Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN
INFEKSI SYSTEM REPRODUKSI (PMS)

Kelompok 3 :
1. Lukman nurhakim (200114024)
2. Nazma alayka salma (200114034)
3. Novianty angella G (200114122)
4. Maulida fitria (200114028)
5. Vitra widianti (200114051)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


STIKES ABDI NUSANTARA JAKARTA
2020 / 2022

1
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit menular seksual (PMS), adalah infeksi yang umumnya
menyebar melalui aktivitas seksual, terutama hubungan seks melalui vagina,
seks anal, dan seks oral. Biasanya, pada awalnya PMS tidak menimbulkan
gejala. Istilah penyakit menular seksual semakin banyak digunakan, karena
memiliki cakupan pada orang yang mungkin terinfeksi dan menginfeksi orang
lain dengan tanda-tanda kemunculan penyakit. Penyakit menular seksual juga
dapat ditularkan melalui jarum suntik, kelahiran, dan menyusui. Infeksi
penyakit menular seksual telah diketahui selama ratusan tahun lamanya.
Penting untuk diperhatikan bahwa kontak seksual tidak hanya
hubungan seksual melalui alat kelamin. Sebetulnya, tidak ada kontak seksual
yang dapat benar-benar disebut sebagai “seks aman”. Satu-satunya yang betul-
betul “seks aman” adalah abstinensi. Hubungan seks dalam konteks hubungan
monogami di mana kedua individu bebas dari PMS juga dianggap “aman”.
Kebanyakan orang menganggap berciuman sebagai aktivitas yang aman.
Sayangnya, sifilis, herpes dan penyakit-penyakit lain dapat menular lewat
aktivitas yang nampaknya tidak berbahaya. Semua bentuk lain kontak seksual
juga berisiko.
3

A. Pengertian Penyakit Menular Seksual (PMS)


Penyakit menular seksual, atau PMS adalah berbagai infeksi yang dapat menular dari
satu orang ke orang yang lain melalui kontak seksual. Hampir seluruh PMS dapat diobati.
Namun, bahkan PMS yang mudah diobati seperti gonore telah menjadi resisten terhadap
berbagai antibiotik generasi lama. PMS lain, seperti herpes, AIDS, dan kutil kelamin,
seluruhnya adalah PMS yang disebabkan oleh virus, belum dapat disembuhkan.Beberapa dari
infeksi tersebut sangat tidak mengenakkan, sementara yang lainnya bahkan dapat mematikan.
Sifilis, AIDS, kutil kelamin, herpes, hepatitis, dan bahkan gonore seluruhnya sudah pernah
dikenal sebagai penyebab kematian. Beberapa PMS dapat berlanjut pada berbagai kondisi
seperti Penyakit Radang Panggul (PRP), kanker serviks dan berbagai komplikasi kehamilan.
Sehingga, pendidikan mengenai penyakit ini dan upaya-upaya pencegahan penting untuk
dilakukan.
Infeksi saluran reproduksi (ISR) adalah masuk dan berkembangbiaknya kuman
penyebab infeksi kedalam saluran reproduksi. Kuman penyebab infeksi tersebut dapat berupa
bakteri, jamur, virus dan parasit.Perempuan lebih mudah terkena ISR dibandingkan laki-laki,
karena saluran reproduksi perempuan lebih dekat ke anus dan saluran kencing. ISR pada
perempuan juga sering tidak diketahui , karena gejalanya kurang jelas dibandingkan laki-laki.

A. Gejala

1. Gejala umum

1) Rasa sakit atau gatal di kelamin 

2) Muncul benjolan, bintik atau luka disekitar kelamin 

3) Keluar cairan yang tidak biasa dan bau dari alat kelamin 

4) Terjadinya pembengkakan di pangkal paha

2. GEJALA PADA PEREMPUAN

1) Dampaknya lebih serius dan sulit didiagnosa karena umumnya asimptomatik 

2) Keluar cairan yang tidak biasa dan berbau tidak enak dari alat kelamin 

3) Keluar darah bukan pada masa haid 


4

4) Sakit pada saat berhubungan seks 

5) Rasa sakit pada perut bagian bawah 

Menjadi beban tersembunyi bagi perempuan karena merasa bersalah dan malu berobat

3. GEJALA PADA LAKI-LAKI

1) Terasa sakit saat kencing 

2) Keluar cairan/nanah dari alat kelamin 

3) Terjadi pembengkakan pada buah pelir dan terasa sakit atau panas 

B. Jenis-jenis Penyakit Menular Seksual (PMS)


1. Klamidia
Klamidia adalah PMS yang sangat berbahaya dan biasanya tidak menunjukkan
gejala; 75% dari perempuan dan 25% dari pria yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala
sama sekali.
2. Gonore
Gonore adalah salah satu PMS yang sering dilaporkan. 40% penderita akan
mengalami Penyakit Radang Panggul (PRP) jika tidak diobati, dan hal tersebut dapat
menyebabkan kemandulan.
3. Hepatitis B
Vaksin pencegahan untuk penyakit Hepatitis B sudah ada, tapi sekali terkena
penyakit ini tidak dapat disembuhkan; dapat menyebabkan kanker hati.

