Anda di halaman 1dari 20

BAB I

LATAR BELAKANG

Seorang perawat professional dalam merawat lanjut usia yang tidak ada harapan
mempunyai ketrampilan yang multi komplek. Sesuai dengan peran yang dimiliki,
perawatan harus mampu memberikan pelayanan keperawatan dalam memenuhi
kebutuhan klien lanjut usia dan harus menyelami perasaan-perasaan hidup dan mati.
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia yang sedang
menghadapi sakarotul maut tidaklah selamanya muda, klien lanjut usia akan memberikan
reaksi-reaksi yang berbeda –beda, bergantung kepada kepribadian dan cara klien lanjut
usia menghadapi hidup. tetapi bagaimanapun keadaan, situasi dan kondisinya perawat
harus dapat menguasai keadaan terutama terhadap keluarga klien lanjut usia. Biasanya,
anggota keluarga dalam keadaan krisis ini memerlukan perhatian perawatan karena
kematian pada seseorang dapat datang dengan berbagai cara, dapat terjadi secara tiba-tiba
dan dapat pula berlangsung berhari-hari. kadang –kadang sebelum ajal tiba klien lanjut
usia ke hilangan kesadarannya terlebih dahulu.
Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan WHO
yang menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur dari
pengertian kesehataan seutuhnya (WHO, 1984).Oleh karena itu dibutuhkan dokter dan
terutama perawat untuk memenuhi kebutuhan spritual pasien.Karena peran perawat yang
konfrehensif tersebut pasien senantiasa mendudukan perawat dalam tugas mulia
mengantarkan pasien diakhir hayatnya dan perawat juga dapat bertindak sebagai
fasilisator (memfasilitasi) agar pasien tetap melakukan yang terbaik seoptimal mungkin
sesuai dengan kondisinya.Namun peran spiritual ini sering kali diabaikan oleh
perawat.Padahal aspek spiritual ini sangat penting terutama untuk pasien terminal yang
didiagnose harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut.
Menurut Dadang Hawari (1977,53) “orang yang mengalami penyakit terminal dan
menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual, dan
krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu
mendapatkan perhatian khusus”.Usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami
oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh
siapapun. Pada usia lanjut akan terjadi berbagai kemunduran pada organ tubuh. Namun

1
tidak perlu berkecil hati, harus selalu optimis, ceria dan berusaha agar selalu tetap sehat di
usia lanjut. Jadi walaupunb usia sudah lanjut, harus tetap menjaga kesehatan.
Proses menua manusia mengalami perubahan menuju ketergantungan fisik dan
mental. Keluhan yang menyertai proses menua menjadi tanda adanya penyakit, biasanya
disertai dengan perasaan cemas, depresi atau mengingkari penyakitnya. Apalagi penyakit
stadium terminal (tinggal menunggu ajal) dalam prediksi secara medis sering diartikan
penderita tidak lama lagi meninggal dunia. Keadaan ini menyebabkan lansia mengalami
kecemasan menghadapi kematian.
Perawatan paliatif adalah semua tindakan aktif untuk meringankan beban
penderita, terutama terutama yang tidak mungkin disembuhkan. Yang dimaksud tindakan
aktif antara lain mengurangi/menghilangkan rasa nyeri dan keluhan lain serta
memperbaiki aspek psikologis, sosial, dan spiritual.Tujuan perawatan paliatif adalah
mencapai kualitas hidup maksimal bagi si sakit (lanjut usia) dan keluarganya. Perawatan
paliatif tidak hanya diberikan kepada lanjut usia yang menjelang akhir hayatnya, tetapi
juga diberikan segera setelah didiagnosisoleh dokter bahwa lanjut usia tersebut menderita
penyakit yang tidak ada harapan untuk sembuh (mis., menderita kanker). Sebagian pasien
lanjut usia, pada suatu waktu akan menghadapi keadaan yang disebut “stadium paliatif”,
yaitu kondisi ketika pengobatan sudah tidak dapat menghasilkan kesembuhan. Biasanya
dokter memvonis pasien lanjut usia yang menderita penyakit yang mematikan (misal,
kanker, stroke, AIDS) juga mengalami penderitaan fisik, psikologis, sosial, kultural dan
spiritual.
Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang medis dan
keperawatan, memungkinkan diupayakan berbagai tindakan dan pelayanan yang dapat
mengurangi penderitaan pasien lanjut usia, sehingga kualitas hidup di akhir kehidupannya
tetap baik, tenang dan mengakhiri hayatnya dalam keadaan iman dan kematian yang
nyaman. Diperlukan pendekatan holistik yang dapat memperbaiki kualitas hidup klien
lanjut usia. Kualitas hidup adalah bebas dari segala sesuatu yang menimbulkan gejala,
nyeri, dan perasaan takut sehingga lebih menekankan rehabilitasi dari pada pengobatan
agar dapat menikmati kesenagngan selama akhir hidupnya. Sesuai arti harfiahnya, paliatif
bersifat meringankan, bukan menyembuhkan. Jadi, perawatan paliatif diperlukan untuk
meningkatkan kualitas hidup dengan menumbuhkan semangat dan motivasi. Perawatan
ini merupakan pelayanan yang aktif dan menyeluruh yang dilakukan oleh satu tim dari
berbagai disiplin ilmu.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian

Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari proses
kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu. Pada tahap
ini individu mengalami banyak  perubahan baik secara fisik maupun mental, khususnya
kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya. Perubahan
penampilan fisik sebagian dari proses penuaan normal, seperti rambut yang mulai
memutih, kerut-kerut ketuaan di wajah, berkurangnya ketajaman panca indera, serta
kemunduran daya tahan tubuh, merupakan acaman bagi integritas orang usia lanjut.
Belum lagi mereka harus berhadapan dengan kehilangan-kehilangan peran diri,
kedudukan sosial, serta perpisahan dengan orang-orang yang dicintai.Semua hal tersebut
menuntut kemampuan beradaptasi yang cukup besar untuk dapat menyikapi secara bijak
(Soejono, 2000). Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan
dengan waktu, sudah dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup. Usia tua adalah
fase akhir dari rentang kehidupan. Menjelang ajal adalah bagian dari kehidupan, yang
merupakan proses menuju akhir.

Pengertian sakit gawat adalah suatu keadaan sakit, yang klien lanjut usia tidak
dapat lagi atau tidak ada harapan lagi untuk sembuh.

Pengertian kematian/ mati adalah apa bila seseorang tidak lagi teraba denyut
nadinya, tudak bernafas selama beberapa menit, dan tidak menunjukkan beberapa reflek,
serta tidak ada kegiatan otak.

Penyebab kematian:
1. Penyakit
a. Keganasan (karsinoma hati, paru, mammae).
b. Penyakit kronis, misalnya:
 CVD (cerebrovascular diseases)
 CRF (chronic renal failure (gagal ginjal))
 Diabetes militus (gangguan)

3
 MCI (myocard infarct (gangguan kardiovaskuler) )
 COPD (chronic obstruction pulmonary diseases)
2. Kecelakaan (hematoma epidural)

2.2 Ciri / Tanda Klien Lanjut Usia Menjelang Kematian

1. Gerakan dan pengindraan menghilang secara berangsur-angsur. Biasanya dimulai


pada anggota badan, khususnya kaki dan ujung kaki.
2. Gerak peristaltic usus menurun.
3. Tubuh klien lanjut usia tampak menggembung.
4. Badan dingin dan lembap, terutama pada kaki, tangan, dan ujung hidungnya.
5. Kulit tampak pucat, berwarna kebiruan / kelabu.
6. Denyut nadi mulai tidak teratur.
7. Nafas mendengkur berbunyi keras (stidor) yang disebabkan oleh adanya lender pada
saluran pernafasan yang tidak dapat dikeluarkan oleh klien lanjut usia.
8. Tekanan darah menurun.
9. Terjadi gangguan kesadaran (ingatan menjadi kabur).

(Keperawatan. Gerontik & geriatrik, H. wahjudi Nugroho, B. Sc.,SKM 2008)

2.3 Tahap Kematian

Tahap-tahap ini tidak selamanya berurutan secara tetap, tetapi saling tindih.
Kadang-kadang seorang klien lanjut usia melalui satu tahap tertentu untuk kemudian
kembali ketahap itu. Apa bila tahap tertentu berlangsung sangat singkat, bisa timbul kesan
seolah-olah klien lanjut usia melompati satu tahap, kecuali jika perawat memperhatikan
secara seksama dan cermat.
1. Tahap pertama (penolakan)
Tahap ini adalah tahap kejutan dan penolakan. Biasanya sikap itu ditandai
dengan komentar, selama tahap ini klien lanjut usia sesungguhnya mengatakan bahwa
mau menimpa semua orang, kecuali dirinya. Klien lanjut usia biasanya terpengaruh
oleh sikap penolakannya sehingga ia tidak memperhatikan fakta yang mungkin
sedang dijelaskan kepadanya oleh perawat. Ia bahkan telah menekan apa yang telah ia
dengar atau mungkin akan meminta pertolongan dari berbagai macam sumber

