skor 6-14 = Kecemasan ringan

c. Skor 15-27 = Kecemasan sedang

d. Skor > 27 = Kecemasan berat


20

Tabel 2.1 Pengukuran Kecemasan

Nilai angka/skor
No Gejala Kecemasan Kode
0 1 2 3 4
1 Perasaan cemas (ansietas)Cemas
- Firasat buruk
- Takut akan pikiran sendiri
- Mudah tersinggung
2 Ketegangan :
- Merasa tegang
- Lesu
- Tidak bisa istirahat tenang
- Mudah terkejut
- Mudah menangis
- Gemetar
- Gelisah
3 Ketakutan
- Pada gelap
- Pada orang asing
- Ditinggal sendiri
- Pada binatang besar
- Pada keramaian lalulintas
- Pada kerumunan orang banyak
4 Gangguan tidur :
- Sukar masuk tidur
- Terbangun malam hari
- Tidur tidak nyeyak
- Bangun dengan lesu
- Banyak mimpi - mimpi
- Mimpi buruk
- Mimpi menakutkan

5 Gangguan kecerdasan :
- Sukar konsentrasi
- Daya ingat menurun
- Daya ingat buruk
6 Perasaan depresi (murung)
- Hilangnya minat
- Berkurangnya kesenangan pada
hobi
- Sedih
- Bangun dini hari
- Perasaan berubah-ubah sepanjang
hari
21

7 Gejala somatick/fisik (otot)


- Sakit dan nyeri di otot-otot
- Kaku
- Kedutan otot
- Gigi gemerutuk
- Suara tidak stabil
8 Gejala somatik/fisik (sensorik)
- Tinitus (telinga bordering)
- Penglihatan kabur
- Muka merah atau pucat
- Merasa lemas
- Perasaan di tusuk-tusuk
9 Gejala kardiovaskuler (jantung dan
pembuluh darah)
- Takikardia (denyut jantung cepat)
- Berdebar-debar
- Nyeri di dada
- Denyut nadi mengeras
- Rasa lesu/lemas seperti mau
pingsan
- Detak jantung menhilang berhenti
sekejap
10 Gajala respiratori (pernafasan)
- Rasa tertekan atau sempit di dada
- Rasa tercekik
- Sering menarik nafas
- Nafas pendek /sesak
11 Gejala gastrointestinal (pencernaan)
- Sulit menelan
- Perut melilit
- Gangguan pencernaan
- Nyeri sebelum dan sesudah
makan
- Perasaan terbakar diperut
- Rasa penuh atau kembung
- Mual
- Muntah
- Buang air besar lembek
- Sukar buang air besar (konstipasi)
- Kehilangan berat badan
12 Gejala urogenital (perkemihan dan
kelamin)
- Sering buang air kecil
22

- Tidak dapat menahan air seni


- Tidak datang bulan tidak haid
- Darah haid berlebihan
- Darah haid amat sedikit
- Masa haid berkepanjangan
- Masa haid amat pendek
- Haid beberapa kali dalam sebulan
- Menjadi dingin (frigid)
- Ejakulasi dini
- Ereksi melemah
- Ereksi hilang
- Impotensi
13 Gejala autonom
- Mulut kering
- Muka merah
- Mudah berkeringat
- Kepala pusing
- Kepala terasa berat
- Kepala terasa sakit
- Bulu-bulu berdiri
14 Tingkah laku (sikap) pada wawancara
- Gelisah
- Tidak tenang
- Jadi gemetar
- Kerut kening
- Muka tegang
- Otot tegang/mengeras
- Nafas pendek dan cepat
- Muka merah
Total skor

C. Musik

1. Defenisi Musik

Musik adalah segala sesuatu yang menyenangkan, mendatangkan

keceriaan, mempunyai irama (ritme), melody, timbre (tone colour) tertentu

untuk membantu tubuh dan pikiran saling bekerja sama (Fauzi, 2016).

Musik memberi nuansa yang bersifat menghibur, menumbuhkan suasana


23

yang menenangkan dan menyenangkan seseorang, sehingga musik tidak

hanya berpengaruh terhadap kecerdasan berfikir saja tetapi juga

kecerdasan emosi (Sari, 2014).

