Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

TENTANG SEPSIS PUERPERALIS

Dosen Pengampu : Maryam,S.ST.,M.Keb

Disusun oleh :

Nama : Mahalia Tiara Suci

Kelas : II A (Semester III)

NIM : 2001178

AKADEMI KEBIDANAN K.H.PUTRA BREBES


PRODI III KEBIDANAN 2020/2021

Jl.Raya Benda Sirampog Brebes Jawa Tengah Telp.(0289)4314010


E-mail :khputralhikmah18@gmail.
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masa puerperium atau masa nifas adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan selesai
sampai alat – alat kandungan kembali pra hamil dan berlangsung kira – kira 6 – 8 minggu.

Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta lahir setelah 6 minggu (42 hari) untuk
kembalinya alat – alat reproduksi pada keadaan normal atau keadaan sebelum hamil.

Masa nifas adalah suatu masa segera setelah kelahiran dan meliputi minggu – minggu berikutnya
pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil.

Nifas dibagi dalam 3 periode :

1. Puerperium dini yaitu kepulihan di mana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
Dalam agama Islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

2. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6-8
minggu.

3. Remote puerperium adalah waktu yang diperbolehkan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat
sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan, atau tahunan.

Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu sedikit naik antara 37,2-37,8
derajat Celcius oleh karena resorpsi benda-benda dalam rahim dan mulainya laktasi, dalam hal
ini disebut demam resorpsi. Hal ini adalah normal.

Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat genitalia dalam masa
nifas.

Masuknya kuman-kuman dapat terjadi dalam kehamilan, waktu persalinan dan nifas. Demam
nifas adalah demam dalam masa nifas oleh sebab apapun.

Sepsis adalah adanya mikroorganisme patogen atau toxic lain didalam darah atau jaringan tubuh.
Dalam hal ini sepsis adalah suatu peradangan yang terjadi sistemik atau biasa disebut Systemic
Inflamation Respon Syndrom ( SIRS) berikut adalah criteria dari SIRS.

1. Suhu >380C atau <36 C

2. Denyut jantung >90 x permenit

3. Respirasi lebih dari 20 /menit atau PaCO2 < 32mmHg


4. Hitung leukosit >12.000/mm2 atau 10% sel imatur (band)

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini:

a. Apakah pengertian Sepsis Puerperalis?

b. Bagaimanakah perkembangan Sepsis Puerperalis?

c. Apakah tanda & gejala Sepsis Puerperalis?

d. Apa saja komplikasi Sepsis Puerperalis?

e. Bagaimanakah cara pencegahannya?

f. Bagaimanakah cara pengobatan Sepsis Puerperalis?

C. TUJUAN

a. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran-gambaran umum maupun khusus baik secara teori maupun secara
nyata mengenai Sepsis puerperalis.

b. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengertian sepsis puerperalis

2. Untuk mengtahui perkembangan sepsis puerperalis

3. Untuk mengetahui tanda dan gejala sepsis puerperalis

4. Untuk mengetahui komplikasi apa saja yang diakibatkan oleh sepsis puerperalis

5. Untuk mengetahui cara pencegahannya

6. Kuntuk mengetahui cara pengobatan dari sepsis puerperalis

D. MANFAAT

Agar pembaca dapat mengetahui apa itu Sepsis puerperalis beserta tanda dan gejalanya, serta
cara pencegahan dan pengobatannya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Istilah sepsi berasal dari bahasayunani ”sepo” yang artinya membusuk dan pertama kali
dituliskan dlam suatu puisi yang dibuat oleh Homer (abad 18 SM).Kemudian pada tahun
1914 Hugo Schottmuller secara formal mendefinisikan “septicaemia”sebagai penyakit
yang disebabkan oleh invasi mikroba ke dalam aliran darah.

