https://eprints.umm.ac.id/76183/1/CDME%20FK%20UMM%20%E2%80%93%20Covid
%2019%20Tinjauan%20Kedokteran%20Keluarga.pdf
Setyawan, F. E. B. (2020). Prosiding Webinar Seri 1: COVID-19, Apa dan
Bagaimana?“Covid-19 pada Tinjauan Kedokteran Keluarga”.
5. apa saja komponen system imun yang terlibat dalam pembentukan imunitas ?
Ratna ▶️
4.Bagaimana Kriteria Yang Dapat Dijadikan Sebagai Pendonor Plasma Konvalesen ?
rigilkent
Pasien yang melakukan pendonoran harus memenuhi persyaratan kelayakan
donor berdasarkan rekomendasi dari FDA, yaitu : i)dilakukan pemeriksaan swab
nasofaring pada saat terinfeksi atau pemeriksaan serologi antibodi
SARS-CoV-19 yang dinyatakan positif
saatpasien sudah sembuh, i
1. gejala klinis tidak ditemukan setidaknya selama 14 hari sebelum melakukan
donor,
2. Pemeriksaan anti-HLA negatif,
3. Mengukur kecukupan titer antibodi SARS-CoV-19, FDA merekomendasikan
antibodi penetralisir SARS-CoV-19 minimal 1:160, namun jika tidak tersedia
maka 1:80 dapat diterima.
Asep Sukohar, & Zihan Zetira. (2020). Benefits of Covalescent Plasma Therapy in
COVID-19 Infection. Medical Profession Journal of Lampung, 10(2), 333-340.
Pendonor plasma konvalesen adalah pasien Covid-19 yang telah dinyatakan
sembuh dan terkonfirmasi melalui pemeriksaan swab dengan PCR sebanyak dua kali
dengan hasil negatif, namun seropositive terhadap SARS CoV-2. Pengukuran titer
antibodi IgM, IgG, dan antibodi netralisasi juga harus dilakukan sebelum donasi, apalagi
jika masih dalam tahap uji klinis. Hal ini dilakukan guna mengetahui seberapa aktifitas
netralisasi antibodi melawan antigen virus sehingga mampu menekan laju pertumbuhan
virus menjadi negatif.
Selain pemeriksaan konfirmasi dan titer antibodi, calon pendonor harus
memenuhi persyaratan calon pendonor darah secara umum, diantaranya harus
seronegatif terhadap HIV, HBV, HCV, dan Sifilis. Calon pendonor plasma konvalesen
disarankan berasal dari daerah yang sama mengingat hingga saat ini, belum diketahui
biologi molekuler secara pasti dari setiap virus oleh karena kemampuan mutasinya
yang amat tinggi.
Sukohar, A., & Zetira, Z. (2020). Manfaat Terapi Plasma Konvalesen pada Infeksi
Covid-19. Medical Profession Journal of Lampung, 10(2), 333-340.
1. Dibuat di sumsum tulang yaitu sel batang yang sifatnya pluripotensi(pluripotent stem
cells) dan dimatangkan di sumsum tulang(Bone Marrow)
2.Berperan dalam imunitas humoral
3.Menyerang antigen yang ada di cairan antar sel
4. Terdapat 3 jenis sel Limfosit B yaitu :· Limfosit B plasma, memproduksi antibodi·
Limfosit B pembelah, menghasilkan Limfosit B dalam jumlah banyak dan cepat· Limfosit
B memori, menyimpan mengingat antigen yang pernah masuk ke dalam tubuh
Limfosit T
1. Dibuat di sumsum tulang dari sel batang yang pluripotensi(pluripotent stem cells) dan
dimatangkan di Timus
2. Berperan dalam imunitas selular
3. Menyerang antigen yang berada di dalam sel
4. Terdapat 3 jenis Limfosit T yaitu:· Limfosit T pempantu (Helper T cells), berfungsi
mengantur sistem imun dan mengontrol kualitas sistem imun· Limfosit T
pembunuh(Killer T cells) atau Limfosit T Sitotoksik, menyerang sel tubuh yang terinfeksi
oleh patogen· Limfosit T surpressor (Surpressor T cells), berfungsi menurunkan dan
menghentikan respon imun jika infeksi berhasil diatasi
Setyawan, F. E. B. (2020). Prosiding Webinar Seri 1: COVID-19, Apa dan
Bagaimana?“Covid-19 pada Tinjauan Kedokteran Keluarga”.
● Sistem kekebalan tubuh non spesifik
Disebut juga komponen nonadaptif atau innate, atau imunitas alamiah, artinya
mekanisme pertahanan yang tidak ditujukan hanya untuk satu jenis antigen, tetapi
untuk berbagai macam antigen. Imunitas alamiah sudah ada sejak bayi lahir dan terdiri
atas berbagai macam elemen non spesifik.Jadi bukan merupakan pertahanan khusus
untuk antigen tertentu.
Sel plasma dari limfosit B berfungsi menghasilkan antibodi. Antibodi akan mengikat
pada antigen yang masuk dan Limfosit B akan membentuk sel memori yang bertahan di
dalam tubuh. Jadi, ketika sistem imun berjumpa dengan antigen yang sama, antibodi
akan selalu siap sedia melawan antigen tersebut
Diadaptasi untuk Vaksin
Cara kerja imunisasi atau vaksin mirip dengan proses tersebut. Vaksin akan
memperkenalkan sistem imun dengan antigen penyakit. Sehingga tubuh dapat
memproduksi sel memori dan antibodi yang siap menghalau antigen kapan pun dan di
mana pun.
