Anda di halaman 1dari 3

Nama : Alifia Sabrina Difa

NIM : 1902101010141
Kelas : 04

Immune System

1.1 Etiologi

Sistem imun adalah bagian terpenting dari sistem pertahanan tubuh. Sistem
imun melindungi tubuh dari masuknya berbagai mikroorganisme. Mekanisme
pertahanan tubuh terhadap agen infeksi terdiri dari spesifik dan non spesifik, salah
satunya adalah antibodi (Kresno, 2010). Induksi respon pengaktifan peptida imun
tergabung dalam imunitas bawaan sejak lahir (innate imunity) pada hewan.
Peptida imun secara cepat diekspresikan melalui jalur de novo dan ditransmisikan
sesuai dengan jalur pertahanan dari organisme tersebut. Ini merupakan
karakteristik dasar dari imun. Sistem innate imun merupakan sistem kompleks
yang akan bekerja dalam proteksi organisme dari infeksi bakteri, jamur, dan parasit
(Beck etal., 2012).

1.1 Definisi Sistem Imun


Sistem imun merupakan sistem yang sangat komplek dengan berbagai peran
ganda dalam usaha menjaga keseimbangan tubuh. Terdapat suatu sistem yang
disebut dengan sistem limforetikuler. Respons imun yang menghasilkan suatu
zat yang disebut dengan antibodi. Dalam keadaan tertentu (patologik), sistem
imun tidak dapat membedakan zat asing (non-self) dari zat yang berasal dari
tubuhnya sendiri (self), sehingga sel-sel dalam sistem imun membentuk zat anti
terhadap jaringan tubuhnya sendiri. Kejadian ini disebut dengan Autoimun. Bila
sistem imun terpapar oleh zat yang dianggap asing, maka akan terjadi dua jenis
respons imun, yaitu respons imun non spesifik dan respons imun spesifik.
Walaupun kedua respons imun ini prosesnya berbeda, namun kedua jenis
respons imun diatas saling meningkatkan efektivitasnya (Saraswati, 2017).
1.2 Mekanisme Respon Imun Non spesifik dan spesifik
Merupakan imunitas bawaan (innate immunity), Salah satu upaya tubuh
untuk mempertahankan diri terhadap masuknya antigen misalnya, bakteri,
adalah dengan cara menghancurkan bakteri tersebut dengan cara nonspesifik
melalui proses fagositosis. Dalam hal ini makrofag, neutrofil dan monosit
memegang peranan yang sangat penting. Supaya dapat terjadi fagositosis. Hal
ini dapat terjadi karena dilepaskannya zat atau mediator tertentu yang disebut
dengan factor leukotaktik atau kemotaktik yang berasal dari bakteri maupun
yang dilepaskan oleh neutrofil, makrofag atau komplemen yang telah berada
dilokasi bakteri (Glencross dan Prefer, 2020).
a. Mekanisme Sistem Imun
Ketika terjadi perlukaan, jaringan yang rusak akan menyebabkan
peningkatkan aliran darah pada area luka.

Kemudian histamin menyebabkan terbukanya kapiler darah untuk mengeluarkan


fagosit dan faktor pembukaan menuju luka. Fagosit menelun bakteri, sel mati, sellar
debris. Kemudian plate darah keluar menuju kapiler untuk menyumbat luka.
Mekanisme Line I (Non Spesifik) Barier fisik (kulit,mukosa, ginggiva, silia).
Barier kimia (saliva, keringat, sebum, air mata, lisozim, enzim pencernaan,
laktoferin, urin) dan Bioflor. Mekanisme Line II (Non Spesifik) Pengenalan
(Recognition), Pergerakan (Kemotaksis), Perlekatan (Adesi), Penelanan
(Ingestion). dan Pencernaan (Digestion). Mekanisme Line pertahanan III
(spesifik) Terjadi bila respon imun non-spesifik tidak adekuat infeksi berlanjut sel
pada respon imun spesifik. Makrofag akan memfagosit, Sel T helper-memproduksi
mediator sitokin-sel Sel T sitotoksik-mengeliminasi sel yang terinfeksi dan Sel T
regulator/supresor (Suardana, 2017).
1.3 Histologi dan patologi Sistem Immun

Gambar 1: ACLE lokal, terlihat eritema berbatas tegas membentuk gambaran


seperti kupu-kupu dengan sedikit edema. B. ACLE generalisata, terlihat plak eritema
berbatas tegas pada tangan bagian dorsal, jari dan sekitar kuku tanpa melibatkan area
sendi. C. Area sekitar kuku terlihat eritema dan telangiektasis. D.Tampak penebalan
daerah membran basal, perubahan vakuola, dan atropi epidermis. E. Tampak adanya
infiltrat limfosit di sekitar folikel rambut (H&E). F Deposit IgG daerah epidermal.

Gambar 2 : hipopigmentasi dan tidak ada atrofi kulit. B. SCLE papuloskuamosa pada
lengan bawah bagian ekstensor seorang permpuan berusia 26 tahun. C. Tampak
ortokeratosis, infiltrat selular. D. Pada pem besaran tampak ortokeratosis, perubahan
vakuola setempat-setempat pada lapisan basal (H&E). E. Deposit granular anti-Ro
(Warastridewi etal., 2019).

Daftar Pustaka
Becker, G., Edwin, L. Dan Suquraman,M. (2012). Phylogenetic Perspective On The
Vertebrate Immune System. Springer, California.
Glencross, A. dan Pfeffer, P. (2020). Free radical and its effects on the immune
system. Science Direct Journal, 151 (1) : 56-68.
Saraswati, H. (2017). Imunologi Respon Cacar. EsaJournal, 14 (2) : 16-25.
Suardana, I. B. K. (2017). Imunologi Dasar. Disertasi, Udayana Press, Bali.
Wirastridewi, A., Kusmardi, K. dan Arisanty. (2019). Aspek imunopatologi klinis
dan gambaran histopatologi Cutaneus Lupus Erythemateus. Pratista
Patologi jurnal, 6 (1): 44-57.

Anda mungkin juga menyukai