Anda di halaman 1dari 26

Keperawatan HIV-AIDS

Ns.Agustina SisiliaW.D.Wida.,M.Kep
Latar belakang

 hiv/aids (human immunodeficiency


virus/acquired immune deficiency syndrome)
merupakan masalah kesehatan di dunia sejak
tahun 1981, penyakit ini berkembang secara
pandemik
 Tahun 2013 terdapat 25, 9 juta jiwa menderita HIV
AIDS dimana 3,9 juta wanita hamil, 5,3 juta anak-
anak (WHO, 2013).
 Di Indonesia menurut laporan kasus kumulatif
HIV/AIDS sampai dengan 31 Desember 2011 yang
dikeluarkan oleh Ditjen PP & PL, Kemenkes RI
tanggal 29 Februari 2012 menunjukkan jumlah
kasus AIDS sudah menembus angka 100.000.
Jumlah kasus yang sudah dilaporkan 106.758 yang
terdiri atas 76.979 HIV dan 29.879 AIDS dengan
5.430 kematian.
 Dan sekarang Indonesia menjadi negara peringkat
ketiga, setelah Cina dan India, yang percepatan
kasus HIV/AIDS-nya tertinggi di Asia.
 Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)
adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom
yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan
tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Virusnya
Human Immunodeficiency Virus (HIV) yaitu virus
yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia.
anatomi & fisiologi

1. Sistem imun non – spesifik


Sistem imun non – spesifik merupakan pertahanan
tubuh terdepan dalam menghadapi serangan berbagai
mikroorganisme.
Komponen – komponen sistem imun non – spesifik terdiri
atas :
 Pertahanan Fisik dan Mekanis
Pertahanan fisik dan mekanis terdapat dalam kulit,
selaput lendir, silia saluran pernafasan. Tubuh
memberikan respon terhadap kuman patogen dengan
cara batuk dan bersin.
 Pertahanan Biokomia
Bahan yang disekresi oleh mukosa saluran nafas, kelenjar sebasea kulit,
kelenjar kulit, telinga, spermin dalam cairan semen merupakan bahan yang
berperan dalam pertahanan tubuh.
 Pertahanan Humoral
a.Komplemen
Komplemen dapat merusak / melisis sel membran bakteri, menutupi
permukaaan bakteri dengan jalan mengaktifkan sel makrofag dalam
memfagositosis bakteri.
b.Interferon
Interferon adalah suatu glikoprotein yang dihasilkan oleh berbagai sel
manusia yang mengandung nukleus dan dilepas sebagai respon terhadap
infeksi virus. Disamping itu interferon dapat pula mengaktifkan Natural
Killer Cell ( Sel NK ) untuk membunuh virus dan sel neoplasma.
c. Carbon – Reactive Protein ( CRP )
CRP dibentuk oleh tubuh pada keadaan infeksi. Perannya adalah sebagai
opsonin dan dapat mengaktifkan komplemen.
 Pertahanan Selular
Dalam pertahanan selular, yang berperan adalah Fagosit /
Makrofag dan sel NK.
a.Fagosit / makrofag
Peran utama dalam pertahanan fagosit adalah mononuklear
(monosit dan makrofag) serta neutrofil dengan jalan
kemotaksis, menangkap, membunuh dan mencerna.
b.Natural Killer Cell ( Sel NK )
Sel NK adalah sel limfosit tanpa ciri – ciri sel limfoid sistem
imun spesifik yang ditemukan dalam sirkulasi, oleh karena itu
disebut juga sel non B non T. Sel NK dapat menghancurkan
sel yang mengandung virus atau sel neoplasma
2. Sistem imun spesifik
a. Sistem Imun Spesifik Humoral
Yang berperan dalam sistem imun spesifik humoral
adalah Sel B atau Limfosit B. Bila sel B dirangsang benda
asing, sel tersebut akan berproliferasi dan berdiferensiasi
menjadi sel plasma yang dapat membentuk antibodi.
Fungsi utama antibodi adalah mempertahankan tubuh
terhadap infeksi bakteri, virus, dan netralisasi toxin.
b.Sistem Imun Spesifik Selular
Yang berperan dalam sistem imun spesifik selular adalah
Sel T atau sel Limfosit T.
Fungsi Sel T secara umum adalah:
 Membantu sel B dalam memproduksi antibodi
 Mengenal dan menghancurkan sel yang terinfeksi
virus
 Mengaktivkan makrofag dalam fagositosis
 Mengontrol ambang dan kualitas sistem imun.
 Masing-masing sel T mempunyai marker permukaan
seperti CD4+,CD8+dan CD3+ yang membedakannya
dengan sel lain. Sel CD4+ adalah sel berfungsi
membantu mengaktivasi sel B, killer cell, dan
makrofag saat terdapat antigen target khusus. Sel
CD8+ membunuh sel yang terinfeksi oleh sel virus
atau bakteri seperti sel kanker.
Struktur HIV
SIKLUS HIDUP HIV