4
professional dan nonprofessional dalam upaya melarikan diri dari kenyataan bahwa
mau sudah ada di ambang pintu.
2. Tahap kedua (marah)
Tahap ini ditandai oleh rasa marah dan emosi yang tidak terkendali. Sering
kali klien lanjut usia akan mencela setiap orang dalam segala hal. Ia mudah marah
terhadap perawat dan petugas kesehatan lainnya tentang apa yang telah mereka
lakukan.pada tahap ini, klien lanjut usia lebih mengaggap hal ini merupakan hikmah,
daripada kutukan. Kemarahan ini merupakan mekanisme pertahanna diri klien lanjut
usia lebih mengaggap hal ini merupakan hikmah, dari pada kutukan. Kemarahan di
sini merupakan mekanisme pertahanan diri kliebn lanjut usia. Pada saat ini, perawat
kesehatan harus hati-hati dalam member penilaiaan sebagai reaksi yang normal
terhadap kematiaan yang perlu diungkapkan.
3. Tahap ketiga (tawar-menawar)
Kemarahan biasanya mereda dank lien lanjut usia dapat menimbulkan kesan
dapat menerima apa yang sedang terjadi pada dirinya.Akan tetapi pada tahap tawar-
menawar ini bnyak orang cenderung untuk menyelesaikan urusan rumah tangga
mereka sebelum maut tiba, dan mempersiapkan jaminan hidup bagi orang tercinta
yang ditinggalkan.
Selama tawar-menawar, permohonan yang dikemukakan hendaknya dapat
dipenuhi karena merupakan urusan yang belum selesai dan harus diselesaikan
sebelum mati. Misalnya, klien lanjut usia mempunyai permintaan terakhir untuk
melihat pertandingan olahraga, mengunjungi kerabat, melihat cucu terkecil, atau
makan di restoran. Perawat dianjurkan memenuhi permohonan itu karena membuat
klien lanjut usia memasuki tahap berikutnya.
4. Tahap keempat (sedih/depresi)
Hal ini biasanya merupakan saat yang menyedihkan klien lanjut usia sedang
dalam suasana berkabung. Di masa lampau, ia sudah kehilangan orang yang dicintai
dan sekarang ia akan kehilangan nyawanya sendiri. Bersama dengan itu, ia harus
meninggalkan semua hal yang menyenangkan yang dinikmatinya. Selama tahap ini,
klien lanjut usia cenderung tidak banyak bicara dan sering menangis. Saatnya bagi
perawat untuk duduk dengan tenang di samping klien lanjut usia yang sedang melalui
masa sedihnya sebelum meninggal.

5
5. Tahap kelima (menerima/asertif)
Tahap ini ditandai oleh sikap menerima kematian. Menjelang saat ini, klien
lanjut usia telah membereskan segala urusan yang belum selesai dan mungkin dan
mungkin tidak ingin bicara lagi karena sudah menyatakan segala sesuatunya. Tawar-
menawar sudah lewat dan lewat dan tibalah saat kedamaiaan dan
ketenangan.Seseorang mungkin saja lama ada dalam tahap meneriam, tetapi bukan
tahap pasrah yang berarti kekalahan. Dengan kata lain, pasrah pada maut bukan
berarti menerima maut.

2.4 Pengaruh Kematian

Pengaruh kematian terhadap keluarga klien yang lanjut usia:


1. Bersikap kritis terhadap cara perawat
2. Keluarga dapat menerima kondisinya
3. Terputusnya komunikasi dengan orang yang menjelang maut
4. Penyesalan keluarga dapat mengakibatkan orang yang bersangkutan tidak dapat
mengatasi rasa sedih
5. Penglihatan tanggung jawab dan beban ekonomi
6. Keluarga menolak diagnosis. Penolakan tersebut dapat memperbesar bebab emosi
keluarga.
7. Mempersoalkan kemampuan tim kesehatan

Pengaruh kematian terhadap tetangga / teman:


1. Simpati dan dukungan moral
2. Meremehkan / mencela kemampuan tim kesehatan

Pemenuan kebutuan klien menjelang kematian


1. Kebutuan jasmaniah. Kemampuan toleransi terhadap rasa sakit berbeda pada setiap
orang. Tindakan yang memungkinkan rasa nyaman bagi klien lanjut usia (mis: sering
mengubah posisi tidur, perawtan fisik, dan sebagainya).
2. Kebutuhan emosi.untuk menggambarkan unggkapan sikap dan perasaan klien lanjut
usia dalam menghadapi kematian.

6
a. Mungkin klien lanjut usia mengalami ketakutan yang hebat (ketakutan yang
timbul akibat menyadari bahwa dirinya bahwa dirinya tidak mampu mencegah
kematian).
b. Mengkaji hal yang diinginkan penderita selama mendampinginya. Misalnya,
lanjut usia ingin memperbincangkan tentang kehidupan di masa lalu dan
kemudian hari. Bila pembicaraan tersebut berkenaan, luangkan waktu sejenak.
Ingat, tidak semua orang senang membicarakan kematian.
c. Mengkaji pengaruh kebudayaan atau agama terhadap klien.

