Anda di halaman 1dari 20

Manajemen

Kesehatan Sapi
Laktasi dan
Beberapa
Penyakit Sapi
Laktasi dan
Malnutrisi
Dosen Pengampu : drh. Ismail, M.Si.
Nadyatul Assyifa
01 ( 1702101010106)

Nindya N.A. Rumapea


02 (1902101010006)

Nurul Sakinah Azhar


03 (1902101010013)

Bibi Tisnawati
04 (1902101010050)

Betrianis
05 (1902101010067)

Yasmin Luthfiyyah Amelia


06 (1902101010102)

Enjelina Putri Susanti


07 (1902101010211)
MANAJEMEN
KESEHATAN
SAPI LAKTASI
Sapi perah laktasi dengan produksi
susu tinggi harus diberi ransum
1. Pemberian dengan jumlah banyak dan berkualitas
dibandingkan dengan sapi perah yang
Pakan produksi susunya rendah.
Hal ini disebabkan oleh tingginya
kebutuhan nutrien pada sapi perah
yang produksinya tinggi.

By : Nadyatul Assyifa ( 1702101010106)


Sapi laktasi membutuhkan sejumlah serat
kasar yang sebagian besar berasal dari
hijauan sebagai sumber energi yang akan
mempengaruhi produksi susu yang dihasilkan.
Sebelum hijauan diberikan dilakukan
pemotongan atau chooping terlebih dahulu
sepanjang 5-10 cm. Hal ini sesuai dengan
pendapat Siregar (1995) yang menyatakan
bahwa hijauan yang di pootng-potong dapat
meningkatkan kecernaan dari hijauan dan
dapat meningkatkan konsumsi pakan
(palatabilitas).
Place Your Picture Here

Portfolio Perbandingan
Designed hijauan dan konsentrat dalam

PORTFOLIO
ransum
You can simply impress youryang
audience and diberikan adalah 60%:40%. Menurut

DESIGNED
add a unique zing and appeal to your
Siregar
Presentations. (1993)
I hope and I believe
Template will your Time, Money and
that this imbangan antara hijauan dan
Reputation.konsentrat yang baik dalam formula ransum sapi
Get a modern PowerPoint Presentation that is
beautifully yang
designed. sedang berproduksi susu dengan tetap
mempertahankan kadar lemak dalam batas normal
adalah 60:40.
Menurut Muljana (1987), jumlah air yang
2. Pemberian diminum tergantung pada ukuran tubuh,
temperature lingkungan, kelembaban udara
Air Minum dan jumlah air yang ada pada pakan
Air yang dibutuhkan seekor sapi perah
tidak cukup bila hanya diharapakn dari
hijauan saja, walaupun kadar air hijauan
sekitar 70%-80%. Air yang diperlukan seekor
sapi perah sekitar 37-45 litter/hari.
3. Sanitasi kandang dan Ternak
Sanitasi kandang dilakukan dengan cara
membersihkan tempat pakan dan tempat minum,
feses serta sisa pakan yang tercecer pada lantai
kandang. Lingkungan kandang yang bersih
dimaksudkan agar sapi tidak terserang penyakit dan
susu yang dihasilkan tidak terkontaminasi oleh
kotoran.

memandikan sapi hendaknya dilakukan setiap


hari sekitar pukul 06.00 - 08.00 WIB, yakni
sebelum sapi diperah sehingga harus selalu
bersih setiap kali akan diperah terutama bagian
lipatan paha sampai bagian belakang tubuh
Syarief dan Sumoprastowo (1990).

By : Nindya N.A. Rumapea (1902101010006)


4. Pengelolaan Reproduksi
1. Sistem perkawinan sapi
umumnya dengan cara kawin 2. Tanda- tanda birahi meliputi sapi
alami. Perkawinan alami ini tampak gelisah, nafsu makan berkurang,
dilakukan dengan cara produksi susu menurun (untuk sapi yang
memasukkan sapi betina ke sudah laktasi), keluar cairan bening putih
dalam kandang kosong dan diikat dan pekat dari vagina.
kuat guna mempesempit