 HIV merupakan retrovirus obligat intraselular


dengan replikasi sepenuhnya di dalam sel host.
Perjalanan infeksi HIV di dalam tubuh manusia
diawali dari interaksi gp120 pada selubung HIV
berikatan dengan reseptor spesifik CD4 yang
terdapat pada permukaan membran sel target
(kebanyakan limfosit T-CD4+). Sel target utama
adalah sel yang mempu mengekspresikan reseptor
CD4 (astrosit, mikroglia, monosit-makrofag,
limfosit, Langerhan’s dendritik).
 Penyebabnya adalah Human Immunodeficiency Virus type-1
& 2.
Penyebaran/penularan HIV
 HIV tidak menyebar begitu saja. Virus ini tidak dapat
ditularkan melalui pelukan, dry kissing, berjabat tangan,
menggunakan toilet duduk bersama, air mata, urine, sputum,
keringat, feses, droplet
 HIV adalah virus yang rapuh sehingga hanya dapat
ditransmisikan melalui hubungan seks tanpa kondom seksual
(vagina atau anus), dan oral seks dengan orang yang
terinfeksi, transfusi darah yang terkontaminasi, dan berbagi
jarum yang terkontaminasi, jarum suntik atau alat tajam
lainnya. Hal ini juga dapat ditularkan antara ibu dan bayi
selama kehamilan, melahirkan dan menyusui (WHO, 2013).
 Virus HIV ditransmisikan melalui hubungan seksual, darah atau
produk yang terinfeksi atau cairan tubuh tertentu serta melalui
perinatal. Virus ini tidak dapat ditularkan melalui kontak biasa
seperti berpegangan tangan, bersalaman, cium pipi.
 Virus masuk dalam tubuh manusia dan menempel pada dinding sel
reseptor CD4 yang terdapat pada limposit dan beberapa monosit
(sel darah putih). Sel target yang lain adalah makrofag, sel dendrite,
sel langerhans dan sel mikroganglia. Setelah mengikat molekul
CD4, virus masuk ke sel target dan melepaskan selubung luarnya.
 RNA retrovirus ditranskripsikan menjadi DNA melalui transkripsi
terbalik. Beberapa DNA yang baru terbentuk saling bergabung dan
masuk ke dalam sel target dan membentuk provirus. Provirus ini
dapat menghasilkan protein virus baru yang bekerja menyerupai
pabrik/pusat pembuatan virus-virus baru. Sel target normal akan
membelah dan memperbanyak diri seperti biasanya dan dalam
proses ini provirus ikut menyebarkan virus-virus baru
 Sel-sel lain yang mungkin rentan terhadap infeksi HIV mencakup
monosit dan makrofag.Monosit dan makrofag yang terinfeksi dapat
berfungsi sebagai reservoir untuk HIV tetapi tidak di hancurkan oleh
virus HIV bersifat politrofik dan dapat menginfeksi beragam sel
manusia, seperti sel natural killer (NK) limfosit B, sel endotel, sel
epitel, sel langerhans, sel dendritik (yang terdapat di permukaan
mukosa tubuh), sel microglia, dan berbagai jaringan tubuh.
 Setelah virus berfusi dengan limfosit CD4+, maka berlangsung
serangkaian proses komplek yang apabila berjalan lancar,
menyebabkan terbentuknya partikel–partikel baru dari sel yang
terinfeksi. Limfosit CD4+ yang terinfeksi mungkin akan tetap laten
dalam keadaan provirus atau mungkin mengalami siklus–siklus
replikasi sehingga menghasilkan banyak virus.Infeksi pada CD4+ juga
dapat menimbulkan sipatogenisitas melalui beragam mekanisme,
termasuk apoptosis ( kematian sel terprogram ), anergi (pencegahan
fusi sel lebih lanjut ), atau pembentukan sinsitium (fusi sel).
 Setelah terjadi fusi sel virus, RNA virus masuk ke
bagian tengah sitoplasma limfosit CD4+, setelah
nukleokapsit di lepas terjadi transkripsi terbalik
(reverse transcription) dari satu untai tunggal RNA
menjadi DNAsalinan (cDNA) untai ganda virus.
Integrasi HIV membantu insersi cDNA virus ke
dalam inti sel penjamu. Apabila sudah terintegrasi
ke dalam kromosom penjamu, maka dua untai DNA
sekarang menjadi provirus
 Replikasi HIV berlanjut sepanjang periode latensi
klinis, bahkan saat hanya terjadi aktivitas virus yang
minimal di dalam darah. HIV di temukan dalam
jumlah besar di dalam limfosit CD4+ dan makrofag
diseluruh system limfoid pada semua tahap infeksi.
Partikel-partikel virus juga telah di hubungkan
dengan sel-sel dendritik folikuler, yang mungkin
memindahkan infeksi sel-sel selama migrasi melalui
folikel-folikel limfoid.
 HIV secara terus menerus terakumulasi dan
berimplikasi di organ –organ limfoid .Sebagian data
menunjukkan bahwa terjadi replikasi dalam jumlah
yang sangat besar dan pertukaran sel yang sangat
cepat,dengan waktu paruh virus dan sel penghasil
virus didalam plasma sekitar 2 hari (wei et al ,1995
:Ho et al,1995 dalam Price & Wilson 2012). Aktivitas
ini menunjukkan bahwa terjadi pertempuran antara
virus dan sistim imun pasien (Price & Wilson,edisi 6,
2012 ).
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Diagnosis infeksi HIV dengan cara mendeteksi adanya