Pertimbangan khusus dalam perawatan:


1. Tahap I (penolakan dan rasa kesendirian)
Mengenal atau mengetahuai proses bahwa ini umumnya terjadi karena menyadari
akan datangnya kematian atau ancaman maut.
a. Beri kesempatan kepada klien lan jut usia untuk mempergunakan caranya sendiri
dalam menghadapi kematian sejauh tidak merusak.
b. Memfasilitasi klien lanjut usiadalam menghadapi kematian. Luangkan waktu 10
menit sehari, baik dengan bercakap-cakap atau sekedar bersamanya.
2. Tahap II (marah)
Mengenal atau memahami tingkah laku serta tanda-tandanya.
a. Beri kesempatan kepada klien lanjut usia untuk mengungkapkan kemarahannya
dengan kata-kata.
b. Ingat bahwa dalam benaknya bergejolak pertanyaan, “ mengapa hal ini terjadi
pada diriku?“
c. Seringkali perasaanm ini dialihkan kepada orang lain atau anda sebagai cara klien
lanjut usia bertingkah laku.
3. Tahap III (tawar-menawar)
Menggambarkan proses yang berusaha menawar waktu.
a. Klien lanjut usia untuk mempergunakan ungkapan, seperti seandainya “ saya…”
b. Beri kesempatan kepada klien lanjut usia untuk menghadapi kematian dengan
tawar-menawar.
c. Tanyakan kepentingan yang masih ia inginkan. Cara ademikian dapat
menunjukkan kemampuan perawat untuk mendengarkan ungkapan perasaannya.
4. Tahap IV (depresi)

7
Lanjut usia memahami bahwa tidak mungkin menolak lagi kematian yang tidak dapat
dihindarkan itu, dan kini kesedian akan kematian itu sudah membayanginya.
a. Jangan mencoba menyenangkan klien lanjut usia. Ingat bahwa tindakan ini
sebenarnya hanya memenuhi kebutuhan petugas. Jangan takut menyaksikan klien
lanjut usia atau keluarganya menangis. Hal ini merupakan ungkapan
pengekpresian kesedihannya. Anda boleh saja ikut berduka cita.
b. “ apakah saya akan mati?” sebab sebetulnya pertanyaan klien lanjut usia tersebut
hanya sekedar mengisi dan menghabiskan waktu untuk membincangkan
perasaannya, bukannya mencari jawaban. Biasanya klien lanjut usia menanyakan
sesuatu, ia sebenarnya sudah tahu jawabannya. Biasanya klien lanjut usia
menanyakan sesuatu, ia sebenarnya sudah tahu jawabannya. Apakah anda merasa
akan meninggal dunia?
5. Tahap V
Membedakan antar sikap menerima kematian dan penyerahan terhadap kematian
yang akan terjadi. Sikap meneriama: klien lanjut usia telah meneriama, dapat
mengatakan bahwa kematian akan tiba dan ia tidak akan menolak. Sikap menyerah:
sebenarnya klien lanjut usia tidak menghendaki kematian ini terjadi, tetapi ia tahu
bahwa hal ini akan terjadi. Klien lanjut usia tidak merasa tenang dan damai.
a. Luangkan waktu untuk klien lanjut usia (mungkin beberapa kali dalam sehari).
Sikap keluarga akan berbeda dengan sikap klien lanjut usia. Oleh karena itu,
sediakan waktu untuk mendiskusikan mereka.
b. Beri kesempatan kepada klien lanjut usia untuk mengarahkan perhatiannya
sebanyak mungkin. Tindakan ini akan member ketenangan dan perasaan aman.

2.5 Hak Asasi Pasien Menjelang Ajal

Lanjut usia berhak untuk diperlakukan sebagai manusia yang hidup sampai mati. Lanjut
usia,
1. Berhak untuk tetap merasa mempunyai harapan, meskipun fokusnya dapat saja
berubah.
2. Berhak untuk dirawat oleh mereka yang dapat menghidupkan terus harapan,
walaupun dapat berubah.
3. Berhak untuk merasakan perasaan dan emosi mengenai kematian yang sudah
mendekat dengan cara sendiri.

8
4. Berhak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan mengenai perawatannya.
5. Berhak untuk mengharapkan terus mendapat perhatian medis dan perawatan,
walaupun tujuan penyembuhan harus diubah menjadi tujuan member rasa nyaman.
6. Berhak untuk tidak mati dalam kesepian.
7. Berhak untuk bebas dalam rasa nyeri.
8. Berhak untuk memperoleh jawaban yang jujur atas pertanyaan.
9. Berhak untuk tidak ditipu.
10. Berhak untuk mendapat bantuan dari dan untuk keluarganya dalam menerima
kematian.
11. Berhak untuk mati dengan tenang dan terhormat.
12. Berhak untuk mempertahankan individualis dan tidak dihakimi atas keputusan yang
mungkin saja bertentangan dengan orang lain.
13. Membicarakan dan memperluas pengalaman keagamaan dan kerohanian.
14. Berhak untuk mengharapkan bahwa kesucian tubuh manusia akan di hormati sesudah
mati.