Setyawan, F. E. B. (2020). Prosiding Webinar Seri 1: COVID-19, Apa dan
Bagaimana?“Covid-19 pada Tinjauan Kedokteran Keluarga”.
Terapi Plasma Konvalesen merupakan prosedur transfusi plasma bagi pasien Covid-19
yang diambil dari seseorang yang telah sembuh dari Covid-19 dan memenuhi
persyaratan sebagai pendonor darah. Hasil evaluasi terapi plasma konvalesen pada
pasien Covid-19, semua menunjukkan perbaikan tanda vital dan gejala klinis, perbaikan
gambaran radiologi, terdapat peningkatan titer antibodi baik IgM, IgG, dan netralisasi
pasca transfusi yang menandakan perbaikan kondisi pasien ke arah yang lebih baik,
serta tidak ada efek yang serius. Belum adanya terapi yang spesfifik, sulitnya
mendapatkan vaksin yang tepat, pengalaman penggunaan plasma konvalesen di masal
lalu untuk terapi berbagai infeksi menular pada saat terjadinya wabah dan pandemi,
serta adanya kemungkinan tingkat kemudahan penyiapan, maka terapi plasma
konvalesen dapat menjadi pilihan bijak untuk mengatasi Covid-19.
Sukohar, A., & Zetira, Z. (2020). Manfaat Terapi Plasma Konvalesen pada Infeksi
Covid-19. Medical Profession Journal of Lampung, 10(2), 333-340.
Pengukuran titer antibodi. Sejalan dengan poin sebelumnya, diketahui bahwa titer
antibodi IgM dan IgG spesifik virus, termasuk kadar antibodi penetralisir, dianggap
sebagai kriteria kelayakan calon donor plasma dengan variabel cut-off titer antar
penelitian.Hal ini menunjukkan bahwa parameter antibodi, termasuk antibodi netralisasi,
adalah salah satu mekanisme terapeutik terpenting dari plasma konvalesen.
Terapi Plasma Konvalesen merupakan prosedur transfusi plasma bagi pasien Covid-19
yang diambil dari seseorang yang telah sembuh dari Covid-19 dan memenuhi
persyaratan sebagai pendonor darah.
infeksi SARS-CoV-2 akan menyebabkan masuknya neutrofil dan
monosit/makrofag yang mengakibatkan hiperproduksi sitokin pro-inflamasi.9 Sebagian
besar kasus COVID-19 akan diikuti oleh peningkatan neutrofil, penurunan limfosit,
peningkatan kadar IL-6 dan CRP, dengan pada pasien yang parah diikuti oleh
peningkatan Procalcitonin
Transfusi plasma konvalesen akan dapat berkontribusi dalam peningkatan antibodi
poliklonal dan penetralisir titer antibodi pada pasien COVID-19 yang mengakibatkan
netralisasi virus dan perbaikan gejala. Akibatnya, pengukuran serial titer antibodi dalam
hal IgM, IgG, dan titer antibodi penetralisir sangat dianjurkan untuk memantau
efektivitas terapi.
Selain berperan dalam menekan virus,antibodi yang ditransfer secara pasif,
plasmakonvalesen dapat membersihkan infeksi virus dan membersihkan sel yang
terinfeksi.
Kontribusi antibodi penetralisir dalam plasma konvalesen bersama dengan
mendapatkan fungsi imunitas humoral adaptif pasien untuk menjalani produksi antibodi
sendiri lebih lanjut membantu mempercepat pembersihan virus dan pada akhirnya
mengurangi efek inflamasi akut dari infeksi SARS-CoV-2. Oleh karena itu, pengukuran
parameter inflamasi akut yang dicerminkan oleh jumlah diferensial, CRP, pro-kalsitonin
dan IL-6 direkomendasikan untuk menjadi bagian evaluasi transfusi plasma konvalesen.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/284a0e69155751dc6c459b07f1
4bc03c.pdf
3) Resolusi parameter inflamasi akut.
Seperti penyakit menular lainnya, infeksi SARS-CoV-2 akan menyebabkan
masuknya neutrofil dan monosit/makrofag yang mengakibatkan hiperproduksi sitokin
pro-inflamasi.9 Sebagian besar kasus COVID-19 akan diikuti oleh peningkatan neutrofil,
penurunan limfosit, peningkatan kadar IL-6 dan CRP, dengan pada pasien yang parah
diikuti oleh peningkatan Procalcitonin. Parameter ini umumnya mencerminkan
peradangan akut namun parah yang terjadi dalam infeksi SARS-CoV-2. Berdasarkan
penelitian sebelumnya, pemberian terapi standar dalam hubungannya dengan plasma
konvalesen diikuti dengan penurunan parameter pro-inflamasi seperti IL-6, CRP, dan
tingkat pro-kalsitonin, selain normalisasi jumlah limfosit.20-22 Kontribusi antibodi
penetralisir dalam plasma konvalesen bersama dengan mendapatkan fungsi imunitas
humoral adaptif pasien untuk menjalani produksi antibodi sendiri lebih lanjut membantu
mempercepat pembersihan virus dan pada akhirnya mengurangi efek inflamasi akut
dari infeksi SARS-CoV-2. Oleh karena itu, pengukuran parameter inflamasi akut yang
dicerminkan oleh jumlah diferensial, CRP, pro-kalsitonin dan IL-6 direkomendasikan
untuk menjadi bagian evaluasi transfusi plasma konvalesen.