antibody dan atau antigen HIV dalam darah.
 Enzyme Linked Immunoasorbant Assay [ELISA].
Pengujian immunoassay untuk mendeteksi
antibodi melawan HIV.
 Home access HIV -1 test system/dried blood spot.
 Western blot
Sebuah uji yang lebih spesifik untuk adanya antibodi
HIV pada serum, dan merupakan tes konfirmasi
yang umum digunakan.
 Indirect immunofluorescence assay.
Untuk mendeteksi virus tertentu IgG atau IgA atau
antibodi IgM.
 Cairan mulut. Air liur saluran kelenjar atau
transudat mukosa adalah specimen yang dapat
digunakan untuk mendeteksi antibodi terhadap HIV
dalam cairan oral.
 Analisa urin
 Mukosa vagina
 Polymerase Chain Reaction (PCR). Merupakan cara
untuk mengetahui amplifikasi gen dan transkrip
RNA. Keuntungannya spesifikasi dan sensitivitas 97-
98%.
 Virus culture
 p24 antigen capture assay
Hasil abnormal pemeriksaan darah yang umum terjadi pada
pasien dengan infeksi HIV, penyakit oportunistik atau
komplikasi terapi diantaranya adalah : (Lewis, et all, 2011)
 Penurunan jumlah leukosit, khususnya netrophile
 Trombositopenia yang disebabkan karena infeksi HIV, adanya
antibody trombosit, atau efek terapi
 Anemia yang dihubungkan dengan proses penyakit kronis
dengan efek pemberian ART (antiretrovirus therapy)
 Gangguan fungsi hepar yang disebabkan infeksi HIV,
pengobatan atau adanya infeksi hepar yang umum terjadi.
Deteksi dini adanya hepatitis B atau C menjadi penting
karena infeksi ini menjadi perhatian penting pada penderita
HIV dalam penggunaan ART yang dapat menyebabkan
kesakitan bahkan kematian.
 Selain pemeriksaan laboratorium dan diagnostic,
terdapat dua macam pendekatan untuk tes HIV,
yaitu :
 Konseling dan tes HIV sukarela (KTS-VCT = Voluntary
Counseling & Testing)
 Tes HIV dan konseling atas inisiatif petugas kesehatan
(KTIP – PITC = Provider-Initiated Testing and
Counseling)
PENATALAKSANAAN

Menurut WHO, 2013 upaya menanggulangi penyakit HIV


AIDS melalui Program penanggulangan AIDS di
Indonesia yang terdiri dari 4 pilar, dan semuanya
menuju pada paradigma Zero new infection, Zero AIDS-
related death dan Zero Discrimination.
Empat pilar tersebut adalah:
 Pencegahan (prevention); yang meliputi pencegahan
penularan HIV melalui transmisi seksual dan alat suntik,
pencegahan di lembaga pemasyarakatan dan rumah
tahanan, pencegahan HIV dari ibu ke bayi (Prevention
Mother to Child Transmission, PMTCT), pencegahan di
kalangan pelanggan penjaja seks, dan lain-lain.
 Perawatan, dukungan dan pengobatan (PDP); yang
meliputi penguatan dan pengembangan layanan
kesehatan, pencegahan dan pengobatan infeksi
oportunistik, pengobatan antiretroviral dan dukungan
serta pendidikan dan pelatihan bagi ODHA. Program
PDP bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan
kematian dan meningkatkan kualitas hidup.
 Mitigasi dampak berupa dukungan psikososio-ekonomi.
 Penciptaan lingkungan yang kondusif (creating enabling
environment) melalui penguatan kelembagaan dan
manajemen, manajemen program serta penyelarasan
kebijakan.

Anda mungkin juga menyukai