KELOMPOK 9
1. RIFKY HUSEN ARROSID (231110136)
2.SOFA MUTHMAINAH (231110137)
HAFID HARDIANSYAH (231110135)
BAB 1
PENDAHULUAN
B. Perumusan Masalah
Menurut Wallerstein, perkembangan Ilmu sosial dimulai sejak masa Yunani dan Romawi
Kuno, di mana proses institusionalisasi pada Abad 19 terdapat di lima kota besar dan
menunjukkan progress yang cukup tinggi, dari lima kota tersebut yakni Inggris, Prancis, Jerman,
Italia dan Amerika Serikat. 4 Disiplin Ilmu sosial pertama yang mencapai eksistensi institusional
otonom adalah Ilmu sejarah, walaupun banyak sejarawan secara antusias menolak label Ilmu
sosial. Ilmu sejarah memang suatu praktik yang sudah berlangsung lama, dan terminologi sejarah
juga sangatlah kuno.
Dilanjut Ilmu ekonomi juga baru secara formal disebut sebagai disiplin Ilmu pada abad 19,
ketika pemberlakuan teori-teori ekonomi liberal pada abad ke 19, para ekonom beragumentasi
bahwa perilaku ekonomi lebih merupakan cermin suatu Psikologi individualistik universal
daripada institusi-institusi yang dikonstruksikan secara sosial. Ketika itu Ilmu ekonomi menjadi
sebuah disiplin ilmu yang matang di beberapa perguruan tinggi di Eropa.
Bersamaan dengan itu pada abad ke 19 juga berkembang muncul disiplin ilmu sosiologi.
Auguste Comte berkeyakinan bahwa ilmu tersebut harus menjadi “ ratu ilmu-ilmu”, sosiologi
merupakan hasil asosiasi-asosiasi reformasi sosial yang agenda utamanya berkaitan dengan
berbagai ketidakpuasan yang disebabkan oleh kekacauan populasi kelas pekerja perkotaan yang
semakin besar jumlahnya seiring dengan berjalannya Revolusi Industri.5
Fase selanjutnya berkembang ilmu politik. Kemunculannya bukan karena subject matter-
nya negara kontemporer dan perpolitikannya, juga bukan karena kurang menyetujui analisis
nomotetis, tetapi karena resistensi fakultas-fakultas hukum untuk merebut monopoli kekuasaan.
Begitulah empat serangkai (Sejarah, ekonomi, sosiologi dan politik) telah berhasil menjadi
disiplin-disiplin ilmu sosial di Universitas-universitas di Eropa abad ke 19, Pada akhir abad ke
19 Geografi berhasil merekonstruksikan dirinya sebagai sebuah disiplin ilmu baru, terutama di
beberapa Universitas di Jerman.
3
4
5
Psikologi pada mulanya merupakan bagian integral dari filsafat, pada abad 19 psikologi
mulai menunjukkan jati dirinya, terutama dengan kepeloporan Saint Agustint, dengan minatnya
dalam melakukan intropeksi dan keingintahuannya dan fenomena psikologis. Pada abad 19
terdapat dua teori psikologi yang saling bersaing, yakni Psikologi kemampuan dan Psycology
asosiasi yang lahir karena timbulnya penafsiran kemampuan khusus pada otak berbeda-beda.
Pada 1879 lahirlah laboratorium Psikologi pertama di Jerman.
Dalam perkembangannya psikologi sering berada pada dua tempat yakni disiplin Ilmu
sosial dan ilmu alam. Hal ini bertalian erat dengan kedekatan psikologi dengan arena medis,
sehingga banyak psikolog yang menyeberang psikologi dari ilmu sosial ke ilmu biologi/alam.
Istilah Psikologi sosial merupakan penguatan bahwa Psikologi masih menempatkan kakinya
pada ranah Ilmu sosial.