Hardianti, M. S., Setiawan, S. A., Putera, D. D., Triyono, T., Thobari, J. A., & Kurnianda,
J. Convalescent plasma for COVID-19: A reasonable option for the pandemic based on
both scientific and practical point of views. Journal of the Medical Sciences (Berkala
ilmu Kedokteran), 52(3).
Secara garis besar, pembagian sistem imun menurut sel tubuh dibagi menjadi sistem
imun humoral dan sistem imun seluler. Sistem imun humoral terdiri atas antibodi
(Imunoglobulin yang disingkat Ig) dan sekret tubuh (saliva, air mata, serumen, keringat,
asam lambung, pepsin, dll). Sedangkan sistem imun dalam bentuk seluler berupa
makrofag, limfosit, neutrofil beredar di dalam tubuh kita.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Komponen Sistem Imun", Klik
untuk baca:
https://money.kompas.com/read/2010/02/22/10194099/Komponen.Sistem.Imun.
Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L
Kata sulit
1. osteoarthritis dinda /abel
Osteoarthritis merupakan penyakit sendi yang terjadi karena adanya kerusakan di
tulang rawan sendi dan terjadi perubahan pada tulang subkondral serta mengalami
peradangan di dalam sendi yang bisa menyebabkan raasa nyeri dan tidak nyaman.
Adalah penyakit degenerasi sendi akibat proses mekanik dan biologik sehinga terjadi
ketidakseimbangan antara proses degradasi dan sintesis rawan sendi, Kehilangan
rawan sendi progresif , pembentukan tulang subkondral dan osteofit
List pertanyaan
▶️
1. Apa gejala dari penyakit osteoarthritis? Amira ratna
Nyeri, kesulitan membuka mulut, wajah asimetris.
1. - Perubahan Bentuk Sendi (Deformitas): Perubahan bentuk sendi ditemukan
akibat kontraktur kapsul serta instabilitas sendi karena kerusakan pada tulang
rawan sendi, nah ini bisa menyebabkan asimetris pd wajah.
2. Rasa nyeri yang terjadi saat atau setelah sendi digerakkan, dan nyeri ini awalnya
sering hilang saat istirahat dan umumnya terjadi pada sendi, ketika menerima
beban pengunyahan.
3. Kekakuan. Kekakuan sendi paling jelas dirasakan saat bangun tidur di pagi hari
atau setelah lama tidak bergerak. Menyebabkan kesulitan membuka mulut.
4. Penurunan fleksibilitas sendi
5. Bunyi atau sensasi bergerigi atau gemeretak saat menggerakkan sendi, akibat
permukaan tulang rawan yang tidak rata.
6. Bone spur. Pertumbuhan tulang yang berlebihan bisa terasa seperti benjolan
keras yang terbentuk di sekitar sendi yang terkena.
7. Pada pasien yang mengalami penyakit osteoarthritis, biasanya hasil pada foto
rontgen menunjukkan adanya penyempitan celah sendi sehingga cairan yang
melumasi sendi akan berkurang dan juga terjadi pengapuran pada sendi.
8. Nyeri menjadi gejala utama terbesar pada sendi yang mengalami osteoarthritis.
Rasa nyeri diakibatkan setelah melakukan aktivitas dengan penggunaan sendi
dan rasa nyeri dapat diringankan dengan istirahat. Trauma dan obesitas dapat
meningkatkan resiko osteoarthritis.
9. • Beberapa gejala spesifik yang dapat timbul antaralain adalah keluhan
instabilitas pada penderita OA lutut pada waktu naik turun tangga, nyeri pada
daerah lipat paha yang menjalar kepaha depan pada penderita OA koksa
ataugangguan menggunakan tangan pada penderita OA tangan
10. • Gejala klinis
11. Pasien OA biasanya berusia lebih dari 40 tahun dan osteoartritis lutut lebih
banyak terjadi pada penderita dengan kelebihan berat badan. Pada umumnya,
pasien osteoartritis mengatakan bahwa keluhan-keluhan yang dirasakannya
telah berlangsung lama, tetapi berkembang secara perlahan. Berikut adalah
keluhan yang dapat dijumpai pada pasien osteoartritis :
12. - Nyeri Sendi : Keluhan ini merupakan keluhan utama pasien. Nyeri biasanya
bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Perubahan
ini dapat ditemukan meski osteoartritis masih tergolong dini (secara radiologis)
Umumnya rasa nyeri tersebut akan semakin bertambah berat sampai sendi
hanya bisa digoyangkan dan menjadi kontraktur, hambatan gerak dapat
konsentris (seluruh arah gerakan) maupun eksentris (salah satu arah gerakan
saja)
13. - Hambatan Gerakan Sendi
14. Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara perlahan sejalan
dengan pertambahan rasa nyeri. Gangguan pergerakan pada sendi disebabkan
oleh adanya fibrosis pada kapsul, osteofit atau iregularitas permukaan sendi
(Soeroso, 2014).
15. - Kaku Pagi Hari
16. Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau tidak
melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang
cukup lama, bahkan setelah bangun tidur di pagi hari.
17. - repitasi atau rasa gemeretak dapat timbul pada sendi yang sakit: Gejala ini
umum dijumpai pada pasien osteoartritis lutut. Pada awalnya hanya berupa
perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk K.