Sedangkan menurut Bernstein & Picker (dalam Djohan, 2016)

musik adalah suara yang diorganisir ke dalam waktu. Musik juga bentuk

seni tingkat tinggi yang dapat mengakomodir interpretasi dan kreativitas

individu. Sekelompok orang dalam kegiatan musik tidak pernah

menunjukkan adanya 2 orang yang mengekspresikan musik dengan cara

yang mutlak sama.

Lebih jelas lagi Campbell (2012) mendefinisikan musik sebagai

bahasa yang mengandung unsur universal, bahasa yang melintasi batas

usia, jenis kelamin, ras, agama, dan kebangsaan. Musik muncul disemua

tingkat pendapatan, kelas sosial, dan pendidikan. Musik berbicara kepada

setiap orang dan kepada setiap spesies.

2. Jenis-Jenis Musik

Seiring dengan perkembangan dan kemajuan tehnologi juga

semakin meningkatkan jenis-jenis musik seperti musik Rok, musik Contry,

Musik Jazz, musik Barok, musik Klasik (Mozart), dll. Sebagian dari musik

ini dapat digunakan untuk merangsang kecerdasan, walau demikian bukan

berarti musik lain tidak berpengaruh sama sekali (Satiadarma, 2014).

3. Manfaat Musik

Musik adalah pengatur yang baik membentuk tubuh dan pikiran

untuk saling bekerjasama. Musik berguna untuk (1) memberi pengulangan


24

yang menguatkan pembelajaran (2) memberi ketukan yang berirama yang

membantu koordinasi (3) memberi pola yang membimbing guna

mengantisipasi apa yang akan terjadi berikutnya (4) memberi kata-kata

yang menyatukan bahasa dan kemampuan membaca (5) memberi melodi

yang menarik hati dan perhatian dengan kegembiraan (Sari, 2015).

Menurut Fauzi (2016), musik memberi pengaruh yang kuat untuk (1)

Membantu perkembangan otak bayi (2) Membantu perkembangan bahasa

(3) Menjadi jembatan belajar membaca (4) Memberi perangkat bagi

mental untuk memecahkan masalah (5) meningkatkan keterampilan

kognitif dan perilaku (6) Menumbuhkan rasa percaya diri.

D. Terapi Musik

1. Pengertian Terapi Musik

Terapi musik adalah materi yang mampu mempengaruhi kondisi

seseorang baik fisik maupun mental. Musik memberi rangsangan

pertumbuhan fungsi-fungsi otak seperti fungsi ingatan, belajar,

mendengar, berbicara, serta analisis intelek dan fungsi kesadaran

(Satiadarma, 2014). Terapi musik merupakan suatu disiplin ilmu yang

rasional yang memberi nilai tambah pada musik sebagai dimensi baru

secara bersama dapat mempersatukan seni, ilmu pengetahuan dan emosi

(Widodo, 2012).

Terapi musik adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental

dengan rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre,
25

bentuk dan gaya yang diorganisir sedemikian rupa hingga tercipta musik

yang bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental. (Muttaqin & Kustap,

2014).

Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

musik adalah suatu hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau

komposisi musik yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya

melalui unsur-unsur musik yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk dan

struktur lagu dan ekspresi sebagai satu kesatuan.

2. Jenis Terapi Musik

Pada dasarnya hampir semua jenis musik bisa digunakan untuk

terapi musik. Namun kita harus tahu pengaruh setiap jenis musik terhadap

pikiran. Setiap nada, melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan gaya

musik akan memberi pengaruh berbeda kepada pikiran dan tubuh kita.

Dalam terapi musik, komposisi musik disesuaikan dengan masalah atau

tujuan yang ingin kita capai. Ada dua macam metode terapi music, yaitu

a. Terapi Musik Aktif.

Dalam terapi musik aktif pasien diajak bernyanyi, belajar main

menggunakan alat musik, menirukan nada-nada, bahkan membuat lagu

singkat. Dengan kata lain pasien berinteraksi aktif dengan dunia musik.

Untuk melakukan Terapi Musik aktif tentu saja dibutuhkan bimbingan

seorang pakar terapi musik yang kompeten.

b. Terapi Musik Pasif.


26

Ini adalah terapi musik yang murah, mudah dan efektif. Pasien tinggal

mendengarkan dan menghayati suatu alunan musik tertentu yang

disesuaikan dengan masalahnya. Hal terpenting dalam terapi musik

pasif adalah pemilihan jenis musik harus tepat dengan kebutuhan

pasien. Oleh karena itu, ada banyak sekali jenis CD terapi musik yang

bisa disesuaikan dengan kebutuhan pasien.