Sepsis puerperalis adalah infeksi pada traktus genitalia yang dapat terjadi setiap saat antara
awitan pecah ketuban (ruptur membran) atau persalinan dan 42 hari setelah persalinan atau
abortus di mana terdapat dua atau lebih dan hal – hal berikut ini :

– Nyeri pelvik;

– Demam 38,5°C atau lebih yang diukur melalui oral kapan saja;

rabas – vagina yang abnormal;

– Rabas – vagina berbau busuk;

– Keterlambatan dalam kecepatan penurunan ukuran uterus (sub involusio uteri).

Semua infeksi traktus genitalia yang terjadi akibat komplikasi, abortus, persalinan atau kelahiran
disebut Sepsis Puerperalis. Streptokokus, stafilokokus, kllostridia, bakteri koliform atau
bakteroides adalah kuman patogen yang paling sering didapati selulitis akibat laserasi vagina
atau serviks mungkin merupakan tempat awal infeksi, demikian juga dengan endometrium
terutama di daerah perlekatan plasenta (setara dengan luka, setara dengan luka permukaan yang
luas), kelemahan (anemia, kurang gizi pada sistemik serviks pecah selaput ketuban yang lama,
persalinan lama, dan kelahiran traumatik cenderung menimbulkan infeksi nifas.

B. EPIDEMIOLOGI

Secara keseluruhan angka insiden dan prevalensi infeksi postpartum di Amerika Serikat adalah
kurang. Dalam sebuah studi oleh Yokoe et al pada tahun 2001, 5,5% persalinan vagina dan 7,4%
dari persalinan sesar mengakibatkan infeksi postpartum. Tingkat infeksi postpartum secara
keseluruhan adalah 6,0%. Endometritis menyumbang hampir setengah dari infeksi pada pasien
setelah persalinan sesar (3,4% dari persalinan sesar). Mastitis dan infeksi saluran kencing
bersama-sama menyumbang 5% dari persalinan vagina.
Dalam review paling mutakhir, angka kematian ibu yang berhubungan dengan infeksi
postpartum berkisar dari 4-8%, atau sekitar 0,6 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup

Sebuah surveilans mortalitas yang berhubungan dengan kehamilan oleh Pusat Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit infeksi ditunjukkan tersebut adalah sekitar 11,6% dari semua kematian
berikut kehamilan yang menghasilkan kelahiran hidup, lahir mati , atau ektopik. Risiko infeksi
saluran kemih postpartum meningkat dalam African American, Native American, dan populasi
Hispanik.

C. TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala sepsis puerperalis antara lain:

1. Malaise
2. Sakit kepala,
3. Demam tinggi (demam nifas),
4. Nadi cepat
5. Detak jantung meningkat
6. Nyeri perut bawah akibat Rahim bengkak

D. KOMPLIKASI

Sepsis adalah komplikasi berbahaya akibat infeksi. Komplikasi infeksi tersebut dapat
menimbulkan tekanan darah turun drastic serta kerusakan pada banyak organ. Kedua hal ini
dapat menimbulkan kematian. Pada saat terjadi infeksi,system kekebalan tubuh akan aktif
muncul ketika sistem kekebalan tubuh ini melawan infeksi secara tidak terkendali.Meskipun
tergolong mematikan sepsis masih dapat ditangani. Oleh sebab itu segera konsultasikan dengan
dokter bila terjadi penyakit infeksi,terlebih jika sudah muncul gejala sepsis.

E. DIAGNOSA BANDING

Pada penderita dengan infeksi nifas perlu diketahui apakah terbatas pada tempat-tempat
masuknya kuman-kuman ke dalam badan atau menjalar keluar tempat. Seorang penderita dengan
infeksi yang meluas diluar port de entery tampaknya sakit , suhu akan meningkat dengan kadang
– kadang disertai mengigil, nadi cepat, keluhannya juga lebih banyak.

