Anda di halaman 1dari 4

—-SKENARIO 1—-

Seorang wanita berusia 33 tahun dirawat di rumah sakit karena batuk lebih dari satu bulan dan berat
badannya turun 10 kg dalam sebulan. Hasil pemeriksaan rontgen dan hasil pemeriksaan dahak
menunjukkan adanya penyakit tuberkulosis di paru-parunya. Hasil penghitungan CD 4 adalah 134 sel /
ul. Dia mengatakan bahwa dia mengalami infeksi herpes 6 tahun lalu setelah melahirkan anak
pertamanya. Ia menjelaskan bahwa ia tertular dari suaminya yang juga HIV (+) saat itu. Dokter
menghentikan terapi ARV selama pengobatan TB.

KLARIFIKASI ISTILAH

1. CD4

- Sel CD4 adalah jenis sel darah putih atau limfosit. Sel tersebut adalah bagian yang penting dari sistem
kekebalan tubuh kita. Sel CD4 kadang kala disebut sebagai sel-T. Ada dua macam sel-T. Sel T-4, yang juga
disebut CD4 dan kadang kala sel CD4+, adalah sel ‘pembantu’. Sel T-8 (CD8) adalah sel ‘penekan’, yang
mengakhiri tanggapan kekebalan. Sel CD8 juga disebut sebagai sel ‘pembunuh’, karena sel tersebut
membunuh sel kanker atau sel yang terinfeksi virus

- CD4+ adalah tes darah untuk menentukan seberapa baik sistem kekebalan tubuh bekerja pada orang
yang telah didiagnosis dengan human immunodeficiency virus (HIV). CD4+ adalah jenis sel darah putih.

- HIV menginfeksi sel CD4+. Jumlah sel CD4+ membantu menentukan apakah infeksi lain (infeksi
oportunistik) dapat terjadi.

Normal Sel CD4+ pada orang yang tidak terinfeksi HIV biasanya berkisar dari 600 sampai 1.500 sel per
mikroliter (MCL).

Abnormal: Sel CD4+ lebih besar dari 350 tapi kurang dari 500 sel/MCL menunjukkan sistem
kekebalan tubuh mulai melemah.

CD4+ kurang dari 350 sel/MCL menunjukkan sistem kekebalan tubuh yang lemah dan
peningkatan risiko infeksi oportunistik.

CD4+ kurang dari 200 sel/MCL mengindikasikan adanya acquired immunodeficiency syndrome
(AIDS) dan risiko tinggi terkena infeksi oportunistik.

Ketika tingkat CD4+ menurun, kecenderungan berkembangnya acquired immunodeficiency syndrome


(AIDS) mungkin terjadi.
2. ARV:

- Terapi antiretroviral (ART) adalah kombinasi dari beberapa obat antiretroviral yang digunakan untuk
memperlambat HIV berkembang biak dan menyebar di dalam tubuh. Obat antiretroviral sendiri adalah
pengobatan untuk perawatan infeksi oleh retrovirus, terutama HIV.

- Kombinasi tiga atau lebih obat antiretroviral lebih efektif, daripada hanya menggunakan satu obat
(monoterapi) untuk mengobati HIV.

- Sejauh ini, terapi pengobatan inilah yang paling memungkinkan sistem kekebalan tubuh untuk tetap
sehat. Tujuan terapi antiretroviral adalah untuk mengurangi jumlah virus HIV dalam tubuh hingga ke
tingkat yang tidak lagi dapat terdeteksi dengan tes darah. Meski begitu, terapi antiretroviral ini harus
dijalani seumur hidup.

ARV tidak membunuh virus itu. Namun, ART dapat melambatkan pertumbuhan virus. Waktu
pertumbuhan virus dilambatkan, begitu juga penyakit HIV.

RUMUSAN MASALAH

1. Mengapa dokter menghentikan terapi ARV?

- Semua ODHA dengan koinfeksi TBC harus dicurigai menderita TBC MDR, oleh karena itu perlu
dilakukan pemeriksaan uji kepekaan. Jika terbukti mengalami resistensi obat, pasien ditatalaksana
dengan pengobatan standar TBC MDR. Pemberian ARV sangat penting pada pasien TBC MDR dengan
HIV positif. Jika ARV tidak segera diberikan, angka kematian dapat mencapai 91-100%. Jika pasien belum
dalam terapi ARV, harus segera diberikan setelah OAT TBC MDR dapat ditoleransi (sekitar 2-8 minggu).