4. Herpes
Gejala penyakit herpes yaitu terasa nyeri dan dapat hilang timbul; dapat diobati
untuk mengurangi gejala.
5. HIV/AIDS
HIV/AIDS dikenal pertama kali pada tahun 1984, AIDS adalah penyebab
kematian ke enam pada laki-laki dan perempuan muda. Virus ini fatal dan menimbulkan
rasa sakit yang cukup lama sebelum kemudian meninggal.
5

6. Human Papilloma Virus (HPV) dan Kutil kelamin


Human Papilloma Virus (HPV) dan Kutil kelamin adalah PMS yang paling sering
menyerang, 33% dari perempuan memiliki virus ini, yang dapat menyebabkan kanker
serviks dan penis serta nyeri pada kelamin.
7. Sifilis
Sifilis jika tidak diobati dapat menyebabkan kerusakan otak dan hati yang serius.
8. Trikomoniasis
Trikomoniasis dapat menyebabkan keputihan yang berbusa atau tidak ada gejala
sama sekali. Pada perempuan hamil dapat menyebabkan kelahiran prematur.
9. IMS – ISR
Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) adalah terminologi umum yang digunakan untuk tiga jenis

infeksi pada saluran reproduksi:

1. ISR endogen adalah jenis ISR yang paling umum di dunia. Timbul akibat pertumbuhan tidak

normal, organisme yang seharusnya tumbuh normal didalam vagina, antara lain vaginosis

bakteri dan kandidiasis yang mudah disembuhkan.

2. ISR iatrogenik atau yang berhubungan dengan prosedur medis adalah infeksi yang

disebabkan masuknya mikroorganisme kedalam saluran reproduksi melalui prosedur medis

yang kurang atau tidak steril, antara lain induksi haid, aborsi, pemasangan AKDR, peristiwa

persalinan atau apabila infeksi sudah ada dalam slauran reproduksi bagian bawah menyebar

melalui mulut rahim hingga ke saluran reproduksi bagian atas. Gejala yang mungkin timbul,

antara lain rasa sakit disekitar panggul, demam tinggi secara tiba-tiba, menggigil , haid tidak

teratur, cairan vagina yang tidak normal dan timbul rasa sakit saat berhubungan seksual.

3. PMS adalah sebagian ditularkan melalui hubungan seksual dengan pasangan yang telah

terinfeksi.
6

C. Dampak Penyakit Menular Seksual (PMS)


Perempuan di bawah usia 16 tahun yang pernah melakukan hubungan seks bebas
akan beresiko tinggi terkena kanker serviks, beresiko tertular penyakit menular seksual
(PMS), mengalami Penyakit Radang Panggul (PRP) yang bisa menyebabkan kemandulan.
Terjadinya KTD (Kehamilan yang Tidak Diinginkan) hingga tindakan aborsi yang dapat
menyebabkan gangguan kesuburan, kanker rahim, cacat permanen bahkan berujung pada
kematian.
B. Dampak psikologis yang sering kali terlupakan ketika terkena PMS adalah akan selalu

muncul rasa bersalah, marah, sedih, menyesal, malu, kesepian, tidak punya bantuan,

bingung, stres, benci pada diri sendiri, benci pada orang yang terlibat, takut tidak jelas,

insomnia (sulit tidur), kehilangan percaya diri, gangguan makan, kehilangan konsentrasi,

depresi, berduka, tidak bisa memaafkan diri sendiri, mimpi buruk, merasa hampa, halusinasi,
7

sulit mempertahankan hubungan/komunikasi dengan sesama. Seorang remaja akan semakin

nekat/membangkang dan tidak patuh lagi pada orang tua, terlibat konfrontasi dengan sanak

saudara lainnya, melemahkan perekonomian, produktivitas menurun, kondisi fisik dan

mental yang menurun karena takut akan hukuman Tuhan.

C. Akibat ISR

Akibat ISR Pada perempuan dapat menyebabkan kehamilan diluar kandungan,

kemandulan, kanker leher rahim, meningkatkan resiko HIV, kelainan pada janin (BBLR,

infeksi bawaan sejak lahir, bayi lahir mati dan bayi lahir belum cukup umur).