18.
Pembentukan spur yang terjadi pada sendi-sendi di tulang belakang (bagian leher dan
punggung bagian bawah) dapat menyebabkan penekanan pada saraf dan
menimbulkan keluhan rasa baal, nyeri, dan kelemahan bahkan kelumpuhan pada
lengan atau tungkai. Hal ini sangat membahayakan.
Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan laki-laki lebih sering
terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan, dibawah
45 tahun, frekuensi osteoartritis pada laki-laki dan perempuan kurang lebih sama, tetapi
diatas usia 50 tahun (setelah menopause) frekuensi osteoartritis lebih banyak pada
wanita daripada pria. Karena peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
(Dinda)/putri
▶️
6. Jelaskan klasifikasi osteoarthritis!melani amira
OA dibedakan menjadi OA primer dan OA sekunder. OA primer disebut juga OA
idiopatik adalah OA yang kausanya tidak diketahui dan tidakada hubungannya dengan
penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal pada sendi. OA sekunder adalah OA
yang didasari oleh adanya kelainan endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan dan
imobilisasi yang lama. OA primer lebih sering ditemukan dari pada OA sekunder.
Penyakit ini bersifat progresif lambat, umumnya terjadi pada usia lanjut,walaupun usia
bukan satu-satunya faktor risiko. Di beberapa referensi menyatakan bahwa angka
insiden terjadinya OA meningkat seiring bertambahnya usia terutama pada usia > 50
tahun, ini berkaitan dengan adanya degenerasi tulang rawan.
Faktor lain yang diduga menjadi pemicu osteoartritis adalah faktor jenis kelamin,
kegemukan, dan overuse.
Berdasarkan etiopatogenesisnya OA dibagi menjadi dua, yaitu OA primer dan OA
sekunder. OA primer disebut juga OA idiopatik yang mana penyebabnya tidak diketahui
dan tidak ada hubunganya dengan penyakit sistemik, inflamasi ataupun perubahan
lokal pada sendi, sedangkan OA sekunder merupakan OA yang ditengarai oleh
faktor-faktor seperti penggunaan sendi yang berlebihan dalam aktifitas kerja, olahraga
berat, adanya cedera sebelumnya, penyakit sistemik, inflamasi. OA primer lebih banyak
ditemukan daripada OA sekunder (Davey, 2006).
Klasifikasi
Menurut Kellgren dan Lawrence osteoartritis dalam pemeriksaan radiologis
diklasifikasikan sebagai berikut:
Grade 0: Normal, Tidak tampak adanya tanda-tanda OA pada radiologis.
Grade 1: Ragu-ragu, tanpa osteofit.
Grade 2: Ringan, osteofit yang pasti, tidak terdapat ruang antar sendi.
Grade 3: Sedang, osteofit sedang, terdapat ruang antar sendi yang cukup besar.
Grade 4: Berat atau parah, osteofit besar, terdapat ruang antar sendi yang lebar dengan
sklerosis pada tulang subkondra
Misalnya pembebanan yang berlebihan atau tidak seimbang pada sendi akan
menyebabkan pembebanan yang berlebihan pada jaringan sendi, akibatnya timbul
osteoartrosis atau osteoartritis sendi rahang (TMJ-OA) yaitu penyakit degeneratif sendi
yang paling sering menyerang sendi2. Faktor mekanik sebagai penyebab osteoartrosis
sendi rahang antara lain trauma, parafungsi, oklusi tidak stabil, beban fungsional
berlebihan dan peningkatan friksi sendi. Faktor-faktor ini dapat terjadi sendiri-sendiri
atau saling berhubungan3-6. Seperti disebutkan sebelumnya, TMJ-OA tidak
disebabkan oleh radang jadi berbeda dengan rheumatoid arthritis. Proses patologiknya
ditandai dengan terjadinya abrasi dan makin memburuknya kartilago sendi disertai
dengan penebalan setempat dan remodeling pada tulang sendi7. Perubahan -
perubahan ini sering diikuti dengan reaksi radang sekunder. Ada dugaan bahwa radikal
bebas berperan dalam patogenesis berbagai penyakit degeneratif sendi dan stres
oksidatif dapat merupakan aspek penting dalam mekanisme terjadinya gangguan sendi
rahang
OA terjadi karena degradasi pada rawan sendi, remodelling tulang, dan inflamasi.
Terdapat 4 fase penting dalam proses pembentukan osteoartritis yaitu fase inisiasi, fase
inflamasi, nyeri, fase degradasi.
· Fase inisiasi : Ketika terjadi degradasi pada rawan sendi, rawan sendi
berupaya melakukan perbaikan sendiri dimana khondrosit mengalami
replikasi dan memproduksi matriks baru. Fase ini dipengaruhi oleh faktor
pertumbuhan suatu polipeptida yang mengontrol proliferasi sel dan
membantu komunikasi antar sel, faktor tersebut seperti Insulin-like growth
factor (IGF-1), growth hormon, transforming growth factor b (TGF-b) dan
coloni stimulating factors (CSFs). Faktor-faktor ini menginduksi khondrosit
untuk mensintesis asam deoksiribo nukleat (DNA) dan protein seperti kolagen
dan proteoglikan. IGF-1 memegang peran penting dalam perbaikan rawan
sendi.