Jika ada fasilitas penderita dengan infeksi nifas hendaknya diambil getah dari vagina sebelah atas
untuk pembiakan, dan pada infeksi yang tampaknya berat juga diambil darah untuk maksud yang
sama. Usaha ini dilakukan untuk mengetahui penyebab infeksi nifas dan guna memilih antibiotik
yang paling tepat untuk pengobatan

Komplikasi demam nifas yang tidak berhubungan dengan traktus genitalia menurut urutan
kekerapannya adalah mastitis, infeksi saluran kemih, pernapasan, serta enteritis.
F. PENCEGAHAN

-Selama kehamilan

Oleh karena anemia merupakan predisposisi untuk infeksi nifas, harus diusahakan untuk
memperbaikinya. Keadaan gizi juga merupakan factor penting, karenanya diet yang baik harus
diperhatikan.

Coitus pada hamil tua sebaiknya dilarang karena dapat mengakibatkan pecahnya ketuban dan
terjadinya infeksi.

- Selama persalinan

Usaha-usaha pencegahan terdiri dari membatasi sebanyak mungkin kuman-kuman dalam jalan
lahir, menjaga supaya persalinan tidak berlarut-larut, menyelesaikan persalinan dengan trauma
sedikit mungkin, dan mencegah terjadinya perdarahan banyak. Semua petugas dalam kamar
bersalin harus menutup hidung dan mulut dengan masker, alat-alat, kain-kain yang dipakai dalam
persalinan harus bersih. Pemeriksaan dalam hanya boleh dilakukan jika perlu, terjadinya
perdarahan harus dicegah sedapat mungkin dan transfusi darah harus diberikan menurut
keperluan.

Menyarankan semua wanita hamil untuk mencari bantuan medis segera setelah keluar lendir
darah atau cairan dari jalan lahir. Jika selaput ketuban pecah dan tidak mengalami kontraksi,
kurangi melakukan pemeriksaan vagina. Jika persalinan tidak dimulai dalam waktu 18 jam
setelah selaput ketuban pecah, berikan antibiotik profilaksis, sebagai berikut.

a. ampisilin 2 g IV setiap 6 jam, dan

b. gentamisin 5 mg / kg berat badan IV setiap 24 jam

Hentikan antibiotik setelah persalinan pervaginam, jika persalinan dengan operasi caesar, berikan
metronidazol IV 500 mg tiap 8 jam. Antibiotik diteruskan sampai pasien bebas demam selama
48 jam.

- Selama nifas

Sesudah partus terdapat luka-luka dibeberapa tempat pada jalan lahir. Pada hari pertama
postpartum harus dijaga agar luka-luka ini tidak dimasuki kuman-kuman dari luar. Tiap
penderita dengan tanda-tanda infeksi nifas jangan dirawat bersama dengan wanita-wanita dalam
nifas sehat.
Upaya menghindari terjadinya sepsis puerperalis, memerlukan tekhnik asepsis ketat selama
pemeriksaan pelvis dan kelahiran. Minimalisasi trauma obstretitis karena jaringan yang terluka
rentan terhadap infeksi.

G. PENGOBATAN

Manajemen Umum Sepsis Puerperalis:

1. Mengisolasi pasien yang diduga terkena sepsis puerpuralis dalam pemberian pelayanan
kebidanan. Tujuannya adalah untuk mencegah penyebaran infeksi pada pasien lain dan bayinya.

2. Pemberian antibiotik

Kombinasi antibiotik diberikan sampai pasien bebas demam selama 48 jam, dan kombinasi
antibiotik berikut ini dapat diberikan :

a. ampisilin 2 g IV setiap 6 jam, dan

b. gentamisin 5 mg / kg berat badan IV setiap 24 jam, dan

c. metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam.

Jika demam masih ada 72 jam setelah pemberian antibiotik di atas, dokter akan mengevaluasi
dan rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat yang lebih tinggi mungkin diperlukan. Antibiotik oral
tidak diperlukan jika telah diberikan antibiotik IV.Jika ada kemungkinan pasien terkena tetanus
dan ada ketidakpastian tentang sejarah vaksinasi dirinya, perlu diberikan tetanus toksoid.

3. Memberikan banyak cairan

Tujuannya adalah untuk memperbaiki atau mencegah dehidrasi, membantu menurunkan demam
dan mengobati shock. Pada kasus yang parah, maka perlu diberikan cairan infus. Jika pasien
sadar bisa diberikan cairan oral.