Dampak negatif ISR sangat serius, terutama bagi perempuan, antara lain (Buzsa,

1999):

1. Komplikasi kehamilan

2. Penyakit Radang Panggul (PRP) yang dapat berkem-bang dan menyebabkan

kemandulan, kehamilan di luar kandungan, serta rasa sakit yang berkepan-jangan.

3. Meningkatkan risiko penularan HIV.

4. Banyak ISR yang gejala dan tanda-tandanya tidak dirasakan, terutama pada perempuan,

hingga ter-lambat untuk menghin-dari kerusakan pada organ reproduksi.

5. 30-70% kasus Human Papilloma Virus (HPV) berakhir dengan kanker mulut rahim

(serviks) yang merupakan kanker ter-banyak yang ditemukan pada perempuan, yaitu

370.000 kasus baru tiap tahunnya, dan 80% di antaranya di negara berkembang.

ISR dan berbagai penyakit yang ditimbulkannya tidak hanya berpengaruh terhadap

kesehatan tetapi juga tingkat produktivitas dan kualitas hidup perempuan maupun laki-laki,

yang pada akhirnya seluruh masyarakat.


8

ISR tidak seperti infeksi lainnya, mereka sangat lekat dengan stigma dan

merefleksikan adanya ketidaksetaraan antara perempuan dan laki-laki.

D. Penanggulangan Penyakit Menular Seksual (PMS)


1. Penanggulangan PMS terhadap Diri Sendiri
Beberapa cara yang bisa dilakukan dalam rangka pencegahan penyakit menular
seksual adalah:
a. Bersikap Setia dengan Pasangan
Yang menjadi penyebab dari penyakit menular seksual adalah karena
berganti-ganti pasangan. Berganti-ganti pasangan merupakan salah satu tren yang saat
ini sudah mewabah di masyarakat kota besar. Pemikiran-pemikiran seperti itulah
yang mendorong seseorang untuk terjun pada dunia hitam bernama pergaulan bebas.
Pencegahan penyakit menular seksual adalah dengan menghindari pergaulan bebas
dan bersikap setia dengan pasangan sah/halal. Ingatlah akan dampak yang akan
diterima ketika keinginan untuk melakukan penyimpangan tersebut ada. Dengan cara
bersikap setia pada pasangan merupakan salah satu antisipasi agar banyak orang yang
terhindar dari PMS. Apa susahnya bersikap setia dengan pasangan? Terlebih bila hal
tersebut bermanfaat bagi perkembangan generasi berkualitas kita semua.
b. Memastikan Jarum Suntik yang Kita Pakai Steril
Pencegahan penyakit menular seksual yang berikutnya adalah dengan cara
memastikan jarum suntik yang kita pakai steril dan tidak pernah dipakai oleh orang
yang mengidap PMS. Selain tertular lewat hubungan seksual, PMS juga ditularkan
melalui jarum suntik yang habis dipakai oleh pengidap PMS. Sebagai pasien, kita
berhak bertanya kepada dokter apakah jarum suntik yang dipakai steril. Jangan segan-
segan untuk meminta jarum suntik yang steril karena hal tersebut adalah hak kita
sebagai pasien.
c. Menjaga Kesehatan Organ Intim
Pencegahan penyakit menular seksual berikutnya adalah berusaha untuk tetap
membersihkan organ intim dan menjaga kesehatannya. Kadang-kadang kita mungkin
sering sembrono dengan membiarkan begitu saja atau dibersihkan ala kadarnya atas
9

organ intim kita. Padahal tentunya organ intim membutuhkan penanganan dan
perawatan khusus. Ada ungkapan yang menyatakan bahwa mencegah lebih baik
daripada mengobati. Itu sebabnya pencegahan penyakit menular seksual merupakan
langkah yang paling tepat daripada mengobati. Pencegahan artinya waspada
sedangkan mengobati berarti memperbaiki sesuatu yang sudah rusak.
d. Perkuat Sistem Kekebalan Tubuh
Perkuat sistem kekebalan tubuh dengan gaya hidup sehat, konsumsi sayur-
sayuran dan buah-buahan tinggi vitamin C/D/E, rutin berolahraga, dan pola hidup
yang teratur.
e. Lakukan Pemeriksaan Kesehatan
Lakukan pemeriksaan kesehatan rutin bila termasuk aktif secara seksual dan
terindikasi melakukan hubungan seks tidak aman.
2. Pencegahan PMS terhadap Keluarga
Keluarga menjadi salah satu kelompok tempat yang paling efektif dalam
penanggulangan PMS. Memberikan pemahaman akan dampak yang diakibatkan oleh
PMS di dalam keluarga memberikan pengertian pengaruh yang sangat besar. Keluarga
harus menganggap masalah PMS menjadi hal yang penting sehingga keharmonisan
berumah tangga dapat terjaga dan terhindar dari PMS. Beberapa hal yang dapat dilakukan
di keluarga:
a. Pencegahan non seksual dapat dilakukan dengan mengadakan pemeriksaan donor
darah sehingga darah akan terbebas dari HIV AIDS.
b. Penyuluhan yang intensif tentang bahaya penyakit HIV AIDS, PMS sangat penting.
Hindari seks bebas dan narkoba yang akan merusak generasi muda bangsa.
3. Penanggulangan PMS terhadap Masyarakat
a. Penyuluhan yang intensif tentang bahaya penyakit PMS sangat penting. Hindari seks
bebas dan narkoba yang akan merusak generasi muda bangsa.
b. Memberikan penyuluhan akan bahayanya penyakit menular seksual untuk itu mereka
harus mengerti akan arti pentingnya pencegahan penyakit menular seksual.
c. Memberitahu bagaimana cara-cara dalam pencegahan penyakit menular seksual.
d. Memberitahukan akan arti pentingnya pencegahan penyakit menular seksual.
e. Memberikan kesadaran akan arti pentingnya sikap setia.
10

f. Memberikan kesadaran apa akibat bila berganti-ganti pasangan.


g. Memberikan kesadaran apa akibat bila tidak bisa menjaga kebersihan organ intim.

E. Faktor Penghambat Proses Pencegahan Penyakit Menular Seksual (PMS)


Adapun hal-hal yang bisa menghambat proses pencegahan penyakit menular seksual
adalah:
1. Banyaknya masyarakat yang belum terlalu yakin akan pengetahuan mengenai PMS.
Mereka masih menganggap bahwa PMS adalah penyakit biasa yang tidak berisiko.
2. Banyak profesi-profesi yang melibatkan hal-hal yang bersifat vulgar dan profesi tersebut
tidak bisa dibabat habis bahkan makin bertambah dari waktu ke waktu.
3. Masyarakat yang kurang mendukung pelaksanaan program tersebut karena kurangnya
pengetahuan dan terbatasnya pendidikan.
4. Banyak orang-orang yang masih menyepelekan masalah penyakit menular seksual.
5. Banyak orang yang masih berpikiran bahwa PMS bisa disembuhkan sehingga mereka
masih menganggap PMS bukanlah masalah yang serius.
6. Banyak orang-orang yang baru sadar akan kesalahannya ketika mereka berbuat salah atau
dengan kata lain menyesal kemudian dan tidak ada gunanya.
7. Kurang adanya motivasi yang kuat dari beberapa kelompok masyarakat untuk
mencegahnya.
8. Sesungguhnya pencegahan penyakit menular seksual merupakan langkah yang tepat bila
seseorang ingin hidupnya terhindar dari masalah PMS.
9. Adanya  Duh tubuh  pada mitra seksual 

10. Umur <21 tahun 

11. >1pasangan seksual 

12. Pasangan seksual baru 3 bulan terakhir 

13. Belum menikah 

14. Pernah seks anal

15. Pernah berhubungan seksual  dengan PSK tanpa pelindung 


11

16. Pernah berhubungan seksual  dengan ODHA

17. Riwayat menderita ulkus kelamin,GO 

F. Pencegahan ISR

1. Mencegah infeksi baru dengan memutus jalur penularannya

2. ISR endogen dapat dicegah melalui peningkatan kebersihan individu, peningkatan

akses pada pelayanan kesehatan yang bermutu, promosi, mencari pengobatan ke

pelayanan kesehatan

3. ISR iatrogenik dapat dicegah melalui sterilisasi peralatan medis yang digunakan,

skrining atau pengobatan terhadap ISR sebelum melaksanakan prosedur medis.

4. PMS dapat dicegah dengan menghindari hubungan seksual atau dengan melakukan

hubungan seksual yang aman (monogami dan penggunaan kondom yang benar dan

konsisten.

Pemeriksaan Penunjang PMS

Pemeriksaan PMS meruuk pada beberapa metode berbeda untuk mendeteksi infeksi. Metode

pemeriksaan PMS bergantung pada penyakit yang dicurigai. Adapun pemeriksaan penunjang

yang paling umum dilakukan untuk mengetahui adanya PMS (penyakit menular seksual)

meliputi pemeriksaan gonore, sifilis, dan bacterial vaginosis. Rapid test digunakan untuk

pemeriksaan sifilis. Bahan pemeriksaannya berupa sekret vagina dan darah kapiler. Pemeriksaan

gonore menggunakan sampel sekret vagina yang dibuat preparat dan pemeriksaannya dilakukan

secara mikroskopik dengan pewarnaan Gram. Pemeriksaan laboratorium sederhana dengan

pewarnaan Gram ini dilakukan untuk melihat diplokokus Gram negative intraseluler leukosit
12

polimorfonuklear (Khariri dkk, 2019).