Al–Quran dan As-Sunnah sesungguhnya tidak membedakan antara ilmu agama Islam dan
ilmu pengetahuan sosial. Yang ada dalam Al-quran adalah ilmu. Pembagian adanya ilmu agama
Islam dan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah merupakan hasil kesimpulan manusia yang
mengidentifikasi ilmu berdasarkan sumber objek kajiannya.
Jika obyek yang dibahas dari Al-quran adalah mengenai penjelasan atas wahyu yang
dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW, berupa hadis, dengan menggunakan metode ijtihad ,
maka yang dihasilkan adalah ilmu-ilmu agama seperti Teologi, Fiqih, Tafsir, Hadis, Tasawuf,
dan lain sebagainya. Sedangkan jika yang dijadikan objek kajian perilaku manusia dan sosial
dalam segala aspeknya, baik perilaku politik, perilaku ekonomi, kebudayaan, perilaku sosial dan
lain sebagainya yang dilakukan dengan menggunakan metode penelitian sosial seperti
wawancara, observasi, penelitian terlibat (grounded research), maka yang dihasilkan adalah
ilmu-ilmu Sosial.
Ilmu-ilmu tersebut seluruhnya pada hakikatnya berasal dari Allah, karena sumber-sumber
ilmu tersebut berupa wahyu, alam jagat raya(termasuk hukum-hukum yang ada didalamnya),
manusia dengan perilakunya, akal pikiran, dan intusi batin seluruhnya ciptaan dan anugerah
Allah yang diberikan kepada manusia. Dengan demikian para ilmuwan dalam berbagai bidang
ilmu tersebut sebenarnya bukan pencipta ilmu tetapi penemu ilmu, penciptanya adalah Allah
SWT.
Atas dasar pandangan integrated(tauhid) tersebut maka seluruh ilmu hanya dapat dibedakan
dalam nama dan istilahnya saja, sedangkan hakikat dan substansi ilmu tersebut sebenarnya satu
dan berasal dari Allah SWT.6
Berikut adalah beberapa contoh cabang ilmu yang didasarkan pada ayat Al-Quran, yaitu
Sejak kelahirannya belasan tahun yang lalu islam telah tampil sebagai agama yang
memberika perhatian pada keseimbangan hidup antara dunia dan akhirat, antara hubungan
manusia dengan tuhan, antara hubungan manusia dengan manusia, dan antara urusan ibadah
dengan urusan muamalah.
Keterkaitan agama dengan masalah kemanusiaan menjadi penting jika dikaitkan dengan
situasi kemanusiaan di zaman moden ini. Dunia modern sesungguhnya menyimpan suatu potensi
yang dapat menghancurkan martabat manusia, manusia dapat mengorganisasikan ekonomi,
menata struktur politik, serta membangun peradaban yang maju untuk dirinya sendiri, tetapi pada
6
saat yang sama, manusia telah menjadi tawanan dari hasil ciptaannya sendiri, seperti
penyembahan kepada hasil ciptaannya sendiri.
Dalam keadaan demikian, harus memiliki ilmu pengetahuan sosial yang mampu
membebaskan manusia dari berbagai problem tersebut, ilmu pengetahuan sosial yang dimaksud
adalah ilmu pengetahuan sosial yang digali dari nilai-nilai agama yang disebut sebagai ilmu
sosial profetik.7
Dewasa ini ilmu sosial yang dibutuhkan tidak hanya berhenti pada menjelaskan
fenomena sosial, tetapi dapat memecahkannya secara memuaskan. Menurut Kuntowijoyo, pada
zaman modern ini butuh ilmu sosial profetik, yaitu ilmu sosial yang tidak hanya menjelaskan dan
mengubah fenomena sosial, tetapi juga memberikan petunjuk ke arah mana transformasi itu di
lakukan, untuk apa dan oleh siapa. Perubahan tersebut didasarkan pada tiga hal yaitu: tujuan
manusia (tujuan humanisasi), tujuan liberasi dan tujuan transendensi. Sebagaimana terkandung
dalam ayat 110 surat Ali’Imran sebagai berikut.
