Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ISLAM DAN SAINS

RUMPUN KEILMUAN PENGETAHUAN SOSIAL DALAM PERSPEKTIF


ISLAM DAN SAINS

Dosen Pengampu: Apri Triyani M.Pd

KELOMPOK 9
1. RIFKY HUSEN ARROSID (231110136)
2.SOFA MUTHMAINAH (231110137)
HAFID HARDIANSYAH (231110135)
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Ilmu sosial merupakan sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana upaya untuk
mencari sebuah kebenaran dengan mengunakan akal budi mengenai hakekat ilmu sosial,
sebab-sebab munculnya, asal usul ilmu dengan cara-cara yang sistematis, koheren dengan
metode tertentu. Yang mana dalam sebuah ilmu itu terdapat permasalahan-permasalahan
yang harus dicari kebenaranya. Ilmu sosial, dalam mempelajari aspek-aspek masyarakat
secara subjektif, inter-subjektif, dan objektif atau struktural, sebelumnya dianggap kurang
ilmiah bila dibanding dengan ilmu alam.
Namun sekarang, beberapa bagian dari ilmu sosial telah banyak menggunakan
metode kuantitatif. Demikian pula, pendekatan interdisiplin, dan lintas-disiplin dalam
penelitian sosial terhadap perilaku manusia serta faktor sosial, dan lingkungan yang
mempengaruhinya telah membuat banyak peneliti ilmu alam tertarik pada beberapa
aspek dalam metodologi ilmu sosial.
Penggunaan metode kuantitatif, dan kualitatif telah makin banyak diintegrasikan
dalam studi tentang tindakan manusia serta implikasi, dan konsekuensinya. Karakteristik
ajaran islam dapat dilihat dari ajaran di bidang ilmu sosial. Ajaran Islam dibidang ilmu
sosial termasuk paling menonjol, karena seluruh bidang ajaran Islam pada akhirnya
ditujukan untuk kesejahteraan manusia. Dalam ilmu Sosial ini, Islam dituntut untuk
menjunjung tinggi sifat tolong menolong, saling menasehati tentang hak dan kesabaran,
kesetiakawanan, egaliter (kesamaan derajat), tenggang rasa dan kebersamaan. Maka dari
itu, perlu kita pelajari lebih lanjut mengenai pandangan-pandangan Islam dan Barat
tentang Ilmu-ilmu sosial.

B. Perumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud dengan ilmu sosial?


b. Bagaimana pandangan Islam tentang ilmu-ilmu sosial?
c. Bagaimana pandangan Barat tentang ilmu-ilmu sosial?
A. Pengertian Ilmu Sosial
Ilmu sosial pada dasarnya merupakan ilmu yang mempelajari perilaku dan aktivitas
manusia dalam kehidupan bersama. Dengan demikian ilmu sosial mempelajari hubungan
manusia dengan lingkungannya. Perbedaan utama antara ilmu sosial dengan ilmu alam adalah
obyeknya. Obyek ilmu alam adalah fisik, sedangkan obyek ilmu sosial adalah manusia dan
hubungannya dengan lingkungannya. Lingkungan ini dapat berarti manusia lain atau obyek fisik
di sekitar manusia. 1
Ilmu sosial mengkaji perilaku manusia yang bermacam-macam, misalnya
1. Perilaku manusia dalam hubungannya dengan manusia lain baik pribadi atau
kelompok yang nantinya melahirkan ilmu sosiologi.
2. Perilaku manusia pada masa lalu melahirkan ilmu sejarah.
3. Perilaku manusia kaitannya dengan kejiwaannya melahirkan ilmu psikologi.
4. Perilaku manusia kaitannya dengan pemenuhan kebutuhannya melahirkan ilmu ekonomi,
dan sebagainya.
Semua perilaku tersebut merupakan gejala sosial yang menjadi wilayah kajian utama ilmu-
ilmu sosial. Inilah yang membedakan ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial. Ilmu-ilmu alam
berhubungan dengan gejala-gejala alam yang bersifat fisik, konstan dan bisa diamati dengan
kasat mata dan untuk memahaminya tidak sesulit gejala sosial. Gejala alam mudah dipilah-pilah
dan bisa diukur serta pola peristiwanya senantiasa tetap. Misalnya, pola mengenai gejala gunung
meletus atau gejala tsunami sejak dahulu kala hingga sekarang tidak banyak berubah. Sedangkan
gejala atau peristiwa sosial terikat dengan variabel tempat, waktu, perilaku, dan settingnya lebih
kompleks. Misalnya revolusi yang terjadi di Inggris, Perancis, Amerika, dan Revolusi
Kemerdekaan Indonesia memiliki perbedaan yang tidak konstan.2

Cabang-cabang utama dari ilmu sosial yaitu Antropologi, Akuntansi, Arkeologi,


Astronomi, Demografi, Ekologi, Ekonomi, Fisika, Geografi, Geologi, Hukum, Ilmu Lingkungan,
Klimatologi, Kriminologi, Linguistik, Pendidikan, Politik, Oseanografi, Paleontology, Psikologi,
Sejarah dan Sosiologi

1. Supardi, Dasar-Dasar Ilmu Sosial, 2011


2 Vessuri, Hebe. (2000). "Ethical Challenges for the Social Sciences on the Threshold of the 21st Century."
Current Sociology 50, no. 1 (January): 135-150. [1], Social Science Ethics: A Bibliography, Sharon Stoerger
MLS, MBA
Karena gejala sosial sangat kompleks, maka untuk memahaminya tidak cukup dengan satu
sudut pandang atau satu disiplin ilmu, sehingga dikatakan bahwa ilmu sosial memiliki gejala
sangat kompleks.3

B. Rumpun Ilmu Pengetahuan Sosial dalam perspektif Barat

Menurut Wallerstein, perkembangan Ilmu sosial dimulai sejak masa Yunani dan Romawi
Kuno, di mana proses institusionalisasi pada Abad 19 terdapat di lima kota besar dan
menunjukkan progress yang cukup tinggi, dari lima kota tersebut yakni Inggris, Prancis, Jerman,
Italia dan Amerika Serikat. 4 Disiplin Ilmu sosial pertama yang mencapai eksistensi institusional
otonom adalah Ilmu sejarah, walaupun banyak sejarawan secara antusias menolak label Ilmu
sosial. Ilmu sejarah memang suatu praktik yang sudah berlangsung lama, dan terminologi sejarah
juga sangatlah kuno.
Dilanjut Ilmu ekonomi juga baru secara formal disebut sebagai disiplin Ilmu pada abad 19,
ketika pemberlakuan teori-teori ekonomi liberal pada abad ke 19, para ekonom beragumentasi
bahwa perilaku ekonomi lebih merupakan cermin suatu Psikologi individualistik universal
daripada institusi-institusi yang dikonstruksikan secara sosial. Ketika itu Ilmu ekonomi menjadi
sebuah disiplin ilmu yang matang di beberapa perguruan tinggi di Eropa.
Bersamaan dengan itu pada abad ke 19 juga berkembang muncul disiplin ilmu sosiologi.
Auguste Comte berkeyakinan bahwa ilmu tersebut harus menjadi “ ratu ilmu-ilmu”, sosiologi
merupakan hasil asosiasi-asosiasi reformasi sosial yang agenda utamanya berkaitan dengan
berbagai ketidakpuasan yang disebabkan oleh kekacauan populasi kelas pekerja perkotaan yang
semakin besar jumlahnya seiring dengan berjalannya Revolusi Industri.5
Fase selanjutnya berkembang ilmu politik. Kemunculannya bukan karena subject matter-
nya negara kontemporer dan perpolitikannya, juga bukan karena kurang menyetujui analisis
nomotetis, tetapi karena resistensi fakultas-fakultas hukum untuk merebut monopoli kekuasaan.
Begitulah empat serangkai (Sejarah, ekonomi, sosiologi dan politik) telah berhasil menjadi
disiplin-disiplin ilmu sosial di Universitas-universitas di Eropa abad ke 19, Pada akhir abad ke
19 Geografi berhasil merekonstruksikan dirinya sebagai sebuah disiplin ilmu baru, terutama di
beberapa Universitas di Jerman.

3
4
5
Psikologi pada mulanya merupakan bagian integral dari filsafat, pada abad 19 psikologi
mulai menunjukkan jati dirinya, terutama dengan kepeloporan Saint Agustint, dengan minatnya
dalam melakukan intropeksi dan keingintahuannya dan fenomena psikologis. Pada abad 19
terdapat dua teori psikologi yang saling bersaing, yakni Psikologi kemampuan dan Psycology
asosiasi yang lahir karena timbulnya penafsiran kemampuan khusus pada otak berbeda-beda.
Pada 1879 lahirlah laboratorium Psikologi pertama di Jerman.
Dalam perkembangannya psikologi sering berada pada dua tempat yakni disiplin Ilmu
sosial dan ilmu alam. Hal ini bertalian erat dengan kedekatan psikologi dengan arena medis,
sehingga banyak psikolog yang menyeberang psikologi dari ilmu sosial ke ilmu biologi/alam.
Istilah Psikologi sosial merupakan penguatan bahwa Psikologi masih menempatkan kakinya
pada ranah Ilmu sosial.

C. Rumpun Ilmu Pengetahuan Sosial Dalam Perspektif Islam

Al–Quran dan As-Sunnah sesungguhnya tidak membedakan antara ilmu agama Islam dan
ilmu pengetahuan sosial. Yang ada dalam Al-quran adalah ilmu. Pembagian adanya ilmu agama
Islam dan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah merupakan hasil kesimpulan manusia yang
mengidentifikasi ilmu berdasarkan sumber objek kajiannya.

Jika obyek yang dibahas dari Al-quran adalah mengenai penjelasan atas wahyu yang
dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW, berupa hadis, dengan menggunakan metode ijtihad ,
maka yang dihasilkan adalah ilmu-ilmu agama seperti Teologi, Fiqih, Tafsir, Hadis, Tasawuf,
dan lain sebagainya. Sedangkan jika yang dijadikan objek kajian perilaku manusia dan sosial
dalam segala aspeknya, baik perilaku politik, perilaku ekonomi, kebudayaan, perilaku sosial dan
lain sebagainya yang dilakukan dengan menggunakan metode penelitian sosial seperti
wawancara, observasi, penelitian terlibat (grounded research), maka yang dihasilkan adalah
ilmu-ilmu Sosial.

Ilmu-ilmu tersebut seluruhnya pada hakikatnya berasal dari Allah, karena sumber-sumber
ilmu tersebut berupa wahyu, alam jagat raya(termasuk hukum-hukum yang ada didalamnya),
manusia dengan perilakunya, akal pikiran, dan intusi batin seluruhnya ciptaan dan anugerah
Allah yang diberikan kepada manusia. Dengan demikian para ilmuwan dalam berbagai bidang
ilmu tersebut sebenarnya bukan pencipta ilmu tetapi penemu ilmu, penciptanya adalah Allah
SWT.

Atas dasar pandangan integrated(tauhid) tersebut maka seluruh ilmu hanya dapat dibedakan
dalam nama dan istilahnya saja, sedangkan hakikat dan substansi ilmu tersebut sebenarnya satu
dan berasal dari Allah SWT.6

Berikut adalah beberapa contoh cabang ilmu yang didasarkan pada ayat Al-Quran, yaitu

Cabang Ilmu Ayat ayat Al- Quran


Antropologi Q.S 2:30-31
Geografi Q.S 18:86,90,93,96, dan 97
Sejarah Q.S 64:2, 11:61, 58:11
Ekonomi Q.S 57:5, 62:10, 2:198, 67:15, 71:15, 71:19-20
dll.

Psikologi Q.S 2:256, 6:149, 76:3 dsb


Sosiologi Q.S 103:2-3, 107:1-7, 102:1-8
Arkeologi Q.S 18:46, 18: 32-44, 40:82 dsb.
Geologi Q.S 27:61, 67:15, 79:30-33, 16:15, 51:48,
71:19-20, dsb.

Sejak kelahirannya belasan tahun yang lalu islam telah tampil sebagai agama yang
memberika perhatian pada keseimbangan hidup antara dunia dan akhirat, antara hubungan
manusia dengan tuhan, antara hubungan manusia dengan manusia, dan antara urusan ibadah
dengan urusan muamalah.
Keterkaitan agama dengan masalah kemanusiaan menjadi penting jika dikaitkan dengan
situasi kemanusiaan di zaman moden ini. Dunia modern sesungguhnya menyimpan suatu potensi
yang dapat menghancurkan martabat manusia, manusia dapat mengorganisasikan ekonomi,
menata struktur politik, serta membangun peradaban yang maju untuk dirinya sendiri, tetapi pada

6
saat yang sama, manusia telah menjadi tawanan dari hasil ciptaannya sendiri, seperti
penyembahan kepada hasil ciptaannya sendiri.
Dalam keadaan demikian, harus memiliki ilmu pengetahuan sosial yang mampu
membebaskan manusia dari berbagai problem tersebut, ilmu pengetahuan sosial yang dimaksud
adalah ilmu pengetahuan sosial yang digali dari nilai-nilai agama yang disebut sebagai ilmu
sosial profetik.7

Dewasa ini ilmu sosial yang dibutuhkan tidak hanya berhenti pada menjelaskan
fenomena sosial, tetapi dapat memecahkannya secara memuaskan. Menurut Kuntowijoyo, pada
zaman modern ini butuh ilmu sosial profetik, yaitu ilmu sosial yang tidak hanya menjelaskan dan
mengubah fenomena sosial, tetapi juga memberikan petunjuk ke arah mana transformasi itu di
lakukan, untuk apa dan oleh siapa. Perubahan tersebut didasarkan pada tiga hal yaitu: tujuan
manusia (tujuan humanisasi), tujuan liberasi dan tujuan transendensi. Sebagaimana terkandung
dalam ayat 110 surat Ali’Imran sebagai berikut.

) ١١٠ ‫ُك ْنُتْم َخ ْيَر ُأَّمٍة ُأْخ ِر َج ْت ِللَّناِس َتْأُمُر ْو َن ِباْلَم ْع ُر ْو ِف َو َتْنَه ْو َن َعِن اْلُم ْنَك ِر ( َال عمران‬
Artinya:Kamu sekalian adalah sebaik-baiknya umat yang ditugaskan kepada
manusia menyuruh berbuat baik, mencegah berbuat munkar dan beriman kepada allah. (QS
Al-Imran, 110).
Dari firman Allah swt diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Tujuan manusia (tujuan humanisasi)
Tujuan humanisasi adalah memanusiakan manusia dari proses dehumanisasi.
Industrialisasi yang kini terjadi terkadang menjadikan manusia sebagai bagian dari
masyarakat abstrak tanpa wilayah kemanusiaan.
2. Tujuan liberasi
Tujuan liberasi adalah pembebasan manusia dari lingkungan teknologi, pemerasan
kehidupan, menyatu dengan orang miskin yang tergusur oleh kekuatan ekonomi raksasa
dan berusaha membebaskan manusia dari belenggu yang kita buat sendiri.

7
3. Tujuan transendensi
Tujuan transendensi adalah menumbuhkan transendental dalam kebudayaan. Kita sudah
banyak menyerah kepada arus hedonisme, meterialisme, dan budaya dekaden lainnya.
Kini yang harus dilakukan adalah membersihkan diri dengan mengikatkan kembali
kehidupan pada dimensi transendentalnya.8

D. Peran Ilmu Sosial Pada Era Globalisasi


Dengan ilmu sosial profetik kita bangun dari ajaran islam, kita tidak perlu takut atau
khawatir terhadap dominasi sains barat dan arus globalisasi yang terjadi saat ini. Islam selalu
membuka diri terhadap seluruh warisan peradaban.
Sejak beberapa abad yang lalau islam mewarisi tradisi sejarah dari seluruh warisan
peradaban manusia
Dalam bidang ilmu pengetahuan sosial islam bukanlah agama tertutup, islam adalah
sebuah paradigma terbuka, sebagai mata rantai peradaban dunia. Islam mengembangkan sistem
perekonomian yang berkeadilan, politik atau system pemerintahan, ilmu sosial, sistem
pertahanan sasanid, logika Yunani, dan sebagainya.9 Misalnya, untuk bidang-bidang pengkajian
tertentu islam menolak bagian logika Yunani yang sangat rasional diganti dengan cara berfikir
intuitif yang menekankan rasa seperti yang di kenal dalam tasawuf. Alquran sebagai sumber
utama ajaran islam diturunkan bukan dalam ruang hampa, melainkan dalam setting sosial aktual.
Dalam bidang ekonomi pada saat ini mengalami kesenjangan sosial yang diakibatkan
oleh perbedaan tingkat ekonomi. Kesenjangan dalam bidang ekonomi tersebut menunjukkan
bahwa ilmu sosial yang ada sekarang perlu ditinjau kembali, antara lain dengan menerapkan ilmu
sosial profetik. Misalnya islam mengakui adanya perbedaan kelas sebagai fitrah, dimana tuhan
melebihkan yang satu atas yang lain. Namun, bersamaan dengan itu islam menyuruh umatnya
agar menegakkan keadilan dan egaliter. Perbedaan kelas yang ada tidak boleh diartikan bahwa
islam mentolerir terjadinya ketidaadilan sosial. Islam berupaya mengikis kesenjangan tersebut
dengan melalui berbagai upaya seperti melalui institusi zakat, infaq, sadaqah dan sebagainya.

9
Dalam hubungan ini islam mengakui adanya upaya suatu gerakan kelompok yang
membela kelas tertindas, tetapi gerakan ini tidak seperti gerakan komunis dan sebagainya, dan
bukan untuk menghancurkan kelas yang menguasai alat-alat produksi. 10 Dari sini terlihat dengan
jelas tentang kepedulian islam terhadap upaya mengikis kesenjangan yang terjadi dimasyarakat.

F. Hubungan Agama Islam Dengan Ilmu Sosial


Kuntowijoyo mengatakan:” banyak orang bahkan pemeluk islam sendiri, tidak sadar bahwa
islam bukan hanya agama, tetapi juga sebuah komunitas (umat) tersendiri yang mempunyai
pemahaman, kepentingan dan tujuan-tujuan politik sendiri. Banyak orang beragama islam, tetapi
hanya menganggap islam adalah agama individual, dan lupa kalau islam juga merupakan
kolektivitas, islam memepunyai kesadaran, struktur, dan mampu melakukan aksi bersama.
Keterkaitan agama islam dengan politik terdapat pada uraian yang diberikan Harun Nasution
dalam bukunya islam ditinjau dari berbagai aspek jilid II. Dalam buku itu dijelaskan bahwa
persoalan yang pertama-tama timbul dalam islam menurut sejarah bukanlah persoalan tentang
keyakinan melainkan persoalan politik.11 Hubungan antara agama islam dari masa Rosulullah
saw dengan politik terlihat pada sistem khulafaurasidin.

BAB III
10
11
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas, jelas bahwa islam memiliki perhatian dan kepedulian yang tinggi
terhadap masalah-masalh sosial. Karena itu, kehadiran ilmu sosial yang banyak membicarakan
tentang manusia tersebut dapat diakui oleh islam. Namun islam memiliki pandangan yang khas
tentang ilmu sosial yang harus dikembangkan, yaitu ilmu sosial profetik yang dibangun dari
ajaran islam diarahkan untuk humanisasi, liberasi, dan transendensi. Ilmu pengetahuan sosial
demikian yang dibutuhkan dalam membangun manusia Indonesia seutuhnya pada era globalisasi
di masa yang akan datang.

B. SARAN
Semoga dengan pemaparan materi diatas para pembaca dapat memahami tentang HUBUNGAN
AGAMA DENGAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL dan memanfaatkannya untuk
kedepannya, selanjutnya pemakalah menyadari dalam makalah ini bnyak kekurangan baik itu
dalam segi penulisan maupun yang lainnya, jadi kritik dan saran pemakalah harapkan untuk
kedepannya menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid II, (Jakarta: UI Press, 1979), cet.
I.
Jalaluddin Rahmat, Islam Alternatif, (Bandung: Mizan, 1991), cet. IV.
H. Abudin Nata dkk.. Integrasi ilmu Agama dan Ilmu Umum. 2005. Jakarta: Rajawali Pers.
Kuntowijoyo, Paradigma Islam Interpretasi untuk Aksi, (Bandung: Mizan, 1991), cet I.
Poeradisastra, Sumbangan Islam terhadap Peradaban Modern, (Jakarta: P3M, 1982).
Dadang Supardan. Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. 2009. Jakarta:
Bumi Aksara

Daldjoeni. 2014. Pengantar Geografi. Yogyakarta: Penerbit Ombak


Supardi. 2011. Dasar-Dasar Ilmu Sosial. Yogyakarta: Penerbit Ombak

Website :
Media internet www.asrofudin.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai