Skenario
MENCRET BERKEPANJANGAN
Seorang laki-laki, 25 tahun, mengeluh diare yang hilang timbul sejak 3
bulan yang lalu. Selain itu pasien juga mengeluh sering demam,
sariawan, tidak nafsu makan dan berat badan menurun 10 kg dalam
waktu 3 bulan terakhir. Dari riwayatnya dikatakan pasien sering
melakukan hubungan seksual secara bebas.
Pada pemeriksaan fisik pasien terlihat kaheksia, mukosa lidah kering
dan terdapat bercak-bercak putih. Pemeriksaan laboratorium darah
rutin LED 50 mm/jam. Pemeriksaan feses terdapat sel ragi. Pada
pemeriksaan srening antibodi HIV didapatkan hasil (+) kemudian
dokter menganjurkan pemeriksaan konfirmasi HIV dan hitung jumlah
limfositT CD4 dan CD8.
Dari data tersebut dokter menyimpulkan bahwa penderita ini mengalami
gangguan defisiensi imun akibat terinfeksi virus HIV. Dokter
menganjurkan pasien untuk dating ke dokter lain dengan alasan
yang tidak jelas.
Hipotesa
HIV adalah virus yang yang menyerang system imun yang
dapat masuk melalui cairan tubuh yang mengandung virus
HIV, yang dapat menyebabkan defisiensi imun. Gejala dan
tanda yang dijumpai adalah demam, diare, sariawan,
kaheksia. Diagnosis dapat ditegakan dengan pemeriksaan
fisik dan penunjang seperti pemeriksaan LED dan screening
Antibodi. Penyakit yang ditempelkan virus ini dapat ditangani
secara farmako dan non farmako dan dapat dicegah dengan
cara tidak melakukan hubungan seks bebas, memakai jarum
sutik bersamaan pada pengguna narkotika. komplikasi yang
dapat terjadi pada ODHA salah satunya TB. Dalam
menangani ODHA dokter harus bersikap sesuai etika dan
menganjurkan pasien untuk senantiasa bersabar menghadapi
cobaan.
SASARAN BELAJAR
pemeriksaan
Tujuan pengobatan
Tujuannya adalah untuk mengurangi kejadian dan dampak infeksi
seperti menjauhi subyek dengan penyakit menular, memantau
penderita terhadap infeksi, menggunakan antibiotik/antiviral yang
benar, imunisasi aktif atau pasif bila memungkinkan dam
memperbaiki komponen sistem imun yang defektif dengan transfer
pasif atau transplantasi.
Dalam penegakan diagnosis defisiensi imun, penting ditanyakan
riwayat kesehatan pasien dan keluarganya, sejak masa kehamilan,
persalinan dan morbiditas yang ditemukan sejak lahir secara detail
Group I; infeksi akut,seperti gejala flu dan tes antibodi terhadap HIV
negatif.
Group II (Asimtomatis); tes antibodi terhadap HIV positif,tidak ada
gejala-gejala dan
laboratorium yang mengarah ke HIV/AIDS
Group III (Simtomatis); tes antibodi terhadap HIV Positif,dan terjadi
pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata (Persisten
generalized lymphadenopathy)
Group IVA; tes antibodi terhadap HIV positif,dan terjadi penyakit
konstitusional (demam atau diare yang persisten,penurunan berat
badan lebih 10% dari berat badan normal)
Group IVB; sama dengan group IVA disertai adanya penyakit
neurologi,dementia,neurophati,dan myelophati.
Group IVC; sama dengan group IVB disertai sel CD4 < 200 mm,dan
terjadi infeksi opurtunistik.
epidemiologi
UNAIDS
patogenesis
Virion virus mempunyai tonjolan terdiri dari gp120
dan gp41 gp120 berikatan dengan reseptor CD4+ sel T
dan gp41 untuk memerantai fusi membrane virus ke
membrane sel selain itu diperlukan koreseptor pada
permukaan sel T yaitu CCR5/CXCR4 APC terinfeksi
virus HIV ke limfonodus regional.
Replikasi virus :
Perlekatan virus dengan sel T CD4+
Fusi dan masuknya virus kedalam sel T CD4+
Pelepasan envelop virus oleh enzim protease
Membuat 1 rantai RNA DNA untai ganda oleh enzim transkriptase
cDNA bermigrasi ke dalam inti sel dengan bantuan enzim integrase
Menghasilkan DNA provirus memicu transkripsi membentuk mRNA
ditranslasi menjadi enzim-enzim dan protein-protein oleh ribosom sel
dilepas ke sitoplasma.
RNA virus bergabung dengan protein-protein virus
Virion HIV baru siap dibebaskan dari sel T CD4+ yang terbungkus oleh
sebagian sitoplasma dari membran sel T CD4
patofisiologi
Infeksi HIV tidak akan langsung memperlihatkan tanda/gejala tertentu.
Sebagian memperlihatkan gejala tidak khas pada infeksi HIV akut, 3-6
minggu dan bisa terjadi pada 5 hari dan 3 bulan setelah terinfeksi.
Seperti demam, nyeri menelan, pembengkakan kel getah bening,
ruam, diare atau batuk. Setelah infeksi akut, dimulailah infeksi HIV
asimptomatik berlangsung selama 8-10 tahun.
Seiring dengan semakin memburuknya kekebalan tubuh, mulailah
Nampak gejala-gejala akibat infeksi oportunistik : BB menurun,
demam lama, rasa lelah, pembesaran kelenjar getah bening, diare,
TB, infeksi jamur, herpes dll.
Pada penderita AIDS, CD4+ perlahan menurun disebabkan karena
replikasi virus yang
aktif aktif dan destruksi sel T yang terjadi di jaringan limfoid.
Normal CD4+ = 500-1500 sel/mm3
CD4+ <200 = rentan terhadap infeksi dan dapat menderita AIDS.
CD4+ <100 = dapat terjadi infeksi toksoplasma.
CD4+ <50 = daapt terjadi infeksi sitomegal.
manifestasi klinis
Klasifikasi HIV pada orang dewasa menurut CDC (Center for
Disease Control) berdasarkan gejala klinis dan diagnosis
laboratoriumnya dibagi menjadi empat grup:
1. Infeksi akut HIV
2. Infeksi seropositif HIV asimtomatis
3. Persisten generalised lymphadenopaty/ PGL
4. Gejala yang berkaitan dengan HIV/AIDs
Gejala minor:
Batuk-batuk selama lebih dari 1 bulan
Pruritus dermatitis menyeluruh
Infeksi umum yang rekuren (misalnya herpes zoster)
Kandidiasis orofaringeal
Infeksi herpes simplek kronis progresif atau yang meluas
Limfadenopati generalisata
Pasal 13
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas
perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu
memberikannya.
Daftar pustaka
TERIMA KASIH