· Fase inflamasi : Pada fase inflamasi sel menjadi kurang sensitif terhadap
IGF-1 sehingga meningkatnya pro-inflamasi sitokin dan jumlah leukosit yang
mempengaruhi sendi. IL-1(Inter Leukin-1) dan tumor nekrosis faktor-α
(TNF-α) mengaktifasi enzim degradasi seperti collagenase dan gelatinase
untuk membuat produk inflamasi pada osteoartritis. Produk inflamasi memiliki
dampak negatif pada jaringan sendi, khususnya pada kartilago sendi, dan
menghasilkan kerusakan pada sendi.
· Fase nyeri: Pada fase ini terjadi proses peningkatan aktivitas fibrinogenik
dan penurunan aktivitas fibrinolitik. Proses ini menyebabkan penumpukan
trombus dan komplek lipid pada pembuluh darah subkondral sehingga
menyebabkan terjadinya iskemik dan nekrosis jaringan. Hal ini
mengakibatkan lepasnya mediator kimia seperti prostaglandin dan interleukin
yang dapat menghantarkan rasa nyeri. Rasa nyeri juga berupa akibat
lepasnya mediator kimia seperti kinin yang dapat menyebabkan peregangan
tendo, ligamen serta spasme otot-otot. Nyeri juga diakibatkan oleh adanya
osteofit yang menekan periosteum dan radiks saraf yang berasal dari medulla
spinalis serta kenaikan tekanan vena intramedular akibat stasis vena pada
pada proses remodelling trabekula dan subkondrial.
· Fase degradasi : IL-1 mempunyai efek multipel pada sel cairan sendi yaitu
meningkatkan sintesis enzim yang mendegradasi rawan sendi. Peran
makrofag didalam cairan sendi juga bermanfaat, yaitu apabila terjadi jejas
mekanis, material asing hasil nekrosis jaringan atau CSFs akan memproduksi
sitokin aktifator plasminogen (PA). Sitokin ini akan merangsang khondrosit
untuk memproduksi CSFs. Sitokin ini juga mempercepat resorpsi matriks
rawan sendi.
· Osteoartritis terjadi akibat kondrosit (sel pembentuk proteoglikan dan kolagen pada
rawan sendi) gagal dalam memelihara keseimbangan antara degradasi dan sintesis
matriks ekstraseluler, sehingga terjadi perubahan diameter dan orientasi serat
kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan, yang menjadikan tulang
rawan sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik. Selain kondrosit,
sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA, terutama setelah terjadi sinovitis,
yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak nyaman.
Diagnosis OA selain berdasarkan gejala klinis juga didasarkan pada hasil radiologi.
Namun pada awal penyakit ,radiografi sendi seringkali masih normal. Adapun
gambaran radiologis sendi yang menyokong diagnosis OA adalah:
1. Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada bagian yang
menanggung beban)
LEARNING ISSUE
1. Bagaimana proses terjadinya inflamasi?
Fisiologi Nyeri
Mekanisme timbulnya nyeri didasari oleh proses multipel yaitu nosisepsi,
sensitisasi perifer,perubahan fenotip, sensitisasi sentral, eksitabilitas ektopik,
reorganisasi struktural, dan penurunan inhibisi. Antara stimulus cedera jaringan
dan pengalaman subjektif nyeri terdapat empat proses tersendiri : tranduksi,
transmisi, modulasi, dan persepsi.
Transduksi adalah suatu proses dimana akhiran saraf aferen menerjemahkan
stimulus (misalnya tusukan jarum) ke dalam impuls nosiseptif. Ada tiga tipe serabut
saraf yang terlibat dalam proses ini, yaitu serabut A-beta, A-delta, dan C. Serabut
yang berespon secara maksimal terhadap stimulasi non noksius dikelompokkan
sebagai serabut
penghantar nyeri, atau nosiseptor. Serabut ini adalah A-delta dan C. Silent nociceptor
, juga terlibat dalam proses transduksi, merupakan serabut saraf aferen yang tidak
bersepon terhadap stimulasi eksternal tanpa adanya mediator inflamasi.
Transmisi adalah suatu proses dimana impuls disalurkan menuju kornu dorsalis
medula spinalis, kemudian sepanjang traktus sensorik menuju otak. Neuron aferen
primer merupakan pengirim dan penerima aktif dari sinyal elektrik dan kimiawi.
Aksonnya berakhir di kornu dorsalis medula spinalis dan selanjutnya berhubungan
dengan banyak neuron spinal.
Modulasi adalah proses amplifikasi sinyal neural terkait nyeri (painrelated neural
signals). Proses ini terutama terjadi di kornu dorsalis medula spinalis, dan mungkin juga
terjadi di level lainnya. Serangkaian
reseptor opioid seperti mu, kappa, dan delta dapat ditemukan di kornudorsalis. Sistem
nosiseptif juga mempunyai jalur desending berasal dari korteks frontalis,
hipotalamus, dan area otak lainnya ke otak tengah (midbrain) dan medula
oblongata,selanjutnya menuju medula spinalis. Hasil dari proses inhibisi desendens ini
adalah penguatan, atau bahkan penghambatan (blok) sinyal nosiseptif di kornu
dorsalis.
Persepsi nyeri adalah kesadaran akan pengalaman nyeri. Persepsi merupakan
hasil dari interaksi proses transduksi, transmisi, modulasi, aspek psikologis, dan
karakteristik individu lainnya. Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi
untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri
adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus
kuat yang secaara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga Nociseptor.
Secara anatomis, reseptor nyeri (nociseptor) ada yang bermiyelin dan ada juga
yang tidak bermiyelin dari syaraf aferen.
2. Bagaimana interaksi antara tulang dan sistem imun hingga menyebabkan
inflamasi ?
3. Bagaimana mekanisme terjadinya OA ?
4. Bagaimana hubungan antara ketidakseimbangan kartilago dengan OA hingga
merespon sistem imun ?
5. Sel kartilago apa yang berperan sehingga memicu respon imun?
6. Respon imun apa yang muncul sebagai akibat ketidakseimbangan metabolisme
sel kartilago?
7. Apa hubungan resorpsi tulang dengan ketidakseimbangan metabolisme sel
kartilago?
gambar 1 :
1. osteoclast adalah jenis sel tulang yang memecah jaringan tulang . Fungsi ini
sangat penting dalam pemeliharaan, perbaikan, dan renovasi dari tulang dari
vertebral kerangka . Osteoklas membongkar dan mencerna komposit protein dan
mineral terhidrasi pada tingkat molekuler dengan mensekresi asam dan
kolagenase , suatu proses yang dikenal sebagai resorpsi tulang
2. lacuna howship : ruang isolasi subosteoklas
3. Osteosit adalah sejenis sel tulang dengan populasi sekitar 10 kali lipat populasi
osteoblas dibandingkan dengan jumlah osteoklas yang jauh lebih sedikit
daripada jumlah osteoblas.matriks tulang adalah bentuk jaringan ikat yang
ditemukan di dalam tubuh, sebagian besar terdiri dari kolagen yang mengandung
hidroksiapatit yang mengeras . Pada mamalia yang lebih besar, itu diatur di
daerah osteon .
4. Matriks tulang memungkinkan garam mineral seperti kalsium untuk disimpan dan
memberikan perlindungan untuk organ internal dan dukungan untuk penggerak.
5. Osteoblast adalah sel yang berasal dari jaringan penunjang sel induk dari stroma
sumsum tulang. Osteoblas memiliki inti sel tunggal, yang memiliki bentuk yang
beragam dari yang berbentuk pipih hingga bulat, menggambarkan tingkat
aktivitas seluler dan pada tahap lanjut dari proses maturitas sejalan dengan
pembentukan tulang pada permukaan.
6. multinukleat sel adalah eukariotik sel yang memiliki lebih dari satu inti per sel,
yaitu, beberapa inti berbagi satu kesamaan sitoplasma . Mitosis dalam sel
multinukleat dapat terjadi baik secara terkoordinasi, sinkron di mana semua inti
membelah secara bersamaan atau asinkron di mana inti individu membelah
secara independen dalam ruang dan waktu. Organisme tertentu mungkin
memiliki tahap multinuklear dari siklus hidup mereka. Misalnya, jamur lendir
memiliki tahap kehidupan vegetatif berinti banyak yang disebut plasmodium
7. Eritrosit : adalah jenis sel darah yang paling banyak dan berfungsi mengikat
oksigen yang diperlukan untuk oksidasi jaringan-jaringan tubuh lewat darah
dalam hewan bertulang belakang. Terdapat kira-kira 5 juta sel darah merah per
mm3. Bagian dalam eritrosit terdiri dari hemoglobin, sebuah biomolekul yang
dapat mengikat oksigen. Hemoglobin akan mengambil oksigen dari paru-paru
dan insang, dan oksigen akan dilepaskan saat eritrosit melewati pembuluh
kapiler. Warna merah sel darah merah sendiri berasal dari warna hemoglobin
yang unsur pembuatnya adalah zat besi. Pada manusia, sel darah merah dibuat
di sumsum tulang belakang, lalu membentuk kepingan bikonkaf. Di dalam sel
darah merah tidak terdapat nukleus. Sel darah merah sendiri aktif selama 120
hari sebelum akhirnya dihancurkan
Gambar 2 :
1. osteoklas : Sel tulang yang satu ini memiliki ukuran yang besar dengan lebih dari
satu nukleus atau inti sel. Osteoklas berguna untuk menyerap dan mengeluarkan
jaringan tulang yang tidak diperlukan. Osteoklas sangat diperlukan untuk
memperbaiki tulang yang cedera dan membentuk jalur untuk pembuluh darah
dan saraf pada tulang. Osteoklas akan mengeluarkan asam dan enzim tertentu
untuk menyerap mineral dari tulang.
2. pre-osteoklas : mengandung lebih banyak mitokondria dan ribosom yang
menghasilkan osteoklas
3. nucleus dari osteoklas : lebih dari satu nukleus atau inti sel
4. rafflet border osteoklas : membrane plasma dari sel osteoklas yang telah
divaginasi
5. osteoklas : Sel tulang yang satu ini memiliki ukuran yang besar dengan lebih dari
satu nukleus atau inti sel. Osteoklas berguna untuk menyerap dan mengeluarkan
jaringan tulang yang tidak diperlukan. Osteoklas sangat diperlukan untuk
memperbaiki tulang yang cedera dan membentuk jalur untuk pembuluh darah
dan saraf pada tulang. Osteoklas akan mengeluarkan asam dan enzim tertentu
untuk menyerap mineral dari tulang.