4. Mengesampingkan fragmen plasenta yang tertahan

Fragmen plasenta yang tersisa dapat menjadi penyebab sepsis nifas. Pada rahim, jika terdapat
lokhia berlebihan,berbau busuk dan mengandung gumpalan darah, eksplorasi rahim untuk
mengeluarkan gumpalan dan potongan besar jaringan plasenta akan diperlukan. Tang Ovum
dapat digunakan, jika diperlukan.

5. Keterampilan dalam perawatan kebidanan

Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan pasien dan untuk membantu
penyembuhannya. Berikut aspek perawatan yang penting:
- Istirahat

- Standar kebersihan yang tinggi, terutama perawatan perineum dan vulva

- Antipiretik dan / atau spon hangat mungkin diperlukan jika demam sangat tinggi

- Monitor tanda-tanda vital, lokhia, kontraksi rahim, involusi, urin output, dan mengukur asupan
dan keluaran

- Membuat catatan akurat

- Mencegah penyebaran infeksi dan infeksi silang.

6. Perawatan bayi baru lahir

Kecuali ibu sangat sakit, bayi baru lahir bisa tinggal dengannya. Namun, tindakan pencegahan
diperlukan untuk mencegah infeksi dari ibu ke bayi. Pengamatan sangat penting untuk mengenali
tanda-tanda awal infeksi, karena infeksi pada neonatus dapat menjadi penyebab utama kematian
neonatal. Hal yang perlu diperhatikan :

- Mencuci tangan : jika ibu cukup baik kondisinya, penting untuk mencuci tangan sebelum dan
sesudah merawat bayi baru lahir

- Menyusui: jika ibu cukup baik, menyusui bisa diteruskan. Jika ibu sangat sakit,
dikonsultasikan dengan medis praktisi yang mengkhususkan diri dalam perawatan bayi baru
lahir.

- Ibu sangat sakit: jika tidak mungkin bagi bayi baru lahir dirawat oleh ibu, saudara dekat
mungkin tersedia bagi merawat bayi sampai ibu cukup baik. Namun, harus ditekankan bahwa
karena bayi yang baru lahir juga berisiko dalam mengembangkan infeksi.

7. Manajemen lebih lanjut

Jika tidak ada perbaikan dengan manajemen umum peritonitis di ata, laparotomi akan dilakukan
untuk mengalirkan nanah. Jika uterus nekrotik dan sepsis, mungkin diperlukan histerektomi
subtotal.
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Sepsis adalah keadaan difungsi organ yang mengancam jiwa dikarenakan respon tubuh karena
terhadap infeksi yang mengalami disregulasi.sepsis adalah masalah kesehatan utama didunia
yang menyerang jutaan orang didunia setiap tahunnya dan menyebabkan kematian pada 1 dari 4
orang.

B. SARAN

Saran kami sebagai penyusun makalah ini adalah, masyarakat harus mampu untuk menjaga
kesehatannya, terutama pada ibu hamil baik trimester I, II, dan ke III. Karena kemungkinan
terjadinya Sepsis puerperalis antara lain adalah kekurangan nutrisi, kebutuhan istrahat yang tidak
terpenuhi, sehingga ibu bisa saja mengalami anemia. Terutama pada bulan tafsiran persalinan
ibu. Pemililihan tenaga yang hendak menolong partus juga perlu diperhatikan, agar menghindari
kemungkinan-kemungkinan terjadinya maslah-masalah pada persalinan.

DAFTAR PUSTAKA

http://vindigogali.blogspot.com/2014/06/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html?m=
http://www.alodokter.com/sepsis#:~:text=Sepsis%20adalah%20komplikasi%20berbahaya
%20akibat,aktif%20untuk%20melawan%20penyebab%20infeksi.

https://sg.docworkspace.com/d/sIECCj_FVi6vJigY

Anda mungkin juga menyukai