Anda di halaman 1dari 7

MINGGU KE 3

DISIPLIN ILMU-ILMU SOSIAL

1.Hakekat Ilmu Sosial


Merupakan suatu hal yang wajar dalam mengawali pembicaraan mengenai hakikat ilmu
sosial muncul sebuah pertanyaan sederhana : apa ilmu sosial itu? Manakala jawaban sederhana
boleh dikemukakan : ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari manusia sosial. Sekalipun
jawaban itu amat sederhana, akan tetapi memliki makna yang sangat luas, sebagai akibat
penggunaan istilah manusia sosial (a social human beings). Mengapa demikian? Dalam
kenyataannya manusia sosial itu merupakan suatu kompleksitas yang memiliki hakekat
“multidimensional”. Bukankah manusia itu merupakan makhluk yang sarat dengn sejumlah
kebutuhan (needs) dan keinginan (wants), serta harapan-harapan (hopes).
Sehubungan dengan ia pun tak luput dari keterbatasan-keterbatasan yang ada pada
dirinya, maka untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan serta harapan-harapannya itu ia selalu
berinteraksi dengan sesamanya. Maka timbulah berbagai macam bentuk hubungan ekonomi,
politik, keagamaan, dan sebagainya yang dimulai dari ruang lingkup yang paling kecil yakni
keluarga hingga ke ruang lingkup yang lebih luas seperti negara, bangsa bahkan hubungan
international. Disinilah kita lihat adanya kompleksitas kehidupan manusia sosial itu yang sarat
dengan berbagai bentuk hubungan. Sejalan dengan kenyataan ini Colhoun (1979:49) memberi
batasan bahwa:
Social science is the study of the grup behavior of families, factories churches,
communities, nations, and other group. It is also concerned with the behavior of individual
people insofar as the isinfluenced by their belonging to grup.
Terhadap kompleksitas yang menjadi objek kajian-kajian ilmu sosial seorang ilmuan
sosial yang bernama Mackenzi mearasa khawatir dengan menyatakan : “No one can learn or
each all that is knot about human society” (1996:7). Karena itu dalam perkembangan nya, para
ilmuwan sosial tampak sepakat dan menganggap perlu untuk membagi perhatian tentang
berbagai cara manusia sosial berinteraksi tersebut menurut sataun-satuan studi tertentu. Satuan-
satuan itu adalah disiplin ilmu-ilmu sosial yang mencakup ekonomi, sosiologi, antropologi,
ilmu politik, geografi dan sebagainya.Disiplin ilmu-ilmu sosial yang disajikan pada tingkat
kesukaran, (degress of diffucultess) universitas sering secara umum dijelaskan sebagai berikut
(Somantri, 1991 : 3).

1
Berbagai batang tubuh (body knowledge) disiplin ilmu-ilm sosial yang diorganisir secara
sistematis dan ilmiah.
a) Batang tubuh disiplin itu berdasarkan sejumlah teori dan generalisasi yang hal dan
kuat serta dapat diuji tingkat kebenarannya.
b) Batang tubuh disiplin ilmu-ilmu sosial ini disebut juga “structure” disiplin ilmu, atau
ada juga yang menyebutkan dengan “fundamental ideas”.
c) Teori dan generalisasi dalam struktur itu disebut juga pengetahuan ilmiah yang
dicapai lewat pendekatan “coceptual dan syntactis”. Yaitu lewat proses bertanya,
berhipotesis, pengumpulan data (observasi dan eksperimen) serta analisis yang
mendalam dari berbagai variabel.
d) Setiap teori dan generalisasi ini terus dikembangkan, dikoreksi, dan diperbaiki untuk
membantu dan menerangkan masa lalu, masa kini dan masa depan serta membantu
memecahkan masalah-masalah sosial lewat pikiran, sikap atau tindakan terbaik.
Karena keperluan pendalaman ilmiah, disiplin ilmu-ilmu sosial itu sering kali
membutuhkan spesialisasi yang merupakan “sub culture” disiplin ilmu seperti Archeology,
Ethonology, Demography, Ethnomusicology, Jurisprudence, polemology, dan sebagainya.
Demikian pula untuk keperluan nyata dalam menghadapi masalah-masalah sosial, disiplin
ilmu-ilmu sosial tersebut sering kali melakukan pendekatan “multi disiplin” dan “inter
disiplin”. Untuk membedakan kedua istilah tersebut filsuf ilmu pengetahuan berkebangsaan
Belanda Van Melsen sepeti dikutip Daldjoeni (1981 : 156) memberikan pegangan sebagai
berikut. Kita namakan multi disiplin jika yang dimaksud itu kerja sama antar ilmu (antar
disiplin) tanpa akibat terjadinya peleburan, masing-masing ilmu tetap mandiri. Sedangkan
yang dimaksud dengan interdisiplin adalah jika hanya teori-teorinya saja yang dikerjasamakan,
contohnya teori informasi dalam tata kerja komputer. Kecenderungan lain sebagai akibat dari
penanganan secara Interdisipliner adalah munculnya cabang ilmu seperti psikologi sosial, yang
terbentuk oleh penelaahan interdisipliner secara psikologis dan sosiologis terhadap gejala
sosial tertentu. Contoh lainnya adalah sejarah perekonomian, sosiologi hukum, demografi,
ekonomi pertanian, dan sebagainya. Itu semua menunjukan terjadinya integrasi diantara ilmu-
ilmu sosial bahkan terjadi integrasi antara cabang ilmu sosial dengan ilmu alam.

Namun demikian, para pakar ilmu-ilmu sosial ini banyak yang kukuh untuk
mempertahankan keutuhan struktur disiplin ilmunya. Kegiatan ilmiah dalam mengembangkan
struktur disiplin ilmu-ilmu sosial ini biasanya dilakukan dalam waktu lama oleh tenaga peneliti
yang memahami benar perkembangan hasil-hasil penelitian mutakhir yang kemudian
diterbitkan dalam jurnal-jurnal ilmiah.

2. Perkembangan Ilmu Sosial


Ilmu-ilmu sosial boleh dikatakan baru berkembang sebagai disiplin ilmu pada kira-kira
awal abad ke-19. Sedangkan ilmu-ilmu alam telah mengalami perkembangan jauh sebelumnya.

2
Sehubungan ilmu-ilmu alam telah berkembang lebih dahulu, maka perkembangan ilmu-ilmu
sosial umumnya mengikuti pola perkembangan yang pernah dilalui oleh ilmu-ilmu alam
melalui tiga tahapan perkembangan. ………Tahap pertama
dimulai dengan adanya pengakuan terhadap “a set of related problem” oleh beberapa orang
pakar saja. Komunikasi dan pertukaran gagasan diantara mereka itu kemudian menghasilkan
“a set of generalations” yang paling sedikit merupakan suatu perkiraan atau dugaan. Dengan
semakin cermatnya prinsip-prinsip pertama dan ge neralisasi-generalisasi tadi kemudian dapat
diperoleh hal-hal yang baru. ……….Sudah semestinya bahwa
kemudian muncul teori-teori baru yang dapat menguatkannya karena yang terdahulu dianggap
usang. Dalam tahap pertama ini banyak tenaga dibuang untuk menyusun “basic
generelizations” ………. Tahap kedua meliputi berbagai
usaha untuk menemukan metoda penelitian yang tepat bagi disiplin yang bersangkutan.
Dengan demikian maka terapnya menjadi meningkat. Jika pada tahap pertama tadi disiplin itu
masih ada didalam asuhan semi authors, filsuf, paramongpraja, dan para gentlemen yang
berminat, maka pada tahap kedua disiplin tersebut dipegang oleh para spesialis akademis,
sehingga melalui mereka didirikan mimbar ilmiah bagi disiplin baru universitas. Sesudah
demikian munculah aliran-aliran sebagai tanda lakunya ilmu tadi dan diterbitkanlah jurnal-
jurnal ilmiah sebagai forum pertukaran pikiran dan gagasan bagi perkembangan ilmu
selanjutnya.
Tahap ketiga disebut tahap kematangan disiplin ilmu atau “nature stage of disclipe”
yang ditandai pertentangan dalam metoda teori-teori. Dengan sendirinya muncul pula berbagai
usaha untuk mengolah anggapan-anggapan dasar dengan maksud memperkecil perbedaan-
perbedaan yang ada. Sumbangan selanjutnya bagi perkembangan disiplin-disiplin ilmu
tersebut adalah usaha meluruskan jalan untuk menciptakan teori dasar yang dapat diterima
secara umum.
Pada tahap ketiga ini pihak-pihak luar (outsiders) disiplin ilmu yang bersangkutan
banyak mengajukan kritikan terhadap segala yang telah dicapai. Kritik semacam ini pada
umumnya malahan dapat meningkatkan taraf disiplin dan terhindarlah disiplin yang
bersangkutan dari bahaya dogmatisme (Daldjoeni, 1981:1480149).
Dari sejumlah ilmu sosial yang pertama kali mengalami pertumbuhan menjadi sebuah
disiplin ilmu adalah ilmu ekonomi. Problem-problem yang menuju ke arah pembinaan berbagai
teori ekonomi berkisar pada penyebab akhir dan penentu dari nilai barang dan jasa, serta
pendistribusikan produk. Para eksponen perkembangan sistem teoritis tentang relasi ekonomi

3
ini adalah Adam Smith hingga Stuart Mill dan Karl Marx yang merupakan tokoh aliran
ekonomi klasik.
Pada tahun 1870 ilmu ekonomi memasuki tahap kedua. “The principles of marginalsm”
dinyatakan denitif. Dalam pertarungan metodologi itu Karl Menger dan Gustav Schmoller
menjadi terkenal karena metodologinya, meskipun diamping itu ia mendapatkan banyak kritik.
Misalnya dari Thorold Rogers dan Clieffe Lestie datang kritik pedas terhadap teori-teori yang
abstrak. Juga adalah Adolph Questelet yang mengintroduksikan metoda induksi baru dalam
bernalar melalui statiska sosialnya. Demikian pula perumusan beberapa generalisasi ekonomi
secara matematis.
Tahap ketiga perkembangan ilmu ekonomi terjadi di Amerika Serikat ketika perang
dunia pertama usai, teori-teori dasar diperluas dan digeneralisasikan. Selanjutnya
diperkenalkan teori harga, teori nilai, teori kesempatan kerja dan teori fluktuasi hasil karya
keynes (Djaldjoeni, 1981 : 149).
Pola perkembangan psikologi sama dengan ilmu ekonomi. Tahap pertama
perkembangan teorinya pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 diperoleh dari
Pengolahan hasil studi penyakit jiwa, fsiologi, susunan syaraf pengaruh relatif dari lingkungan
keturunan atas perilaku dan pembentukan watak. Pada tahun 1914 mualilah berkembang
psikoanalisis, behaviorisme, beberapa cabang dari psikologi intrik, riset dalam psikologi klinis
dan psikiatri yang kesemuanya itu menghasilkan fakta-fakta yang amat lengkap. Tahap kedua
mulai pada masa perang dunia kedua usai dimana psikologi mulai memasuki tahap mencari
metoda yang tepat. Aliran-aliran Adler. C.G. Jung dan sebagainya mendesak metoda dari
Freud yang lebih bersifat “theurapeutis”. Dalam tahap itu dikembangkan pula berbagai tes
psikologi, diagnosa psikologis, psikologis hewan, teori-teori belajar, psikologi perkembangan
dan pendidikan. Disamping itu ditemukan pula metoda-metoda untuk menganalisis kejiwaan
seseorang misalnya tes Roschach, tes-tes opersepsi tematis, dan riset-riset dari Kretschmer
dan Sheldon. Sehabis perang dunia kedua psikologi pun memasuki tahap ketiga yang ditandai
usaha pengolahan teori-teori tentang analisis umum terhadap psikologi dinamik yang banyak
sumbangannya kepada masyarakat dan persekolahan (Djaldjoeni, 1981 : 150).
Pola perkembangan disiplin ilmu ekonomi dan psikologi sebenarnya diulangi oleh
disiplin-disiplin ilmu sosial lainnya, meskipun penyimpangannya tentu terjadi, misalnya dalam
panjang setiap perkembangannya. Di dalam ilmu ekonomi sendiri tahap pembentukan prinsip-
prinsip dasar terjadi antara tahun 1760 – 1875, sedangkan renungan metodologinya terjadi
antara tahun 1869 – 1925. Dalam bidang psikologi masing-masing tahap seperti di atas masing-
masing berjalan antara tahun 1880 – 1920 dan 1920 – 1941.

4
Ilmu-ilmu Perilaku dan Ilmu-ilmu Sosial
Pasca perang dunia kedua di Amerika Serikat dikembangkan apa yang disebut ilmu-
ilmu perlaku (behavioral science) yang sebagai intinya mengambil tiga ilmu sosial yaitu
antropologi, sosiologi, dan psikologi. Tujuan yang dicanangkan adalah menyusun berbagai
generalisasi tentang perilaku manusia berdasarkan bukti-bukti empirik yang dikumpulkan
melalui cara-cara impersonal dan objektif.
Berelson sebagaimana dikutif Djaljoeni (1981 : 157) masih menindak lanjut kepada
tujuan akhir dari kelompok ilmu baru itu sebagai berikut. To understand expline and predict
human behavior of physical forces or biological factors or closer home, the behavior of goods
and prices in the economic market.
Sekalipun tiga cabang ilmu sosial yakni antropologi, psikologi, dan sosiologi yang
dijadikan inti ilmu-ilmu perilaku, akan tetapi ada bagian tertentu dari ilmu-ilmu tersebut yang
sengaja dibuang karena tak diperlukan, misalnya aspek arkeologi dan ragawi dari antropologi
dan aspek penghilatan dan pendengaran dari psikologi.
Sebaliknya ada bagian-bagian tertentu dari disiplin ilmu-ilmu lain baik ilmu-ilmu sosial
maupun ilmu-ilmu alam yang diperlukan untuk menyusun ilmu baru tersebut diantaranya
adalah sebagai berikut (Djaldjoeni, 1981 : 157)
a. Dari ilmu hukum dan ilmu politik : perilaku politis-legal sebagai lawan dari perilaku
tradisional-formal yang bertalian dengan lembaga, pemerintahan, undang-undang, dan
ideologi.
b. Dari psikiatri : perilaku menyimpang, kehidupan emosional dan motivasional,
perilaku-perilaku khas akibat perubahan fisiologis dan pengaruh bahan kimia.
c. Dari geografi : perilaku sebagai implikasi pengaruh lingkungan alam.
d. Dari biologi : dasar-dasar fisiologis dan evolutif dari perilaku manusia.
e. Dari ilmu ekonomi : perilaku konsumtif, moral dalam industry, analisis empirik dan
penentuan di bidang perusahaan.
f. Dari ilmu sejarah : generalisasi luas tentang perilaku manusia dari kondisi-kondisi
historis.
Sesungguhnya masih banyak konsep-konsep dasar dari berbagai disiplin ilmu lain yang
dapat dijadikan bahan kajian ilmu-ilmu perilaku itu, yakni dengan memperhatikan dua kriteria
menurut Barelson sebagaimana dikutip Djaldjoeni (1981 : 958) berikut ini.
a. Harus menyangkut perilaku manusia. Sekalipun ada juga bagian-bagian dari psikologi
dan bilogi yang mengkaji perilaku hewan dimasukkan sebaai bahan kajian ilmu-ilmu
perilaku, tetapi itu karena ada hubungan yang tak langsung dengan perilaku.

5
b. Cara menelaah pokok-pokok nya harus dilakukan secara ilmiah dalam arti mengikuti
apa yang dipakai dalam ilmu-ilmu alamiah.
Aplikasi Ilmu-Ilmu Sosial
Seseungguhnya disiplin keilmuan selain mengandung unsur antologi (yang menjawab
pertanyaan apa, yakni berkaitan dengan aspek isi), dan espistemologi (yang menjawab
pertanyaan bagaimana, yang berkaitan dengan aspek metodologi), juga mengandung unsur
aksiologi yakni menjawab pertanyaan untuk apa, yaitu unsur keilmuan yang menelaah aplikasi
setiap disiplin keilmuan bagi kehidupan manusia. Aplikasi ilmu-ilmu sosial secara
komprehensif dapat disaksikan di berbagai bidang berikut ini.
Bidang Pendidikan
Dunia pendidikan boleh dikatakan merupakan konsumen terbesar dari hasil berbagai
studi ilmu sosial. Proses transmisi budaya dalam prosedur belajar mengajar di sekolah selalu
mendasarkan pada prinsip-prinsip yang bersunber pada ilmu-ilmu sosial khusus nya psikologi.
Demikian pula dalam rangka mensosialisasikan para siswa hidup bermasyarakat,
pengembangan mental dan spiritual selalu menggunakan berbagai konsep, generalisasi
maupun teori-teori ilmu sosial.
Bidang Pelayanan Sosial (Social Work)
Para pekerja sosial yang dididik di berbagai lembaga pendidikan diberi perlengkapan
pengetahuan yang diambil dari berbagai disiplin ilmu sosial seperti sosiologi, psikologi,
antropologi, geogarfi, dan sebagainya. Dengan berbekal kemampuan tersebut di atas mereka
melakukan berbagai kegiatan pelayanan sosial diantaranya meliputi:
a. Pengembangan, pemeliharaan, dan perbaikan efisiensi di bidang fisik, mental, dan
sosial;
b. Peningkatan adaptasi individu dan kelompok terhadap tatanan sosial yang berlaku;
c. Penyajian, pemeliharaan kondisi kehidupan sosial yang manusiawi
Bidang Psikiatri Sosial
Dalam kehidupan masyarakat jika tawaran kultural mengalami konflik dengan
kebutuhan jasmani yang umumnya serbaneka sering kali terjadi disorganisasi sosial. Tanda-
tanda terjadinya disorganisasi sosial dalam kehidupan masyarakat diantaranya timbulnya
gejalaneurosa, kejahatan, revolusi hingga pecahnya perang. Dalam bidang ini ilmu-ilmu sosial
memberikan sumbangan pemikiran untuk memahami gejala tersebut dan mencegah terjadinya,
atau jika telah terjadi berusaha untuk meringankan penderitaan manusia sebagai akibatnya.
Bidang Pemerintahan

6
Hampir di setiap negara, kebijaksanaan pemerintahanya selalu menggunakan hasil-
hasil studi berbagai ilmu sosial seperti ilmu politik, sosiologi, ekonomi, psikologi, dan
sebagainya. Para pakar ilmu-ilmu sosial tersebut banyak diangkat menjadi penasihat
pemerintah dalam menangani pembangunan di daerah. Dalam kenyataannya makin demokratis
situasi sosial makin banyak sarjana ilmu sosial yang dimanfaatkan. Kerja mereka pada taraf
nasional mencakup bidang keuangan, penyelenggaraan sensus nasional hingga hubungan luar
negeri. Juga dalam masa perang mereka pun tetap digunakan pemerintahan, terutama dalam
rangka memobilisasi kekuatan rakyat, melakukan propaganda, meneliti bagaimana
menjatuhkan mental musuh, dan sebagainya.
Bidang Social Engineering
Social Engineering adalah penerapan pengetahuan tentang kehidupan sosial pada
masalah sosial yang khusus. Dalam kaitan ini social engineering mencakup segala bidang
spesialis yang merupakan berbagai hasil studi sosial tentang perencanaan masa depan,
misalnya hasil studi tentang perkelompokkan, pola hubungan sosial, dan perubahan sosial
dibutuhkan dalam perencanaan daerah terutama perencanaan kota.

Anda mungkin juga menyukai