3. Manfaat Terapi Musik

Menurut Campbell (2012) ada banyak sekali manfaat terapi musik,

menurut para pakar terapi musik memiliki beberapa manfaat utama, yaitu

a. Relaksasi, Mengistirahatkan Tubuh dan Pikiran

Manfaat yang pasti dirasakan setelah melakukan terapi musik adalah

perasaan rileks, tubuh lebih bertenaga dan pikiran lebih fresh. Terapi

musik memberikan kesempatan bagi tubuh dan pikiran untuk

mengalami relaksasi yang sempurna. Dalam kondisi relaksasi

(istirahat) yang sempurna itu, seluruh sel dalam tubuh akan mengalami

re-produksi, penyembuhan alami berlangsung, produksi hormon tubuh

diseimbangkan dan pikiran mengalami penyegaran.

b. Meningkatkan Kecerdasan

Ketika seorang ibu yang sedang hamil sering mendengarkan terapi

musik, janin di dalam kandungannya juga ikut mendengarkan. Otak

janin pun akan terstimulasi untuk belajar sejak dalam kandungan. Hal

ini dimaksudkan agar kelak si bayi akan memiliki tingkat intelegensia


27

yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang dibesarkan tanpa

diperkenalkan pada musik.

c. Meningkatkan Motivasi

Motivasi adalah hal yang hanya bisa dilahirkan dengan perasaan dan

mood tertentu. Apabila ada motivasi, semangat pun akan muncul dan

segala kegiatan bisa dilakukan. Begitu juga sebaliknya, jika motivasi

terbelenggu, maka semangat pun menjadi luruh, lemas, tak ada tenaga

untuk beraktivitas. Dari hasil penelitian, ternyata jenis musik tertentu

bisa meningkatkan motivasi, semangat dan meningkatkan level energi

seseorang.

d. Pengembangan Diri

Musik ternyata sangat berpengaruh terhadap pengembangan diri

seseorang. Musik yang didengarkan seseorang juga bisa menentukan

kualitas pribadi seseorang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang

yang punya masalah perasaan, biasanya cenderung mendengarkan

musik yang sesuai dengan perasaannya. Misalnya orang yang putus

cinta, mendengarkan musik atau lagu bertema putus cinta atau sakit

hati. Dan hasilnya adalah masalahnya menjadi semakin parah. Dengan

mengubah jenis musik yang didengarkan menjadi musik yang

memotivasi, dalam beberapa hari masalah perasaan bisa hilang dengan

sendirinya atau berkurang sangat banyak. Seseorang bisa mempunyai


28

kepribadian yang diinginkan dengan cara mendengarkan jenis musik

yang tepat.

e. Meningkatkan Kemampuan Mengingat

Terapi musik bisa meningkatkan daya ingat dan mencegah kepikunan.

Hal ini bisa terjadi karena bagian otak yang memproses musik terletak

berdekatan dengan memori. Sehingga ketika seseorang melatih otak

dengan terapi musik, maka secara otomatis memorinya juga ikut

terlatih. Atas dasar inilah terapi musik banyak digunakan di sekolah-

sekolah modern di Amerika dan Eropa untuk meningkatkan prestasi

akademik siswa. Sedangkan di pusat rehabilitasi, terapi musik banyak

digunakan untuk menangani masalah kepikunan dan kehilangan

ingatan.

f. Kesehatan Jiwa

Seorang ilmuwan Arab, Abu Nasr al-Farabi (873-950M) dalam

bukunya ''Great Book About Music'', mengatakan bahwa musik

membuat rasa tenang, sebagai pendidikan moral, mengendalikan

emosi, pengembangan spiritual, menyembuhkan gangguan psikologis.

Pernyataannya itu tentu saja berdasarkan pengalamannya dalam

menggunakan musik sebagai terapi. Sekarang di zaman modern, terapi

musik banyak digunakan oleh psikolog maupun psikiater untuk


29

mengatasi berbagai macam gangguan kejiwaan, gangguan mental atau

gangguan psikologis.

g. Mengurangi Rasa Sakit

Musik bekerja pada sistem saraf otonom yaitu bagian sistem saraf yang

bertanggung jawab mengontrol tekanan darah, denyut jantung dan

fungsi otak, yang mengontrol perasaan dan emosi. Menurut penelitian,

kedua sistem tersebut bereaksi sensitif terhadap musik. Ketika kita

merasa sakit, kita menjadi takut, frustasi dan marah yang membuat kita

menegangkan otot-otot tubuh, hasilnya rasa sakit menjadi semakin

parah. Mendengarkan musik secara teratur membantu tubuh relaks

secara fisik dan mental, sehingga membantu menyembuhkan dan

mencegah rasa sakit. Dalam proses persalinan, terapi musik berfungsi

mengatasi kecemasan dan mengurangi rasa sakit. Sedangkan bagi para

penderita nyeri kronis akibat suatu penyakit, terapi musik terbukti

membantu mengatasi rasa sakit.

h. Menyeimbangkan Tubuh

Menurut penelitian para ahli, stimulasi musik membantu

menyeimbangkan organ keseimbangan yang terdapat di telinga dan

otak. Jika organ keseimbangan sehat, maka kerja organ tubuh lainnya

juga menjadi lebih seimbang dan lebih sehat.

4. Mekanisme Kerja Terapi Musik Dalam Kesehatan

Bagaimana sebenarnya mekanisme kerja musik dapat mengurangi

rasa sakit, stres, kecemasan maupun menurunkan tekanan darah masih


30

dalam kajian dan kontroversi. Dalam mengurangi rasa sakit, muncul

beberapa teori yang menyatakan bahwa musik mempengaruhi system

autonomik, merangsang kelenjar hipofisis yang menyebabkan keluarnya

endorfin (opiat alami), sehingga terjadi penurunan rasa sakit dan akan

menyebabkan berkurangnya penggunaan analgetik (Hatem et al, 2012).

Dalam hal penurunan tekanan darah dan stres diduga bahwa

konsentrasi katekolamin plasma mempengaruhi aktivasi

simpatoadrenergik, dan juga menyebabkan terjadinya pelepasan

stressreleased hormones. Pemberian musik dengan irama lambat akan

mengurangi pelepasan katekolamin kedalam pembuluh darah, sehingga

konsentrasi katekolamin dalam plasma menjadi rendah (Yamamoto et al,

2013). Hal ini mengakibatkan tubuh mengalami relaksasi, denyut jantung

berkurang dan tekanan darah menjadi turun.

E. Musik Klasik

Istilah musik klasik terdiri dari dua kata, yaitu musik dan klasik.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, musik adalah seni menyusun nada

atau suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal untuk

menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai kesatuan dan

kesinambungan. Sementara kata klasik, menurut KBBI yaitu karya sastra yang

bernilai tinggi serta langgeng dan sering dijadikan tolak ukur atau karta sastra

zaman kuno yang bernilai kekal. Jadi musik klasik adalah nada atau suara

yang disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan


31

keharmonisan yang merupakan suatu karya sastra zaman kuno yang bernilai

tinggi.

Musik klasik dapat diartikan sebagai berikut: musik yang berasal dari

masa lalu, namun tetap disukai hingga kini; musik yang berasal dari masa

sekitar akhir abad ke 18, semasa hidup kompanis Hayden dan Mozart, yang

jadi dikenal sebagai periode klasik; musik yang perbuatan dan penyajiannya

memakai bentuk, sifat, dan gaya dari musik yang berasal dari masa lalu

(Dagun dalam Yuhana, 2010: 51) Menurut Utomo (dalam Yuhana, 2010: 56)

musik klasik adalah jenis musik yang menggunakan tangga nada diatonis,

yakni sebuah tangga nada yang menggunakan aturan dasar teori perbandingan

serta music klasik telah mengenal harmoni yaitu hubungan nada-nada

dibunyikan serempak dalam akord-akord serta menciptakan struktur musik

yang tidak hanya berdasar pada pola-pola ritme dan melodi

Musik klasik mempunyai fungsi menenangkan pikiran dan katarsis

emosi, serta dapat mengoptimalkan tempo, ritme, melodi dan harmoni yang

teratur dan dapat menghasilkan gelombang alfa serta gelombang beta dalam

gendang telinga sehingga memberikan ketenangan yang membuat otak siap

menerima masukan baru, efek rileks dan menidurkan (Nurseha & Djaafar,

2002). Selain itu musik klasik berfungsi mengatur hormonhormon yang

berhubungan dengan stres antara lain ACHT, prolaktin, dan hormon

pertumbuhan serta dapat mengurangi nyeri (Campbell, 2002).