3. Tepat 2-3 bulan setelah melahirkan sapi


perah harus sudah dikawinkan kembali. Sapi
betina yang tidak bunting setelah dikawinkan
akan mengalami siklus birahi 21 hari sekali dan
lama birahi rata-rata 18 jam.
5. Pemerahan
Pemerahan harus dilakukan pada sapi laktasi ataupun
sapi perah yang umumnya dilaksanakan sebanyak 2 kali
dalam sehari. Dimana interval atau waktunya sekitar 8-16
jam. Tujuannya adalah, agar mengurangi rasa sakit pada
sapi akibat produksi susu yang banyak, sehingga
menyebabkan mammae menjadi sangat padat. Prosedur ini
dilakukan dengan beberapa syarat yang harus dipenuhi
seperti ambing dalam kondisi bersih dan bebas dari
kontaminasi bakteri, alat yang digunakan juga harus dalam
kondisi yang bersih, jika menggunakan cara manual, maka
kuku tidak dibenarkan dalam keadaan panjang, sebab dapat
melukai ambing dan menimbulkan masalah baru seperti
radang.
Dalam pemerahan dikenal 2 metode yaitu :
 Whole hand
 Strippen

By : Nurul Sakinah Azhar (1902101010013)


6. Perkandangan

1. Arah Kandang 4. Tipe Kandang


Arah kandang diusahakan untuk Tipe kandang laktasi adalah sistem
menghadap ke sisi timur guna semi terbuka. Sehingga udara akan
pencahyaan yang baik pada pagi hari. sangat mudah masuk dan membuat
lingkungan tidak pengap. Dimana
dibuatkan penyekat yang tidak
tertutup , dan selokan pada ujung
jajaran kandang sapi umunya
2. Atap Kandang berkedalaman 10-25 cm.
Sebaiknya menggunakan bahan yang
ringan namun memiliki daya tahan Sebaiknya diberlakukan tipe kandang
yang baik, umumnya berupa asbes. semi monitor 2 baris ( two row plane)
Dan bersudut miring guna yang tail to tail. Sebab akan sangat
memperkirakan aliran air hujan. mudah dalam proses pembersihan
kandang, dimana kita kondisi kandang
sapi laktasi harus selalu dalam
keadaan yang besrih.
3. Lantai Kandang
Lantai kandang laktasi umunya dibuat 5. kelembapan
dalam bentuk beton/ semen dengan
Kelembapan ideal kandang sapi
kemiringan 3° artinya tidak sampai
laktasi adalah 60-70%, maka hal ini
membuat sapi mengalami cedera.
sanagat penting memprediksi arah
Gunanya lantai miring ini, untuk lebih
cahaya dan arah angin.
memudahkan proses pembersihan
kandang, lantai juga tidak dibenarkan
dalam kondisi yang sangat licin,
akibatnya sapi akan tergelincir.
PENYAKIT YANG
SERING
MENJANGKIT
SAPI LAKTASI
1. Milk fever
PENGERTIAN
Penyakit ini disebut juga Peurpureal paresis, Parturient paresis,Parturient hypocalcemia, Eclampsia, Hypocalcemia. Penyakit iniumumnya
terjadi pada sapi perah sekitar waktu partus, akibat sapitidak mampu beradaptasi terhadap kekurangan kalsium darah yanghilang melalui susu
arau pemerahan. Penyebabnya adalah terjadikekurangan kadar kalsium darah. Faktor risikonya adalah produksisusu tinggi, umur tua,
manajemen pakan atau kalsium pada masakering.Kadar kalsium darah dipertahankan tetap oleh hormon paratiroid (PTH), calcitriol dan
calcitonin.
GEJALA KLINIS
Gejala klinis umumnya terjadi 24 jam pasca partus. Namun bisa terjadi segera sebelum partusatau beberap hari setelah partus. Pada stadium
awal hewan tampak aku, tidak bergerak, tremor,ataksia dan temperatur umumnya masih normal. Sapi juga menunjukkan anoreksia. Gejala
iniumumnya tidak begitu tampak karena berlangsung sangat singkat. Gejala semakin meningkat dansapi ambruk sternal dengan kepala berada
90 %
di daerah perut (S-bend) yang merupakan gejala khasmilk fever. Denyut jantung meningkat, pupil dilatasi, respon pupil menurun, hewan
tampakmengalami bloat, konstipasi, dan depresi. Bila tidak segera diterapi hewan akan rebah lateral,sangat lemah, paralisis otot-otot respirasi.
Denyut jantung sangat cepat (lebih dari 120 kalipermenit), bloat lebih besar, hipotermia, bila tidak segera diterapi hewan akan koma dan mati.
PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN
Kurangi bloat yang terjadi. Sapi sebaiknya diposisikan rebah sternal. Berikan preparat kalsiumseperti kalsium boroglukonat 23% 500 ml
intravena. Pemberian kalsium sebaiknya secaraperlahan dan periksan denyut jantung secara teratur. Bila terapi berhasil maka sapi
biasanya akaneruktasi, urinasi, defekasi dan berusaha bangun atau berdiri. Sebaiknya tidak perlu memaksa sapiberdiri dan perlu
80 %
mencegah kepala, leher dan kaki-kaki 70
dari luka dan% benturan akibat berusahaberdiri. Biasanya dalam 30 menit setelah terapi hewan akan
berdiri. Bisa juga dilanjutkan denganpemberian 400 ml kalsium boroglukonat secara subkutan. Bila perlu pemberian kalsium
diulangidalam12 jam.