2.6 Keperawatan Paliatif

Bagan kepemimpinan pada perawatan paliatif tidak berbentuk


kerucut,melainkan lebih berbentuk lingkaran dengan pasien sebagai titik sentral. Kunci
keberhasilan kerja interdisiplin bergantung pada tanggung jawab setiap anggota tim,
sesuai dengan kemahiran dan spesialisasinya,sehingga setiap kali pimpinan berganti,tugas
profesi masing masing tidak akan terganggu. Keberhasilan keperawatan paliatif pada
pasien lanjut usia satu akan menjadi pengalaman dan akan meningkatkan kekuatan tim
untuk upaya penanggulangan gejala yang sama pada pasien yang lain.
Tugas tim perawatan paliatif sebagai penyeimbang di antara
keduanya.keluarga pasien ( lanjut usia yang menderita kanker) adalah subjek suasana
tegang dan stress,baik fisik maupun secara psikologis, serta ketakutan dan kekhawatiran
kehilangan orang yang dicintainya. Dari pengamatan yang dilakukan,di peroleh hasil
bahwa sikap/kebutuhan keluarga adalah :
1. Ingin membantu lanjut usia sepenuhnya
2. Ingin mendapat informasi tentang kematian
3. Ingin selalu bersama lanjut usia
4. Ingin mendapatkan kepastian bahwa pasien tetap nyaman

9
5. Ingin mendapat informasi tentang perkembangan lanjutan usia
6. Ingin melepaskan/ mencurahkan isi hati
7. Ingin mendapatkan dukungan dan pendampingan anggota keluarga/ kerabat lain.
8. Ingin diterima,mendapat bimbingan,dan dukungan dari para petugas medis/ perawat.

Pengamatan tersebut di dukung dengan beberapa pernyataan,meyakinkan


bahwa keluarga menempatkan diri dalam posisi segalanya bagi lanjutan usia. Yang juga
perlu di selenggarakan adalah manajemen dalam keluarga,untuk mengatur giliran
jaga,mengatur pendanaan,memenuhi kebutuhan fasilitas lanjut usia,dan lain lain.Pada
kenyataannya,lanjut usia dapat di ajak diskusi untuk dimintai pertimbangannya. Dampak
positifny adalah lanjut usia merasa di anggap dan dihargai walaupun fisiknya tidak
berdaya. Kelelahan fisik dan psikis pada anggota keluarga sering mengakibatkan
penurunan kualitas pelayanan perawatan di rumah. Bila hal ini terjadi,sebaiknya untuk
sementara waktu lanjut usia “di titipkan” di rumah sakit member kesempatan kepada
keluarga untuk beristirahat. Dukungan pada keluarga saat masa sulit sangat penting,yaitu:
1. Pada saat perawatan
2. Pada saat mendekati kematian
3. Pada saat kematian
4. Pada saat masa duka
Beban sulit di rasa berat bila lanjut usia di rawat. Namun,hal tersebut akan
menimbulkan keseimbangan bila lanjut usia telah meninggalkan dan adanya rasa puas
karena keluarga telah member sesuatu yang paling berharga bagi lanjut usia.,termasuk
kehangatan keluarga. Kedekatan dengan lanjut usia akan tetap berkesan bagi keluarga
yang di tinggalkanya.
Hal yang terakhir ini terungkap pada saat kunjungan masa duka oleh anggota
tim perawatan paliatif. Silaturahmi dapat berlanjut dalam bentuk kesediaan keluarga
lanjut usia sebagai relawan. Dapat di simpulkan bahwa perawatan tim paliatif merupakan
suatu proses perawatan yang cukup kompleks. Pendekatan holistic (menyeluruh) terhadap
lanjut usia dengan mengikutsertakan keluarga lanjut usia akan menyentuh factor
fisik,psikis,sosial,spiritual,dan budaya pasien. Keberhasilan program tidak dapat di jamin
tanpa kemantapan dokter dan tim paliatif dalam kualitas ilmu,kualitas karya, dan kualitas
perilaku,serta pertimbangan etika dalam pelaksanaannya. Perawat/ tim perawatan paliatif
perlu dan harus memperhatikan serta mengacu kutipan dame cecely saunders “ your

10
metter because are you,you matter to the last moment of your life,and we will do all we
can,not only to help you die peacefully,but to live until you die”.