) ١١٠ ُك ْنُتْم َخ ْيَر ُأَّمٍة ُأْخ ِر َج ْت ِللَّناِس َتْأُمُر ْو َن ِباْلَم ْع ُر ْو ِف َو َتْنَه ْو َن َعِن اْلُم ْنَك ِر ( َال عمران
Artinya:Kamu sekalian adalah sebaik-baiknya umat yang ditugaskan kepada
manusia menyuruh berbuat baik, mencegah berbuat munkar dan beriman kepada allah. (QS
Al-Imran, 110).
Dari firman Allah swt diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Tujuan manusia (tujuan humanisasi)
Tujuan humanisasi adalah memanusiakan manusia dari proses dehumanisasi.
Industrialisasi yang kini terjadi terkadang menjadikan manusia sebagai bagian dari
masyarakat abstrak tanpa wilayah kemanusiaan.
2. Tujuan liberasi
Tujuan liberasi adalah pembebasan manusia dari lingkungan teknologi, pemerasan
kehidupan, menyatu dengan orang miskin yang tergusur oleh kekuatan ekonomi raksasa
dan berusaha membebaskan manusia dari belenggu yang kita buat sendiri.
7
3. Tujuan transendensi
Tujuan transendensi adalah menumbuhkan transendental dalam kebudayaan. Kita sudah
banyak menyerah kepada arus hedonisme, meterialisme, dan budaya dekaden lainnya.
Kini yang harus dilakukan adalah membersihkan diri dengan mengikatkan kembali
kehidupan pada dimensi transendentalnya.8
9
Dalam hubungan ini islam mengakui adanya upaya suatu gerakan kelompok yang
membela kelas tertindas, tetapi gerakan ini tidak seperti gerakan komunis dan sebagainya, dan
bukan untuk menghancurkan kelas yang menguasai alat-alat produksi. 10 Dari sini terlihat dengan
jelas tentang kepedulian islam terhadap upaya mengikis kesenjangan yang terjadi dimasyarakat.
BAB III
10
11
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas, jelas bahwa islam memiliki perhatian dan kepedulian yang tinggi
terhadap masalah-masalh sosial. Karena itu, kehadiran ilmu sosial yang banyak membicarakan
tentang manusia tersebut dapat diakui oleh islam. Namun islam memiliki pandangan yang khas
tentang ilmu sosial yang harus dikembangkan, yaitu ilmu sosial profetik yang dibangun dari
ajaran islam diarahkan untuk humanisasi, liberasi, dan transendensi. Ilmu pengetahuan sosial
demikian yang dibutuhkan dalam membangun manusia Indonesia seutuhnya pada era globalisasi
di masa yang akan datang.
B. SARAN
Semoga dengan pemaparan materi diatas para pembaca dapat memahami tentang HUBUNGAN
AGAMA DENGAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL dan memanfaatkannya untuk
kedepannya, selanjutnya pemakalah menyadari dalam makalah ini bnyak kekurangan baik itu
dalam segi penulisan maupun yang lainnya, jadi kritik dan saran pemakalah harapkan untuk
kedepannya menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid II, (Jakarta: UI Press, 1979), cet.
I.
Jalaluddin Rahmat, Islam Alternatif, (Bandung: Mizan, 1991), cet. IV.
H. Abudin Nata dkk.. Integrasi ilmu Agama dan Ilmu Umum. 2005. Jakarta: Rajawali Pers.
Kuntowijoyo, Paradigma Islam Interpretasi untuk Aksi, (Bandung: Mizan, 1991), cet I.
Poeradisastra, Sumbangan Islam terhadap Peradaban Modern, (Jakarta: P3M, 1982).
Dadang Supardan. Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. 2009. Jakarta:
Bumi Aksara
Website :
Media internet www.asrofudin.blogspot.com