6. vakuola : adalah organel yang dibungkus oleh membran sel yang paling besar
(tonoplas) .Apabila diamati menggunakan mikroskop cahaya, vakuola memiliki
bentuk seperti ruang kosong dan tembus pandang. Vakuola berasal dari kata
vacuolum (bahasa Latin) yang artinya 'kosong' karena pada kenyataannya
organel ini sama sekali tidak memiliki struktur internal.[2] Pada umumnya,
vakuola bentuknya lebih besar daripada vesikel, dan kadang kala terbentuk dari
berbagai gabungan vesikel yang banyak yang diambil dari retikulum endoplasma
dan aparatus golgi. Oleh karen hubungan tersebut, vakuola merupakan salah
satu bagian terpadu yang sangat penting dalam sistem endomembran
7. lacuna howship : ruang isolasi subosteoklas
8. matriks tulang adalah bentuk jaringan ikat yang ditemukan di dalam tubuh,
sebagian besar terdiri dari kolagen yang mengandung hidroksiapatit yang
mengeras . Pada mamalia yang lebih besar, itu diatur di daerah osteon . Matriks
tulang memungkinkan garam mineral seperti kalsium untuk disimpan dan
memberikan perlindungan untuk organ internal dan dukungan untuk penggerak.
Gambar 3
1. Osteoklas, Osteoklas (sel pemecah tulang) adalah sel terpenting pada resorpsi
tulang yang berasal dari sel induk sumsum tulang (penghasil makrofag-monosit).
Sepanjang hidup, tulang secara berkala akan mengalami pembentukan kembali
(remodelling). Proses ini meliputi resorpsi dan formasi.
2. Multinukleus osteoklas, Osteoklas bentuknya besar, bersifat multinukleat berasal
dari hematopoietic stem sel
3. Monosit adalah salah satu jenis sel darah putih. Sel ini berfungsi melawan
beberapa jenis infeksi, menyingkirkan sel dan jaringan rusak, serta
meningkatkan kekebalan tubuh terhadap benda asing.
4. Pre osteoklas, Aktifasi sel osteoklas pada resorbsi tulang diawali dengan
pengeluaran M-CSF (Macrophage-Colony Stimulating Factor) yang akan
berikatan dengan reseptornya c-Fms yang terdapat pada prekursor osteoklas
sehingga merangsang diferensiasi dan ploliferasiprogenitor hematopoetik
menjadi pre-osteoklas. jadi pre osteoklas adalah hasil dari rangsangan MSCF
dan c fms yang berdiferensiasi
Gambar 4
1. Osteoklas, sel pemecah tulang) adalah sel terpenting pada resorpsi tulang yang
berasal dari sel induk sumsum tulang (penghasil makrofag-monosit). Sepanjang
hidup, tulang secara berkala akan mengalami pembentukan kembali
(remodelling). Proses ini meliputi resorpsi dan formasi.
2. Matriks tulang terdiri dari organik dan anorganik. ... Komponen organik sejumlah
22% dimana terdiri dari kolagen sebanyak 90% dan protein non kolagen
termasuk proteoglikan, sialoprotein, dan lain-lain. Termasuk komponen
fungsional tulang, yaitu growth faktor dan sitokinin.
3. Osteosit adalah osteoblas yang terbenam dalam matriks tulang yang
berhubungan dengan sel osteosit lain dan juga osteoblas pada permukaan
tulang melalui kanalikuli yang mengandung cairan ekstraseluler
4. Tulang trabekular merupakan bagian dalam tulang yang berongga.
5. Kondrosit adalah sel-sel tulang yang membentuk sel tulang rawan, kondrosit
memiliki kandungan glikogen sebagai cadangan energi. Posisi dari kondrosit
ditulang rawan adalah di lakuna. Kondrosit dibentuk oleh kondroblas, dan
kondrosit mensintesis matriks ditulang rawan menjadi kondrin.
Gambar 5
1. kondrosit : Sel-sel ini terdapat tepat di bawah perikondrium dan di bawah
permukaan bebas tulang rawan sendi, lakunanya lonjong dengan sumbu
panjangnya paralel terhadap permukaan, sedangkan di bagian tulang rawan
lebih dalam, mereka berbentuk setengah bulatan atau bersiku. Pada tulang
rawan hidup, mereka menyesuaikan diri dengan bentuk lakunanya, namun pada
sediaan histologik mereka sering berbentuk stelata akibat pengerutan dan
retraksi permukaannya dari dinding lakuna. Inilah artifak pembuatan sediaan
yang kurang nampak pada sediaan untuk mikroskop elektron, namun di sini pun
mutu pengawetannya kurang ideal. Sitoplasma biasanya kurang padat dan
kadang-kadang mengandung tetes lipid dan glikogen dalam jumlah bervariasi.
Kompleks Golgi jukstanukleus bervakuol dan sisterna dari retikulum endoplasma
sering mengembang. Mitokondrianya mungkin berubah bentuk dan memiliki
matriks berdensitas rendah. Jelas bahwa struktur ultra kondrosit kurang
terawetkan dengan metode rutin pembuatan sediaan daripada jenis sel lain.
Meskipun begitu, mikrograf elektron jaringan yang dibuat dengan beku
tekanan-tinggi dan substitusi-beku diikuti pemendaman suhu rendah, lebih
representatif tentang keadaannya in vivo. Terdapat sedikit vakuol sitoplasma,
matriks mitokondria padat, dan hanya sedikit atau tidak ada sama sekali
pelebaran sisterna dari Golgi atau dari retikulum endoplasma.