2.7 Penatalaksanaan

1. Disiapkan sesuai agama dan kepercayaan.


Pasien didampingi oleh keluarga dan petugas. Usahakan pasien dalam keadaan bersih
dan suasana tenang.
2. Keluarga pasien diberitahu secara bijaksana.
Memberi penjelasan kepada keluarga tentang keadaan pasien. Berikan bantuan kepada
keluarga klien untuk kelancaran pelaksanaan upacara keagamaan.

11
BAB III

KASUS

3.1 Pengkajian

Cara Pengisian Format Pengkajian Keperawatan Transkultural

Cara pengkajian transkultural ini diterjemahkan dari Leininger (2000) oleh mahasiswa
magister komunitas Universitas Indonesia dan dimodifikasi oleh penulis dari pengkajian
Andrews dan Boyle (2003)
1. Data Demografi
a. Nama lengkap : Ny. Kasinem Sastromihardjo
b. Nama panggilan : Ny. Kasi
c. Nama keluarga : Sastromihardjo
d. Alamat : Jl. Jatisiwur RT.008 RW.009 Kec. Demangan Kota Madiun
e. Lama tinggal di tempat ini : 27 Tahun
f. Jenis kelamin (laki-laki/perempuan) : Perempuan
g. Tempat lahir : Madiun, 17 April 1944
h. Diagnosis medis : Kanker Payudara
i. No. register : 26-18-80754

2. Data Biologis / Variasi Biokultural


a. warna kulit : Sawo matang ( coklat)
b. rambut : Hitam
c. struktur tubuh : Normal
d. bentuk wajah : Simetris
e. penyakit resiko seperti kanker kulit, sicle sel : Tidak ada
f. penyakit spesifik genetic seperti hipertensi, kardiovaskular dan sebagainya : Tidak
ada

3. Faktor Teknologi
a. Alat yang digunakan untuk bepergian : Mobil
b. Alat yang digunakan untuk berkomunikasi (bahasa yang digunakan) : handphone,
bahasa yang digunakan bahasa Jawa & Indonesia

12
c. Alat yang digunakan untuk belajar : Buku dan Hp
d. Alat yang digunakan untuk berinteraksi. Sarana yang digunakan untuk mendatangi
fasilitas kesehatan : Mobil
e. Sarana yang digunakan untuk hiburan keluarga : Madiun dongkrak
f. Persepsi terhadap teknologi kesehatan bagaimana klien dan keluarga
mempersepsikan teknologi kesehatan, misalnya imunisasi, injeksi, transfuse, dan
lain-lain) : Injeksi
g. Respon terhadap teknologi kesehatan : Menerima
h. Sarana dan prasarana teknologi kesehatan : Tersedia
4. Faktor Agama dan Filosofi
a. Agama yang dianut : Islam
b. Keyakinan agama yang dianut klien berhubungan dengan kesehatan: Tidak
menolak diperiksa lawan jenis
c. Bagaimana pandangan klien dan keluarga tentang sakit yang diderita menurut
ajaran agamanya : Sakit adalah cobaan
d. Apa yang dilakukan klien dan keluarga untuk mengatasi sakit berhubungan
dengan agama dan filosofi hidupnya : Meminta doa pada kyai
e. Apa falsafah hidup klien : Sakit bisa menghapus dosa