- EFEK SAMPING; dapat juga dilakukan modifikasi paduan ARV yang sudah diberikan untuk mengurangi
kemunkginan interaksi antar obat dan kemungkinan terjadinya overlapping toksisitas obat.

Daya tahan tubuh menurun, orang dengan HIV-AIDS (ODHA) rentan terserang tuberculosis (TB). Tetapi,
ketika diketahui positif TB, ada aturan saat mengonsumsi obat antituberculosis (OAT).

"Bagi ODHA yang positif TB tapi belum minum anti retroviral (ARV) harus ditangani TB-nya lebih dulu,
diberi OAT baru setelah 2 minggu boleh konsumsi ARV," tutur Nurjannah, SKM, MKes dari sub direktorat
AIDS Ditjen P2PL Kemenkes di Unika Atmajaya, Jakarta, Rabu (22/4/2015).

Hal ini dilakukan sebab interaksi antara ARV dan OAT yang dikonsumsi bersama-sama justru memiliki
efek samping terhadap kerja ARV dalam menekan jumlah virus dalam tubuh. Lain halnya jika ODHA
sudah mengonsumsi ARV sebelumnya.
2. Apa komplikasi yang akan muncul dalam kasus tersebut?

- TBC

- MAC adalah kuman bakteri yang berhubungan dengan TB

- CMV adalah virus yang umum dan berhubungan dengan virus herpes yang memberikan penyakit
herpes oral (pada mulut)

- Infeksi oportunistik adalah infeksi serius yang terjadi pada sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti
pada penderita HIV. Sebaliknya, infeksi ini tidak menimbulkan masalah pada orang dengan sistem
kekebalan tubuh yang sehat. Biasanya infeksi oportunistik baru menyerang penderita HIV ketika sudah
menjadi HIV/AIDS atau sel CD4 di bawah 200.

- Dementia -> Penyakit HIV juga sering berhubungan dengan penurunan fungsi mental dan keahlian
motorik, terutama jika virus sudah menyerang sistem saraf. Akibatnya, terjadi kerusakan otak dan
menyebabkan HIV-associated neurocognitive disorders (HAND).

- Penderita HIV/AIDS juga rentan menjadi kanker, terutama kanker Non-Hodgkin’s lymphoma (NHL) dan
Kaposi’s sarkoma (KS). NHL adalah kanker sel darah putih limfosit yang dimulai pada sistem kelenjar
getah bening.

3. Apa penatalaksanaan yang tetap dalam kasus tersebut?

- Pemantauan rutin dilakukan setiap 3 hingga 6 bulan sekali. Yang dipantau termasuk dari keluhan yang
dirasakan selama penggunaan ARV, pemeriksaan fisik, hingga pemeriksaan laboratorium terutama CD4,
viral load dan baseline

3. Apa masalah keperawatan yang muncul ?

- Resiko infeksi

4. Bagaimana istirinya bisa tertular HIV dan mengapa muncul setelah melahirkan anaknya ?

- Pembentukan respons imun spesifik HIV dan terperangkapnya virus dalam sel dendritik folikuler (SDF)
di pusat germinativum kelenjar limfa dapat menyebabkan virion dapat dikendalikan, gejala hilang, dan
mulai memasuki fase laten.

5. Apakah anak pertamanya beresiko tertular HIV?


- Virus HIV juga dapat menular dari ibu hamil ke janin dalam kandungan. Selain itu, virus HIV dapat
ditularkan melalui proses persalinan atau menyusui.

- Penularan bisa terjadi bahkan sejak masa awal kehamilan hingga proses persalinan dan menyusui.

- Selain tertular dalam kandungan, biasanya anak juga bisa mendapat HIV saat persalinan. Pada tahap
ini, bayi dapat tertular darah atau cairan milik ibu yang telah terinfeksi HIV. Biasanya cairan ini mungkin
telah terminum oleh bayi sehingga virus yang terdapat di dalamnya mulai menginfeksi.

Anda mungkin juga menyukai