PATHWAY

BAB II

Diagnose keperawatan

1. Risiko infeksi
Kategori : lingkungan
Sub kategori : keammanan dan prokteksi

Definisi :
Berisiko mengala I peningktan yterserang organisme patogenik

Faktor resiko :
1. Penyakit kronis ( mis, diabetes mellitus)
2. Efek prosedur invasif
13

3. Malnutrisi
4. Peningkatan apparan organisme pathogen lingkungan
5. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer :
 Gangguan peristatik
 Kerusakan intergrasi kulit
 Perubahan seksresi ph
 Penuruanan kerja siliaaris
 Ketuban pecah lama
 Ketuban pecah sebelum waktu nya
 Merokok
 Statis cairan tubuh
6. Ketidkadekuatan pertahn tubuh sekunder
 Penurunana hemoglobin
 Imununosupresi
 Leukopenia
 Supresi respon inflamasi
 Vaksinansi tidak adekuat

Kondisi klinis terkait

1. AIDS
2. Luka bakar
3. Penykait paru obstruktif kronis
4. Diabetes militus
5. Tindakan invasif
6. Kondidi penggunan terapi steroid
7. Penyalah gunan obat
8. Ketuban pecah sebelum waktu nya (KPSW)
9. Kanker
10. Gagal ginjal
11. Imunosupresi
12. Lymphedema
13. Leukositopenia
14. Gangguan fungsi hati

Risiko infeksi

Luaran utama Tingkat infeksi


Luaran tambahan Intergrasi kulit dan jaringan
Control resikio
Status imun
Status nutrisi

Tingkat infeksi

Definisi :
14

Derajat infeksi berdasarkan observasi atau sumber informasi

Ekspetasi : menurun

Kreteria hasil :

Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat


menurun meningkat
Kebersihan 1 2 3 4 5
tangan
Kebersihan 1 2 3 4 5
badan
Nafsu makan 1 2 3 4 5

Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat


menurun meningkat
Demam 1 2 3 4 5
Kemerahan 1 2 3 4 5
Nyeri 1 2 3 4 5
Bengkak 1 2 3 4 5
Vesikel 1 2 3 4 5
Cairan berbau 1 2 3 4 5
busuk
Sputum 1 2 3 4 5
berwarna
hijau
Pluria 1 2 3 4 5
Priode malaise 1 2 3 4 5
Priode menggil 1 2 3 4 5
Letargi 1 2 3 4 5
Gangguan 1 2 3 4 5
kognitif

Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat


menurun meningkat
Kadar sel putih 1 2 3 4 5
Kultur darah 1 2 3 4 5
Kultur urine 1 2 3 4 5
Kultur sputum 1 2 3 4 5
Kultur area 1 2 3 4 5
luka
Kultur fases 1 2 3 4 5
Kadar sel 1 2 3 4 5
darah putih

Resiko infeksi
15

Intervensi utama

Manajemen imunisasi/vaksinasi : pencegahan infeksi

Intervensi pendukung
Dukungan pemeliharahan rumah Pengaturan posisi
Dukungan perawatan diri : mandi Perawatan amputasi
Edukasi pencegahan luka tekan Perawtan area insisi
Edukasi seksualitas Perawatan kehamilan resiko tinggi
Latihan batuk efektif Perawatan luka
Manajemen latihan jalan nafas Perawatan luka bakar
Manajemen imunisasi/ vaksinasi Perawatan luka tekan
Manajemen lingkungan Perawatan pasca melahirkan
Manajemen nutrsi Perawat perenium
Manajemen medikasi Perawatan persalinan
Pemantauan elektrolit Perawatan persaliana resiko tinggi
Pemantauan nutrisi Perawatan selang
Pemantauan tanda tanda vital Perawatan selang dada
Pemeberian obat Perawatan selang gastreointestinal
Pemeberian obat intravena Perawatan selang umbilical
Pemeberian obat oral Perawatan sirkumsisi
Pencegahan luka tekan Perawatan terminasi kehamilan

Manajemen imunisasi / vaksinasi

Definisi :

Mengidentifikasi dan mengelola pemberian pemberian kekebalan tubuh secara katif dan pasif

Tindakan :

Observasi :

- Identifikasi riwayat kesehatan dan riwayat alergi


- Idetifikasi kontraindikasi pemeberian imunisasi (mis, reaksi anafilaksiis terhadap vaksinasi
sebelum nya atau sakit parah dnegan atau tanpa demam )
- Identifikasi stausu imunisasi setiap kunjungan ke pelayayana kesehatan