By : Bibi Tisnawati (1902101010050)


PENGERTIAN
2. MASTITIS
Mastitis adalah peradangan pada ambing karena suatu penyakit atau
proses infeksi yang secara signifikan dapat mengurangi produksi susu
terutama pada industri sapi perah. Penyakit dapat bersifat sub akut,
akut, atau kronis. Mastitis akut yang tidak ditangani sampai tuntas,
dapat berlanjut menjadi mastistis kronis yang berakibat jaringan ambing
dapat tergantikan dengan jaringan ikat sehingga alveoli tidak dapat
memproduksi adalah peradangan pada ambing karena suatu penyakit
susu.
GEJALA KLINIS
Berdasarkan gejala klinisnya, mastitis dibedakan menjadi mastitis klinis dan
subklinis. Mastitis klinis bila terdapat perubahan fisik susu seperti susu pecah,
bercampur nanah, atau ambing yang membengkak asimetris, berdarah,
berjonjot, bila dipegang panas dan menunjukkan adanya respon rasa sakit bila
dipegang. Sapi penderita mastitis dapat di ketahuan dengan adanya
pembengkakan pada ambing dan puting yang terjadi pada satu kwartir atau
lebih. Rasa sakit timbul sewaktu diperah dan diikuti oleh penurunan produksi
yang bervariasi mulai dari ringan sampai berat bahkan tidak keluar susu .
PENGOBATAN DAN PENGENDALIAN
Pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan antibiotik sesuai dengan
bakteri yang menginfeksi, dan disarankan agar dilakukan uji sensitivitas
terhadap bakteri sebelum melakukan pengobatan agar diperoleh hasil yang
optimal. dapat dilakukan dengan menggunakan antibiotikPenggunaan
antibiotika yang terus menerus dikhawatirkan justru akan berdampak pada
kandungan residu yang tinggi. Daging sapi yang menderita penyakit ini dapat
dikonsumsi, tetapi harus memperhatikan tingkat keradangan ambingnya.
Jaringan ambing yang rusak karena infeksi harus dimusnahkan dengan
dibakar atau dikubur.
3. Downer Cow Syndrome (DCS)
Gejala Klinis
Downer Cow Syndrome (DCS) DCS
 Hewan tampak alert
DCS merupakan penyakit multifaktor lanjutan dari milk  Tidak menunjukkan sakit dan nafsu makan bagus
fever atau komplikasi dari distokia. Bila dalam 24 jam  Temperatur, pulsus dan frekuensi nafas normal
setelah dilakukan terapi, sapi tidak juga bisa berdiri  Tidak bisa berdiri, kadang tampak dalam posisi dog
maka dapat dikategorikan menderita DCS. Apabila sitting position
ambrukanya sapi pada satu sisi lebih dari 6 jam maka  Komplikasi bila ada trauma saat berdiri terutama
berakibat kerusakan otot dan iskemia serta nekrosis is trauma panggul
jaringan. Dan apabila ambruknya lebih dari 12 jam l in
K  Hewan juga dapat mengalami dekubitus, fraktur
maka akan terjadi kerusakan lebih parah serta bersifat a la serta kerusakan otot-otot.
irreversible sehingga sulit untuk diterapi. ej
G

sis
g no Pengobatan dan Pencegahan
a
Diagnosis Di Pengobatan perlu dilakukan terapi penyebab utama,
berikan tambahan sumber fostat. Berikan alas yang
empuk untuk mencegah dekubitus atau trauma pada
Bila telah didiagnosa milk fever dan diterapi
bagian tubuh tertentu. pemberian analgesik seperti
beberapa kali namun tidak menunjukkan respon
aspirin,phenylbutazone dan flunixin meglumin untuk
yang baik maka dapat didiagnosa sebagai DCS.
mengurangi rasa sakit pada otot.
Periksa kadar kalsium, magnesium fosfat untuk
Pencegahan dengan menempatkan pada kandang
mengetahui efektifitas pengobatan sebelumnya.
n yang nyaman serta alas tebal untuk mencegah
a ta an trauma saat melahirkan serta cegah terjadinya milk
go b g ah fever.
n e
Pe enc
&p