5. Faktor Sosial Dan Ikatan Kekerabatan


a. Saya ingin mendengar tentang keluarga anda atau teman dekat anda dan apakah
mereka mengerti anda? Iya, mereka selalu mengerti keadaan saya
b. Bagaimana lingkungan sosial berpengaruh pada kehidupan anda khususnya
kehidupan kesehatan anda, gaya hidup, bagaimana perhatian seseorang dalam
kehidupan anda, bagaimana cara keluarga anda tentang kepedulian dalam
keluarga, apakah mereka bertanggungjawab bila ada keluarga yang sakit? :
Mereka selalu menjaga dan merawat saya ketika sakit
c. Penyakit klien atau orang lain tentang kesehatannya : Buruk
d. Status perkawinan : Janda / Duda
e. Jumlah anak : Anak kandung : 4 orang
f. Klien dirumah tinggal dengan : Anak
g. Tindakan apa yang dilakukan keluarga jika ada anggota keluarga yang sakit :
Merawat dengan baik dan mendoakan agar cepat sembuh
h. Komunikasi :
13
i. Kualitas suara : Merintih                       
ii. Pelafasan dan pengucapan : Serak
iii. Penggunaan tekhnik diam dalam berbicara : Sering              
iv. Waktu yang digunakan untuk diam : Sedang
v. Penggunaan bahasa non-verbal saat berkomunikasi: Gerakan badan
vi. Sentuhan: Menerima sentuhan tanpa kesulitan
Sentuhan:
1) Tingkat kenyamanan : Tidak bergerak ketika jarak terinvasi
2) Jarak saat berkomunikasi : Setengah meter
3) Jarak yang nyaman bagi klien ketika berkomunikasi dengan orang ½ m
4) Apakah objek tertentu (missal tirai, furniture, dan lain-lain)
mempengaruhi sikap klien dalam berkomunikasi :
Ya, apabila tirai ditutup pasien bisa lebih terbuka kepada kita tentang
pemaparan penyakitnya.
5) Ketika klien berbicara dengan keluarga, seberapa dekat ia berdiri /
duduk: ½ m
6) Ketika berkomunikas dengan orang dengan teman, seberapa jarak klien
berdiri / duduk : ½ m
7) Jika klien harus bersentuh karena situasi, bagaimana klien bereaksi dan
bagaimana perasaan klien : beraksi dengan lemah, perasaan tidak
senang.
8) Jika orang yang klien cintai menyentuh, bagaimana reaksi klien dan
bagaimana perasaan klien : reaksi dengan lemah, perasaan bahagia
9) Apakah jarak antara klien dan perawat saat ini nyaman bagi klien :
nyaman
vii. Hubungan dalam keluarga
1) Bagaiaman hubungan klien dan keluarganya : baik
2) Apa fungsi klien dalam keluarga : sebagai ibu rumah tangga
3) Apa peran klien dalam keluarga : ibu dan nenek
4) Apabila ada sesuatu yang penting untuk didiskusi dengan keluarga,
bagaimana klien melakukannya: dibicarakan dengan baik-baik
5) Bagaiman klien berespon ketika mendapatkan pertanyaan dari keluarga
: keduanya ( kata-kata dan gerak tubuh)

14
viii. Hubungan dengan teman, tetangga / orang lain
1) Bagaimana penilaian orang lain menurut klien : baik
2) Darimana klien mendapat informasi tentang penilaian tersebut : orang
lain
3) Bagaimana klien berespon ketika mendapatkan pertanyaan : keduanya
( kata-kata dan gerak tubuh)
ix. Hubungan dengan teman, tetangga / orang lain
1) Kegiatan sosial/kemasyarakatan yang diikuti : senam lansia
2) Bagaimana pendapat klien tentang aktivitas sosial yang dijalaninya :
baik
3) Apakah aktivitas sosial yang dilakukan klien membuat klien senang :
Ya
4) Apa hobi klien : menganyam kerajinan bambu
5) Apa yang klien kerjakan jika mempunyai waktu luang : menonton tv
6) Apakah anda percaya adanya pemimpin / penguasa : percaya
7) Bagaimana anda bersikap terhadap pemimpin atau penguasa : menghargai
8) Ketika klien masih kecil, siapa yang paling berpengaruh pada klien : orang tua
9) Apakah arti kerja bagi klien : sangat penting

6. Nilai-nilai budaya, kepercayaan dan pandangan hidup


a. Apakah pengertian budaya menurut klien : budaya adalah sesuatu yang biasa
dilakukan
b. Apa arti penting budaya yang dimiliki klien : sesuatu yang harus dijaga dan
dilestarikan
c. Suku / bangsa : Jawa atau Indonesia
d. Ras : jawa
e. Kepercayaan berdasarkan suku / bangsa berhubungan dengan sehat sakit
 Sehat : apabila seseorang dapat melakukan aktivitas seperti biasa dalam
kehidupan sehari-hari
 Sakit : apabila seseorang tidak dapat melakukan aktivitas dalam kehidupan
sehari-hari
f. Pandangan hidup klien berhubungan dengan sehat-sakit : melakukan pola aktivitas
sehari-hari dengan baik sehingga terhindar dari penyakit.

15
g. Waktu
1) Orientasi pada waktu :Orientasi pada masa sekarang
2) Cara melihat waktu : Berorientasi pada jam
3) Reaksi fisiokimia terhadap waktu
a) Berapa jam tidur pada malam hari : 8 jam
b) Apakah biasa tidur pada siang hari : Ya, 1 jam
c) Apakah klien tidur dan bangun sesuai jadwal :Ya
d) Apakah klien memahami pentingnya mendapat pengobatan atau makan
obat sesuai jadwal walaupun dalam waktu tidur klien : Ya
4) Tanyakan hal-hal berikut berhubungan dengan waktu :
a) Alat penunjuk waktu yang digunakan : Jam
b) Jika klien janji pada jam 2 , jam berapa klien biasanya tiba untuk
memenuhi janji tersebut 13.30 wib
c) Jika perawat berkata pada klien bahwa setengah jam lagi akan menyuntik
klien, berapa waktu yang diperlukan untuk mempersiapkan diri 15 menit
h. Locus Control (Keyakinan seseorang)
1) Kontrol internal
Percayakah bahwa kekuatan dipengaruhi perubahan dari dalam
2) Kontrol eksternal
3) Percayakan bahwa nasib, keberuntungan dan kebetulan telah banyak
dipengaruhi upaya yang kita lakukan
i. Locus Control (Keyakinan seseorang)
1) Percayakah pada kekuatan supernatural : Tidak
2) Percayakah pada ilmu magik, ilmu gaib, ritual/upacara mempengaruhi
perubahan : Tidak
3) Tanyakan hal-hal yang berikut :
a) Adakah obat tradisional yang anda gunakan untuk mengurangi sakit klien :
ada
b) Adakah orang disekitar klien yang memberi obat untuk mengurangi sakit
yang diderita : ada
c) Apakah obat yang diberikan oleh paranormal akan digunakan untuk
mengobati sakit yang dialami klien saat ini : tidak