Terapeutik :

- Berikan sunrikan pada bayi di bagian paha anterolaterl


- Dokumentasikan informasi vaksinasi ( mis, nama produsen, tanggal kadaluarsa )
- Jadwalkan imunisasi pada interval waktu yang tepat

Edukasi :

- Jelakana manfaat dan jutuan reaksi yang terjadi jadwal dan efek samping
- Informsikan imunisasi yg di wajibkan pemerintah
16

- Informasikan imunisasi yang melindungi terhadap penyakit namun saat ini tidak di wajibkan
pemerintah
- Informasikan vaksinasi untuk kejadian khusus
- Informasikan penundaan pemberian imunisasi tidak berate mengulang jadwal imunisasi kembali
- Informasikan penyedin layanan pecan imunisasi nsiaonal yang menyediakan vaksin gratis

Diagnose ke 2

Risiko difungsi seksual

Kategori : fisiologis

Subkategori : repokdusi dan seksualitas

Definisi :

Berisiko mengalami perubhana fumgsi seksaula selama fase respon seksual berupa hasrat,
terangsang, orgasme, dan relaksai yang di pandang tidak memuasakan tidak bermakna/tidak
adekuat.

Faktor risiko
17

Biologis

1. Gangue neurologi
2. Gangguan urologi
3. Gangguan endokrin
4. Keganasan
5. Faktor ginekologi
6. Efek agen farmakologis

Psikologis

1. Depresi
2. Kecemasan
3. Penganiyayaan psikologis/ seksual
4. Penyalahgunaan obat/zat

Situasional

1. Konflik hubungan
2. Kurang nya privasi
3. Pola seksual pasangan menyimpang
4. Ketiadaan pasangan
5. Ketidakadekuatan edukasi
6. Konflik nilai personal dalam keluarga , budaya dan agama

Kondisi klinis terkait :

1. Diabetes militus
2. Penyakit jantung ( mis, hipertensi, penyakit jantung kronis)
3. Penyakit paru ( mis, TB,PPOK, asma )
4. Stroke
5. Kehamilan
6. Kanker
7. Gagguan endokrin, perkemihn, neuromuscular, muskuloskeletaal, kardiovaskuler
8. Trauma genital
9. Pembedahan pelvis
10. Kanker
11. Menopause
12. Gangguan psikiatrik seperti mania, depresi berat, demensia, gangguan kepribadian,
penyalahgunaan atau penyalahgunan zat , gngguna kecemasan dan skizofrenia.

Resiko disfungsi seksual

Luaran utama Fungsi seksual


Luaran tambahan Harapan
Harga diri
Identitas seksual
Penampilan peran
Tingkat depresi
18

Tingkat keletihan

Fungsi seksual ( L. 07055 )

Definisi :

Integrase aspek fisik dan sosioemosional terkait penyaluran dan kinerja seksual

Ekspetasi : membaik

Kriteria Hasil :

Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat


menurun meningkat
Kepuasan 1 2 3 4 5
hubungan
seksual
Mencari 1 2 3 4 5
informasi
untuk
mencapai
kepuasan
seksaul

Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat


menurun meningkat
Verbalisasi 1 2 3 4 5
aktifitas
seskaual
berubah
Verbalisasi 1 2 3 4 5
eksitas seksual
beruabh
Verbalisasi 1 2 3 4 5
peran seskual
berubah
Verbalisasi 1 2 3 4 5
fungsi seksula
berubah
Keluhan nyeri 1 2 3 4 5
saat
berhubungan
seksual
( dyspareunia )
Keluhan 1 2 3 4 5
hubungan
seksual
19

terbatas
Keluhan sulit 1 2 3 4 5
melakukan
hubungan
aktifitas
hubungan
seksaul
Verbalisasi 1 2 3 4 5
aktifits seksual
berubah
Verbalisasi 1 2 3 4 5
perilaku
seksual konflik
nilai

Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat


menurun meningkat
Hasrat seksual 1 2 3 4 5
Orientasi 1 2 3 4 5
seksual
Ketertarikan 1 2 3 4 5
pada
pasangan

Resiko disfunsi seksual

Intervensi utama

Edukasi seksualitas konseling seksualitas

Intervensi pendukung
Edukasi infertilitas Perawatan kenyamanan
Edukasi keluarga berencan perawatan pasca persalianan
Edukasi kemotrapi Perawatan perenium
Edukasi kominukasi efektif Perawatn seksio sesaria
Edukasi manajemen stress Manajemen perilaku seksual
Edukasi penggunaan alat kontrasepsi Manajenen stresss
Latihan otot panggul Manajemen terapi radiasi
20