Musik klasik memiliki perangkat musik yang beraneka ragam,

sehingga didalamnya terangkum warna-warni suara yang rentang variasinya


32

sangat luas. Dengan kata lain variasi bunyi pada musik klasik jauh lebih kaya

daripada variasi bunyi musik lainnya. Karenanya music klasik menyediakan

variasi stimulasi yang sedemikian luasnya bagi pendengar. Menurut Campbell

(2002) musik-musik Mozart memiliki keunggulan akan kemurnian dan

kesederhanaan bunyi-bunyi yang dimunculkannya, irama, melodi, dan

frekuensi-frekuensi tinggi pada music Mozart merangsang dan memberi daya

pada daerah-daerah kreatif dan motivasi dalam otak. Musik Mozart memberi

rasa nyaman tidak saja ditelinga tetapi juga bagi jiwa yang mendengarnya.

Gubahan-gubahan musik klasik ini, bila rajin diperdengarkan akan memberi

efek keseimbangan emosi dan ketenangan.

Utomo (dalam Yuhana, 2010: 55) mengatakan bahwa karakteristik

musik klasik yang menimbulkan relaksasi adalah musik klasik yang tempo

lambat atau musik klasik yang mempunyai bunyi lebih panjang dan lambat

karena akan menyebabkan detak jantung pendengarannya menjadi lebih

lambat sehingga ketegangan fisik menjadi lebih rendah dan menciptakan

ketegangan fisik.

Menurut Wigram, dkk (dalam Djohan, 2006) bila elemen music stabil

dan dapat diprediksi, maka subyek cenderung merasa rileks. Musikmusik

sedatif atau musik relaksasi, seperti halnya musik klasik akan menurunkan

detak jantung dan tekanan darah, menurunkan tingkat rangsang secara umum

sehingga membuat tenang pendengarnya. Wigram menyebutkan elemen musik

yang menyebabkan relaksasi yaitu sebagai berikut: tempo yang stabil;

stabilitas atau perubahan secara berangsurangsur pada volume, irama, timbre,


33

pitch, dan harmoni; tekstur yang konsisten; modulasi harmoni yang

terprediksi; kadens (konfigurasi melodi atau harmoni yang menimbulkan

kesan ketenangan dan resolusi) yang tepat; garis melodi yang terprediksi;

pengulangan materi struktur dan bentuk yang tetap; timbre yang mantap;

sedikit aksen.

F. Penelitian Terkait

1. Penelitian Stania (2014) diketahui bahwa terapi musik terbukti efektif

dalam menurunkan kecemasan pada pasien pre operasi di RSUP Prof. Dr.

R. D. Kandou Manado. Kesimpulan, penelitian diketahui bahwa terapi

music mampu menurunkan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di

RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado.

2. Penelitian Ichtiarfi Waryanuarita (2017) tentang pengaruh pemberian

terapi musik terhadap kecemasan pasien pre general anestesi di RS PKU

Muhammadiyah Yogyakarta, diperoleh hasil penelitian ada pengaruh

pemberian terapi musik terhadap kecemasan pada pasien pre general

anestesi di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Penelitian Bethari Pradnya Paramita (2016) tentang pengaruh terapi musik

terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien pra pembedahan sectio

caesar di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Pusura Tegalsari Surabaya. Hasil

analisis data dengan anakova menunjukkan bahwa terapi musik

berpengaruh terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien.


34

E. Kerangka Teori

Pembedahan / Operasi
- Pre Operasi
- Post Operasi

Kecemasan Pasien Pre


Operasi

Penatalaksanaan Kecemasan

Terapi Farmakologis Terapi Non Farmakologis :


Pemberian obat Derivat
- Distraksi
diazepam, Alprazolam,
Propanolol, dan - Relaksasi
Amitriptilin
- Terapi Musik

Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
35

Diagram 2.1 Kerangka Teori Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Tingkat
Kecemasan Pasien Pre Operasi Bedah Mayor (Sumber : Stuart &
Laraia, 2012)

Anda mungkin juga menyukai