16
7. Faktor Politik Dan Hukum
a. Partai politik yang diikuti : tidak ada
b. Dalam partai politik kedudukan klien : -
c. Bagaimana pandangan politik klien : biasa saja
d. Bagaimana pandangan politik mempengaruhi sikap sehat sakit klien : -
e. Sanksi atau aturan dan kebijakan yang dianut keluarga : tidak ada

8. Faktor Ekonomi
a. Pendapatan sebulan :-
b. Penghasilan tambahan : -
c. Apakah pendapatan dan penghasilan tambahan mencukupi untuk kebutuhan hidup
sehari-hari : -
d. Jika ya, apakah kelebihan penghasilan ditabungkan : -
e. Sumber pembiayaan kesehatan klien : anak
f. Program asuransi kesehatan dan non-kesehatan yang diikuti : BPJS

9. Faktor Pendidikan
a. Tingkat pendidikan terakhir : SMP
b. Apa arti sehat atau kondisi yang bagus bagi klien sesuai dengan disiplin ilmunya :
dapat beraktivitas dengan normal
c. Apa arti sakit atau kesehatan yang buruk menurut klien dengan disiplin ilmunya :
tidak dapat melakukan aktivitas
d. Jenis penyakit apa yang sering diderita oleh keluarga klien : demam dan flu
e. Pemahaman sakit yang sedang diderita klien : paham
f. Apa yang dilakukan klien / keluarganya jika mengalami sakit seperti sekarang :
segera mengobati
g. Apa yang klien harapkan dari petugas kesehatan yang sedang menolong
memulihkan kesehatan klien : sembuh
h. Persepsi klien dan keluarga tentang pendidikan : penting
i.
3.2 Diagnosa

1) Berduka yang behubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang dihadapi,
penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari orang lain.

17
3.3 Intervensi

Dx. Keperwatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional


Berduka yang Setelah dilakukan 1. Berikan 1. Diskusi terbuka dan
berhubungan tindakan kesempatan pada jujur dapat membantu
penyakit terminal keperawatan klien da keluarga klien dan anggota
dan kematian yang berduka klien untuk keluarga menerima
akan dihadapi dapat teratasi mengungkapkan dan mengatasi situasi
penurunan fungsi, dengan kriteria perasaan, dan respon mereka
perubahan konsep hasil: didiskusikan terhdap situasi
diri dan menarik Klien penyakit kehilangan secara tersebut.
diri dari orang lain terminal merasa terbuka , dan gali
tenang makna pribadi dari
menghadapi kehilangan.jelaskan
sakaratul maut. bahwa berduka
adalah reaksi yang
umum dan sehat.
2. Berikan dorongan 2. Stategi koping fositif
penggunaan strategi membantu
koping positif yang penerimaan dan
terbukti yang pemecahan masalah.
memberikan
keberhasilan pada
masa lalu.
3. Berikan dorongan 3. Memfokuskan pada
pada klien untuk atribut yang positif
mengekpresikan meningkatkan
atribut diri yang penerimaan diri dan
positif penerimaan kematian
yang terjadi.
4. Bantu klien 4. Proses berduka,
mengatakan dan proses berkabung
menerima kematian adaptif tidak dapat
yang akan terjadi, dimulai sampai

18
jawab semua kematian yang akan
pertanyaan dengan terjadi di terima.
jujur.
5. Tingkatkan harapan 5. klien sakit terminal
dengan perawatan paling menghargai
penuh perhatian, tindakan keperawatan
menghilangkan missal: Membantu
ketidak nyamanan berdandan,
dan dukungan Mendukung fungsi
kemandirian

19
DAFTAR PUSTAKA

Nugroho.Wahyudi. 2008. Kep gerontik dan geriatric. Jakarta : EGC

Nugroho.Wahyudi. 2000. Kep gerontik dan geriatric. Jakarta : EGC

20

Anda mungkin juga menyukai