Manajemen depresi pasca persalianan Manajemen trauma pemerkosaan


Dukungan perlindungan penganiyayaaan Manajemen waham
pasangan Pemberian obat vagina

Konseling seksualitas ( l.07214)

Definisi

Memberikan bimbingan seksual pada pasanagn sehingga mampu menjalankan fungsi nya secara optimal

Tindakan

Observasi :

- Identifikasi tingkat pengetahuan maslah system repokduksi maslah seksualitas dan penyakit
menular seksual
- Identifikasi waktu disfungsi seksual dan kemungkinan penyebab
- Monitor stress, kecemasan ,depresi dan penyebebnya disfungsi seksual

Teraupetik :

- Fasilitasi komunikasi anata pasien dan pasangan


- Berikan kesempatan kepada pasangan untuk menceritakan pemasalahan seksual
- Berikan pujian terhadap perilaku yang benar
- Berikan saran yang sesuai kebutuhn pasangan dengan menggunakan Bahasa yanag mudah di
terima di pahami dan tidak menghakimi

Edukasi :

- Jelaksn efek pengobatan, kesehatan dan penyakit terhadap difungsi seksual


- Informasikan pentingnnya modifikasi pada aktifitas seksual

Kolaborasi

- Kolaborasi dengan spesialis seksologi jika perlu

DIAGNOSIS 3

Gangguan Rasa Nyaman D.0074

Kategori: Psikologis

Subkategori: Nyeri dan Kenyamanan

Definisi

Perasaan kurang senang, lega dan sempurna dalam dimensi fisik psikospiritual, lingkungan dan sosial.
21

Penyebab

1. Gejala penyakit

2. Kurang pengendalian situasionalЛlingkungan

3. Ketidak adekuatan sumber daya (mis, dukungan finansial, sosial dan pengetahuan)

4. Kurangnya privasi

5. Gangguan stimulus lingkungan

6. Efek samping terapi (mis. medikasi, radiasi, kemoterapi)

7. Gangguan adaptasi kehamilan

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

1. Mengeluh tidak nyaman

Objektif

1. Gelisah

Gejala dan Tanda Minor Subjektif

subjektif

1. Mengeluh sulit tidur

2. Tidak mampu rileks

3. mengeluh kedinginan / kepanasan

4. merasa gatal

5. mengluh mual

6. mengeluh lelah

Objektif

1. Menunjukkan gejala distres

2. Tampak merintih/menangis

3. Pola eliminasi berubah

4. Postur tubuh berubah

5. Iritabilitas
22

Kondisi Klinis Terkait

1. Penyakit kronis

2. Keganasan

3. Distres psikologis

4. Kehamilan

MANAJEMEN NYERI (I. 08238)

Observasi

- lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri


- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgetik

Terapeutik

- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
- Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri

Edukasi

- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri


- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu


23

Status Kenyamanan L.08064

Definisi
Keseluruhan rasa nyaman dan aman secara fisik, psikologis, spiritual, sosial budaya dan
lingkungan.

Dengan kriteria hasil meningkat

Kesejahteraan fisik meningkat (5)

Kesejahteraan psikologis meningkat( 5)

Dukungan sosial dari keluarga meningkat (5)

Dukungan sosial dari teman meningkt (5)

Perawatan sesuai keyakinan budaya meningkat (5)

Perawatan sesuai kebutuhan meningkat (5)

Kebebasan melakukan ibadah meningkat (5)

Rileks meningkat (5)

Keluhan tidak nyaman menurun (5)

Gelisah menurun (5)

Gatal menurun(5)

Menyalahkan diri sendiri menurun(5)

Memori masa lalu (membaik (5)

DIAGNOSIS KE 4

Nyeri Akut D.0077

Kategori: Psikologis

Subkategori: Nyeri dan Kenyamanan

Definisi

Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional,
dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang
dari 3 bulan
24

Penyebab

1. Agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi, iskemia, neoplasma)

2. Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan)

3. Agen pencedera fisik (mis. abses, amputasi, terbakar, terpotong,mengangkat berat, prosedur operasi,
trauma, latihan fisik berlebihan)

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

1. Mengeluh nyeri

Objektif

1. Tampak meringis

2. Bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindari nyer)

3. Gelisah

4. Frekuensi nadi meningkat

5. Sulit tidur

Gejala dan Tanda Minor Subjektif

subjektif

(tidak tersedia)

Objektif

1. Tekanan darah meningkat

2. Pola napas berubah

3. Nafsu makan berubah

4. Proses berpikir terganggu

5. Menarik diri

6. Berfokus pada diri sendiri

7. Diaforesis
25

Kondisi Klinis Terkait

1. Kondisi pembedahan

2. Cedera traumatis

3. Infeksi

4. Sindrom koroner akut

5. Glaukoma

INTERVENSI

MANAJEMEN NYERI (I. 08238)

Observasi

- lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri


- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgetik

Terapeutik

- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
- Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri

Edukasi

- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri


- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
26

- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

Tingkat Nyeri L.08066

Definisi

Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional
dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan.