By : Betrianis (1902101010067)
4. Fatty Cow Syndrome (FCS)

Diagnosis
Terjadi
Fatty Cow Syndrome  perubahandrastiskondisitubuhdarimas
akeringdan 1-2 bulanpascapartus.
Umumnya terjadi pada sapi perah Enzimhepardan bilirubin
pasca partus dan berkaitan dengan meningkatsangattinggi.
peripartus lainnya seperti metritis, Sapijugamengalami leukopenia (<3 x /
milk fever, ketosis dan retensi l).
plasenta. Saatnekropsiditemukanadanyainfiltras
ilemak yang masifpadahepar,
hepartampakmembesar,
pucatsertabagianpinggirmembulat.
Gejala Klinis Infiltrasilemakjugaditemukanpadanjant
 Hewan tampak depresi dan ungdan renal.
anoreksia Pengobatan dan Pencegahan
 Sering diikuti ketosis sekunder
yang berat Lakukan pengobatan terhadap
 Gejala-gejala syaraf lebih penyakit yang menyebabkannya (milk
menonjol akibat Encephalopati fever, retensi plasenta, metritis dll.
hepatik Pencegahan, berikan yang baik serta
 Tingkat mortalitas sangat tinggi mudag dicerna. Berikan protamine-
 Gejala pada sapi potong mirip zinc insulin 200 IU IM tiap hari atau
dengan pregnancy toxemia pada niacin 6-12 gram/hewan/peroral 1-2
domba minggu sebelum partus dan 90-100
hari pasca partus.
PENYAKIT
MALNUTRISI
PADA SAPI
PERAH
5. Grass Tetany

DEFINISI PENYEBAB
Rendahnya kadar magnesium darah • Pengembalaan
akibat rendahnya asupan magnesium • Masa laktasi
atau kehilangan magnesium, misalnya • Pemberian ransum yang
saat laktasi. mengandung banyak tanaman
muda

GEJALA
• AKUT : ternak mati mendadak atau PENANGANAN
kejang kemudian mati Memberikan pengobatan dan terapi
• SUB AKUT : gagal makan dan magnesium misalnya larutan
hiersensitif magnesium sulfat 25% sebanyak 400
• RINGAN : wajah tampak menegang ml
atau tidak mampu bergerak selam
3-4 hari
FAKTOR YANG HARUS
DIPERHATIKAN DALAM
PENCEGAHAN PEMBERIAN PAKAN
Memberikan suplemen magnesium • Kandungan rumput
pada masa masa kritis seperti musim • Pengaruh diet kalsium
hujan dan penembalaan pada ruput • Kandungan pakan
yang basah

By : Yasmin Luthfiyyah Amelia (1902101010102)


• Infographic Style
6. KETOSIS
 GEJALA KLINIS:
KETOSIS:  Menurunnya nafsu makan,
Meningkatnya konsentrasi badan-badan  Menurunnya kegiatan rumen,
keton dalam darah disebut ketonemia  Adanya konstipasi,
(hiperketonemia) dan meningkatnya  Rendahnya produksi susu
konsentrasi badan-badan keton dalam urin  Hilangnya bobot badan.
disebut ketonuria. Keadaan keseluruhari  Bau aceton dapat dicium pada susu atau dari udara pernapasannya
ini disebut juga ketosis
(Hamper, 1979).

PENGOBATAN:
Fox (1970) menganjurkan pengobatan ketosis dengan menggunakan propylene glicol.

PENYEBAB: PENCEGAHAN:
Hibbet (1980) menyatakan bahwa ketosis Untuk mencegah terjadinya ketosis pada sapi perah yaitu dengan mengontrol makanan
pada sapi perah yang berproduksi tinggi dapat dan management yang baik.
diakibatkan oleh karena rendahnya Caranya yaitu :
karbohidrat dan rendahnya precursor 1. Tidak memberikan bahan yang mengandung lemak yang berlebihan
glukoneogenik dalam ransum. pada saat setelah melahirkan.
2. Meningkatkan pemberian konsentrat setelah melahirkan
3. Memberikan hijauan yang berkualitas baik minimal 1/3 dari total bahan
kering ransum.
4. Jangan mengubah secara tiba-tiba susunan ransum.

By : Enjelina Putri Susanti (1902101010211)


THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai