Anda di halaman 1dari 10

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK TERHADAP


KEBERHASILAN PENGOBATAN PADA PASIEN
TUBERKULOSIS DI PUSKESMAS KECAMATAN
JOHAR BARU JAKARTA PUSAT TAHUN 2016
DAN TINJAUANNYA MENURUT
PANDANGAN ISLAM

Disusun oleh:

WINDA AFDILLA .J

NPM 1102014280

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS YARSI

TAHUN 2017
HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK TERHADAP KEBERHASILAN
PENGOBATAN PADA PASIEN TUBERKULOSIS DI PUSKESMAS
KECAMATAN JOHAR BARU, JAKARTA PUSAT TAHUN 2016
DAN TINJAUANNYA MENURUT PANDANGAN ISLAM

Winda Afdilla.J1, Insan Sosiawan A. Tunru2, Yusnita3 , Amir Mahmud4

ABSTRAK
Latar Belakang: Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang menjadi salah
satu ancaman utama bagi manusia, Untuk menangani segala ancaman dari tuberkulosis
maka WHO telah mengembangkan strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai
strategi DOTS untuk meningkatkan keberhasilan pengobatan TB dengan indikator yang
digunakan adalah sembuh dan pengobatan lengkap. Keberhasilan pengobatan dipengaruhi
oleh faktor internal dan eksternal salah satu contohnya merokok. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan perilaku merokok terhadap keberhasilan pengobatan pada
pasien tuberculosis di Puskesmas Kecamatan Johar Baru Jakarta Pusat tahun 2016.
Metode: Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif non-eksperimental secara
cross sectional. Populasi dan sampel adalah pasien tuberkulosis dewasa yang terdaftar di
Puskesmas Kecamatan Johar Baru Jakarta Pusat tahun 2016. Penetapan sampel dengan
menggunakan Simple Random Sampling. Pengambilan data dilakukan dengan cara
wawancara menggunakan kuesioner. Analisis data mengunakan SPSS dengan uji Chi-
Square.
Hasil: Terdapat 45 orang (80,4%) berhasil dalam pengobtan tuberkulosisdengan 25
orang (83,9%) responden yang tidak merokok. Dari hasil uji statistik menggunakan uji
Chi-Square didapatkan nilai P = 0,69.
Simpulan: Tidak ada hubungan perilaku merokok terhadap keberhasilan pengobatan
Tuberkulosis di Puskesmas Kecamatan Johar Baru Jakarta Pusat tahun 2016. Menurut
pandangan Islam, hal ini menandakan bahwa Qiyas ma’al fariq yang merupakan qiyas
yang batil karena perbedaan yang sangat jauh antara al-ashl dan al-far dalam hal illat,
sehingga tidak bisa disamakan hukumnya (Rijal,2015)
Kata Kunci : Perilaku Merokok, Keberhasilan Pengobtan Tuberkulosis
1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2
Staf pengajar bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
3
Staf pengajar bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas
YARSI
4
Staf pengajar bagian Agama Islam Fakultas Kedokteran Universitas YARSI

1
RELATIONSHIP OF SMOKING BEHAVIOR WITH THE SUCCESS
TUBERCULOSISP TREATMENT AT COMMUNITY HEALTH
CENTER OF JOHAR BARU CENTRAL JAKARTA IN 2016
AND THE REVIEW OF ISLAMIC VIEWS

Winda Afdilla.J1, Insan Sosiawan A. Tunru2, Yusnita3 , Amir Mahmud4

ABSTRACT
Background: Tuberculosis (TB) is an infectious disease that poses one of the major
threats to humans. To deal with all threats from tuberculosis, WHO has developed a TB
control strategy known as the DOTS strategy to improve the success of TB treatment with
the indicator used being cured and complete treatment. The success of treatment is
influenced by internal and external factors such as smoking. This study aims to determine
the relationship of smoking behavior with the success of tuberculosis treatment at
community health center of Johar Baru Central Jakarta in 2016.
Methods: This research was conducted by Cross-Sectional non-experimental
quantitative method. Population and sample are adult tuberculosis patients registered at
community health center of Johar Baru Central Jakarta in 2016. Samples are selected by
using Simple Random Sampling. The data were collected by interview using
questionnaire. Data analysis using SPSS with Chi-Square test.
Result: There were 45 respondents (80,4%) succeed in tuberculosis treatment with 25
people (83,9%) of respondents who did not smoke. Results of statistical tests using Chi-
Square test obtained value P = 0.69 (>0,05).
Conclusions: There is no relation between smoking behavior with the success of
tuberculosis treatment at community health center of Johar Baru Central Jakarta in
2016. According to Islamic view, this indicates that Qiyas ma'al fariq is rejected which is
qiyas who vanity because of the very distant difference between al-ashl and al- far in
terms of illat, so it cannot be equated with the law.
Keywords: Smoking Behavior, Success of Tuberculosis Treatment
1
Faculty of Medicine, YARSI University
2
Staff of departement Anatomical Pathology, Faculty of Medicine, YARSI University
3
Staff of departement Public Health, Faculty of Medicine, YARSI University
4
Staff of departement Islamic Studies, Faculty of Medicine, YARSI University

2
Pendahuluan strategi penanggulangan TB yang
Tuberkulosis(TB) merupakan dikenal sebagai strategi Directly
penyakit menular yang disebabkan Observed Treatment Shortcourse
oleh bakteri berbentuk basil gram chemotherapy (DOTS). Penerapan
positif Mycobacterium tuberculosis, strategi DOTS secara baik dapat
yang cara penularannya melalui cepat menekan penularan, mencegah
kontak dengan Batang Tahan Asam berkembangnya TB-MDR serta
(BTA) positif atau droplet (batuk meningkatkan keberhasilan
atau bersin) orang yang terinfeksi pengobatan TB paru 2.
bakteri ini 5. Indikator yang digunakan
Berdasarkan data dari “World dalam keberhasilan pengobatan
Health Statistic 2013” menunjukkan tuberkulosis adalah sembuh dan
tingginya angka prevalensi pengobatan lengkap. Angka
tuberkulosis per 100.000 penduduk keberhasilan pengobatan TB di
di beberapa negara ASEAN dan Indonesia tahun 2015 sebesar 84%,
SEAR, dan tahun 1992 World Health dengan pencapaian tertinggi sebesar
Organization (WHO) telah 93% di Sulawesi Utara sedangkan
mencanangkan tuberkulosis sebagai pencapaina terendah sebesar 37% di
“Global Emergency” 2
. Jumlah Provinsi Kalimantan Tengah 4.
penderita penyakit TB di Indonesia Menurut Nainggolan (2013)7
menduduki peringkat ketiga terbesar terdapat dua faktor yang
setelah India dan China, dengan mempengaruhi keberhasilan
angka kematian sebesar 175.000 per pengobatan pada pasien TB yaitu
tahun dan kasus baru 450.000 per faktor internal dan eksternal. Faktor
tahun. Pada setiap 100.000 penduduk internal meliputi karakteristik dan
ada 125 penderita tuberkulosis yang perilaku pasien itu sendiri, seperti
menular 3. umur, pendidikan, perilaku merokok,
Sejak tahun 1995, WHO dan berikutnya faktor eksternal meliputi
International Union Agains faktor lingkungan dan sosial yang
Tuberculosis and Lung Disease berada disekitar pasien, seperti
(IUATLD) telah mengembangkan kondisi rumah, peran pengawas

3
PMO, kepatuhan minum obat dan nikmat Iman dan Islam. Menjaga
lain-lain. kesehatan merupakan bagian dari
Prevalensi perokok di ibadah, karena kesempatan beribadah
Indonesia sangat tinggi di berbagai dipengaruhi oleh kesehatan 9.
lapisan masyarakat, mulai dari anak- Tubuh kita pada dasarnya
anak, remaja, dan dewasa. Data adalah amanah dari Allah yang harus
Survei Sosial Ekonomi Nasional dijaga, tapi dengan rokok dapat
(susens) dan Riskedes menunjukkan menimbulkan bahaya bagi tubuh,
bahwa prevalensi merokok untuk salah satunya adalah penyakit
semua kelompok umur mengalami Tuberkulosis dan sebagai makhluk
lonjakan. Hamper 80% perokok ciptaan Allah kita wajib untuk
mulai merokok ketika usianya belum berobat karena pada dasarnya semua
mencapai 19 tahun 2. penyakit berasal dari Allah, maka
Kebiasaan merokok akan yang dapat menyembuhkan juga
merusak mekanisme pertahanan hanya Allah. Akan tetapi untuk
paru. Selain itu, pajanan asap rokok mencapai kesembuhan tersebut
akan meningkatkan airway resistence tentunya dengan usaha yang
dan permeabilitas epitel paru-paru, maksimal. Sesungguhnya Allah
juga merusak gerak silia. Asap rokok mendatangkan penyakit, maka
dapat merusak makrofag dan bersama dengan itu Allah juga
menurunkan respon terhadap antigen, mendatangkan obat.
meningkatkan sintesis elastase,
Menurut Sigit (2011)
kemudian menurunkan produksi
menyatakan bahwa ada hubungan
1
antiprotease .
antara kebiasaan merokok terhadap
Islam mengajarkan tentang keberhasilan pengobatan TB paru
kesehatan. Kesehatan merupakan dengan strategi DOTS dapat
suatu keadaan yang sangat penting diketahui nilai p = 0,000, sehingga
untuk kelangsungan hidup dan didapatkan responden yang merokok
kebugaran tubuh. Kesehatan memiliki risiko 38,5 kali lebih besar
merupakan nikmat Allah SWT yang untuk gagal pengobatan
terbesar bagi hamba-Nya setelah dibandingkan dengan pasien yang

4
tidak memiliki kebiasaan merokok. dapat dijangkau peneliti. Untuk
Sedangkan berdasarkan Kriteria eksklusi yaitu Pasien TB
penelitian Tirtana (2011) 8 responden tidak bersedia mengikuti penelitian
yang memiliki kebiasaan tidak Pengumpulan data dilakukan
merokok sebanyak 71,1%, dimana dengan data sekunder (TB03) yang
merokok sebanyak 28,9%. Sehingga dan membagikan kuesioner kepada
didapatkan rokok tidak berpengaruh pendertita tuberkulosis di puskesmas
terhadap keberhasilan pengoatan johar baru. Analisis bivariat dalam
pada pasien TB. penelitian ini menggunakan uji Chi
Metode Penelitian Square dengan SPSS 23.0 for
Penelitian ini merupakan windows.
penelitian kuantitatif non- Hasil
eksperimental atau bersifat analitik Pada tabel 4.1 terlihat bahwa
cross sectional. Populasi dan sampel mayoritas responden berjenis
adalah semua pasien tuberkolosis kelamin laki-laki sebanyak 30 orang
yang terdaftar di Puskesmas (53,6%) dengan usia terbanyak >40
Kecamatan Johar Baru, Jakarta pusat tahun yaitu 26 orang (46,4%).
tahun 2016 sebanyak 125 orang. Berdasarkan pendidikan responden
Sampel dipilih dengan menggunakan sebagian besar SMA dan SD yaitu 18
metode simple random sampling dan orang (32,1%) dan Responden yang
didapatkan jumlah sampel 56 orang. bekerja dan tidak bekerja jumlahnya
Responden pada penelitian ini sama yaitu 28 orang (50%)
merupakan orang dewasa yang
Pada tabel 4.2 terlihat bahwa
memenuhi kriteria inklusi dan
pasien tuberkulosis yang tidak
kriteria eksklusi. Kriteria inklusi
merokok yaitu 32 orang (57,1)%, 14
pada penelitian ini adalah usia pasien
orang (58,3%) diantaranya
>15 tahun, telah menyelesaikan
dikategorikan sebagai perokok
pengobatan OAT selama 6 bulan
ringan. Hal yang sama juga dapat
pada tahun 2016, pasien yang
dilihat pada pengobatan pada pasien
bersedia dan telah menanda tangani
tuberkulosis yaitu 45 orang (80,4%)
informed consent serta alamat yang

5
berhasil. Dari hasil uji
Umur
statistik menggunakan uji Chi-
<40 Th 29 51,8
Square didapatkan nilai P > 0,05
>40 Th 27 48,2
yaitu 0,69. Hal ini memperlihatkan
Subtotal 56 100
bahwa tidak ada hubungan antara Pendidikan
perilaku merokok dengan Terakhir
keberhasilan Tidak Tamat SD 3 5,4
pengobatan pada pasien SD 18 32,1
Tuberkulosis di Puskesmas SMP 13 23,2

Kecamatan Johar Baru Jakarta Pusat SMA 18 32,1

tahun 2016. Akademi/Sarjana 4 7,1


Total 56 100
Tabel 4.1 Karakteristik Responden
Pekerjaan
Bekerja 28 50
Variabel Jumlah Persentase (%)
Tidak Bekerja 28 50
Jenis
Total 56 100
Kelamin
Laki-Laki 30 53,6
Perempuan 26 46,4
Total 56 100

6
Tabel 4.2 Hubungan Jumlah Kunjungan Balita Ke Posyandu dengan Status
Gizi Balita Di Kelurahan Cakung Barat Jakarta Timur Tahun 2017
Keberhasilan
Perilaku Merokok Pengobatan P
Total
Berhasil Tidak
Berhasil
Merokok Jumlah 20 5 25
% 76,0 24,0 100
0,69
Tidak Jumlah 25 6 31
Merokok % 83,9 16,1 100

Pembahasan Hasil pada penelitian ini sama

Pada penelitian ini seperti penelitian Pratiwi (2012) juga

keberhasilan pengobatan dilihat dari mengatakan bahwa tidak ada

indikator yaitu, pasien yang sembuh hubungan antara kebiasaan merokok


dengan keberhasilan pengobatan (p=
dan pengobatan lengkap yang dibagi
0,984), hal tersebut terjadi karena
menjadi dua kategori yaitu, berhasil
sebanyak 47,5% responden adalah
dan tidak berhasil. Untuk perilaku
berjenis kelamin perempuan sehingga
merokok pada pasien tuberkulosis
memiliki riwayat bukan perokok yang
dikatakan merokok apablia tidak juga sejalan dengan penelitian Tirtana
pernah menghisap rokok walaupun (2011) yang menyatakan bahwa,
sekali hisap, dari yang merokok juga merokok bukan merupakan penyebab
dapat dibagi menjadi tiga kategori tuberkulosis tetapi pendukung untuk
berdasarkan jumlah rokok yang lebih berat penyakit tuberkulosisnya.

dihisap yaitu perokok ringan apabila Penelitian Berin (2011) yang


menghisap <10 batang perhari, menyatakan bahwa pengobatan
perook sedang apabila menghisap pasien tuberkulosis yang memiliki
10-20 batang perhari dan perokok kebiasaan merokok didapatkan lebih
berat yang menghisap rokok >20 banyak yang gagal dibandingkan
batang perhari. yang sembuh P = 0,42.

7
Pada penelitian ini terdapat penyakit dan sebaiknya Bagi peneliti
beberapa Keterbatasan penelitian ini selanjutnya, apabila memiliki
antara lain sulitnya menemukan kecukupan dana dan waktu
alamat responden karena tempat sebaiknya jumlah sampel lebih
tinggal di pemukiman padat diperbanyak dan cakupan wilayah
penduduk ataupun ada alamat yang lebih luas tidak hanya disatu
pindah. Kemudian setelah kecamatan.
menemukan alamat, ada beberapa Daftar Pustaka
responden yang tidak ada di rumah 1. Aditama,TY. 2003. Rokok dan
ataupun bekerja. Tuberkulosis Paru. Medika. No
Simpulan 5 Th. XIX, pp: 327-326-323.
Berdasarkan hasil penelitian 2. Department Kesehatan RI 2013.
ini, tidak ada hubungan antara Perilaku Merokok Masyarakat
perilaku merokok dengan Indonesia.http://www.depkes.go.
keberhasilan pengobatan pada pasien id/resources/download/pusdatin/i
Tuberkulosis di Puskesmas nfodatin/infodatin-hari-tanpa-
Kecamata Johar Baru Jakarta Pusat tembakau-sedunia.pdf. Diakses
tahun 2016 tanggal 1 April 2017.
Saran 3. Departement Kesehatan RI
Bagi instansi kesehatan, 2014. Pedoman Nasional
diharapkan terus adanya peningkatan Penanggulangan Tuberkulosis.
mutu dan kualitas pelayanan http://spiritia.or.id/dokumen/ped
kesehatan khusunya dalam perbaikan oman-tbnasional2014.pdf.
sarana dan prasarana serta petugas Diakses tanggal 1 April 2017
kesehatan yang menangani 4. Departement Kesehatan RI
tuberkulosis Bagi responden, selalu 2015. Profil Kesehatan
menjaga kesehatan tubuh dan Indonesia 2014.
kesehtan lingkungan sekitar tempat http://www.depkes.go.id/resourc
tinggal, selalu rutin memeriksakan es/download/pusdatin/profil-
dirinya ke puskesmas untuk kesehatan-indonesia/profil-
mencegah agar tidak terserang

8
kesehatan-indonesia-2014.pdf. 9. Zuhroni, Riani Nur, Nazaruddin
Diakses tanggal 9 April 2017 Nirwan . 2003. Islam Untuk
5. Departement Kesehatan RI Disiplin Ilmu Kesehatan dan
2015. Tuberkulosis: Temukan Kedokteran. Jakarta: Bagian
dan Obati Sampai Sembuh. Agama Universitas Yarsi
http://www.depkes.go.id/resourc
es/download/pusdatin/infodatin/i
nfodatin_tb.pdf. Diakses tanggal
10 November 2016
6. Lin, H. 2007. Harvard School of
Public Health. Available
from:http://cybermed.cbn.net.id/
cbprtl/cybermed/detail.aspx?x=
Health+News&y=cybermed|0|0|
5|4438 . Diakses pada tanggal 12
April 2017.
7. Nainggolan, Helena RN, 2013.
Faktor yang Berhubungan
Dengan Gagal Konvers pasien
TB Paru kategori I Pada Akhir
Pengobatan Fase Intensif di Kota
Medan, Tesis, Universitas
Sumatera Utara, Medan.
8. Tirtana, Bertin Tanggap. 2011.
Faktor-Faktor yang
mempengaruhi keberhasilan
pengobatan pada pasien TB Paru
dengan Resistensi Obat TBC DI
Wilayang Jateng. (Artikel
Ilmiah). Semarang: FK. UNDIP.

Anda mungkin juga menyukai