Kriteria hasil :menurun

Kemampuan menuntas aktivitas meningkat (5)

Keluhan nyeri menurun (5)

Meringis menurun (5)

Sikap protektif menurun( 5)

Gelisah menurun(5)

Kesulitan tidur menurun(5)

Menarik diri menurun (5)

Berfokus pada diri sendiri menurun (5)

Diaforesis menurun (5)

Perasaan depresi (tertekan)

Perasaan takut mengalami cedera berulang menurun (5)

Anoreksia menurun(5)

Perineum terasa tertekan menurun (5)

Uterus teraba membulat menurun(5)

Ketegangan otot menurun (5)

Pupil dilatasi menurun (5)

Frekuensi nadi Pola napas membaik (5)

Tekanan darahmembaik (5)

Proses berpikir Fokus membaik (5)

Fungsi berkemih Perilaku membaik (5)

Kesimpulan
27

Penyakit menular seksual atau PMS adalah berbagai infeksi yang dapat menular dari satu orang ke orang
yang lain melalui kontak seksual. Beberapa penyakit menular seksual: klamidia, gonore, hepatitis B,
herpes, HIV/AIDS, human papilloma virus (HPV), kutil kelamin, sifilis, dan trikomoniasis.Tindakan
penanggulangan yang harus dilakukan terhadap penyakit menular seksual dapat dilaksanakan oleh diri
sendiri, keluarga, dan masyarakat. Memberikan pemahaman dan pengetahuan menjadikan landasan
terpenting dalam penanggulangan penyakit menular seksual.

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Standar Isi Kurikulum 2013 untuk Sekolah
Menengah Atas. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2015). Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan


Kesehatan. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud.

Ackley, B. J., Ladwig, G. B., & Makic, M. B. F. (2017). Nursing Diagnosis Handbook An
Evidence-Based Guide to Planning Care. 11 Ed. St. Louis: Elsevier
Carperito-Moyet, L. J. (2013). Nursing Diagnosis Application to Clinical Practice. 14"Ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Carteiro, D., Caldeira, S., Sousa, L.,
Costa, D., & Mendes, C. (2016). Clinical Validation of the Nursing Diagnosis of
Sexual Dysfunction in Pregnant Women. International Journal Of Nursing
Knowledge, doi:10.1111/2047 3095.12139.
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Murr, A. C. (2013). Nursing Diagnosis Manual Planning,
Individualizing and Documenting Client Care. 4 Ed. Philadelphia: F. A. Davis
Company.
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2014). Nursing Diagnosis Definitions and Classification
2015-2017. 10" Ed. Oxford: Wiley Blackwell.
Newfield, S. A., Hinz, M. D., Tiley, D. S., Sridaromont, K. L., Maramba, P. J. (2012). Cox's
Clinical Applications of Nursing Diagnosis Adult, Child, Women's Mental
Health, Gerontic, and Home Health Considerations. 6 deg Ed. Philadelphia: F.A.
Davis Company.
Auley, B. J., Ladwig, G. B., & Makic, M. B. F. (2017). Nursing Diagnosis Handbook An
Evidence-Based Guide to Planning Cere. 11 Ed. St. Louis: Elsevier. Carpenito-
Moyet, L. J. (2013). Nursing Diagnosis Application to Clinical Practice. 14
Downges. M. E., Moorhouse, M. F., & Murr, A. C. (2013). Nursing Diagnosis Manual Planning,
Individualizing and Documenting Client Care. 4 Ed. Philadelphia: F. A. Davis
Company.
28

Herdman, T. H. & Kamitsuru. S. (2014), Nursing Diagnosis Definitions and Classification 2015-
2017. 10th Ed. Oxford: Wiley Blackwell.
Newfield, S. A., Hinz, M. D., Tiley, D. S, Sridaromont, K. L., Maramba, P. J. (2012). Cox's
Clinical Applications of Nursing Diagnosis Adult, Child, Women's Mental
Health, Gerontic, and Home Health Considerations. 6 Ed. Philadelphia: F.A.
Davis Company.
Schulz, C. F., Lopes, C. T., Herdman, T. H., Lopes, J. L., & de Barros, A. L. (2014)
Construction and validation of an instrument for assessment of the nursing
diagnosis, risk forinfection, in patients following cardiac surgery. International
Journal Of Nursing Knowledge, 25(2), 94-101. doi:10.1111/2047-3095.12018.

Anda mungkin juga menyukai