2. Hiperthropik kondrosit , Kondrosit hipertrofik adalah sel khusus yang dianggap
sebagai keadaan akhir dari jalur diferensiasi kondrosit, dan penting untuk
pertumbuhan tulang. Mereka dicirikan oleh ekspresi kolagen tipe X yang
dikodekan oleh gen Col10a1, dan sintesis matriks tulang rawan yang
terkalsifikasi.
3. Trabecula, Perpanjangan kapsula ke dalam parenkim limpa disebut trabekula.
Trabekula mengandung arteri, vena, saraf, dan pembuluh limfe.
4. Matriks tulang, sel pembentuk tulang yang terdiri dari organik dan anorganik.
Komponen anorganik penyusun tulang sebesar 69%, dimana 99%nya berupa
hidroksiapatit. Komponen organik sejumlah 22% dimana terdiri dari kolagen
sebanyak 90% dan protein non kolagen termasuk proteoglikan, sialoprotein, dan
lain-lain
5. Osteosit Osteosit adalah osteoblas yang terbenam dalam matriks tulang yang
berhubungan dengan sel osteosit lain dan juga osteoblas pada permukaan
tulang melalui kanalikuli yang mengandung cairan ekstraseluler
6. Matriks kolagen bagian 6 ,Kolagen merupakan protein utama pada matriks
ekstraseluler dan merupakan sebuah keluarga protein berserat yang ditemukan
dalam semua hewan multiseluler. Tipe utama kolagen yang ditemukan pada
jaringan penghubung adalah tipe I, II, III, V, dan XI. Rantai polipeptida kolagen
disintesis pada ribosom yang terikat membran dan dimasukkan ke dalam lumen
retikulum endoplasma sebagai prekursor besar, yang disebut rantai pro-α. Setiap
rantai pro-α lalu bergabung dengan dua yang lainnya untuk membentuk molekul
heliks yang terikat hidrogen dan untai-tiga yang dikenal sebagai prokolagen.
Setelah sekresi, molekul prokolagen fibrilar dipotong menjadi molekul kolagen,
yang berkumpul menjadi fibril. Dalam pemanfaatannya, kolagen digunakan untuk
bahan kosmetik agar kulit menjadi kencang karena sifatnya yang lentur
Gambar 6
1. Diskus artikularis merupakan jaringan fibrosa berkolagen dan terletak pada
ruang di antara kepala kondilus dan fosa glenoid.
2. Pre hypertrophic chondrocyte, Kondrosit adalah sel-sel tulang yang membentuk
sel tulang rawan, kondrosit memiliki kandungan glikogen sebagai cadangan
energi. Posisi dari kondrosit ditulang rawan adalah di lakuna. Kondrosit
dibentuk oleh kondroblas, dan kondrosit mensintesis matriks ditulang rawan
menjadi kondrin. Pre chondrocyte adalah awa mula sebelum hyperthropyc
chondrocte.
3. Hypertrophic chondrocyte, Kondrosit hipertrofik adalah sel khusus yang dianggap
sebagai keadaan akhir dari jalur diferensiasi kondrosit, dan penting untuk
pertumbuhan tulang. Mereka dicirikan oleh ekspresi kolagen tipe X yang
dikodekan oleh gen Col10a1, dan sintesis matriks tulang rawan yang
terkalsifikasi. Kondrosit hipertrofi membentuk vesikel matriks mengandung
alkalin fosfatase dalam keadaan in vitro. Akibatnya adalah terjadi Osteoartritis
yaitu terjadi degenerasi yang menyebabkan kerusakan tulang
4. Polymorphic zone
5. Klatened chondrocyte zone/zona fibrokartilago
6. Hyperthropy chondrocyte zone, zona atau tempat yang membuat kondrosit
mengalami hypertrophy
7. Tulang subkondral adalah lapisan di tulang yang terletak di bawah kondrosit di
dalam sendi. Tulang ini memiliki jaringan vaskularisasi yang tinggi yang membuat
pembentukan prognitor sel, yang memiliki fungsi lebih untuk regenerative
8. Kartilago terkalsifikasi , tulang kartilago yang telah mengalami kalsifikasis
Gambar 7
1. Diskus artikularis merupakan jaringan fibrosa berkolagen dan terletak pada
ruang di antara kepala kondilus dan fosa glenoid.
2. Polymorphic zone
3. Kondrosit hipertropik, Kondrosit hipertrofik adalah sel khusus yang dianggap
sebagai keadaan akhir dari jalur diferensiasi kondrosit, dan penting untuk
pertumbuhan tulang. Mereka dicirikan oleh ekspresi kolagen tipe X yang
dikodekan oleh gen Col10a1, dan sintesis matriks tulang rawan yang
terkalsifikasi.. Kondrosit hipertrofi membentuk vesikel matriks mengandung
alkalin fosfatase dalam keadaan in vitro. Akibatnya adalah terjadi Osteoartritis
yaitu terjadi degenerasi yang menyebabkan kerusakan tulang
4. trabekula , Trabekula terdiri atas, horizontal dan vertikal, yang bersama sama
membentuk kekuatan suatu tulang. Perpanjangan kapsula ke dalam parenkim
limpa disebut trabekula. Trabekula mengandung arteri, vena, saraf, dan
pembuluh limfe.
5. Kondilus mandibula, Kondilus adalah bagian dari mandibula yang berada pada
puncak vertikal ramus mandibula dan membangun sendi dengan tulang
temporal melalui fossa glenoid.